Anda di halaman 1dari 30

BAB I

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
1. Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang keluar dari rahim
seorang ibu melalui jalan lahir normal atau dengan gangguan alat tertentu
sampai berusia 1 tahun (Hamilton, 1995 : 127).
2. Bayi baru lahir normal adalah yang lahirdari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan BB lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
(DepKes. R.I, 1993 : 79)

B. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir


1. Berat badan 2500-3000 gram.

2. Panjang badan 48-52 cm

3. Lingkar badan 30-35 cm

4. Lingkar kepala 33-35 cm

5. Bunyi jantung dalam menit pertama 80 x/mnt, kemudian turun


sampai 120 x 140 x/mnt
6. Pernafasan pada menit peertama 80 x/nt, kemudian turun sampai
40 x/mnt
7. Kulit kemerah-merahan dan jaringan subkutan cukup terbentu dan
diliputi vernik caseosa.
8. Rambut lanugo sudah tidak terlihat, rambut kepala biasanya sudah
sempurna.
9. Kuku sudah agak panjang dan lunak.

10. Genetalia labia mayora menutupi labio minora untuk wanita, testis
sudah turun untuk laki-laki.
11. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Reflek moro bayi baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
13. Gerak reflek sudah baik apabila diletakkan sesuatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan menggengam.
14. Eliminasi baik urine dan mekoneum akan keluar 14 jam pertama,
mekoneum berwarna coklat kehitaman (Pusdiknakes, 1993 : 70-71).

C. Perubahan Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir


Sebagai akibat perubahan lingkungan dari kehidupan intra uterin ke
lingkungan extra uterine bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi,
mekanik dan teknik yaitu :
1. Perubahan metabilisme karbohidrat
Kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml akan menurun menjadi 50
mg/100 ml dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat memcepai 120
mg/100 ml (Hanifa, 2007 : 253).
2. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi lahir akan berada dalam lingkungannya lebih rendah dari suhu
didalam rahim ibu. Apa bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 oC maka
bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi
sebanyak 200 kal/kg BB/menit sedangkan produksi panas yang dihasilkan
oleh tubuh bayi hanya 1/10 nya, keadaan ini menyebabkan penurunan suhu
tubuh sebanyak 2oC pun meningkat (Pusdiknakes, 1993 : 71).
3. Perubahan pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi pada waktu 30 detik sesudah
kelahiran. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir
pervaginam menyebabkan bahwa paru-paru pada janin normal cukup bula
mengandung 80 sampai 100 ml cairan, kehilangan 1/3 cairan ini sesudah
bayi lahir akan terdesak dengan udara. Paru-paru akan berkembang
sehingga dada akan kembali ke bentuk semula (Hanifa, 2007 : 255).
4. Perubahan sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat
sebaiknya CO2 menurun, hal ini mengakibatkan turunnya resistensi
pembuluh darah paru sehingga aliran darah kearah tersebut meningkat, hal
ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan
duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilicus,
kemudian tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta melalui vena cava
inferior dan foramen ovale ke citrium kiri terhenti. Dengan diterimanya
darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan di atrium kiri lebih tinggi
dari tekanan atrium kanan sehingga foramen ovale menutup, sirkulasi
janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu
(Hanifa, 2007 : 255).
5. Perubahan lain

a. Hepar sudah berfungsi sejak kehamilan 4 bulan dalam homopuesis


dan makin meningkat sampai akhir kehamilan dan sesudah bayi
dilahirkan, simpanan glikogen cepat terpakai begitu juga vitamin A dan
D yang disimpan dalam hati.
b. Traktus digestifus mulai kehamilan 4 bulan yaitu janin mulai
menelan air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya lanugo, vernik
kaseosa pada mekoneum setelah bayi dilahirkan.
c. Traktus urinarius mulai berfungsi umur kehamilan 3 bulan,
kapasitas kandung kemih bayi baru lahir diperkirakan 44 ml dan
produksi air kencing rata-rata 0,05-0,01 ml/menit.
d. Kelenjar endokrin glandula supra renalis menjadi besar dan
mengecil segera sesudah bayi dilahirkan.

