Anda di halaman 1dari 7

ASKEP - ASUHAN KEPERAWATAN

Sabtu, 29 Desember 2012


Askep Pasien Dengan DM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS


A. KONSEP DASAR TEORI
1. PENGERTIAN
Diabetes mellitus (DM ) merupakan kelainan metabolic dimana ditemukan ketidakmampuan
untuk mengoksidasi karbohidrat, akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal,
menimbulkan hiperglikemia, glikosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus, kelemahan,
asidosis, sering menyebabkan dispnea, lipemia, ketonuria hingga koma (Dorland : 309).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price,
1995)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi
dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara
Engram; 1999, 532)
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler,
mikro vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelaianan metabolic
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, saraf,
ginjal, pembuluh darah, disertai lesi di membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
electron ( Mansjoer Arif, 2001 : 580 )
2. ETIOLOGI
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :
a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin )
Faktor genetic/herediter : Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan selsel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun
melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.
Faktor infeksi virus : Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang
menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetic.
b. DM Tipe II ( DM tidak tergantung pada insulin/ NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat
menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat
insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
c. DM Malnutrisi
Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi

pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel
beta menjadi rusak.
Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas
d. DM Tipe lain
Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll.
Penyakit hormonal
Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel beta
pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak.
Obat-obatan
- Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin
- Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.

3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

MANIFESTASI KLINIS
Poliuria
Polidipsia
Polipagia
Penurunan berat badan
Kelemahan, keletihan dan mengantuk
Malaise
Kesemutan pada ekstremitas
Infeksi kulit dan pruritus
Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat
Impotensi pada pria
Pruritus vulva pada wanita

4. PATOFISIOLOGI
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Diabetes mellitus ditujukan untuk :
a. Jangka panjang : mencegah komplikasi
b. Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala DM
Penatalaksanaan DM
a. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan = 50 60%
kalori yang berasal dari :
- Karbohidrat 60 70%
- Protein 12 20 %
- Lemak 20 30 %
b. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metabolisme istirahat, dapat
menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh.
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam
udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk.
Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.
Perhatian :

Jangan lakukan latihan jika glukosa darah > 250 mg/dl


Jika glukosa darah < 100 mg/dl sebelum latihan makan camilan dulu
Rekomendasi latihan bagi penderita yang mengalami komplikasi disesuaikan dengan kondisinya
Lakukan latihan 2 jam setelah makan
c. Terapi obat obatan
- OHO ( Obat Hipoglikemi Oral )
- OAD ( Oral Anti Diabetes )
1. Sulfonylureas
- Efek utama sekresi insulin oleh sel beta
- Pilihan utama untuk klien BB normal/kurang
- Efek samping utama BB naik dan hipoglikemia
2. Biguanides (Metformin)
- Membantu sel dalam tubuh merespon lebih efektif terhadap insulin
- Dianjurkan untuk klien gemuk
- Kontra indikasi peny ginjal & hati
3. Inhibitor glucosidase (Acarbose)
- Efek utama puncak glikemik sesudah makan
- Memperlambat absorpsi glukosa di intestine
d. Terapi insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah :
- DM dengan berat badan menurun cepat/kurus.
- Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar
- DM yang mengalami Stres berat (infeksi sistemik, operasi berat)
- Kehamilan/DM gestasional yang tidak terkendali dg perencanaan makan
- Tidak berhasil dikelola dengan OAD dosis maksimal atau ada kontra indikasi dengan OAD
e. Pendidikan
f. Pemantauan
Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri. (Brunner & Suddarth, 2002)
g. Perawatan kaki diabetik
- Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan, dan jangan
bertelanjang kaki saat berjalan
- Cucilah kaki setiap hari, dan keringkan dengan baik, dengan memberikan perhatian khusus pada
sela jari
- Suhu air yang digunakan antara 29,5 - 30C
- Jangan menggunakan alas pemanas dan botol berisi air panas
- Periksa kaki setiap hari
- Jika kaki kering, gunakan pelembab dan jika lembab pakai bedak
h. Langkah langkah membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus
dilakukan :
- Hindari bertumpang kaki ketika duduk
- Lindungi kaki dari kedinginan
- Hindari merendam kaki dalam air dingin
- Gunakan kaos kaki atau stocking yang tidak terlalu ketat (Long, 1996)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan riwayat DM pada kehamilan ; riwayat kehamilan dengan BBL > 4.000 g.
- Pemeriksaan glukosa darah sewaktu, sesudah makan dan puasa

7.
a.
b.
B.
1.
a.

b.
c.
d.
-

Tes roleransi glukosa oral (TTGO) standar.


HbA1c
Pemeriksaan penunjang
Kadar protein darah / urin
Kadar aseton darah / Urin
Lipid : kolesterol total, HDL, Trigliserida
KOMPLIKASI
Akut
Koma hipoglikemia
Ketoasidosis
Koma hiperosmolar nonketotik
Kronik
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh darah
tepi, pembuluh darah di otak.
Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati diabetic, nefropati diabetic.
Neuropati diabetic
Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitis dan infeksi saluran kemih.
Kaki diabetic.
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu
tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien
juga mengeluh poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadangkadang disertai nyeri perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit
kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
Riwayat ISK berulang
Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan penoborbital.
Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
Riwayat Kesehatan Keluarga: Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
Pemeriksaan Fisik
Neuro sensori : Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan mental,
reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
Kardiovaskuler : Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
Pernafasan : Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk dengan tanpa
sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika
kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
Gastro intestinal : Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah meringis
pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
Eliminasi : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare (bising usus
hiper aktif).
Reproduksi/sexualitas : Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan
sulit orgasme pada wanita

e.
f.
g.
h.

Muskulo skeletal : Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
Integumen : Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran
tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
Aspek psikososial
Stress, anxientas, depresi
Peka rangsangan
Tergantung pada orang lain
Pemeriksaan diagnostic
Gula darah meningkat > 200 mg/dl
Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
Alkalosis respiratorik
Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan
respon terhadap stress/infeksi.
Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal.
Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.
Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat pada
tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.
Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pada luka.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan,
masukan yang terbatas.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
3. Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan
sirkulasi.
4. Resti perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen (ketidak
seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, penyakit jangka
panjang.
6. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Dx keperawatan I: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan cairan dan
elektrolit pasien seimbang.

Kriteria Hasil :
a. Memperlihatkan keseimbangan asupan dan haluaran
b. Menunjukkan nilai elektrolit dalam batas normal
c. TTV stabil
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pantau tanda tanda vital


Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban.
Ukur BB setiap hari
Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis.
Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah, distensi lambung.
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor intake dan urin output setiap 8 jam.
Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.
Dx Keperawatan II: Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, hipermetabolisme, kelemahan, kelelahan,
tonus otot buruk, diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :

a. Mencerna jumlah nutrien yang tepat,


b. Menunjukkan tingkat energi biasanya,
c. BB stabil
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari.
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dihabiskan
pasien.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah.
4. Identifikasi makanan yang disukai.
5. Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi.
6. Kolaborasi dengan ahli diet
Dx Keperawatan III: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan tidak terdapat
tanda tanda infeksi.
Kriteria hasil :
a. Tidak terdapat tanda tanda infeksi
b. Jumlah leukosit dalam batas normal.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan
dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasive.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan.
Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.
5. Bantu pasien melakukan oral hygiene.
6. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.
7. Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kumala, Poppy et all. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC. 1998.
Diunduh dari : http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedahkmb/askep-diabetes-melitus/

Diposkan oleh anita simanungkalit di 06.24


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai