Anda di halaman 1dari 24

1

BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28

hari (Kemenkes RI, 2010). Bayi juga merupakan salah satu kelompok

yang rentan terhadap gangguan kesehatan maupun serangan

penyakit. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan

kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan

bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi

ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita

(Kemenkes RI, 2013).

Di Indonesia penyebab kematian pada bayi dan balita adalah

pada masa neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Menurut hasil

Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi

pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian

terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Dengan

melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan

komplikasi pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus

mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali)

dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara

dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga

pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah

berat yang dapat menyebabkan kematian (Kemenkes RI, 2013; h. 29).


2

Bayi baru lahir harus mampu berkembang untuk mempertahankan

eksistensi fisik secara terpisah dengan ibunya segera setelah dilahirkan.

Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki kompensasi perilaku dan

kesiapan interaksi sosial. Aktivitas sehari-hari selama periode ini

merupakan waktu 1 2 terbaik bagi bayi dan keluarga untuk melakukan

interaksi. Segera setelah ibu secara fisik mampu, ia didorong untuk

berpartisipasi dalam merawat bayi (Bobak, dkk 2004).

Perawatan bayi baru lahir meliputi perawatan tali pusat, mengganti

dan memakaikan popok, memakaikan pakaian bayi, memandikan bayi,

menggendong dan mengatur posisi bayi, memberikan ASI dan imunisasi

(Musbikin, 2005). Mengenai kemampuan ibu merawat bayi baru lahir

membutuhkan pelatihan khusus dan ibu juga harus memahami beberapa

prosedur dan manajemen perawatan bayi baru lahir. Oleh sebab itu penting

bagi ibu untuk mengetahui perawatan bayi dan yakin terhadap kemampuan

sendiri, sehingga mampu merawat bayinya sendiri dengan baik dan sehat.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan suatu

perumusan masalah yaitu “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Normal Pada By.Ny.S Umur 1 Hari” di RS Amelia Pare Kabupaten Kediri


3

c. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Normal Pada By.Ny.S Umur 1 Hari

1.3.1 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Bayi Baru Lahir

Normal Pada By.Ny.S Umur 1 Hari dengan Pendokumentasian

SOAP

b. Melakukan pengkajian data objektif pada Bayi Baru Lahir

Normal Pada By.Ny.S Umur 1 Hari dengan Pendokumentasian

SOAP

c. Melakukan analisa pada Bayi Baru Lahir Normal Pada By.Ny.S

Umur 1 Hari dengan Pendokumentasian SOAP

d. Melakukan penatalaksanaan pada Bayi Baru Lahir Normal Pada

By.Ny.S Umur 1 Hari dengan Pendokumentasian SOAP


4

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.1.1 Pengertian

Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan

lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Kristiyanasari, 2009).

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh

dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke

kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011). Kesimpulannya adalah bayi

baru lahir merupakan bayi lahir yang dapat melakukan penyesuaian

diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.

2.1.2 Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

Bidan harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam

beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga ia dapat membuat

persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun

asuhannya sebagai berikut (Fraser Diane, 2011):

a. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru

lahir, melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit

dari ibu ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering.

b. Membersihkan jalan nafas.

c. Memotong tali pusat.


5

d. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa

gelang nama maupun kartu identitas.

e. Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima

setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan

dengan menggunakan nilai Apgar.

2.1.3 Asuhan Bayi Baru Lahir

Menurut Saifuddin (2002) Asuhan bayi baru lahir adalah

sebagai berikut:

a. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.

b. Pemeriksaaan fisik bayi.

c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 – 1 mg

I.M.

d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.

e. Lakukan perawatan tali pusat.

f. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah

diberikan imunisasi.

g. mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan

bayi tidak teratur, bayi berwarna kuning, bayi berwarna pucat, suhu

meningkat, dll.

h. mengajarkan orang tua cara merawat bayi.

2.1.4 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahir

menurut APN (2008):

a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan

rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut


6

memiliki riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau

macet, persalinan dini atau infeksi.

b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat.

Hindari pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup

akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang

lebih sedikit.

c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan

bayi bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan.

d. Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.

2.1.5 Prinsip asuhan bayi baru lahir normal (Hidayat, 2010):

a. Cegah kehilangan panas berlebihan.

b. Bebaskan jalan nafas.

c. Rangsangan taktil.

d. Laktasi (dimulai dalam waktu 30 menit pertama).

2.1.6 Cara kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir

Menurut Yanti (2009) proses kehilangan panas pada tubuh bayi

baru lahir sebagai berikut:

a. Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui cara penguapan

oleh karena temperatur lingkungan lebih rendah dari pada

temperatur tubuh (bayi dalam keadaan basah).

b. Konduksi yaitu proses kehilangan panas tubuh melalui kontak

langsung dengan benda yang mempunyai suhu lebih rendah.

c. Konveksi yaitu proses penyesuaian suhu tubuh melalui sirkulasi

udara terhadap lingkungan.


7

d. Radiasi yaitu proses hilangnya panas tubuh bayi bila diletakan

dekat dengan benda yang lebih rendah suhunya dari tubuh.

2.1.7 Cara mencegah terjadinya kehilangan panas

Menurut APN (2008) untuk mencegah terjadinya

kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.

b. Letakkan bayi agar terjadi kotak kulit ibu ke kulit bayi.

c. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi.

d. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

2.1.8 Penanganan Bayi Baru Lahir Menurut Prawirohardjo (2009)

menyebutkan bahwa penanganan bayi baru lahir seperti dibawah ini:

a. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan

bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya, bila bayi mengalami asfiksia lakukan resusitasi.

Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses

perawatandengan mengeringkan kulit, yang dapat membantu

meminimalkankehilangan panas. Bayi harus dilakukan pengkajian

dan penilaiankondisi umum pada menit pertama dan ke-5 dengan

menggunakan nilaiAPGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui

apakah bayi menderitaasfiksia atau tidak. Kepanjangan nilai

APGAR adalah A (Appearance), P( Pulse), G (Grimace), A

(Active), R ( Respiration).
8

Tabel 2.1 Sistem Penilaian APGAR

Nilai
Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada <100 >100
jantung
Usaha napas Tidak ada Lambat-tidak Menangis dengan
teratur baik
Tonus oto Fleksi Beberapa fleksi Gerakan aktif
ekstermitas
Reflek Tidak ada Menyeringai Menangis kuat
Warna Biru pucat Tubuh merah Merah Muda
muda,
ekstermitas biru
Sumber : Hellen Varney, 2007

b. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan oksitosin.

c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat

bayi dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama.

d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara klem.

e. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering, menutupi

bagian kepala.

f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.


9

2.2 Berdasarkan Jurnal Ilmiah

2.2.1 Pemberian ASI Segera pada Bayi Baru Lahir, Linda Amalia,

Kesehatan Reproduksi

Satu diantara masalah kesehatan utama di Indonesia adalah

angka kematian bayi yang masih tertinggi daripada negara-negara

ASEAN lain (35 per 1000 kelahiran hidup dibandingkan dengan

Philipina (24,98 per 1000 kelahiran hidup) Brunei Darussalam (13,5

per 1000 kelahiran hidup), dan Singapura (3,5 per 1000 kelahiran

hidup).1Penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia

adalah penyakit infeksi terutama infeksi saluran napas dan diare.

Proporsi kematian bayi karena infeksi saluran napas adalah 27,6%

dan diare 9,4%. Proporsi kematian balita karena infeksi saluran

napas sebesar dan diare adalah 22,8% dan 13,2%.

Pada penelitian ini sejalan dengan Rahma (2013) terlihat

bahwa ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada tenaga

kesehatan mempunyai persentase yang tinggi yaitu 95,7% dan

sisanya 4,3% diperiksa oleh tenaga bukan kesehatan, tetapi secara

statistik tidak ada hubungan bermakna. Kemungkinan disebabkan

oleh pada saat pemeriksaan antenatal terdapat beberapa hal yang

kurang diperhatikan yaitu frekuensi pelayanan antenatal dan

frekuensi kunjungan yang tidak sesuai standar. Selain itu, petugas

kesehatan juga ada kemungkinan kurang menguasai pengetahuan

tentang kesehatan, aspek gizi, fisiologi menyusui dan juga memiliki

sikap yang kurang baik dan kurang mendukung terhadap menyusui.


