Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KATARAK

KELOMPOK III

1. NUR NADHILAH I.D.S BARANUDDIN 2117008


2. ANDI TENRI ULANDARICITRA 2117025
3. MASLINDA GOLENG SINA 2117001
4. DONAL SUBOONG 2117016
5. MELKIANUS MALO LEDE 2117033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah bagi Allah SWT, karena atas limpahan


rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga mampu
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah farmakoterapi lanjutan
dengan judul makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN KATARAK” ini dengan baik.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada seluruh pihak


yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun


dari segi penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan dari semua pihak untuk sempurnanya makalah ini, sehingga
dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa
berkembang dengan cepat.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia
karena penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh
penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan. Katarak baru
terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang
lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan
kebutaan meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia
dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah
kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research
Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita
penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa.
Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65
tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan
mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi
kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60%
diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya
Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka
sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr
Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin
meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses
penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami
penyakit mata.

1
2

Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di


Indonesia adalah katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan
refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi
karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal
jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita
mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan
kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia
mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang
berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga
banyak diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan
kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau
semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik
lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
BAB II
LANDASAN TEORITIS
I. KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah
kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap
(Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi
akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang
berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
a. Struktur Mata Eksternal

Gambar 1.
Struktur mata eksternal
(Smeltzer, 2001)

4
5

1) Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang


ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan pada otot-otot sebelah
bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar
matahari.
2) Kelopak mata merupakan dua buah lipatan
muskulofibrosa yang dapat digerakkan, dapat dibuka dan
ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke
permukaan bola mata dan mengontrol banyaknya sinar
yang masuk. Kelopak tersusun oleh kulit tanpa lemak
subkutis. Batas kelopak mata berakhir pada plat tarsal,
terletak pada batas kelopak. Sisi bawah kelopak mata
dilapisi oleh konjungtiva.
3) Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.

b. Struktur Mata Internal


6

          

 
  
1) Sklera. Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih”
mata). Bila sclera mengalami penipisan maka warnanya
akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior,
sklera mempunyai lubang yang dilalui saraf optikus dan
pembuluh darah retina sentralis. Dibagian anterior
berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera
diselubungi secara longgar dengan konjungtiva. Sklera
melindungi struktur mata yang sangat halus serta
membantu mempertahankan bentuk biji mata.
2) Khoroid. Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah.
Merupakan ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari
arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk
iris yang berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil
7

(manik) mata. Selaput berpigmen sebelah belakang iris


memancarkan warnanya dan dengan demikian
menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru,
coklat, kelabu, dan seterusnya. Khoroid bersambung
pada bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang
iris. Selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare
sehingga terletak antara khoroid dan iris. Korpus siliare
itu berisi serabut otot sirkulerndan serabut-serabut yang
letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot
sirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.
Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus uvea
yang terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid.
Peradangan pada masingmasing bagian berturut-turut
disebut iritis, siklitis, dan khoroiditis, atau pun yang
secara bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu
bagian dari traktus ini mengalami peradangan, maka
penyakitnya akan segera menjalar kebagian traktus lain
disekitarnya.
3) Retina. Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari
sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf batang dan
kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina
yang merupakan jaringan saraf halus yang
menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan
saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar
menuju diskus optikus, yang merupakan titik dimana
saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik
buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang
paling peka pada retina adalah makula, yang terletak
tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis
berhadapan dengan pusat pupil.
4) Kornea Merupakan bagian depan yang transparan dan
bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus
8

cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan


tepi adalah epithelium berlapis yang tersambung dengan
konjungtiva.
5) Bilik anterior (kamera okuli anterior). Terletak antara
kornea dan iris.
6) Iris. Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung
dengan selaput khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut
otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu
mengecilkan ukuran pupil, kelompok yang lain
melebarkan ukuran pupil itu sendiri.
7) Pupil. Bintik tengah yang berwarna hitam yang
merupakan celah dalam iris, dimana cahaya dapat
masuk untuk mencapai retina.
8) Bilik posterior (kamera okuli posterior). Terletak diantara
iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior
yang diisi dengan aqueus humor.
9) Aqueus humor. Cairan ini berasal dari badan siliaris dan
diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut iris
dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai
Saluran Schlemm.
10)Lensa. Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna
dan transparan. Tebalnya ±4 mm dan diameternya 9 mm.
Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula
zinni) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di
sebelah anterior lensa terdapat humor aqueus dan
disebelah posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa
adalah membrane semipermiabel yang dapat dilewati air
dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks
nya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga lensa lama-
kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65%
9

