Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI 0-12 BULAN PADA BY.NY.”J”


UMUR 9 BULAN DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA KARANG JINAWI
KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

VITA HAYIN RAHMAWATI

NIM. 201908128

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2020
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi 0-12 Bulan

Pada By.Ny.”J” Umur 2 Bulan Di Puskesmas Pembantu Desa Karang Jinawi

Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan

Timur” telah disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada Bayi 0-12

bulan.

Hari/tanggal : / Juli 2020

Samarinda, Juli 2020

Mahasiswa

Vita Hayin Rahmawati

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Endah Luqmanasari, SSiT., M.Kes Istikhomah, A.Md. Keb


KATA PENGANTAR

........................................................... Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat Menyelesaikan “Asuhan Kebidanan
Pada Bayi 0-12 Bulan Pada By.Ny.”J” Umur 9 Bulan di Puskesmas Pembantu
Desa Karang Jinawi Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi
Kalimantan Timur” Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun laporan ini
tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak yang diberikan kepada
penulis. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini karena keerbatasan pengetahuann dan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu kritik dan saran yang bermanfaat guna perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

Kediri, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 manfaat....................................................................................................3
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1 Kajian dari sumber pustaka.....................................................................4
2.2 Kajian dari jurnal penelitian...................................................................11
BAB 3 Tinjauan Kasus
3.1 Data subjektif.........................................................................................15
3.2 Data Objektif..........................................................................................17
3.3 Analisa data/Diagnosa............................................................................19
3.4 Penatalaksanaan......................................................................................19
3.6 Evaluasi..................................................................................................21
BAB 4 Pembahasan
4.1 Pembahasan............................................................................................22
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan.............................................................................................27
5.2 Saran.......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4000

gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak ada cacat bawaan, serta

ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Bayi

merupakan makhluk yang sangat peka dan halus, apakah bayi itu akan terus

tumbuh dan berkembang dengan sehat, sangat bergantung pada proses

kelahiran dan perawatannya. Tidak saja cara perawatannya, namun pola

pemberian makan juga sangat mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan bayi (Depkes RI, 2009).

Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan, bayi

premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Hayati, 2009).

Bayi (Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap

diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis (Goi, 2010).

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada

bayi dengan memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal

terhadap penyakit khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka

kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang

ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010).


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka di dapatkan suatu perumusan

masalah yaitu “ Bagaimana Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Bayi 0-12

bulan Pada By.Ny. “A” Umur 2 Bulan di Puskesmas Ujung Pandaran

Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi

Kalimantan Tengah Dengan Pendokumentasian SOAP”?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi 0-12

Bulan Pada By.Ny.”J” Umur 9 Bulan di Puskesmas Pembantu Desa

Karang Jinawi Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara

Provinsi Kalimantan Timu secara komprehensif.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif Pada By.Ny.”J” Umur 9

Bulan di Puskesmas Puskesmas Pembantu Desa Karang Jinawi

Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi

Kalimantan Timur

b. Melakukan pengkajian data objektif Pada By.Ny.”J” Umur 9

Bulan di Puskesmas Puskesmas Pembantu Desa Karang Jinawi

Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi

Kalimantan Timur
c. Melakukan Analisa Pada By.Ny.”J” Umur 9 Bulan di Puskesmas

Puskesmas Pembantu Desa Karang Jinawi Kecamatan Sepaku

Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur

d. Melakukan penatalaksanaan Pada By.Ny.”J” Umur 9 Bulan di

Puskesmas Puskesmas Pembantu Desa Karang Jinawi Kecamatan

Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan

Timur

e. Melakukan evaluasi Pada By.Ny.”J” Umur 9 Bulan di Puskesmas

Puskesmas Pembantu Desa Karang Jinawi Kecamatan Sepaku

Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur

f.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai metode penilaian pada para mahasiswa dalam

melaksanakan tugasnya dalam menyusun laporan, membimbing dan

mendidik mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan asuhan

kebidanan serta sebagai tambahan bahan referensi di perpustakaan

tentang asuhan kebidanan.