D. Penilaian Bayi Baru Lahir


1. Penilaian BBL dilakukan dengan menggunakan system nilai
APGAR.
Gejala 0 1
Frekuensi jantung Tidak ada < 100/menit
Usaha nafas Tidak ada Lambat tidak teratur
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi
Reflek Tidak ada Menangis
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan ekstremi
100/menit
Menangis kuat
Gerakan aktif
Gerakan kuat (menangis
Tas biru kuat)
Seluruh tubuh kemerahan
(Sulaiman, 1983 : 332)
Evaluasi nilai
Penilaian dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua.
Apabila nilai APGAR :
7-10 : bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan
normal.
4-6 : bayi mengalami asfiksia sedan
0-3 : bayi mengalami asfiksia berat
(Rustam Mochtar, 1993 : 120)

E. Penanganan BBL
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah :
1. Membersihkan jalan nafas.

2. memotong dan merawat tali pusat

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi

4. Pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2002 : 133)

F. Penatalaksanaan Awal BBL Normal Yang Bernafas Spontan


1. Bebaskan atau bersihkan jalan nafas
Bersihkan jalan nafas bayi dengan cara mengusap mukanya dengan kain
atau kasa bersih dari darah dan lendir. Apabila BBL segera dapat bernafas
secara spontan atau segera menangis, jangan lakukan penghisapan jalan
nafas dengan penghisap lendir.
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap normal
BBL dengan mengalami stress dengan adanya perubahan suhu, bayi cukup
bulan dengan berat badan normal dapat menjaga suhu tubuhnya secara
adekuat hingga setidaknya berusia aterm. BBL dapat mengalami
kehilangan panas tubuhnya melalui proses
a. Konveksi
Proyeksi kehilangan panas tubuh melalui kontak dengan udara dingin
sekitarnya.
b. Konduksi
Proses kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda
yang suhunya lebih rendah.
c. Evaporasi
Proses kehilangan panas tubuh bila bayi berada dalam keadaan basah.
d. Radiasi
Proses hilangnya panas tubuh, bila bayi diletakkan dekat dengan
benda-benda yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuh bayi
(Waspodo, 2000 : 2-4)
Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan suhu tubuh yaitu :
1) Mengeringkan tubuh bayi
Segera setelah bayi diletakkan pada perut ibu, keringkan kepala dan
tubuh bayi dari cairan ketuban atau cairan lain yang membasahi tubuh
bayi baru lahir. Bila didapatkan cairan pada tubuh bayi, cairan ini akan
diuapkan oleh panas tubuhnya, sehingga bayi mengalami hipotermia.
Dianjurkan untuk mengeringkan tubuh bayi dengan handuk kering.
Hal ini memberikan keuntungan bagi bayi yaitu suhu tubuh tetap
terjaga.
2) Selimuti bayi terutama bagian kepala dengan selimut yang kering
Bagian kepala bayi mempuyai permukaan luas dibandingkan dengan
tubuhnya, sehingga bila bagian kepala tidak tidak tertutupi bayi akan
kehilangan panas secara cepat (Waspodo, 2000 : 4).
3) Ganti handu atau selimut yang basah
Benda basah yang melekat pada permukaan tubuh bayi, juga dapat
menurunkan suhu tubuhnya. Kain handuk atau selimut yang
dipergunakan sejak awal asuhan dan kemudian menjadi basah
sebaiknya segera diganti dengan yang lain/yang baru (harus bersih,
kering).
4) Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
Menimbang bayi segera sesudah lahir apalagi dengan kondisi tanpa
pakaian juga beresiko menyebabkan hilangnya panas dari tubuh bayi.
Timbanglah bayi setelah memakai pakaian yang menutupi seluruh
badan. Berat yang tercatat kemudian disesuaikan dengan mengurangi
jumlah berat pakaian tersebut (Waspodo, 2000 : 4).
5) Jangan memandikan bayi setidaknya 6 jam setelah lahir
BBL yang normal, tidak mempunyai masalah pernafasan, dibutuhkan
cukup waktu sebelum bayi tersebut dapat dimandikan, hal-hal yang
perlu diperhatikan :
- Jangan memandikan bayi hingga 6 jam
- Pastikan suhu bayi stabil (26-27oC)
- Pastikan bayi tidak mengalami masalah pernafasan
- Gunakan air hangat dan lakukan dalam ruangan yang cukup
hangat
- Memandikan secara cepat dan segera keringkan bayi
dengan handuk kering untuk mencegah hilangnya panas
berlebihan.
- Segera kenakan pakaian bayi setelah dimandikan
- Lingkungan yang hangat
Letakkan bayi pada lingkungan yang hangat, dianjurkan
meletakkan bayi dalam dekapan ibunya (Sumber panas alami yang
sesuai)
3. Rangsangan taktil
Mengeringkan tubuh bayi pada dasarnya adalah tindakan rangsangan
untuk bayi yang sehat. Prosedur tersebut sudah cukup untuk meransang
taktil.
4. Laktasi
Setelah ibu selesai dibersihkan dan diberi pakaian yang bersih dan kering
maka bayi yang sudah diselimuti diberikan pada ibu untuk mulai
mendapatkan ASI. Proses in merupakan bagian dari rawat gabung yaitu
ibu dan bayinya dirawat sebagai satu kesatuan dan dilaksanakan sesegera
mungkin.
Upaya menyusui pada tahap awal ini bukan semata-mata untuk
mendapatkan nutrisi ekstra uterin tetapi juga mempunyai tujuan, antara
lain :
a. Melatih reflek isap