air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa


ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh
darah, maupun saraf dalam lensa.
11)Vitreus humor. Daerah sebelah belakang biji mata, mulai
dari lensa hingga retina yang diisi dengan cairan penuh
albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar.
Berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada
mata, serta mempertahankan hubungan antara retina
dengan selaput khoroid dan sklerotik.
2. Fisiologi mata
Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf
sensorik untuk penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion
dalam retina yang bergabung untuk membentuk saraf optikus.
Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi
kanalis optikus, memasuki rongga cranium lantas kemudian
menuju khiasma optikum. Saraf penglihatan memiliki 3
pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen
otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan
sclera, lapisan tengah halus seperti arakhnoid, sementara
lapisan dalam adalah vakuler (mengandung banyak pembuluh
darah). Pada saat serabut-serabut itu mencapai khiasma
optikum, maka separuh dari serabut-serabut itu akan menuju ke
traktus optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi
menuju traktus optikus sisi yang sama. Dengan perantara
serabut-serabut ini, maka setiap serabut nervus optikus
dihubungkan dengan kedua sisi otak sehingga indera
penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahay pada
retina. Pusat visual terletak pada kortex lobus oksipitalis otak
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas
10

cahaya pada retina dengan perantaraan serabut nervus optikus,


menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak
untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan
bayangan yang difokuskan pada retina. Bayangan itu akan
menembus dan diubah oleh kornea, lensa badan aqueus dan
vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan
bayangan pada retina, bersatu menangkap sebuah titik
bayangan yang difokuskan. Gangguan lensa adalah kekeruhan,
distorsi, dislokasi, dan anomaly geometric. Pasien yang
mengalami gangguan- gangguan tersebut mengalami
kekaburan penglihatan tanpa rasa nyeri.
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu
dari bayangan objek di retina. Bayangan dalam fovea di
retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata.
Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan
sinyal saraf dalam mosaik reseptor, selanjutnya mengirim
bayangan dua dimensi ke otak untuk direkonstruksikan
menjadi bayangan tiga dimensi. Pembentukan bayangan
abnormal terjadi jika bola mata terlalu panjang dan
berbentuk elips, titik focus jatuh didepan retina sehingga
bayangan menjadi kabur. Untuk melihat lebih jelas harus
mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu
dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya divergen
sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik fokus
jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa
bikonveks. Sedangkan pada presbiopia, bentuk abnormal
karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum
tegang, lensa tertarik sehingga bentuknya lebih pipih.
Keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus. Bila
11

benda dekat dengan mata maka otot akan berkontraksi


agar lengkung lensa meningkat. Jika benda jauh, maka
m. siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayangan
benda pada retina menjadi tajam. Akomodasi mengubah
ukuran pupil, kontraksi iris membuat pupil mengecil dan
melebar. Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit
agar sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam mata. Dalam
keadaan gelap pupil melebar agar sinar banyak yang
ditangkap. Dalam hal melihat benda, jika mata melihat
jauh kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi
agar terjadi peningkatan ke dalam lapang penglihatan.
Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan balik
negatif secara otomatis.
c. Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini
berjalan ke belakang melalui nervus optikus. Pada
persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain
bersatu dengan serabut yang berasal dari retina. Otak
menggunakan visual sebagai informasi untuk dikirim ke
korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini
membentuk gambar tiga dimensi. Gambar yang ada
pada retina di traktus optikus disampaikan secara tepat
ke korteks jika seseorang kehilangan lapang pandang
sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan di otak
yang bertanggung jawab atas lapang pandang.
C. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang
diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut
sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang
terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa.
12

Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang
tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus,
korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan
kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras
pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan
benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun
dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada
usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa
keruh.
Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi
progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu
mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam
bulan hingga tahun.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak
lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan
berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus, obat
tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari
merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun
di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya
katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison,
ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan
beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan
lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) .
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik,
seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari
proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak
dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
13

tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan


penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan,
alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).

