2000, NO. 1, 48 - 59
ABSTRACT
The aim of this study was to make an objective description about self
concept of Perempuan Marginal (women in marginal social and economic
status) by concerning the rearing environment characterization. The hypotesis
was there is difference self-concept related in the rearing environmen.
Data was collected from 77 subjects, 34 subjects upbringing by original
family, 34 subject were reared in orphanage and the rest 9 subjects were taken
from street children community. Data was gathered by Q-Sort test modification,
observation, interview and also by Focus Group Discussion.
Result shows that female teenagers from orphanage have the highest self-
concept, meanwhile female teenagers from street children community have the
lowest self-concept.
Keywords: self-concept; perempuan marginal; teenager
menyatakan bahwa kondisi mereka jauh dapat mendorong perempuan marginal agar
lebih buruk daripada kaum laki-laki. lebih menyadari perasaan dan pengalaman
Kelaparan, kekurangan gizi, penyakit, yang sebenarnya, sehingga pada akhirnya
pelacuran, kekerasan, dan bahkan kematian mereka dapat menjadi manusia yang
merupakan dampak kemiskinan yang berfungsi sepenuhnya.
paling mendasar terhadap perempuan. Pendekatan tersebut hanya dapat di-
Sedangkan bagi perempuan marginal yang lakukan jika deskripsi yang objektif
berusia remaja, masalah kemiskinan biasa- mengenai kondisi psikologis manusia ter-
nya diartikan sebagai kurangnya penge- sebut tersedia dan melengkapi perhitungan-
tahuan dan ketrampilan akibat tingkat pen- perhitungan ekonomis yang seringkali
didikan formal serta penguasaan teknologi bersifat mekanis. Khusus untuk kaum
yang rendah (Laporan Situasi Anak dan perempuan, dengan kenyataan bahwa
Wanita 1994-1995). Fakta ini ditunjukkan ketahanan mental, motivasi berprestasi, dan
oleh data Profil Kesejahteraan Rakyat kemandirian yang rendah, maka salah satu
Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 1997 yang dari deskripsi kondisi psikologis yang
menyatakan bahwa secara umum tingkat penting untuk diungkapkan adalah konsep
pendidikan perempuan lebih rendah dari diri.
laki-laki. Hal tersebut dapat dilihat dari
Pengertian konsep diri di sini adalah
perbandingan antara besarnya persentase
sebuah struktur mental yang merupakan
penduduk laki-laki dan perempuan yang
suatu totalitas dari persepsi realistik,
tamat SLTP dan SLTA ke atas yaitu 46,72
pengharapan, dan penilaian seseorang
persen berbanding 34,09 persen.
terhadap fisik, kemampuan kognitif, emosi,
Sedangkan jika dilihat dari angka buta
moral etika, keluarga, sosial, seksualitas,
huruf, perempuan mencapai angka 23,65
dan dirinya secara keseluruhan. Struktur
persen sedangkan laki-laki 9,95 persen.
tersebut terbentuk berdasarkan proses
Ironisnya, dengan bekal pendidikan belajar tentang nilai, sikap, peran, dan
formal yang sangat minim tersebut, identitas dalam hubungan interaksi
perempuan marginal, dengan alasan simbolis antara diri dengan berbagai
meringankan beban ekonomi keluarga, kelompok lingkungan asuh selama hidup-
seringkali terpaksa masuk ke dalam dunia nya. Sebagai suatu kesatuan, diri mem-
kerja. Akhirnya, mereka hanya dapat punyai komponen (menurut Rogers, 1951)
bekerja di bidang informal dengan peng- terdiri dari diri nyata (actual self), yaitu
hasilan yang minimal (Soetrisno, 1997) dan persepsi individu tentang dirinya atau
sulit untuk memperoleh kesempatan untuk persepsi diri sebagaimana individu tersebut
dapat menaikkan taraf hidupnya. Hasilnya, mengalaminya dan diri ideal (ideal self),
mereka tetap saja miskin. yaitu persepsi individu tentang dirinya
Secara khusus, masalah perempuan sebagaimana individu tersebut meng-
miskin di perkotaan dapat dipecahkan inginkannya.