10

Ada hubungan yang signifikan antara perilaku penolong

persalinan dengan pemberian ASI segera setelah melahirkan dengan

nilai OR = 0,006 (95% CI : 0,0010,032) artinya kemungkinan

pemberian ASI segera setelah melahirkan pada penolong persalinan

yang memberikan bayi untuk segera disusui adalah 0,006 kali

dibandingkan penolong persalinan yang hanya menganjurkan ibu

untuk segera memberikan ASI. Dukungan dari suami dan orang tua

sangat memegang peranan dalam menentukan pilihan ibu untuk

menyusui bayinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua

responden (100%) memiliki dukungan dari keluarga untuk

pemberian ASI segera setelah melahirkan.

2.2.2 Asuhan bidan dan perawat yang tepat mengurangi risiko

kejadian hipotermi pada bayi baru lahir, Nuli, Mei,

Sulistyaningsih, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta

Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan suatu

bangsa adalah derajat kesehatan ibu dan anak, upaya pemeliharaan

kesehatan anak ditujukan untuk menurunkan angka kematian anak

serta mempersiapkan generasi mendatang yang memiliki kualitas,

cerdas, dan sehat (Kemenkes, 2010). Enam koma tiga persen

kematian neonatal disebabkan oleh hipotermi (Kemenkes, 2015b).

Bayi baru lahir yang mengalami hipotermi secara global berkisar

8,5%-52%, bahkan di negara terbelakang mencapai 17 juta bayi baru

lahir mengalami hipotermia. Risiko ini meningkat pada 24-72 jam


11

pertama kehidupannya (Lunze et al., 2013; Farhadi et al., 2014;

Mullany, 2010). Asuhan bidan dan perawat yang tepat sesuai

rekomendasi WHO dalam the warm chain berpengaruh menurunkan

risiko terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir.

Rawat gabung bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat

serta membantu keberhasilan ASI eksklusif karena ibu mudah

mengenali tanda lapar pada bayi serta bayi dapat menyusu langsung

tanpa dijadwal. Kondisi ini mencegah terjadinya penurunan berat

badan yang berlebihan pada bayi, mengurangi risiko ikterus dan

infeksi serta bayi lebih tenang. Pada ibu dapat mencegah

pembengkakan payudara, terjadinya depresi serta ibu lebih percaya

diri ibu untuk mengasuh bayi (WHO, 1997; IDAI, 2008).

IMD yang merupakan salah satu bagian dari pencegahan

hipotermi merupakan kunci kesuksesan menyusui yang dipengaruhi

oleh pengetahuan, motivasi dan sikap penolong persalinan serta

dukungan suami, keluarga, dan masyarakat (UNICEF, 2013;Debes et

al., 2013). Keberhasilan melakukan IMD 17,5 kali lebih besar pada

ibu yang memperoleh dukungan dari bidan dan tenaga kesehatan

(Syam dan Amiruddin, 2015). Keberhasilan pemberian ASI

dipengaruhi oleh pemberian edukasi dan dukungan kepada ibu oleh

tenaga kesehatan (Nurbaeti dan Lestari, 2013). Komunikasi efektif

merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan IMD.