b. Membina hubungan psikologis ibu dan anak

c. Membantu kontraksi uterus melalui rangsangan pada puting susu

d. Memberi ketenangan pada ibu dan perlindungan bagi bayinya

e. Memberi kesempatan pada suami/keluarga untuk mengetahui


keadaan bayi dan ibu
f. Mencegah kehilangan panas yang berlebihan pada bayi

5. Pencegahan infeksi pada anak


Berikan tetes mata atau salep mata antibiotic dalam 2 jam pertama post
partum sebelum meninggalkan ibu dan bayinya. Pemberian tetes mata atau
salep mata dapat dilakukan setelah bayi diperlihatkan pada keluarganya
dan sesudah selesai menyusu pada ibunya (Waspodo, 2000 : 4).

G. Penglajian Data
1. Data subyektif

a. Identitas bayi dan orang tua


Diperlukan alat pengenal yang efektif yang harus diberikan kepada
bayi segera setelah parsalinan untuk memudahkan identifikasi bayi
(A.B Saifuddin, 2007 : N-35).
b. Riwayat antenatal
Periksa hamil seharusnya dilakukan 1x sebulan sampai dengan bulan
ke 4, 2x sebulan dari bulan ke-4 sampai bulan ke-6. 1x seminggu pada
bulan terakhir, kelainan pada kehamilan mempengaruhi bayi yang
dilahirkan nanti, gizi yang cukup (Sulaiman, 1983 : 213).
c. Riwayat natal
Jenis persalinan akan mempengaruhi keadaan bayi baru lahir dimana
komplikasi BBLR akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi
diantaranya asfiksia dan trauma lahir. Masa ini merupakan masa yang
penting karena menemukan mutu kehidupan selanjutnya. Penilaian
BBL adalah dengan cara APGAR score dimana kriteria normal adalah
7-10.
d. Riwayat post natal
BBL akan menangis dalam 30 menit dalam bernafas dengan
spontan/gerakan aktif. Bayi lahir normal yaitu bayi yang lahir dari
kehamilan 37-42 minggu dengan BB 2500-4000 gram.
e. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula
darah untuk menambah energi pada jam pertama kehidupannya.
Pada hari I BB akan turun karena keluar masuknya makanan/cairan
belum mencukupi, tetapi BB akan naik lagi. Pada hari ke 3 bayi
harus setelah disusui selama 10 menit dengan jarak waktu tiap 3-4
jam.
2) Eliminasi
BAK : Air kencing pada bayi akan keluar dalam 2 jam yang
harus dicatat adalah frekuensi berikutnya.
BAB : Berbentuk meconeum berwarna hijau dinilai 30 menit
setelah bayi lahir.
(Hanifa, 2007 : 256)
3) Istirahat tidur
Kebutuhan istirahat tidur untuk bayi umur 1 hari adalah 18-20
jam/hari (Suryanah, 1996 : 80).
2. Data obyektif

a. Keadaan umum
Bayi yang sehat tampak kemerahan, aktif, tonus otot baik, menangis
keras, minum baik.
S : 36,5-37,5oC
R : 30-60 x/mnt
N : 120-160 x/mnt
BB : 2500-4000 gr
LD : 30-38 cm
LK : 30-35 cm
(Pusdiknakes, 1993 : 70)
b. Pemeriksaan fisik

1) Kepala : Besar, bentuk, molding,


sutura tertutup, melebar, kaput suksedaneum,
hematoma sefal, kraniotabes dan sebagainya.
2) Mata : Perdarahan subkonjungtiva,
mata yang menonjol, katarak dan lain-lain.
3) Telinga: Preaurical tag, kelainan
daun/bentuk telinga.
4) Mulut : Labiokisis, labiognato
palastoiskisis, tooth buds dan lain-lain.
5) Leher : Hematoma
sternokleidomastoideus, duktus tiruglosus,
higroma koli.
6) Dada : Bentuk, pembesaran buah
dada, pernafasan, retraksi intercostan, subkostal,
sifoid merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi
paru-paru/sonor, vasikuler, gronkial, dan lain-lain.
7) Jantung : Pulsasi, frekuensi
bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.
8) Abdomen : Membuncit
(pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid
(kemungkinan bayi menderita hernia
diafragmatika atau atresia esofagi (tanpa fistula).
9) Tali pusat : Berdarah, jumlah
pembuluh darah, tali pusat, warna dan besar tali
pusat, hernia di pusat atau diselangkang.
10) Alat kelamin : Tanda-tanda
hematoma karena letak sungsang, testis belum
turun, fimosis adanya perdarahan/lendir dari
vagina (vagina discharge) besar dan bentuk
klitoris dan labia menorah, atresia ani.
11) Tulang punggung
Spira gifida, pionidal sinus atau dimple
12) Anggota gerak
Fokomelia, sindataktili, polidaktili, fraktus, paralysis, talipes dan
lain-lain.
13) Keadaan neoromuskuler
Reflek moro, reflek gangguan, reflek rooting, tonus otot, tremor
(Hanifa, 2007 : 251-252).
c. Analisis data
Analisis data berdasarkan urutan sebagai berikut :
1) Mencari hubungan antara data dan fakta dengan yang lain
untuk mencari hubungan sebab akibat.
2) Menentukan masalah penyebabnya.