D. Klasifikasi Katarak
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang
dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika : Katarak terjadi akibat rudapaksa atau
trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.Rudapaksa ini
dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi
sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika : Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya
pajanan dengan bahan kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga
dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan
chlorpromazine.
3. Katarak komplikata : Katarak terjadi akibat adanya pajanan
dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini juga dapat
terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis,
glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata
lainnya.
Berdasarkan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient : Merupakan stadium awal katarak yaitu
kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan
yang tidak teratur.
14

2. Katarak imatur : Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa


agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan iris
terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur : Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur : Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi
lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus
lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).

E. Manifestasi Klinis Katarak


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala
subjektif.Biasanya pasien mengalami penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan
tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi
bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat
memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan
selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik
anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi
15

pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan


satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin
tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah
pada periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah
berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius,
namun jarang terjadi.
G. PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi prosedur tindakan
lensa
pembedahan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

4
5

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/statusorgan
mengabutkan pandangan
indera

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri
4
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
I. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil
dengan pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan
keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan
refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas
hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif.Penting
dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien.
Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas,
kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk
menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing
penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan
katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada
orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi
dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat

4
5

diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan


dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk
pengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler.
Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang
mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi
gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).
6

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001). Adapun
data-data dari pengkajian Katarak adalah:
1. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas
biasanya/ hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma
akut)
3. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan
(kabur/tak jelas),sinar terang menyebabkan silau  dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokus
kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,
fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak
kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil
menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea berawan
(glaukoma darurat),danPeningkatan air mata.
4. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan
ringan/mata berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala 
(glaukoma akut).
5. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga
glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat
stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan
tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes
(glaukoma).
B. Diagnosa Keperawatan
7

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan


pada pasien dengan  penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan
intraokuler, kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah
pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan
penerimaan sensori/status organ indra, lingkungan secara
terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman, gangguan
penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi,
prognosis, pengobatan b/d  tidak mengenal sumber informasi ,
salah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


o

1. Hambatan Hambatan NOC: NIC: Fall prevention


berjalan (00088) berjalan 1. Mengetahui kebiasaan-
Fall prevention 1. Identifikasi kebiasaan dan
berhubungan akan dapat kebiasaan klien yang
behaviour faktor-faktor yang
dengan adanya dikontrol berpotensi mengakibatkan
mengakibatkan risiko
gangguan oleh klien Indikator: jatuh pada klien
jatuh
penglihatan setelah 2. Mengetahui penyebab jatuh
a. Penggunaan 2. Kaji riwayat jatuh pada
(katarak) diberikan klien agar untuk selanjutnya
alat bantu klien dan keluarga
intervensi dapat dihindari
dengan
keperawata 3. Memodifikasi lingkungan yang
benar 3. Identifikasi karakteristik
n selama berisiko menyebabkan jatuh
b. Tidak ada lingkungan yang dapat
1x24 jam klien
penggunaan meningkatkan terjadinya
karpet risiko jatuh (lantai licin)
c. Hindari 4. Sediakan alat bantu
4. Membantu klien untuk
barang- (tongkat, walker)
berjalan, agar dapat

4
5

barang menghindari benda yang


berserakan 5. Ajarkan cara penggunaan menghalangi klien ketika
di lantai alat bantu (tongkat atau berjalan
walker) 5. Agar klien dapat
6. Instruksikan pada klien menggunakan alat bantu
untuk meminta bantuan dengan tepat
ketika melakukan 6. Bantuan dibutuhkan klien
perpindahan, joka untuk melakukan mobilitas
diperlukan karena terganggunya
7. Ajarkan pada keluarga penglihatan klien karena
untuk menyediakan lantai katarak
rumah yang tidak licin 7. Lantai rumah yang licin dapat
8. Ajarkan pada keluarga mengakibatkan klien tergelincir
untuk meminimalkan dan jatuh
risiko terjadinya jatuh 8. Keluarga juga harus berperan
pada pasien serta dalam meminimalkan
risiko terjadinya jatuh pada
klien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety reduction
6