dengan pendekatan humanistik, yaitu Deskripsi mengenai konsep diri
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, meng- dikatakan penting untuk dapat meningkat-
hormati potensi dan perbedaan individu kan kualitas perempuan marginal karena
atau kelompok yang ada. Pendekatan ini untuk membentuk sebuah pribadi lebih
utuh, kuat, dan berani berjuang dibutuhkan dirinya sendiri, sebagaimana yang dialami
suatu pendekatan yang menyentuh sampai dalam kehidupan sehari-hari dan
pada inti kepribadian. Hurlock (1973) sebagaimana yang diinginkannya.
berpendapat bahwa konsep diri adalah inti Deskripsi mengenai karakteristik konsep
kepribadian individu saat remaja. Konsep diri tersebut diperoleh melalui kombinasi
diri juga menjadi salah satu faktor yang berbagai aspek yang terkandung di
mengarahkan perilaku remaja (Shavelson dalamnya (Fitts, 1971; Shavelson dalam
dalam Fuhrmann, 1990). Jika konsep diri Fuhrmann, 1990; Fuhrmann, 1990; Burns,
yang dimiliki remaja adalah negatif, maka 1993; dan Monks, 1996), baik pada konsep
ia akan berperilaku negatif juga (Fitts, diri riil maupun pada konsep diri idealnya.
1971). Remaja yang konsep dirinya negatif Selain kombinasi aspek-aspek yang
akan membiarkan dirinya larut dalam terkandung di dalam konsep diri harus
mimpi tanpa berusaha untuk mewujudkan- dilihat secara terperinci, perlu disadari
nya, tidak menjalin hubungan yang bahwa kualitas manusia banyak bergantung
harmonis dengan lingkungan, dan usaha pada lingkungan asuh yang mewadahi
untuk meraih prestasi sangat kurang. keberadaan manusia tersebut. Hal ini sesuai
Pendekatan yang humanistik dapat dengan pernyataan Rogers (dalam Hall &
membantu remaja perempuan untuk Lindzey, 1993) bahwa meskipun organisme
menggali potensi di dalam dirinya dan dan diri yang merupakan konstruk dari
meraih konsep diri yang positif, dengan kepribadian mempunyai tendensi inheren
demikian, mereka juga akan berperilaku untuk mengaktualisasikan diri, namun
positif (Burns, 1993) sehingga dapat sangat mudah untuk dipengaruhi oleh
meningkatkan kemampuan aktualnya. lingkungan. Dapat dikatakan bahwa per-
Perilaku positif yang dimaksud di sini bandingan kombinasi aspek konsep diri di
adalah berusaha untuk meraih prestasi antara berbagai kelompok-kelompok
setinggi mungkin (Burns, 1993), membina perempuan marginal yang berbeda
hubungan interpersonal dengan lingkungan lingkungan asuhnya perlu dicermati lebih
secara efektif, mandiri, mampu mengguna- dalam.
kan pengalaman untuk memperkaya diri, Lingkungan asuh sendiri didefinisikan
dan menyiapkan diri dalam menghadapi sebagai seluruh bagian yang berada dalam
hal-hal yang baru (Fitts, 1971), mampu suatu daerah tertentu yang berfungsi untuk
merancang masa depannya, serta tidak merawat, mendidik, membantu, dan
berputus asa untuk terus berjuang meraih melatih orang-orang yang berada di
penghargaan terhadap hakikatnya sebagai dalamnya agar dapat berdiri sendiri.
manusia. Khusus pada perempuan marginal,
Pengungkapan konsep diri perempuan lingkungan asuh ini dapat dibedakan
marginal, baik karakteristik konsep diri menjadi tiga kelompok, yaitu keluarga asli,
ideal maupun konsep diri riil tidak panti asuhan, dan lingkungan jalanan.
dimaksudkan untuk merubah pandangan Walaupun alasan anak tinggal di
masyarakat mengenai posisi perempuan penampungan dan jalanan tidak selalu
secara drastis, tetapi lebih pada penyadaran masalah keterbatasan ekonomi, tetapi
pribadi perempuan untuk memahami banyak juga anak perempuan miskin lain
yang terpaksa berpisah dari keluarga asli b. Ada perbedaan pada konsep diri ideal
dan harus tinggal di panti asuhan atau di remaja perempuan yang berasal dari
jalanan hidup dengan kenyataan bahwa lingkungan asuh keluarga, panti asuhan,
mereka adalah anak-anak tanpa keluarga dan jalanan.