3) Menentukan tingkat resiko masalahnya.

4) Hasil analisa merupakan langkah awal dari perumusan


masalah untuk menentukan diagnosis kebidanan
(Depkes RI, 1996 : 9)

H. Diagnosa Kebidanan
Bayi baru lahir, jenis kelamin ., AS., BB.., PB
prognosa.dengan masalah :
1. Hipotermi sehubungan dengan perubahan suhu intra uterin ke
ekstra uterin.
2. Infeksi tali pusat sehubungan dengan tali pusat masih basah.

I. Perencanaan
Diagnosa : Bayi baru lahir, jenis kelamin ., AS., BB..,
PBprognosa.dengan masalah :
1. Masalah I : Hipotermi sehubungan dengan perubahan suhu intra
uterin ke ekstra uterin.
Tujuan : Hipotermia tidak terjadi pada bayi
Kriteria : - Suhu tubuh bayi normal (36,5-37,5oC)
- Tidak cianosis
- Akral hangat
Intervensi
a. Keringkan dan bungkus bayi dengan kain bersih dan hangat.
R/ Mencegah dan bungkus bayi dengan kain bersih dan hangat.
b. Ganti segera pakaian/popok yang basah akibat air kencing, feses
atau keringat.
R/ Mengurangi kehilangan panas secara induksi.
c. Mandikan bayi dengan air hangat setelah 6 jam.
R/ Mengurangi kehilangan panas secara konduksi.
d. Rawat gabung.
R/ Bayi akan lebih hangat diperlukan ibu.
e. Observasi suhu tiap 8 jam.
R/ Mengetahui kelainan secara dini.
2. Masalah II : Infeksi tali pusat
Tujuan : Tidak terjadi infeksi tali pusat
Kriteria : - Tali pusat bersih
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (kemerahan,
perdarahan, keluar pus berbau busuk)
- TTV batas normal
S : 36,5-37,5oC
R : 40-80 x/mnt
N : 120-160 x/mnt
Intervensi
a. Rawat tali pusat dengan teknik aseptic, cuci dengan sabun dan
bilas dengan air hangat.
R/ Mencegah infeksi tali pusat.
b. Bungkus tali pusat dan rawat 2x sehari setelah mandi.
R/ Menjaga kebersihan tali pusat.
c. Bungkus tali pusat dengan kasa yang dibasahi alcohol 70%.
R/ Alkohol berfungsi sebagai antiseptic.

J. Penatalaksanaan
Langkah penatalaksanaan dalam asuhan dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan baik secara mandiri, kolaborasi/rujukan.
Penatalaksanaan tindakan diupayakan dalam waktu yang singkat dan efektif,
hemat dan berkualitas (Depkes RI, 1995 : 11).

K. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan. Tindakan
pengukuran keberhasilan dan rencana. Tujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan asuhan kebidanan yang dilakukan (Depkes RI, 1995 : 11).
Terdiri dari :
S : Data subyektif
Menggambarkan pengumpulan data dari anamnesa
O : Data obyektif
Menggambarkan pengumpulan data dari pemeriksaan fisik laboratorium,
tes diagnosa dan dirumuskan dalam data focus yang mendukung
assesment.
A : Assesment
Menggambarkan hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan
obyektif dalam suatu identifikasi dan diagnosa antisipasi.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan tindakan, evaluasi
berdasarkan assessment
BAB II
TUNJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal pendataan : 26 Januari 2009, pukul 16.58 WIB
1. Pengumpulan data

a. Data subyektif

1) Biodata
Nama : By. Ny. T
Lahir tanggal : 26 Januari 2209, pukul 16.50 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Anak ke :2
Ibu Ayah
Nama : Ny. Y Tn. R
Umur : 18 th 30 th
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK SD
Pekerjaan : IRT Swasta
Penghasilan :- Rp. 25.000/hari
Status marital : Nikah Nikah
Usia nikah : 17 thn 29 thn
Nikah berapa kali : 1x 1x
Lama nikah : 1 tahun 1 tahun
Alamat : Sumber Sawit, Plaosan
2) Riwayat prenatal