1.4.2 Bagi Ibu dan Keluarga

Ibu dan Keluarga mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan

secara komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan

mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan Keluarga

Berencana.

1.4.3 Bagi Petugas Kesehatan


Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang

sudah ada serta mutu pelayanan kesehatan berupa penyuluh kesehatan

khususnya dalam upaya deteksi dini kehamilan.

1.4.4 Bagi Lahan Praktek

Menambah pengetahuan dan referensi tentang pemberian

asuhan kebidanan secara continuity of care pada kehamilan,

persalinan, nifas, neonatus, dan keluarga berencana secara

berkesinambungan dengan pendekatan manejemen kebidanan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Imunisasi

2.1.1 Definisi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut

tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes RI 12,

2017). Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit. (Atikah, 2010).

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit

menular seperti campak, difteri, dll. Beberapa vaksin imunisasi dapat

diberikan tidak hanya untuk anak sejak bayi hingga remaja, imunisasi

ini bisa juga diberikan untuk orang dewasa. Imunisasi merupakan

pembentukan antibodi yang berguna untuk meningkatkan kekebalan

tubuh pada seseorang sehingga dapat mencegah atau mengurangi

akibat penularan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi

(PD3I).

Menurut Hidayat (2010) Imunisasi merupakan salah satu cara

untuk memberikan kekebalan kepada bayi dari berbagai macam

penyakit, sehingga diharapkan anak tetap dalam keadaan sehat.

Imunisasi bertujuan untuk mencegah bagi diri sendiri dan dapat

melindungi orang sekitarnya. Imunisasi sendiri memberikan


kekebalan individu dan kelompok atau komunitas. Semakin banyak

yang tidak diimunisasi dalam suatu komunitas risiko penularan

semakin tinggi, bahkan yang sudah di imunisasi dapat tertular.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit

tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa

penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat

Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, difteri, tetanus,

hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput otak, dan

radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi

dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan

kecacatan atau kematian (Permenkes RI, 2017).

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan

pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk

melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima

jenis imunisasi dasar yang idwajibkan pemerintah adalah imunisasi

terhadap tujuh penyakit yaitu, TBC (Tuberculosis), difteri, tetanus,

pertusis (batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B

(Maryunani, 2010).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut

tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI,
2013). Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada

penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh

dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh

et.al, 2011).

2.1.2 Tujuan imunisasi

Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan

terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut

Permenkes RI (2017), program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan

umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian

akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya

cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target

RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal Child

Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL

disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan tercapainya

reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi.

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada

sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya

dari dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar

variola (Ranuh et.al, 2011).


Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan

kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta

anak yang disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara 15 penyakit

yang sering berjangkit (Proverawati dan Andhini, 2010). Tujuan

pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh terhadap

serangan penyakit terutama polio, cacar, gondok, rubella, pertusis,

difteri, tatanus, infeksi Haemophilus dan hepatitis B dengan

memberikan vaksin pada bayi (Nurjanah dkk., 2013).

2.1.3 Jenis-jenis imunisasi

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak

menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam,

yaitu:

2.1.3.1 Imunisasi aktif Merupakan suatu pemberian bibit penyakit

yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun

tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan

terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat

mengenali dan merespon.

2.1.3.2 Imunisasi pasif Merupakan suatu proses peningkatan

kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin,

yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang

dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat

bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan

untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh

yang terinfeksi (Atikah,2010,pp.10- 11).


2.1.4 Konsep Imunisasi Campak

2.1.4.1 Pengertian Imunisasi Campak

Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer

antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan

sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang

pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam

imunitas.

Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan

kekebalan seorang secara aktif terhadap virus campak sehingga

bila kelak ia terpajan pada antigen yang ssuai serupa tidak

terjadi penyakit. Vaksin Campak diberikan pada bayi berusia 9

bulan secara subkutan maupun intramuskular di otot deltoid

lengan atas dan dilanjutkan pemberian vaksin kembali pada

saat anak masuk SD (program BIAS) .