yang mengasuh dan juga hidup pada batas
kelayakan manusia yang bermartabat. 2. Sub-penelitian B:
Remaja perempuan yang berasal dari tiga a. Ada perbedaan aspek fisik, kognitif,
kelompok lingkungan asuh tersebut, emosi, sosial, moral, seksual, keluarga,
memiliki satu persamaan, yaitu hanya dapat maupun aspek diri secara keseluruhan
menonton remaja perempuan lain me- dalam konsep diri riil pada kelompok
nikmati hasil pembangunan tanpa dapat remaja perempuan marginal yang
berperan aktif untuk mengakses fasilitas berbeda lingkungan asuhnya.
tersebut secara layak. Perbedaan mereka b. Ada perbedaan aspek fisik, kognitif,
terletak pada lingkungan di mana mereka emosi, sosial, moral, seksual, keluarga,
tumbuh dan berkembang menuju manusia maupun aspek diri secara keseluruhan
yang dewasa. Proses interaksi pada masing- dalam konsep diri ideal pada kelompok
masing lingkungan telah menghasilkan remaja perempuan marginal yang
variasi nilai dalam kombinasi aspek konsep berbeda lingkungan asuhnya.
diri.
Berangkat dengan asumsi bahwa 3. Sub-penelitian C:
peningkatan kualitas perempuan marginal, a. Terdapat variasi peringkat pada aspek-
khususnya yang masih berusia remaja, aspek dalam konsep diri riil remaja
untuk dapat lepas dari masalah kemiskinan, perempuan marginal.
harus menggunakan pendekatan yang
b. Terdapat variasi peringkat aspek-aspek
bersifat humanistik, maka penelitian ini
dalam konsep diri ideal remaja
dimaksudkan untuk memberikan jawaban
perempuan marginal.
dari dua buah pertanyaan mendasar, yaitu
apakah ada perbedaan konsep diri remaja
perempuan marginal yang diasuh dalam METODE PENELITIAN
lingkungan keluarga, panti asuhan dan
Subjek Penelitian berjumlah 77 orang,
jalanan? Jika ada perbedaan, di manakah
terdiri dri 34 orang berasal dari lingkungan
letak perbedaannya dan mengapa berbeda?
asuh keluarga, 34 orang dari lingkungan
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, asuh panti asuhan dan 9 orang dari
maka peneliti mengajukan hipotesis kerja lingkungan jalanan. Penelitian ini
yang dirangkum dalam beberapa sub- menggunakan metode triangulasi dengan
penelitian, yaitu: mengkombinasikan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif, dengan bobot yang seimbang
1. Sub-penelitian A:
dalam pengambilan data dan analisisnya
a. Ada perbedaan pada konsep diri riil (Yin, 1994). Data tentang tingkat konsep
remaja perempuan yang berasal dari diri diambil dengan menggunakan tes Q-
lingkungan asuh keluarga, panti asuhan, sort guna memperoleh data kuantitatif,
dan jalanan. serta wawancara observasi dan diskusi
kelompok terarah guna memperoleh data bahwa memang ada perbedaan aspek
kualitatif. fisik dalam konsep diri riil di antara
Analisis data kuantitatif dilakukan kelompok remaja yang berbeda
secara bertingkat dengan pijakan awal lingkungan asuhnya. Aspek fisik
analisis varians satu jalur pada masing- konsep diri riil yang tertinggi diraih
masing subjek. Hasil analisis varians oleh kelompok remaja dari lingkungan
diperdalam dengan prosedur perbandingan asuh keluarga, sedangkan yang terendah
berganda model least-significance adalah jalanan. Sementara untuk aspek
difference (LSD) dalam SPSS for Win 8.0. kognitif, angka chi-square 9.432
Analisis data kualitatif didasarkan pada dengan signifikasi perbedaan sebesar
wawancara dan diskusi kelompok. 0.009 menunjukkan bahwa ada
perbedaan aspek kognitif dalam konsep
HASIL PENELITIAN diri riil di antara kelompok remaja yang
berbeda lingkungan asuhnya dengan
1. Intisari Hasil Penelitian Kuantitatif urutan yang sama dengan aspek fisik
a. Hasil analisis varians ranking satu arah konsep diri riil.