Gizi ibu hamil


Ibu mengatakan pada waktu hamil muda mengalami mual
muntah pada pagi hari yang berlansung sampai hamil 3 bulan
dan hilan, untuk mengatasinya ibu makan porsi sedikit tapi
sering, setelah kehamilan 3 bulan pola makan ibu bertambah
yang semula makan dengan komposisi 3x sehari porsi 1 piring
dengan lauk (ayam, tempe, tahu), sayur (bayam, daun ketela,
buncis), minum air putih 6-8 gelas/hari, sekarang makan
dengan komposisi 3x sehari porsi 2 piring dengan lauk (ayam,
tempe, tahu), sayur (bayam, buncis) minum air putih 6-8
gelas/hari. Berat badan sebelum hamil : 55 kg, dan selama
hamil naik 10 kg.

Mekanisme

Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah pijat terutama pijat


dibagian perut dan tidak pernah jatuh yang dapat menyebabkan
gangguan atau mengancam kesejahteraan janin dalam
kandungan.

Zat kimia/toxin

Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah mengkonsumsi


obat-obatan selain yang diberikan bidan dan tidak mempunyai
kebiasaan merokok atau tergantung pada minuman beralkohol.
Ibu tidak pernah keracunan makanan atau minuman selama
hamil.

Hormon

Ibu mengatakan tidak pernah menderita kencing manis yang


ditandai dengan banyak minum dan sering kencing. Ibu tidak
pernah dan tidak sedangkan menderita penyakit gondok.

Radiasi

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi


malaria (serangkan demam menggigil sampai puncak demam
kemudian berkeringat banyak dan suhu turun), cacar air
(demam seperti influenza, timbul bintik-bintik kemerahan,
gatal dan nyeri pada luka), campak, penyakit kuning dan panas
tinggi.

Daerah tempat tinggal

Ibu mengatakan rumahnya berada di kawasan pedesaan, yang


udaranya sejuk dan dingin.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada dan tidak sedang
menderita penyakit menurun dengan gejala seperti banyak minum,
sering kencing (DM) dan tidak ada riwayat penyakit darah tinggi.
Tidak ada riwayat penyakit menular, misalnya TBC (batuk lebih
dari 2 minggu dengan mengeluarkan dahak dan tidak sembuh-
sembuh), hepatitis (penyakit kuning, warna air kencing seperti teh)
dan tidak mempunyai penyakit jantung (nyeri dada) dan tidak
berdebar-debar. Tidak ada riwayat keturunan kembar.
4) Riwayat psikososial dan spiritual

Riwayat antenatal

Ibu mengatakan ini adalah hamil pertama. Periksa teratur ke


bidan tiap bulan sekali mulai kehamilan 1-7 bulan, kemudian 2
minggu sekali setelah kehamilamn 7 bulan. Ibu mendapat tablet
tambah darah, iodium, kalsium dan vitamin. Ibu mendapat
penyuluhan tentang nutrisi ibu hamil, perawatan payudara dan
senam hamil. Semua nasehat dilaksanakan. Perawatan
payudara setelah kehamilan 7 bulan setiap hari, sebelum mandi
menggunakan baby oil, senam hamil 1 kali seminggu. Dalam
persiapa persalinan ibu dan keluarganya sudah memutuskan
untuk bersalin di bidan.

Riwayat natal
Ibu mengatakan sudah mulai merasakan kenceng-kenceng
mulai pukul 21.00 WIB pembukaan 2 cm pada pukul 08.30
WIB dan pada pukul 15.30 WIB pembukaan 10 cm, ketuban
pecah pada pukul 15.30 WIB warna putih jernih. Dan pada
pukul 16.50 WIB lahir bayi spontan belakang kepala, jenis
kelamin perempuan, sesudah lahir ASI sudah keluar.
b. Data obyektif

1) Bayi lahir spontan belakang kepala pada tanggal 26 Januari


2009, pukul 16.50 WIB
BB lahir : 3600 gr
PB lahir : 49 cm
LIDA : 38 cm
LIKA : 35 cm
LILA : 13 cm
2) Apgar skor
Tanda 1 menit I Sk 5 menit ke Sk
or II or
Warna kulit Badan 2 Badan 2
kemerahan kemerahan
ekstermitas seluruh
merah
Denyut jantung > 100 2 > 100 2
x/mnt x/mnt
Realisasi terhadap Bersin/batu 2 Menyering 1
rangsangan k au
Tonus otot Gerakan 2 Gerakan 2
aktif aktif
Pernafasan Menangis 2 Lemah/tida 1
kuat k teratur

3) Pemeriksaan tanda-tanda vital


N : 120 x/mnt
S : 36,5oC
R : 40 x/mnt
4) Pemeriksaan fisik

Kepala : Bentuk kepala normal tidak


terdapat caput succedenum maupun cephal
hematoma, UUB/UUK belum menutup, UUB
tidak cekung, kulit kepala kotor terdapat
vernik kaseosa, rambut warna hitam tebal dan
merata.