Selain itu vaksinasi campak juga dapat diberikan pada

kesempatan kedua sesuai dengan crash program campak yaitu

pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6. Apabila anak telah

mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan

imunisasi pada umur 6 tahun maka ulangan campak pada saat

masuk SD tidak diperlukan.

2.1.4.2 Epidemiologi Penyaklit Campak

Sejak tahun 1970 penykit cammpak di Indonesia telah

mendapatkan perhatian khusus, yaitu sejak terjadi wabah

campak yang cukup seriuys di pulau Lombok dengan kematian


330 jiwa dari 12.017 kasus dan di pulau Bangka terdapat 65

kematian diantara 407 kasus. Kejadian luar biasa campak

masih sering terjadi misalnya di daerah Cikeusal, kabupaten

Serang. Pada tahun 1998 di Pelembang, Madura, Lampung dan

Bengkulu, terbanyak pada kelompok usia 5-9 tahun. Penyulit

pada penyakit Campak yang sering dijumpai adalah

bronkopneumonia, gasttroenteritis, dan ensefalitis.

2.1.4.3 Efek Samping

a. Demam ringan > 39, 50C, biasanyan setelah hari ke – 5 – 6

selama 2 hari.

b. Diare

c. Konjungtivitis

d. Ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi , dan berlangsung

selama 2 – 4 hari.

e. Biasanya terjadi ensefalitis.

f. Kemerahan selama 3 hari.

2.1.4.4 Diagnosis Penyakit Campak

Diagnosis kasus campak dibuat atas dasar kelompok

gejala klinik yang sering berkaitan, yaitu conza dan mata

radang disertai batuk dan demam yang tinggi beberapa hari

diikuti ruam mukopopular pada kulit yang memiliki ciri khas.

Ruam timbul diawali dari belakang telinga kemudian

menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan

dengan meningkatkan suhu tubuh. Pada stadium prodromal


dapat ditemukan enatem di mukosa pipi yang merupakan tanda

patognomosis penyakit campak yaitu bercak koplik. Pada saat

penyembuhan, ruam merah menghitam dan selanjutnya

mengelupas.

2.1.4.5 Jenis Vaksin

a. Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak

yaitu

b. Vaksin dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe

Edmonston B)

c. Vaksin danvirus campak yang dimatikan (virus campak

yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan

larutan garam Aluminium)

2.1.4.6 Dosis dan Cara Pemberian

a. Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang

dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0.5 ml

b. Untuk vaksin hidup pemberian dengan 20 TCID50 saja

mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.

c. Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun

demikian juga dapat diberikan secara intramuskuler.

d. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai

macam cara.satu indikator pengaruh vaksin terhadap

proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak

sesudah pelaksanaan program imunisasi.


e. Pada saat ini negara berkembang angka kejadian campak

masih tinggi dan sering kali dijumpai penyulit, maka WHO

menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi

diumur 9 bulan.

f. Untuk negara maju imunisasi campak (MMR) Ndianjurkan

pada anak diantara umur 12 – 15 tahun.

2.1.4.7 Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

a.  Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai pada

imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki

imunitas swebagai akibat dari imunisasi campak yang telah

menuun dengan digunakannya vaksin campak yang

dilemahkan.

b. Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,50 C yang

terjadi pada 5 – 15 % kasus, demam mulai dijumpai pada

hari ke 5 – 6 sesudah imunisasi dan berlangsung 2 hari.

c. Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi,

walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut dapat

merangsang terjadinya kejang

d. Ruam dapat dijumapi pada 5% resipien, timnul pada hari ke

7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung pada 2-4 hari. Hal

ini sukar dibedakan modified measles akibat imunisasi

yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi

pada saat inkubasi penyakit alami.


e. Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem

saraf pusaf seperti ensefalitis dan ensefalopati pada

imunisasi. Landrigan dan Witte memperkiran resiko

terjadinyta kedua efek samping tesebut selama 30 hari

sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis

vaksin.