12

BAB 3

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

3.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh : Bidan Di : RS Amelia Pare

Pada tanggal : 11-02-2020 pukul : 08.00 WIB

3.1.1 Identitas

Namabayi : By.Ny.S

Umur : 1 Hari

Tanggal/jam lahir : 10-02-2020/ 14.08 WIB

Jeniskelamin : Laki-laki

NamaIbu : Ny.S NamaSuami : Tn.M

Umur : 40 Th Umur : 42 Th

Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Bogem Timur Penghasilan :

±Rp.2.000.000

3.1.2 Riwayatkehamilan

a. Gravida :3

b. Abortus :0
13

c. Aterm :2

d. Anak hidup :2

e. Selama hamil memeriksakan kehamilan di Bidan

f. Keluhan yang dirasakan selama hamil nyeri punggung

g. Riwayat penyakit kehamilan

- Perdarahan : Tidak ada

- Pre eklampsia/eklampsia: Tidak ada

- Penyakit kelamin : Tidak ada

- Lain-lain : Tidak ada

h. Kebiasaan selama hamil

- Makanan : Tidak ada

- Obat-obatan/jamu : Tidak ada

- Merokok : Tidak ada

- Lain-lain : Tidak ada

3.1.3 Riwayat persalinan

a. Jenis persalinan : SC

b. Penolong : Dokter

c. Ketuban : (+)

d. Komplikasi persalinan

- Ibu : Usia lebih 40 Th dan R.SC 2,5 Th

- Bayi : Tidak ada

e. Nilai APGAR : 7/8

f. BB : 3200 gr

g. PB : 49 cm
14

h. Keadaan bayi waktu lahir : Bayi tidak menangis, ketuban

mekonial

i. Resusitasi : Ya

- Pengisapan lendir : Ya Rangsangan : Taktil (+)

- Massage jantung : Tidak

- Oksigen : Tidak

- Therapi : Injekeksi cefo 2x160 mg, Vit.K,

Hb0

3.1.4 Riwayat masuk rumah sakit : Tidak ada

3.1.5 Alasan kunjungan : Rujukan

3.1.6 Keluhan utama : Usia dan R.SC

3.2 DATA OBYEKTIF

1.2.1 Keadaan Umum

Cukup

1.2.2 Pemeriksaan Umum

- Suhu : 36 ºC

- Nadi : 144x/mnt

- Pernafasan : 42x/mnt

- Berat badan sekarang: 3200 gr

1.2.3 Pemeriksaan Fisik

- Kepala : Tidak ada caput succedenium dan cephal hematom

- Mata : Simetris, tidak ikterik dan tidak pucat


15

- Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada

secret

- Telinga : Simetris tidak ada pengeluaran secret

- Mulut : Tidak sianosis dan tidak labiapalatokisis

- Leher : Tidak ada benjolan

- Dada : Tidak ada tertaksi dada bunyi jantung normal

- Perut :Bising usus normal dan tidak kembung

- Tali pusat : Tidak ada perdarahan

- Punggung : Tidak ada spina bifida

- Ekstremitas :

Atas : Jari tangan lengkap, tidak edema, tidak ada

sindaktili, tidak ada polidaktili, gerakan aktif

Bawah : Jari kaki lengkap, tidak edema, tidak ada

sindaktili, tidak ada polidaktili, gerakan aktif

- Genetalia : Tesis sudah turun ke skrotum

- Anus : (+) Berlubang

1.2.4 Refleks

- Refleks Moro : (+) baik, kuat

- Refleks Rooting : (+) baik, kuat

- Refleks Walking : (+) baik

- Refleks graphs/planta : (+) baik, kuat

- Refleks Sucking : (+) baik, kuat

- Refleks Tonic Neck : (+) baik, kuat


16

1.2.5 Antropometri

- UkuranKepala :Suboccipito Bregmatica : 29 cm

Frontooccipitalis : 31 cm

Mentooccipitalis : 33 cm

- Lingkar kepala : 33 cm

- Lingkar lengan atas : 10,5 cm

1.2.6 Eliminasi

- BAB (+)

- BAK (-)

3.3 Analisa/Diagnosa

By.Ny.S umur 1 hari dengan bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, SC di

RS Amelia Pare

3.4 PELAKSANAAN

1. Memberitahu ibu keadaan bayinya dalam kondisi normal dan tidak ada

kelainan

2. Menjelaskan pada ibu agar menjaga kehangatan bayi, dilakukan dengan cara

ibu memeluk bayinya agar kulit ketemu kulit memberikan suhu yang hangat

pada bayinya, dan menggunakan selimut bersih dan kering, sesering mungkin

memeriksa baju dan popok jika basah segera diganti terutama bayi BAB atau

BAK, dan menggunakan penutup kepala.