Mata : Bentuk simetris, bulu mata


dan alis mata ada, konjungtiva palpebra merah
muda, sclera warna putih. Pupil myosis
terdapat reflek cahaya, koordinasi gerak bola
mata belum sempurna reflek berkedip ada,
tidak ada perdarahan serta secret.

Hidung : Simetris, tidak ada


kelainan bentuk, tidak ada pernafasan cuping
hidung.

Telinga: Simetris, tidak ada kelainan


bentuk, bersih, tidak ada pengeluaran secret,
perabaan lunak.

Mulut : Simetris, tidak ada stomatitis,


tidak ada labio palato schisis, bibir kemerahan
lembab, tidak ada lapisan putih, rooting refuks
ada, sucking refuks ada.

Leher : Di daerah lapisan kulit


terdapat vernif caseosa, tidak ada
pembendungan vena jugularis, pembesaran
kelenjar gondok, kelenjar limfe, refuk tonic
neck sudah berfungsi dengan baik yaitu bayi
ditengkurapkan secara spontan bayi akan
memiringkan kepalanya.

Dada : Simetris, pergerakan dada


teratur, frekuensi pernafasan 40 x/menit tidak
ada retraksi otot-otot pernafasan, tidak ada
ronchi, tidak ada wheezing, tidak ada stridor.
Bunyi jantung 140 x/mnt terlihat dan teraba
penumpukkan lemak di sekitar puting susu,
lingkar dada 38 cm.

Abdomen : Perut perabaan lunak


tidak kembung, tali pusat tampak basah. Tidak
ada perdarahan tali pusat, tali pusat terikat
dengan baik dan terbungkus dengan kassa
steril. Tidak ada pembesaran hepar.

Genetalia : Jenis kelamin


perempuan, genetalia terbentuk sudah
sempurna. Labia mayora sudah menutupi labia
minora.

Genetalia : Jenis kelamin


perempuan, genetalia terbentuk sudah
sempurna. Labia mayora sudah menutupi labia
minora.

Ekstremitas
- Jari-jari tangan dan kaki kemerahan, pergerakan
aktif, jumlah jari-jari lengkap, tidak ada polidaktili,
andaktili maupun sindaktili kuku sudah sampai ujung jari.
- Reflek ekstremitas atas
a) Reflek graps (menggenggam) pada waktu telapak
jari menyentuh telapak tangan bayi, maka jari-jarinya
akan langsung menggenggam dengan kuat.
b) Reflek moro saat bayi diangkat maka bayi seolah-
olah mendekatkan tubuhnya pada orang-orang yang
mendekapnya.
- Reflek ekstremitas bawah
a) Reflek graps ada telapak kaki disentuh dengan
ganda, jari-jari kaki langsung membelok kea rah ganda
itu.
b) Reflek stapping ada, saat bayi diangkat tegak
seolah-olah bayi akan berjalan.

Anus : Lubang ada, mekanium


belum keluar, tidak ada kelainan.

Kulit : Kemerahan, kulit akral


dingin, turgor kulit baik pada punggung masih
terdapat vernik caseosa, lanugo tipis halus.

Ukuran kepala
- Diameter biparietal : 8 cm
- Diameter biparietal : 8 cm
- Ukuran muka belakang
a) Diameter suboccipito bregmatika : 11 cm

b) Diameter suboccipito frantalis : 12 cm

c) Diameter fronto occipitalis : 13 cm

d) Diameter mento occipitalis : 14,5 cm

e) Diameter submento bregmatikan : 10,5 cm


- Ukuran melintang
a) Sirkum ferensia suboccipito bregmatika : 33 cm
b) Sirkum ferensia fronto accipitalis : 35 cm