2.1.4.8 Imunisasi Ulangan

Penelitian di Jogja, Ambon, dan Palu oleh Badan

Lingkas Depkes mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah

per provinsi pada tahun 1998, menunjukkan status antibodi

campak cukup tinggi yaitu 26 – 32,6 %, atas dasar penelitian

tersebut ulangan imunisasi campak diberikan ulangan pada

umur 6 – 7 tahun melalui program BIAS .

Imunisasi ulang dianjurkan bila dalam siatuasi tertentu.

a. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun

dan terbukti potensi vaksin yang digunakan kurang baik

(tampak peningkatan insiden kegagalan vaksinasinasi).

Pada bulan tidak disarankan mengulang imunisasinya

tetapi hal ini bukan merupakan kontra indikasi.

b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus

campak maka anak SD, SMP, SMA dan diberikan

imunisasi uang.

c. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus

campak.
d. Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang

virusnya sudah dimatikan (vaksin inaktif)

e. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin

f. Setiap yang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasi

2.1.4.9 Kontra Indikasi

Indikasi kotra imunisasi campak berlaku bagi mereka

yang sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh

pengobatan imunosuprosif, hamil, memiliki riwayat alergi,

sedang memperoleh pengobatan imunoglolin atau bahan –

bahan berasal dari darah, leukimia, penyakit Hodgkin,

defisiensi imunologik, alergi protein telur, wanita hamil,

hipersensitifitas dengan kanamisisn dan eritrimisin, tuberkulin

tes di tangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak,

demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas, dan diare.

2.1.4.10 Cara Pemberian

Vaksin campak dianjurkan didalam satu dosis 0,5 ml

secara subkutan dalam, lebih baik pada lengan atas. Satu dosis

vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan terhadap

infeksi. Imunisasi campak dilakukan pada umur 9 bulan (270

hari), karena masih ada antibodi yang diperoleh oleh ibu.


2.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Jurnal Ilmiah

Hubungan Imunisasi Campak Dengan Kejadian Campak Di

Provinsi Jawa Timur Tahun 2018

Hasil dari uji korelasi pearson antara imunisasi campak pada bayi dan

kejadian campak tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2016

menunjukkan hasil signifikansi = 0,04 sehingga p <  artinya adanya

hubungan antara imunisasi campak pada bayi dengan kejadian campak. Hasil

korelasi pearson menunjukkan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi

linier negatif (pearson correlation = -0,33), artinya semakin tinggi cakupan

imunisasi campak pada bayi, maka semakin rendah pula jumlah kasus

campak. Hasil dari uji korelasi pearson antara imunisasi campak pada balita

dan kejadian campak tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2016

menunjukkan hasil signifikansi = 0,94 sehingga p >  yang artinya tidak ada

hubungan antara cakupan imunisasi campak balita dengan kejadian campak.

Hasil korelasi pearson menunjukkan kekuatan korelasi lemah dan arah

korelasi linier negatif (pearson correlation = -0,02), artinya semakin tinggi

imunisasi campak pada balita, maka semakin rendah jumlah kasus campak.

Tabel 4 Hasil Uji Korelasi Pearson Imunisasi Campak pada Bayi dan Balita

dengan Kejadian Campak Campak Imunisasi campak pada bayi Imunisasi

campak pada balita Pearson correlation -0,33 -0,02 Sig. (2-tailed) 0,04 0,92 N

38,00 38,00 PEMBAHASAN Kejadian Campak tiap Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa di

tahun 2015, jumlah kasus campak terbanyak diderita oleh berjenis kelamin

laki-laki, namun di tahun 2016, kejadian campak lebih banyak diderita oleh
berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jensen et

al (2014) menunjukkan bahwa jumlah kejadian campak lebih banyak diderita

oleh berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nurlaila & Hanna (2016), bahwa penderita campak lebih

banyak diderita oleh berjenis kelamin perempuan (60%) daripada laki-laki

(40%) dan nilai OR sebesar 1,50 yang artinya anak perempuan mempunyai

risiko terkena campak sebesar 1,50 kali lebih besar daripada anak laki-laki.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Agustina, Sety, & Tina (2018), yang menunjukkan bahwa kasus campak lebih