17

3. Menjelaskan tentang pemberian vitamin K untuk mencegah perdarahan,

imunisasi Hb0 untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis kepada bayinya

dan mengoleskan salep mata untuk mencegah infeksi pada mata bayinya.

4. Menganjurkan kepada ibu menyusui bayinya sesering mungkin, agar

payudara tidak membengkak akibat bendungan ASI dan selalu dibersihkan

sebelum dan sesudah menyusui agar sisa ASI tidak menempel pada payudara,

dan ajurkan ibu hanya memberikan ASI eksklusif saja untuk menunjang masa

perkembangan dan pertumbuhan bay i, serta memberikan dampak positif bagi

bayi, antara lain menjalin/memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi.

5. Menjelaskan pada ibu tentang perawatan tali pusat yang hanya menggunakan

kassa kering tanpa menambahkan alcohol atau betadine dan yang lainnya,

agar mencegah terjadinya infeksi, jika ada kelainan seperti berbau, berdarah,

dan ada keluhan lainnya langsung segera ke fasilitas kesehatan terdekat.

6. Menjadwalkan kunjungan ulang kepada ibu 1 minggu kedepan untuk

dilakukan imunisasi.
18

3.1 EVALUASI (Tanggal 11-2-2020. Jam.10.00 WIB)

S: 1. Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan

bidan

2. Ibu mengatakan sudah mengerti tentang anjuran yang diberikan

O: Ibu terlihat memperhatikan dengan seksama

A: By.Ny.S umur 1 hari dengan bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, SC

di RS Amelia Pare

P: 1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan bayinya

2. Ibu bersedia bayinya diberikan imunisasi dan salep mata

3. Ibu bersedia bayinya dilakukan perawatan intensive

4. Ibu bersedia memberikan ASI dengan bayi yang dirawat gabung dengan

ibunya

5. Ibu mengerti tentang penjelasan perawatan tali pusat

6. Ibu akan mengingat untuk melakukan imunisasi bayinya.


19

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru

saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri

dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011).

a. Data Subjektif

Berdasarkan data subjektif didapatkan By.Ny.S umur 1 hari dengan

bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir secara SC di RS Amelia

Pare dalam kondisi normal dan tidak ditemukan kalainan ataupun

komplikasi.

b. Data Objektif

Menurut teori data yang diperoleh melalui pemeriksaan inspeksi,

palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan data

tersebut meliputi: pemriksaan fisik, pemeriksaan sistematis dan

pemeriksaan penunjang.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari

hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien dan sumber penunjang

mengenai kondisi bayi. Dalam praktiknya pengkajian sudah dilakukan

sesuai dengan teori, sehingga dalam melakukan pengkajian data objektif

sudah dilakukan sesuai dengan teori dan tidakadanya kesenjangan antara

teori dan praktik.


20

Memberitahu pada ibu agar menjaga kehangatan bagi dengan

berbagai cara, agar mencegah bayi mengalami hipotermi.

Rawat gabung bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat serta

membantu keberhasilan ASI eksklusif karena ibu mudah mengenali tanda

lapar pada bayi serta bayi dapat menyusu langsung tanpa dijadwal.

Kondisi ini mencegah terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan

pada bayi, mengurangi risiko ikterus dan infeksi serta bayi lebih tenang.

Pada ibu dapat mencegah pembengkakan payudara, terjadinya depresi

serta ibu lebih percaya diri ibu untuk mengasuh bayi (WHO, 1997; IDAI,

2008).

Sehingga ibu dan bayi memiliki ikatan emosional tersendiri

melalui kontak langsung dan meberikan perhatian yang lebih pada

bayinya.

c. Analisa

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di

interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose spesifik.