c) Sirkum ferensia mento accipito : 36 cm

2. Analisa data
No Tgl/jam Diagnosa/masala Data dasar
h
1. 26-1- BBL normal, DS : -
2009 aterm lahir DO : - Bayi lahir tanggal 26-
Pkl. spontan, anak 01-2009 pukul 16.50
18.00 pertama WIB spontan
WIB belakang kepala.
- Rambut tebal
dan merata, UUB
belum menutup,
UUB tidak cekung,
LK 35 cm, pupil
myosis terdapat
cahaya, koordinasi
gerakan bola mata
belum sempurna,
rooting, sucking dan
swalloeing reflek
ada, tonic reflek ada,
LD : 38 cm, labia
mayora sudah
menutupi labia
minora, terdapat
lanugo, kuku sudah
sampai ujung jari.
- Vital sign
S : 36,5oC
N : 120 x/mnt
R : 40 x/mnt
- Apgar score 1
menit pertama 10
Badan
keseluruhan
merah : 2
Denyut
jantung > 100
x/mnt : 2
Reflek
bersin/batuk : 2
Ekstremitas
gerakan aktif : 2
Menangis kuat
:2
- Apgar score 5
menit
Badan
keseluruhan
merah : 2
Denyut
jantung > 100
x/mnt : 2
Menyeringai :
2
Tonus otot
gerakan aktif : 2
Pernafasan
tidak teratur : 1
Pernafasan
tidak teratur : 1
- BBL : 3600
gram
- PBL : 49 cm
- LIKA : 35 cm
- LIDA : 38 cm
- LILA : 13 cm
2. 26-1-09 Resiko hypotermi DS : -
Jam DO : - BBL spontan, warna
18.00 tubuh kemerahan,
WIB akral dingin
- Vital sign :
S : 36,5oC
N : 120 x/mnt
R : 40 x/mnt
3. 26-01- Resiko infeksi tali DS : -
09, jam pusat Do : - Tali pusat basah
18.00 - Tali pusat
WIB terikat dengan baik
- Terjadi
pengerutan selai
warton
- Tali pusat
terbungkus kasa
steril.

B. Diagnosa Kebidanan
Bayi baru lahir normal, aterm, lahir normal, dengan masalah Resiko
hypotermi, Resiko infeksi tali pusat.
Prognosa baik

C. Perencanaan
Tanggal 26 Januri 2009, pukul 18.15 WIB
1. Diagnosa : Bayi baru lahir normal, aterm, lahir normal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan maka bayi baru
lahir dapat melewati masa transisi dengan normal dan tidak
terjadi komplikasi.
Kriteria : - AS : 10
- Pernafasan 30-60 x/mnt
N : 120-140 x/mnt
S : 36,5-37oC
- Kemampuan menghisap bertambah kuat
Intervensi
a. Perkembangan bayi sehari-hari.

1) Bersihkan mata dengan air matang dan berikan salep


eritromisin 0,5%.
R/ Membantu mencegah penyakit mata pada bayi yang
disebabkan neisseria ghonorrhea.
2) Jaga agar kulit terutama daerah lipatan-lipatan selalu bersih
dan kering dari vernik caseosa.
R/ Vernik caseosa merupakan media yang baik untuk kuman
stadilococcus.
3) Ganti popok setiap kali basah karena air kencing/feces.

b. Pemberian ASI pada bayi sesuai kebutuhan dan anjuran teknik


menyusui yang benar.
R/ Bayi lapar dan lama pemberian makan bervariasi dari pemberian
makan satu ke yang lainnya dan memenuhi nutrisi dan kebutuhan
cairan bayi.
c. Rawat gabung/gonding attachment.
R/ Membantu mengembangkan interaksi emosional antara orang tua
dan bayi.
d. Observasi terhadap keadaan umum bayi, suhu tubuh, pernafasan,
nadi, berat badan, air kencing, perubahan warna kulit.
R/ Pengenalan dini terhadap kelainan.
e. Jelaskan pada ibu tentang keuntungan, cara pemberian serta
anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI sampai berusia 6 bulan.
R/ Bayi hanya diberikan ASI saja oleh ibu.
2. Masalah I : Resiko hyportermi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan selama 8 jam
diharapkan tidak terjadi hypotermi.
Kriteria : - Suhu tubuh bayi 36,5-37oC
- Ekstremitas tidak dingin
- Tidak terjadi hypotermi
- Tidak terjadi udara dingin (cold injury)
- Warna kulit kemerahan
Intervensi
a. Bungkus bayi dengan selimut, setelah dibersihkan dan dikeringkan.
R/ Mengurangi kehilangan panas akibat evaporasi dan konduksi
melindungi kelembaban bayi dari aliran udara/pendingin udara dan
membatasi stress akibat perpindahan kelingkungan yang lebih
dingin.
b. Ganti segera pakaian yang basah oleh feces dan iar kencing dengan
pakaian bersih dan kering.
R/ Mengurangi penguapan pada tubuh secara konduksi.
c. Mandikan bayi minimal 6 jam post partum.
R/ Mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi.
d. Perawatan tali pusat minimal 3x sehari terutama sesudah mandi.
R/ Meningkatkan pengeringan dan pemulihan, meningkatkan
pengelupasan normal, menghilangkan media lembab untuk
pertumbuhan bakteri.
3. Masalah II : Resiko infeksi pada tali pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan selama 5 hari
diharapkan tidak terjadi infeksi pada tali pusat.
Kriteria : - Suhu tubuh bayi 36,5-37oC
- Tali pusat mengering
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi
a. Observasi pengikatan tali pusat.
R/ Tali pusat yang longgar menyebabkan perdarahan.
b. Lakukan perawatan tali pusat di BPS.
R/ Meningkatkan pengeringan dan pemulihan, meningkatkan nekrosis
dan pengelupasan normal, menghilangkan media lembab untuk
perkembangan bakteri.
c. Ajarkan pada ibu cara perawatan tali pusat di rumah.
R/ Menurunkan kemungkinan infeksi, meningkatkan pengeringan.
d. Berikan penjelasan pada ibu untuk selalu mengobservasi tanda-
tanda infeksi pada tali pusat.
R/ Kesadaran orang tua meningkatkan pengenalan diri dan
kemungkinan pertolongan medis segera.
D. Pelaksanaan
Tanggal 26 Januari 2009, pukul 18.25 WIB
1. Diagnosa : Bayi baru lahir normal, aterm, lahir normal.
Implementasi
a. Membersihkan mata dengan air matang dan memberikan salep
eritromisin 0,5%.
b. Menjaga agar kulit terutama daerah lipatan-lipatan selalu bersih
dan kering dari vernik caseosa.
c. Mengganti popok setiap kali basah karena air kencing/feces.