banyak diderita oleh berjenis kelamin laki-laki (58,80%) daripada perempuan

(41,20%). Penelitian lainnya yaitu penelitan yang dilakukan oleh Isu,

Weraman, & Pecauly (2016) bahwa jenis kelamin pada penderita campak

lebih banyak pada laki-laki (52%), dengan OR sebesar 1,27 yang artinya anak

dengan jenis kelamin lakilaki memiliki risiko menderita penyakit campak

sebesar 1,27 kali lebih besar dibandingkan dengan anak dengan jenis kelamin

perempuan. Penelitian lainnya, Liwu, Rampengan, & Tatura (2016) bahwa

penyakit campak lebih banyak diderita oleh anak dengan jenis kelamin laki-

laki (57,60%) daripada perempuan (42,40%)


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”J” UMUR 9 BULAN DI


PUSKESMAS PEMBANTU DESA KARANG JINAWI KECAMATAN
SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR

3.1 PENGKAJIAN

1.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh: Bidan Di : Puskesmas

Pada tanggal : 15 Juni 2020 Pukul : 08.00 WIB

1.1.1 Identitas

Nama bayi : By.Ny.J

Umur : 9 bulan

Tanggal/jam lahir : 22-05-2020/09.15 WIB

Jenis kelamin : Perempuan

Nama Ibu : Ny.J Nama Suami : Tn.S

Umur : 25 Th Umur : 27 Th

Suku/ Bangsa : Bugis Suku/ Bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani

Penghasilan/bulan : - Penghasilan/bulan: Rp.2.000.000.’

Alamat : Desa Karang Jinawi Rt.06


1.1.2 Riwayat kehamilan

a. Gravida : G3

b. Abortus :0

c. Aterm :0

d. Anak hidup :3

e. Selama hamil memeriksakan kehamilan di Puskesmas Pembantu

f. Keluhan yang dirasakan selama hamil mual muntah

g. Riwayat penyakit kehamilan

- Perdarahan : Tidak ada

- Pre eklampsia/eclampsia : Tidak ada

- Penyakit kelamin : Tidak ada

- Lain-lain : Tidak ada

h. Kebiasaan selama hamil

- Makanan : Tidak ada pantangan

- Obat-obatan/jamu : Tidak ada

- Merokok : Tidak ada

- Lain-lain : Tidak ada

1.1.3 Riwayat persalinan

a. Jenis persalinan : Normal spontan

b. Penolong : Bidan

c. Ketuban pecah : Segera setelah pembukaan lengkap Warna

ketuban jernih

d. Komplikasi persalinan

- Ibu : Tidak ada


- Bayi : Tidak ada

e. Nilai APGAR : 8/9

f. BB : 2.500gr

g. PB : 49 cm

h. Keadaan bayi waktu lahir : Bayi lahir menangis spontan

1.1.4 Riwayat masuk rumah sakit : Tidak ada

1.1.5 Alasan kunjungan : Tidak ada

1.1.6 Keluhan utama : Tidak ada keluhan

1.2 DATA OBJEKTIF

1.2.1 Keadaan Umum

Keadaan umum baik

1.2.2 Pemeriksaan Umum

- Suhu : 36.3ºC

- Nadi : 100.x/mnt,

- Pernafasan : 35 x/mnt,

- Berat badan sekarang : 8500 gr

1.2.3 Pemeriksaan Fisik

- Kulit : Warna kemerahan, tidak terkelupas

- Kepala : Simetris kanan/kiri, tidak ada caput succedenium

dan cephal hematom.