berhubungan klien self control 1. Berikan informasi faktual 1. Agar klien dapat memperoleh
dengan stress berkurang meliputi dignosa, informasi yang sesuai fakta
Indikator:
situasional setelah prognosis, dan terapi
akibat prosedur dilakukan 1. mencari sesuai kondisi klien 2. Pendampingan bertujuan agar
medis perawatan informasi 2. Dampingi klien untuk klien tidak merasa sendiri
1x24 jam untuk mengurangi ketakutan sehingga menimbulkan
mengurangi klien ketakutan
ansietas 3. Respon kecemasan digunakan
2. menggunaka 3. Kaji respon kecemasan untuk mengetahui adanya
n koping verbal maupun non verbal perubahan emosi pada klien
yang efektif klien 4. Komunikasi terapeutik untuk
3. mengontrol membina hubungan saling
respon 4. Gunakan komunikasi percaya dan mengurangi
ansietas terapeutik dan pendekatan kecemasan klien akan terapi
4. menggunaka yang baik pada klien 5. Terapi non farmakologis
n teknik digunakan untuk membuat
relaksasi 5. Berikan terapi klien nyaman sekaligus
untuk nonfarmakologis untuk mengurangi kecemasan yang
mengurani mengurangi ansietas klien dialami klien
7

ansietas 6. Obat-obatan digunakan jika


6. Kolaborasi dengan tim kecemasan klien meningkat
medis terkait pemberian dan mengganggu kehidupan
obat untuk menurunkan klien.
kecemasan klien
BAB III
STUDI KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat klien / Data Biologis
Nama :Tn.P
Alamat :Binjai
Telp :-
TTL/Umur :Tanjung keliling,4 maret 1932          
Jenis kelamin :Laki – Laki
Suku :Jawa
Agama :Islam
Status perkawinan :Duda
Pendidikan :-
AlamaT :Binjai
Orang yang paling dekat di hubungi   : Anak Kandung
2. Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian
menantunya mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak
ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak perempuan sibuk
bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang
memperhatikan Tn,P istrinya  sudah meninggal dunia
dikarenakan kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P
menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu dipanti
sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma
Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama
dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah
meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan
serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan
panti sosial tersebut.

16
17

a. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial
Tn.P bekerja sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P
pun berjualan tape untuk memenuhi kebutuhannya sehari -
hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup
untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
b. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana
rumah terbuat dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah
Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat dua
kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P
tersebut adalah 11 orang, yang mana 8 orang adalah cucu
dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S
sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu
membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.
c. Riwayat Rekreasi
Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun
bersama anak - anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak
mempunyai kegiatan rekreasi.
d. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari
tempat tinggal jauh.   
e. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu
tidur)
Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan
atau kebiasaan waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P
tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P menghabiskan
waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau
waktu makan saja.
f. Status kesehatan saat ini
Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah
kepala dan dada.Tn. Pmengalami sakit ini sudah satu
18

tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus


mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah
Tn.p berobat di klinik baru Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit
hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg
2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi
neo napacin tablet 1x dalam sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat
alergi, baik alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P
makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai berat
badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam
mengkonsumsi makanan.
g. Status kesehatan masa lalu
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak,
dan tidak pernah di rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P
mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma yang
mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi,
sehingga menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai
sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu terjadinya
kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada
waktu itu menurut keteranganTn.P belum ada layanan
kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan obat
kampung saja.
h. Riwayat keluarga
Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi
adik Tn.Ptelah meninggal dunia pada umur 70 tahun
dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah dari Tn.P
sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun.
Sedangkan ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu
usia Tn.P 35 tahun.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
1) TD :190/100 Mmhg
19

2) RR : 28 x/i
3) Pols   : 84 x/i
4) Temp : 36 c
b. Pemeriksaan lain
1) Kepala. Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak
terlalu bersih, rambut acak - acakan dengan warna
rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang
khas.Dan Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit
dan gatal pada kulit kepala.
2) Mata. Tn.Pmengalami perubahan penglihatan,
dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.P hanya satu yang
bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang
terjadi pada Tn.P sehingga mengakibatkan mata
kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak menggunakan
kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa
melihat dengan baik. Fungsi penglihatan : terganggu
karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah
kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat
dengan baik dikarenakan usia lanjut.
3) Telinga. Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan
baik, Tn.P tidak bisa mendengar detak jarum jam,
serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P
tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P
juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P
tidak lagi bisa mendengar dengan baik dikarenakan usia
Tn.P yang semakin bertambah.
4) Hidung Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam
hidung tidak terdapat polip dan tidak ada obstruksi
didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak
ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.
20