Kruskal-Wallis menunjukkan angka d. Aspek-aspek dalam konsep diri ideal
chi-square 11.016 dengan signifikasi yang telah diidentifikasikan perbedaan-
perbedaan sebesar 0.004 sehingga nya adalah aspek emosi dan aspek
hipotesis kerja 1.a. diterima, dengan moral. Pada aspek emosi, angka chi-
urutan peringkat mulai yang tertinggi square 8.170 dengan signifikasi
adalah remaja perempuan yang berasal perbedaan sebesar 0.017 menunjukkan
dari lingkungan asuh panti asuhan, bahwa peringkat yang tertinggi adalah
keluarga, dan yang terendah adalah perempuan yang berasal dari komunitas
jalanan. jalanan dan yang terendah adalah
b. Analisis varians ranking satu arah perempuan yang diasuh oleh keluarga
Kruskal-Wallis juga membuktikan sendiri. Sedangkan pada aspek moral,
hipotesis kerja 1.b. diterima dengan angka chi-square 6.051 dengan
memperlihatkan angka chi-square signifikasi perbedaan sebesar 0.049
11.728 dengan signifikasi perbedaan menunjukkan bahwa yang terendah
sebesar 0.003. Urutan peringkat mulai adalah remaja jalanan, dan tertinggi
yang tertinggi adalah remaja perempuan panti asuhan.
yang berasal dari lingkungan asuh panti e. Hasil pengujian hipotesis 3.a. dengan
asuhan, keluarga, dan yang terendah menggunakan Friedman Test didapat-
adalah jalanan. kan nilai chi-square sebesar 147,486
c. Aspek-aspek yang diindikasikan ber- dan angka signifikansi sebesar 0,000
beda, sesuai dengan hasil analisis sehingga dapat dikatakan bahwa
varians ranking satu arah Kruskal- hipotesis kerja dapat diterima dengan
Wallis, adalah aspek fisik dan aspek urutan peringkat mulai dari yang
kognitif. Pada aspek fisik, angka chi- terendah adalah aspek kognitif, emosi,
square 5.998 dengan signifikasi fisik, diri secara keseluruhan, seksual,
perbedaan sebesar 0.050 menunjukkan
moral, sosial, dan yang tertinggi adalah sekolah-sekolah yang lebih dekat lokasinya
keluarga. dengan rumah atau panti dan biaya pen-
f. Hasil pengujian hipotesis 3.b. diperoleh didikannya lebih murah.
nilai chi-square sebesar 75.746 dan Sebagian besar subjek terpaksa
angka signifikansi sebesar 0.000 menempuh pendidikan tersebut karena nilai
sehingga dapat dikatakan bahwa urutan yang tidak mencukupi untuk masuk ke
peringkat mulai dari yang terendah sekolah-sekolah dengan kualitas yang baik.
adalah aspek fisik, seksual, emosi, Khusus pada subjek yang tinggal di panti
kognitif, diri secara keseluruhan, sosial, asuhan, hal ini dapat dimaklumi sebab
keluarga, dan terakhir adalah moral. selain menyesuaikan diri dengan kehidupan
panti yang menyita pikiran cukup besar,
2. Intisari Hasil Penelitian Kualitatif sebagian besar anak asuh berasal dari desa-
desa dan beberapa di antaranya pernah
Remaja yang tinggal di panti asuhan
tidak bersekolah selama beberapa tahun.
jauh lebih beruntung jika dibandingkan
Berbeda dengan remaja panti, rendahnya
dengan dua kelompok subjek yang lain jika
nilai-nilai yang diperoleh subjek komunitas
dilihat dari segi fasilitas yang mereka
jalanan lebih disebabkan oleh ketidak-
dapatkan. Fasilitas yang diberikan oleh
seriusan dan rendahnya konsentrasi mereka
panti telah diusahakan semaksimal
dalam menekuni pendidikan formal.
mungkin untuk memenuhi kewajiban
Mencari uang untuk mempertahankan
sebuah keluarga kepada anggota-anggota-
hidup jauh lebih penting daripada duduk
nya. Walaupun demikian, label sebagai
diam di bangku sekolah.
anak panti cukup mengganggu eksistensi
diri mereka, sehingga mereka merasa Berlakunya hukum rimba di jalanan
rendah diri jika harus berhubungan dengan telah menjadi alasan bagi ketidakteraturan
orang-orang di luar panti. Istilah asrama remaja jalanan dalam menjalani hari demi
lebih mereka sukai karena cukup membuat hari kehidupan mereka. Orang yang tidak
mereka merasa tidak terlalu berbeda pernah mengikuti norma masyarakat, tetapi
dengan remaja-remaja lain yang masih aturan yang dibuat sendiri agar tetap dapat
tinggal bersama keluarganya. Selain label hidup dan bertahan merupakan identitas
anak panti, faktor gaya pengasuhan juga diri yang diyakini oleh remaja jalanan,
mempengaruhi konsep diri mereka. sebagaimana mereka meyakini bahwa
mereka bukan lagi orang baik-baik.