- Muka : Kemerahan dan tidak oedema

- Mata : Simetris kanan/kiri, konjungtiva tidak pucat dan

sclera tidak ikterik


- Telinga : Simetris kanan/kiri dan tidak terdapat pengeluaran

secret

- Hidung : Tidak terdapat secret dan tidak ada pernafasan

cuping  hidung

- Mulut : Tidak sianosis dan tidak ada labiopalatoschizis

- Leher : Tidak ada benjolan dan tidak ada kaku kuduk

- Dada : Sreteksi sterna simetris kanan/kiri, dan tidak

terdapat retraksi sterna,bising jantung normal

- Abdomen : Tidak ada perdarahan tali pusat, bising usus,

normal dan tidak kembung

- Genitalia : Testis sudah turun ke scrotum

- Anus : (+) berlubang

- Ekstremitas : Simetris kanan/kiri

- Atas : Jari tangan lengkap, tidak edema, gerakan aktif.

- Bawah : Jari kaki lengkap, tidak edema,gerakan aktif.

1.2.4 Refleks

- Refleks Moro : (+) Baik, saat diberi rangsangan, kedua

tangan dan kaki bayi seakan merangkul.

- Refleks Rooting : (+) Baik, saat diberi rangsangan pada pipi,

bayi langsung menoleh ke arah rangsangan.

- Refleks Sucking : (+) Baik, bayi menghisap kuat saat diberi

ASI

- Refleks Grasfing : (+) Baik, pada saat telapak tangan disentuh

bayi menggenggam
1.2.5 Antropometri

- Lingkar kepala : 43 cm

- Lingkar lengan atas : 11 cm

1.2.6 Eliminasi

- Miksi : Ya Warna : Kuning Jernih

- Mekoneum :Ya Warna : Hijau Kehitaman

1.1 ANALISA/DIAGNOSA

BY. NY. “J” Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak

1.2 Intervensi

a. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya

b. Jelaskan pada Ibu tentang pentingnya imunisasi campak

c. Siapkan alat vaksin campak.

d. Suntikkan vaksin campak pada bayi secara SC pada lengan kiri atas

bayi.

e. Berikan antipiretik yang sesuai untuk  mengatasi demam pada bayi.

f. Anjurkan Ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya dan makanan

pendamping ASI yang bergizi seimbang.

g. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai.

h. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak

i. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.

j. Dokumentasi tindakan dalam buku KIA dan register imunisasi


1.3 Penatalaksanaan

a. Memberitahu kepada ibu tentang keadan anaknya

b. Menjelaskan pada Ibu tentang pentingnya imunisasi campak bahwa

imunisasi campak itu penting bertujuan untuk mencegah penularan

campak yang dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang

otak, dan kebutaan.

c. Menyiapkan alat vaksin campak ;

- Vaksin campak o,5 ml

- Kapas

d. Menyuntikkan vaksin campak pada bayi secara SC pada lengan kiri

atas bayi.

e. Memberikan antipiretik yang sesuai untuk  mengatasi demam pada

bayi:

Parasetamol syrup 120 gram 3 x ½ sendok / hari

f. Menganjurkan Ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya dan

makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang.

g. Memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai.

h. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak

i. Menganjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan.

j. Mendokumentasi tindakan dalam buku KIA dan register imunisasi


1.4 Evaluasi

Tanggal / jam : 22 Juni 2020/ 11.00 WIB

1)      KU : Baik                                       Kesadaran          : CM

        T   : -                                             HR         : 100 x / menit

RR : 30 x / menit                           S             : 36,50C

a. Ibu sudah mengerti bahwa bayinya dalam keadaan sehat.

b. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak.

c.  Alat vaksin imunisasi campak sudah disiapkan.

d. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada bayi.

e.  Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam pada

bayi.

f. Ibu bersedia untuk tetap memberikan ASI dan makanan pendamping

ASI yang bergizi seimbang.

g. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai.

h. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak

i. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.

j. Tindakan sudah didokumentasikan dalam buku KIA dan register

imunisasi.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Berdasarkan dari data subjektif didapatkan keluhan Ny. J Pada kasus

imunisasi campak. Imunisasi merupakan tindakan efektif dalam pencegahan

dan penurunan angka kesakitan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I) yang diperkirakan menyumbang 2 hingga 3 juta kematian

tiap tahunnya.