Dilahan praktik interpretasi data sudah dilakukan sesuai dengan teori yang

ada dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

Diagnose pada By.Ny.S umur 1 hari dengan bayi cukup bulan,

sesuai masa kehamilan, lahir secara SC di RS Amelia Pare dadlam kondisi

normal dan tidak ditemukan kelainan.

d. Penatalaksanaan
21

Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit

langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu

dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat

guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu

menggunakanpakaian longgar berkancing depan (SaifuddinAB, 2014).

Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan

oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon

prolaktin. Prolaktin akanmempengaruhi kelenjar ASI ini untuk

memproduksi ASI di alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting susu

maka akan semakin banyak prolaktin dan ASI yang diproduksi. Penerapan

inisiasi menyusui dini (IMD) akan memberikan dampak positif bagi bayi,

antara lain menjalin/memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi,

memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum,

merangsang kontraksi uterus dan lain sebagainnya (Indrayani, 2013).

Menurut teori pelaksanaan disesuaikan dengan rencana manajemen

yang telah dibuat, kelancaran dalam pelaksanaan. Pada kasus diatas

pelaksanaan sudah dilakukan dengan perencanaan yang telah dibuat.

Sehingga pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

praktik.

d. Evaluasi

Menurut teori evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan

yang sudah dilakukan meliputi masalah teratasi, dan sudah sesuai dengan

diagnosa, sehingga tidak ada ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dan praktik
22

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Proses pengeringan bayi dengan segera setelah lahir dan mengganti

kain basah dengan kain kering dilakukan pada seluruh bayi baru lahir baik

kelahiran pervaginam maupun dengan operasi sectio caesaria. Pelaksanaan

IMD belum berjalan dengan baik. Pelaksanaan IMD terkendala pada

proses persalinan operasi sectio caesaria. Berdasarkan hasil penelitian,

karakteristik responden berdistribusi secara homogen, namun cara

persalinan memiliki pengaruh terhadap asuhan petugas dengan p-value

0,000. Hasil ini sejalan dengan penelitian Orun et al., (2010) dan Shwetal

et al,. (2012) yang menyatakan bahwa persalinan dengan operasi terutama

efek anastesi menjadi rintangan utama pada proses IMD serta ibu menjadi

kurang percaya diri. Penyebab penundaan pelaksanaan IMD pada ibu

paling sering terjadi pada persalinan sectio caesaria dan akibat kelelahan

yang dialami ibu. Penundaan pelaksanaan IMD mengakibatkan sekresi

ASI berkurang.

5.2 Saran

1. Bagi ibu dan keluarga

Diharapkan dapat menerapkan hidup dan perilaku sehat dalam

melakukan perawatan pada bayi baru lahior agar tehindar dari berbagai

risiko penyakit.
23

2. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan pendidikan

asuhan kebidanan dengan tetap dalam proses belajar mengajar dan

perbaikan praktik pembelajaran jadi lebih efektif dan lebih efesien

sehingga kualitas sumber daya di isntitusi meningkat.


24

DAFTAR PUSTAKA

Medika.2007.Jannah Nurul. Konsep Dokumentasi

Kebidanan:Jogjakarta,.

H.Ladewing. W. Marcia. Buku Saku Asuhan Ibu Dan Bayi Baru Lahir:

Jakarta:

Lumsden,Hilary.AsuhanKebidanan Pada Bayi Yang Baru Lahir.

Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar.

2012.Marmi,dkk.Asuhan Neonatus Bayi, Balita, . Yogyakarta : Pustaka

Maryunani, 2011. .Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta:

Medika.2010. Asuhan Pertumbuhan Neonatus Bayi dan Balita

Kehamilan,persalinan. Yogyakarta:

Nuha Medika; 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.

Jakarta:Salemba Medika

Pemberian ASI Segera pada Bayi Baru Lahir, Linda Amalia,

Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3,

No. 4, Februari 2009

Asuhan bidan dan perawat yang tepat mengurangi risiko kejadian hipotermi

pada bayi baru lahir, Nuli, Mei, Sulistyaningsih, Fakultas Kedokteran,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

Aisyiya ISSN 2477-8184 Vol 14, No. 1, Juni 2018, pp.49-58

Anda mungkin juga menyukai