Berkenaan dengan pendidikan formal,
persamaan tiga kelompok subjek dalam Remaja perempuan yang murni hidup di
penelitian ini adalah rendahnya kualitas dalam komunitas jalanan adalah anak-anak
pendidikan formal yang mereka tempuh. hilang yang sudah terlanjur menjadi orang-
Hal ini terlihat dari beberapa subjek yang orang yang tidak punya harapan.
sudah tidak bersekolah lagi dan kualitas Sedangkan remaja perempuan yang bekerja
pendidikan formal yang ditempuh di jalanan adalah anak-anak yang rentan
cenderung menengah ke bawah. Mereka dan berpeluang untuk lepas dari ikatan
terpaksa menempuh pendidikan di sekolah keluarga karena kedekatan mereka dengan
yang dipilihkan orang tua atau pengasuh di kebebasan di dunia keras yang mereka
temui di jalanan.
Dapat dikatakan bahwa keteraturan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ke-
hidup dan norma-norma yang menjaga dua kelompok remaja perempuan lainnya.
setiap langkah dalam kehidupan adalah Bagi perempuan marginal yang tinggal
indikasi yang terpenting dalam mem- bersama keluarganya, peranan keluarga
bedakan antara lingkungan asuh keluarga dalam memenuhi semua kebutuhan anak
marginal, panti asuhan, dengan komunitas dalam proses pertumbuhan dan per-
jalanan. Di antara ketiga kelompok ter- kembangan mereka tidak dapat terlaksana
sebut, remaja panti berada dalam lingkung- secara optimal (Bainar, 1998). Memakan
an asuh yang paling teratur dan paling makanan yang tidak bergizi dan berkualitas
terjaga, dengan adanya sanksi-sanksi yang rendah menjadi hal yang biasa bagi
sudah ditetapkan jika melanggar aturan mereka. Pakaian, tempat tidur, tempat
panti. Remaja yang tinggal bersama belajar, tempat bermain, alat-alat sekolah,
keluarganya tidak terlalu terjaga karena atau pendidikan formal hanya sekedar ada
rumah yang mereka tinggali terlalu dekat tanpa perhitungan kuantitas dan kualitas
dengan rumah keluarga lain, sehingga yang cermat.
pergesekan kepentingan antara satu orang
Pada remaja yang hidup dalam
dengan orang lainnya seringkali tidak dapat
komunitas jalanan, detik demi detik yang
dihindari.
mereka jalani sangat rentan dan seperti
yang dikatakan Darwin (1998) harus diraih
DISKUSI dengan penuh perjuangan. Berbagai macam
Menurut Rogers (dalam Schultz, 1993), fasilitas dan materi yang dapat dimiliki
segi pertumbuhan dan perkembangan oleh teman-teman sebaya mereka seringkali
manusia selalu beroperasi dengan proses hanya menjadi impian yang justru mem-
aktualisasi diri yang pada tingkat dasar buat mereka tetap hidup, sekaligus menjadi
berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan pisau tajam yang menikam ulu hati saat
fisiologis dasar akan makanan, air, dan merasakan betapa tidak beruntungnya
udara. Terhambatnya kebutuhan fisiologis, mereka. Hak-hak yang seharusnya dapat
yang jelas-jelas tidak dapat dikekang untuk mereka nikmati nyaris menjadi mimpi yang
mendorong individu melangkah ke tingkat sulit diraih jika mereka tidak berusaha
pematangan yang berikutnya, membuat sangat keras untuk mewujudkannya.