Berdasarkan jurnal (Susanti, 2019) tindakan untuk mengurangi nyeri

pada saat pemberian imunisasi adalah dengan Strategi FTS dapat menurunkan

nyeri dengan cara memberi banyak stimulus sehingga menghambat impuls

nyeri ke otak, didasari bahwa aktivitas retikuler dapat menghambat nyeri jika

seseorang diberi stimulus yang banyak maka akan menghambat input sensori

nyeri sampai ke otak. Pemberian ASI oleh ibu kandung bayi dan stimulus

yang menyenangkan seperti dengan yang menimbulkan bunyi, dengan

berbagai macam warna mainan dapat merangsang sekresi endorphin sehingga

memblok transmisi nyeri. Endorphin merupakan asam amino yang mengikat

reseptor opiate yang berada di otak yang dapat memberi efek analgesik.

Menurut bidan, tindakan yang dilakukan adalah dengan memberikan

ASI dengan posisi sitting up saat penyuntikan imunisasi, juga memberikan

distraksi berupan mainan bersuara (krincingan).

Berdasarkan tindakan bidan dengan teori yang didasarkan pada jurnal,

maka tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Respon nyeri bayi saat imunisasi biasanya disebabkan karena

pengaruh psikologis berupa kurangnya rasa nyaman yang dirasakan bayi oleh

karena kurangnya dukungan orang tua dan pengaruh fisik akibat dari

ketidaknyamanan berupa injeksi vaksin. Oleh karena itu, strategi FTS dapat

menurunkan nyeri dengan cara memberi banyak stimulus yaitu pemberian

ASI, posisi sitting up dan pengalihan nyeri dengan krincingan sehingga bayi

merasa nyaman karena didekap dan diperhatikan, sehingga dapat

menghambat impuls nyeri ke otak. Sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan peneliti dimana ada pengaru FTS terhadap respon nyeri pada bayi

saat imunisasi campak dan measles rubella.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Ibu dan Keluarga

Diharapkan dapat menerapkan hidup dan perilaku sehat dalam

melakukan pemberian ASI eksklusif dan rutin imunisasi pada bayinya

agar daya tahan tubuh bayi terlindungi dan tidak mudah sakit.
5.2.2 Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan pendidikan

asuhan kebidanan dengan tetap dalam proses belajar mengajar dan

perbaiki praktek pembelajaran jadi lebih efektif dan lebih efesien

sehingga kualitas sumber daya di institusi meningkat

5.2.3 Bagi Penulis

Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi

pengetahunan tentang bayi baru lahir sehingga kedepannya dapat

memberikan asuhan yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan

berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar. 2018. Profil tahun 2017. Padang: Dinkes
Sumbar

Dinkes Kota Padang. Profil kesehatan kota Padang tahun 2017. Padang: Dinkes
Kota Padang; 2018.

Harianti M, Mediani HS, Nurhidayah I. 2017. Pengaruh breastfeeding terhadap


intensitas nyeri pada bayi yang mendapat imunisasi: literature review.
JAMC idea’s.

Soetjiningsih. 2016.Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC

Sarimin S, Moningka L, Jansen A. 2015.Gambaran respon perilaku nyeri bayi


pada pemberian suntikan imunisasi dasar di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malayang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Perawat Manado.

Aziz A, Hidayat A. 2011. Praktik klinik: aplikasi dasardasar praktik kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika;

Sarimin, SD. 2012. Efektivitas paket dukungan keluarga (PDK) terhadap respon
perilaku nyeri bayi yang dilakukan prosedur imunisasi di RSUD Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado [tesis]. Jakarta: Fakultas Keperawatan Universitas
Indonesia;

Putra IB. 2014. Guptayana PS, Windastra IM, Gandasari NA. Pengaruh family
triple support (FTS) berbasis atraumatic care terhadap respon nyeri bayi
saat imunisasi di Puskesmas I Denpasar Barat [tesis]. Denpasar:
Keperawatan, Universitas Udayana;

Anda mungkin juga menyukai