d. Menganjurkan ke ibu tentang pemberian ASI pada bayi sesuai


kebutuhan dan menganjurkan teknik menyusui yang benar.
e. Memberikan rawat gabung atau bonding attachment

f. Mengobservasi keadaan umur bayi, suhu tubuh pernafasa, nadi,


berat badan, air kencing perubahan warna kulit.
g. Menjelaskan pada ibu tentang keuntungan, cara pemberian serta
menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI sampai berusia 6
bulan.
2. Masalah I : Resiko hypotermi
Tanggal 26 Januari 2009, pukul 18.25 WIB
Implementasi
a. Membungkus bayi dengan selimut setelah dibersihkan dan
dikeringkan.
b. Mengganti segera pakaian yang basah oleh feces dan air kencing
dengan pakaian bersih dan kering.
c. Memandikan bayi minimal 6 jam post parfum.

d. Merawat tali pusat,minimal 3xsehari terutama sesudah mandi.

3. Masalah II : Resiko infeksi pada tali pusat


Tanggal 27 Januari 2009 pkl 18.25 WIB
a. Mengobservasi perngikatan tali pusat.

b. Melakukan perawatan tali pusat di BPS.

c. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat di rumah.

d. Memberikan penjelasan pada ibu untuk selalu mengobservasi


tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

E. Evaluasi
Tanggal 27 Januari 2009, pkl 06.00 WIB
1. Diagnosa : Bayi baru lahir normal, aterm, lahir normal
S : Ibu menyatakan anaknya BAK 1 kali dan BAB 1 kali warna
kehijauan.
O : - Keadaan umum bayi baik.
- Bayi belum dimandikan
- Nadi 20 x/menit, S : 36,8oC
- Suhu lingkungan hangat
- Kulit terutama daerah lipatan tidak tampak terdapat bedak yang
lembab
- Popok tidak basah
A : BBL normal hari I
P : Lanjutkan intervensi
- Perawatan bayi sehari-hari
- Memberikan ASI
- Meletakkan bayi dengan ibu
- Mengobservasi

Keadaan umum bayi

Tanda vital

Frekuensi dan warna air kencing


Perubahan warna kulit

2. Masalah I : Resiko hypotermi


Tanggal 27 Januari 2009, pukul 06.30 WIB
S : -
O : - Suhu 36,7oC
- Bayi menangis keras
- Ekstremitas tidak dingin
- Popok kering
A : Masalah teratasi, BBL tidak terjadi hipotermi
P : Lanjutkan intervensi
- Bungkus bayi denga selimut hangat
- Ganti popok/pakaian yang basah setiap bayi BAB/BAK
- Memandikan bayi dengan air hangat
- Observasi suhu
3. Masalah II : Resiko terjadi infeksi tali pusat
Tanggal 27 Januari 2009, pukul 06.30 WIB
S : -
O : - Suhu 36,7oC
- Tali pusat bersih
- Tali pusat terbungkus kasa steril
A : Masalah teratasi, tidak terjadi infeksi tali pusat
P : Lanjutkan intervensi
- Melakukan perawatan tali pusat ke ibu
- Ajarkan cara perawatan tali pusat ke ibu
- Beritahu untuk segera membawa ke petugas kesehatan jika ada
keluhan seperti bayi tidak mau menetek panas, lemah dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Jakarta :
Pusdiknakes.

Depkes RI. 1995. Hypotermi dan Resusitasi Bayi. Jakarta : Pusdiknakes.

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta :


EGC

Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi, Patologi Jilid I, Jakarta :


EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Neonatal. Jakrta : Yayasan Bina Pustaka

Soetjininigsih. 1995 Tumbuh Kembang Anak. Surabaya : EGC

Suryanah. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Surabaya : EGC

Anda mungkin juga menyukai