anak terlalu disibukkan dengan upayanya Selain kebutuhan fisiologis dasar yang
sendiri untuk memenuhi kebutuhan dasar- terhambat, remaja perempuan yang berada
nya. Mereka tidak sempat mengembangkan dalam komunitas jalanan terjebak dalam
diri sesuai keinginannya dan proses bentuk perilaku delinkuen, yaitu perilaku
individu dalam pencapaian aktualitas diri yang melanggar status, membahayakan diri
akan terhambat, apalagi untuk menjadi sendiri maupun orang lain, menimbulkan
manusia yang utuh. korban materi, dan korban fisik (Elfida,
Penelitian ini telah membuktikan bahwa 1995). Perilaku ini menunjukkan sikap
memang terdapat perbedaan konsep diri riil defensif yang mengakibatkan kebebasan
maupun ideal pada ketiga kelompok individu terbatas dan dirinya yang sejati
subjek. Konsep diri kelompok remaja tidak dapat diungkapkan secara jujur dan
perempuan yang dibesarkan di panti asuhan sepenuhnya. Individu-individu seperti ini
dasarnya mempunyai standar norma moral sedangkan yang tertinggi adalah kelompok
yang harus ditaati oleh semua anggotanya. perempuan marginal yang tinggal dalam
Pengakuan masyarakat terhadap keber- panti asuhan.
adaannya dan kedekatan dengan Tuhan Hal ini dapat dimengerti karena
yang menciptakannya adalah impian bagi memang pada kenyataannya, remaja yang
semua orang, tidak terkecuali perempuan tinggal di panti asuhan selalu berada dalam
marginal yang berasal dari bermacam- bimbingan norma-norma agama yang kuat.
macam lingkungan asuh. Mereka juga diikat oleh aturan-aturan yang
Penerimaan keluarga dan lingkungan mendidik dan membiasakan mereka untuk
sosial jauh lebih berarti dan sangat berperilaku sesuai dengan etika. Mereka
membantu perempuan marginal untuk memiliki jadwal untuk meningkatkan ke-
merasa aman, yang pada akhirnya mereka mampuan dalam mengkaji agama sehingga
dapat mengembangkan diri. Keberartian pengenalan dan pemahaman terhadap nilai-
diri dalam keluarga dan lingkungan sosial- nilai moral cukup mendalam. Mereka tahu
nya, yang ditunjukkan dalam bentuk apa yang seharusnya dilakukan dan apa
kepatuhan terhadap norma yang telah yang sebaiknya tidak dilakukan berkaitan
ditanamkan sejak dini, memang sangat dengan nilai-nilai moral ini.
penting bagi anak dari kalangan marginal. Sementara bagi remaja perempuan yang
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh hidup di jalan sangat miskin pengetahuan
Kohn (dalam Ihromi, 1999) bahwa orang tentang nilai-nilai moral kemasyarakatan
tua dari kelas pekerja mempunyai nilai- sehingga mereka menggunakan kerangka
nilai tradisional yang lebih menekankan berpikir mereka sendiri dalam menentukan
pada kebersihan, kerapihan, kepatuhan, dan apa yang seharusnya mereka lakukan dan
menghormati orang dewasa. Mereka meng- apa yang sebaiknya dihindari, mereka
inginkan anak tumbuh sesuai dengan aturan belajar dari pengalaman hidup mereka
yang diberikan oleh masyarakat dan nilai sehari-hari di jalan. Prinsip siapa yang kuat
kejujuran merupakan sifat yang diciptakan akan bertahan membuat mereka seringkali
untuk mendapatkan kepercayaan dari orang mengingkari dan bahkan melupakan
lain. Kebutuhan lain yang juga penting norma-norma umum yang hanya akan
untuk dipenuhi adalah kemampuan membuat mereka terlihat lemah. Mereka
perempuan marginal untuk dapat mengenal bahkan mengembangkan kiat-kiat untuk
diri sendiri, menerima keadaan dirinya, dan menghadapi tekanan atau intimidasi oleh
kemampuan dalam mengolah pikiran kelompok dan atau individu lain (Irwanto,
maupun pemecahan masalah. 1998).
Berbeda dengan konsep diri riil, pada Sedangkan pada remaja perempuan
konsep diri ideal hanya ditemukan dua yang tinggal bersama orang tua, pendidikan
aspek yang berbeda tingkatnya, yaitu pada moral dan etika telah diberikan. Mereka
aspek emosi dan aspek moral. Kelompok wajib mengikuti norma maupun etika yang
perempuan marginal yang memiliki konsep berlaku di lingkungan masyarakat tempat
diri ideal, khususnya aspek moral, yang tinggalnya, karena jika mereka tidak
terendah adalah kelompok remaja mengindahkannya maka sanksi moral dari
perempuan yang tinggal di jalan, masyarakat akan diberlakukan.