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa


mencium dengan baik.
5) Mulut. Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi
Tn.P hanya tinggal 3 batang itu pun tinggal separuh
karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan
pucat.Tn.P mengalami perubahan suara.Suara sesak,
dan Tn.P mengalami kesulitan menelan. Fungsi
pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk
mengunyah dikarenakan gigi yang semakin lama
semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P
6) Leher. Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan
pada kelenjar tyroid.Nyeri tidak ada, dan pada leher Tn.P
juga tidak ditemukan benjolan.
7) Payudara. Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal.
Dan tidak ditemukan adanya kelainan pada payudara
Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan
adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada
keluar cairan dari putting susu.
8) Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru
9) Kardiovaskuler. Tn.P sering mengalami nyeri dan
ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering mengalami sesak
nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum
neo napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki,
Tn.P tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.P berjalan
bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P
10) Gastrointestinal. Tn.P mengalami disfagia dan
perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Pjuga
mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu
21

hati. Tetapi walaupun Tn.Pmengalami disfagia tetapi


Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan baik,
walaupun sedikit demi sedikit.
11)Musculoskeletal. Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi
walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai masalah
dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri
tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat.
12) Sistem saraf pusat. Tn.P mengaku sering mengalami
sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau dirinya belum
pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena
semakin meningkatnya usia maka Tn.P mengalami
masalah pada memorinya, sehingga Tn.P tidak mampu
mengingat semua masa lalunya.
13) Sistem endokrin. Tn.P mengalami perubahan pada
tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi respon,
dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut,
rambut Tn.P  putih dengan uban.
14) Integument. Tn.P mengaku sering mengalami gatal -
gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena Tn.P tidak
sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga
kulitnya sering mengalami gatal - gatal.
15) Psikososial Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari -
hari yang dilaluinya, Tn.P juga mengaku kalau dia sering
menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P
juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan
dalam berkonsentrasi.
22

Analisa Data

No                      Data            Etiologi      Masalah


1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berkabut. penglihatan persepsi sensori
 Do :visus berkurang, : Penglihatan
penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat
kekeruhan pada lensa mata.

2.  Ds : Pasien mengatakan
cemas dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses
darah meningkat, wajah penyakit
tampak gelisah, wajah
murung dan sering melamun.

3.  Ds : Klien mengatakan tidak


bisa melihat dengan jelas,
pandangan kabur. Penurunan fungsi Gangguan
 Do : Klien tidak dapat banyak penglihatan perawatan diri
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak -
acakan.
4.  Ds : Klien mengatakan pedih
di daerah mata. Luka dimata Nyeri
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha
memegang daerah mata

B. Diagnosa Keperawatan
23

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan


ketajaman penglihatan d/d visus berkurang, penurunan
ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa
mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d
Nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d
Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan
tampak acak - acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien
berusaha memegang daerah mata.
24

Catatan Perkembangan
Diagnosa
No Tanggal Catatan Perkembangan
Keperawatan
            3 April 2012 Penurunan persepsi S:   pasien mengatakan
   sensori Penglihatan b/d pandangan masih tak jelas
penurunan ketajaman O:masih terdapat penurunan
penglihatan d/d visus ketajaman penglihatan dan
berkurang, penurunan visus berkurang
ketajaman penglihatan, A: masalah belum teratasi
dan terdapat kekeruhan P : intervensi dilanjutkan
pada lensa mata.
I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif
untuk optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan
untuk optimalisasi
penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien
atau pada sisi mata yang
lebih sehat
- Berikan pencahayaan
cukup
- Letakkan alat ditempat
yang tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
25

alternatif rangsang
lingkungan yang dapat
diterima : auditorik, taktil.
Ansietas b/d kurang E : masalah belum teratasi
pengetahuan tentang R : R/T dilanjutkan
proses penyakit d/d nadi
meningkat, tekanan S:pasien mengatakan sedikit
darah meningkat, wajah tenang
tampak gelisah, wajah O : pasien sudah  tenang
murung dan sering A : masalah sedikit teratasi
melamun. P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji adanya tanda dan
gejala ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang
dan meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai
penyakit yang dialami oleh
klien, dan berikan klien
dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur
dan berikan waktu untuk
klien mengekspresikan
perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk
Gangguan perawatan minum obat tepat waktu.
diri b/d Penurunan E : masalah sedikit teratasi
fungsi penglihatan d/d R : R/T dilanjutkan.
26

Klien tidak dapat banyak


bergerak, kondisi tubuh S : klien mengatakan
tidak rapi dan tampak pandangan masih kabur
acak - acakan. O : klien tidak bisa bergerak
banyak
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan
diri pada klien
- Bantu klien untuk
memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya, mis :
ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan
klien dalam memenuhi
Nyeri b/d luka dimata kebutuhan diri.
d/d Wajah meringis E : masalah belum teratasi
menahan sakit, klien R : intervensi dilakukan
berusaha memegang
daerah mata. S : pasien mengatakan pedih
daerah mata
O : pasien meringis menahan
sakit
A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
27

hari atau segera saat terjadi


peningkatan nyeri
mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba -
tiba yang dapat
memprovokasi nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan
kolaboratif untuk pemberian
analgesic topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan

            4 April 2012 Penurunan persepsi S:   pasien mengatakan


   sensori Penglihatan b/d pandangan masih tak jelas
penurunan ketajaman O:masih terdapat penurunan
penglihatan d/d visus ketajaman penglihatan dan
berkurang, penurunan visus berkurang
ketajaman penglihatan, A : masalah belum teratasi
dan terdapat kekeruhan P : intervensi dilanjutkan
pada lensa mata. I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif
untuk optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan
untuk optimalisasi
penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
28

- Letakkan alat yang sering


digunakan di dekat klien
atau pada sisi mata yang
lebih sehat
- Berikan pencahayaan
cukup
- Letakkan alat ditempat
yang tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang
lingkungan yang dapat
diterima : auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
Ansietas b/d kurang R : R/T dilanjutkan
pengetahuan tentang
proses penyakit d/d nadi
meningkat, tekanan S : pasien mengatakan sedikit
darah meningkat, wajah tenang
tampak gelisah, wajah O : pasien sudah  tenang
murung dan sering A : masalah sedikit teratasi
melamun. P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji adanya tanda dan
gejala ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang
dan meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai
penyakit yang dialami oleh
klien, dan berikan klien
29

dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur
dan berikan waktu untuk
klien mengekspresikan
perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk
Gangguan perawatan minum obat tepat waktu.
diri b/d Penurunan E : masalah sedikit teratasi
fungsi penglihatan d/d R : R/T dilanjutkan.
Klien tidak dapat banyak
bergerak, kondisi tubuh S : klien mengatakan
tidak rapi dan tampak pandangan masih kabur
acak - acakan. O : klien tidak bisa bergerak
banyak
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan
diri pada klien
- Bantu klien untuk
memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya, mis :
ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan
klien dalam memenuhi
kebutuhan diri.
Nyeri b/d luka dimata E : masalah belum teratasi
30

d/d Wajah meringis R : intervensi dilakukan


menahan sakit, klien
berusaha memegang
daerah mata. S : pasien mengatakan pedih
daerah mata
O : pasien meringis menahan
sakit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri
mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba -
tiba yang dapat
memprovokasi nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan
kolaboratif untuk pemberian
analgesic topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan
Keperawatan pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak
Di Wisma Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita
Wilayah Binjai - Medan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami
kesulitan dan hambatan dalam pengumpulan data dan informasi
yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini dikarenakan adanya
kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis
lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas
tentang masalah kesehatan pasien yang di sertai dengan
tindakan keperawatan.dalam tinjauan teoritis penulis
menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam
tinjauan kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa
keperawatan.Karena selama tahap pengkajian penulis tidak
menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan
kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami
sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh penulis.
3. Intervensi
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana
tindakan yang sesuai dengan masalah - masalah yang dihadapi
oleh pasien. Dalam melakukan  perencanaan ini penulis  tidak 
menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan semua
rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
32

yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat


berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.
4. Implementasi
Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian
penulis melanjutkan kepada tindakan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan perencanaan
yang berarti.Karena rencana tindakan yang dibuat dapat
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat
terlaksana dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang
baik antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis
lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana dan
prasarana yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan
Balita Wilayah Binjai - Medan.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan. Dalam tahap ini penulis mendapatkan hasil dari
pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari orang -
orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan keperawatan
yang di berikan.Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi
namun asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak
membantu dalam mengatasi masalah pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah.EGC : Jakarta
2. Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ;
Jakarta
3. Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
4. Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.
EGC : Jakarta
5. Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses,
dan Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta
6. Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba
Medika : Jakarta
7. Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan
Medikal Bedah.EGC : Jakarta
8. http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-
menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai