Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehamilan merupakan salah satu periode yang akan dialami oleh hampir semua
wanita dalam fase hidupnya. Masa ini pada dasarnya merupakan peristiwa fisiologis
alami dimana seorang wanita mengandung janin dalam rahimnya sebagai hasil
pembuahan sel telur oleh sperma selama kurang lebih 280 hari atau 40 minggu terhitung
sejak hari pertama menstruasi terakhir (Aprilia dan Ritchmond, 2013). Kehamilan bisa
menimbulkan perubahan kondisi fisik dan emosi fluktuatif bagi wanita yang
mengalaminya (Aprisandityas dan Elfrida, 2012). Perubahan fisik dan emosi ini
sebenarnya merupakan kondisi normal yang kejadiannya hampir mirip ketika menjelang
masa haid (pre menstruation syndrome). Perubahan fisik yang terjadi misalnya seperti
bentuk tubuh yang lebih berisi dan perut yang semakin membesar dari waktu ke waktu,
sedangkan perubahan emosi lebih mengarah pada munculnya rasa cemas, ketakutan,
dan khawatir yang muncul secara mendadak.
Ariani (2012), dalam sebuah artikel online gatra.com, menyebutkan bahwa terdapat
tiga kondisi utama psikologis wanita yang sedang hamil yaitu kecemasan, depresi dan
bahagia. Secara umum, kecemasan dapat diartikan sebagai adanya perasaan-perasaan
khawatir atau prediksi akan keberadaan ancaman yang membahayakan individu.
Menurut Spielberger (1972), kecemasan adalah suatu reaksi emosional kompleks
individu yang dipicu oleh situasi spesifik yang dinilai mengancam oleh individu yang
mengalaminya. Dalam hal ini, sesuatu yang ditakutkan ataupun yang dikhawatirkan
tersebut tidak jelas. Kecemasan yang biasanya meliputi perasaan ibu hamil misalnya
seperti bagaimana kondisi janin, apakah janin sehat atau tidak, bisa melahirkan normal
atau harus dilakukan tindakan operasi caesar, berkembangnya mitos-mitos yang salah
seputar persalinan, dan lain sebagainya. Apabila kecemasan yang dirasakan sudah
terlalu mendalam, maka ibu hamil tersebut bisa mengalami depresi terutama apabila ibu
hamil ini kurang memiliki mental yang kuat dan dukungan yang cukup dari orang-orang
terdekatnya.
Ibu hamil, terutama bagi mereka yang baru mengalami kehamilan pertama
(primigravida) cenderung mengalami kecemasan. Salah satu penyebabnya adalah
karena kehamilan merupakan sesuatu yang baru dialaminya (Musbikin, 2006 dalam
Arafah dan Aizar, 2012). Selain itu, kecemasan pada primigravida salah satunya terjadi
karena adanya anggapan bahwa proses melahirkan itu identik dengan peristiwa yang
menakutkan, menyakitkan, dan lebih menegangkan dibanding peristiwa apapun dalam
kehidupan (Aprilia dan Ritchmond, 2013).
Banyaknya fenomena ibu primigravida yang mengalami kecemasan kehamilan yang
lebih tinggi dibanding ibu hamil kedua, diperlukan suatu pelayanan kehamilan dan
persalinan yang memberikan kenyamanan untuk menurunkan tingkat kecemasan ibu
primigravida dalam menghadapi persalinan mereka. Beberapa praktisi kebidanan dan
pakar kesehatan holistik di Indonesia seperti Robin Lim, Lanny Kuswandi, dan Yesie
Aprilia mencetuskan kembali suatu konsep prosedur persalinan dengan cara yang
lembut dan nyaman yang dikenal dengan istilah gentle birth. Gentle birth adalah metode
persalinan yang tenang, lembut, santun dan memanfaatkan semua unsur alami dalam
tubuh manusia (Aprilia & Ritchmond, 2013).
Gentle birth bukanlah sesuatu yang bisa didapat secara instan, tetapi merupakan
serangkaian proses yang harus dilakukan sejak masa kehamilan, proses persalinan
hingga bayi dilahirkan. Menurut Aprilia & Ritchmond (2013), terdapat 11 elemen kunci
dalam rangkaian gentle birth. Elemen pertama yaitu persiapan dari segi fisik seperti
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, minum yang cukup, berolahraga ringan;
serta persiapan mental misalnya dengan cara relaksasi, meditasi maupun afirmasi
positif. Elemen kedua yaitu lingkungan bersalin yang meyakinkan dan menenangkan.
Elemen ketiga hingga ketujuh dilaksanakan ketika proses persalinan yakni kebebasan
bergerak atau mengatur posisi sendiri ketika bersalin, ketenangan suasana tempat
bersalin, cahaya remang-remang atau redup dalam ruangan bersalin, dukungan yang
terus-menerus selama persalinan baik dari keluarga terdekat maupun dari pendamping
persalinan. Elemen ke tujuh adalah meyakini kekuatan alam bahwa tubuh wanita akan
memberikan tanda-tanda alami tepat pada waktunya. Hal yang harus diperhatikan
adalah merasakan dan menyadari tanda-tanda tersebut, mempercayai kekuatan tubuh,
kekuatan bayi dan membiarkan mereka bersinergi secara alami dalam proses
persalinan.
Berdasarkan penjabaran tersebut, penulis tertatik untuk melakukan pencarian
mengenai Gentle Birth.
2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui secara empiris dan mendalam
mengenai pengaruh persiapan gentle birth terhadap
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gantle Birth
Gentlebirth adalah sebuah filosofi dalam persalinan yang tenang, penuh
kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia.
Penolong dan pendamping harus membantu dengan tenang dan suara yang lembut,
sehingga pada saat bayi lahir, suasana di sekelilingnya tenang, hening, dan penuh
kedamaian. Proses persalinan yang tenang, lembut, santun dan minum trauma ini
bukanlah sebuah standart operasional prosedur (SOP) atau seperangkat aturan
yang harus diikuti. Sebaliknya, itu adalah sebuah pendekatan dalam proses
kelahiran alami yang menggabungkan nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh
wanita itu sendiri.(Aprilia 2014)
Setiap kelahiran seorang bayi adalah pengalaman yang kuat dan selalu
transformasional. Setiap kelahiran adalah pengalaman unik bagi wanita yang
melahirkan dan bayi yang dilahirkan. Bagi banyak wanita, pengkondisian sosial awal
akan menciptakan keyakinan bahwa mereka tidak dapat melahirkan secara normal.
Kesalahpahaman ini harus diganti dengan pemahaman tentang filosofi gentle birth.
Ketika seorang wanita menyadari bahwa tubuh mereka benar-benar tahu
bagaimana untuk melahirkan dan bayi mereka yang tahu bagaimana untuk lahir,
mereka akan mendapatkan kepercayaan diri bahwa mereka bisa mengalami gentle
birth.
Gentle birth membutuhkan persiapan sejak masa kehamilan. Baik persiapan
fisik maupun mental calon ibu. Persiapan fisik meliputi latihan pernapasan, olahraga
ringan, pijat, dan konsumsi makanan sehat. Mental ibu pun perlu disiapkan dengan
rutin melakukan relaksasi hypno-birthing, meditasi, afirmasi positif, dan menjaga
ketenangan jiwanya. Persiapan mental ibu menjadi hal penting yang akan
memengaruhi kesuksesan gentle birth ini.
Manfaat gentle birth tidak hanya bisa dirasakan oleh ibu, tetapi juga
menguntungkan bayi dan keluarga sekitarnya. Diantara manfaat gentle birth untuk
ibu hamil salah satunya adalah ibu dapat bersalin dengan tenang, bebas dari
ketakutan dan kecemasan, sementara kecemasan menjelang persalinan merupakan
masalah yang pada umumnya dialami oleh ibu hamil.
2.2. Prinsip-Prinsip Persalinan Holistik Gentle Birth)
Menurut Kuswandi (2014) dan Aprillia dan Ritchmond (2013), ada beberapa
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam persalinan holistik (Gentle Birth), yaitu :
a. Melahirkan dipandang sebagai momen yang harus “dirayakan” dengan
penuh rasa hormat, damai, dan sakral oleh semua yang terlibat di dalamnya.
b. Adanya peran serta keluarga, terutama suami, untuk memberikan dukungan
mental dan spiritual.
c. Rasa mulas dan nyeri menjelang melahirkan dipandang sebagai mekanisme
alamiah tubuh untuk membantu melahirkan bayi.
d. Tidak harus di rumah. Gentle Birth tetap bisa diberlakukan pada ibu yang
menjalani operasi caesar atau menjalani prosedur medis lainnya, selama
prinsip-prinsipnya dipenuhi.

Andriana (2013), mengungkapkan bahwa Gentle Birth memandang

a. Proses melahirkan adalah proses terindah, penuh cinta kasih, dan sudah
selayaknya dilakukan dengan nyaman.
b. Memberikan kebebasan pada ibu untuk memilih cara bersalinnya, selama
ibu dan bayi nyaman.
c. Pertimbangan secara medis dan kondisi ibu-janin sudah diketahui dengan
jelas.
d. Meminimalisasi intervensi medis yang terjadi, terutama pada penggunaan
obat bius karena mengandalkan reaksi alami tubuh ibu
e. Ibu memberdayakan dirinya selama hamil
f. Kehamilan ibu diupayakan sehat, normal dan tenang untuk kelancaran
proses Gentle Birth.
g. Kondisi pikiran dan mental ibu adalah penentu utama kelancaran proses
melahirkan.
h. Kehadiran doula membantu ibu nyaman secara batin untuk Gentle Birth.
i. Menyiapkan suasana ruang persalinan (di rumah ataupun RS) sesuai
dengan keinginan ibu agar terasa nyaman.
j. Percaya bahwa bayi mengetahui kapan harus lahir dan akan memberi
respon alaminya kepada ibu.
k. Masa-masa persalinan dinikmati dengan tenang, rileks, bahagia dan sabar.
l. Ibu bebas menentukan apa yang ingin dilakukan tanpa perlu khawatir
terhadap prosedur, baik sebelum, selama dan setelah proses persalinan.
m. Bayi baru lahir bebas menikmati proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sampai
puas, 14) bayi tetap bersama ibunya dan tidak dipisahkan atau dibawa
pergi.

Selain itu menurut Aprillia dalam Noorastuti dan Saraswati (2012), prinsip-
prinsip lain persalinan holistik alami (Gentle Birth) yaitu :

a. Cahaya lampu dalam ruang bersalin harus redup.


b. Menangkap dan memindahkan bayi baru lahir lebih lembut.
c. Membuat suasana tenang di ruang bersalin.
d. Kebebasan bergerak bagi ibu bersalin.
e. Membiarkan tali pusat utuh atau menunda pemotongan tali pusat segera.
f. Bayi harus segera berada di pelukan ibu.
g. Membiarkan bayi merangkak di atas dada ibu untuk menyusu (Inisiasi
Menyusu Dini).
h. Menyediakan air hangat mendekati suhu rahim untuk persalinan waterbirth.
i. Pemegang kendali persalinan adalah ibu, bukan bidan atau dokter.

Dari paparan di atas terlihat bahwa untuk mendapatkan persalinan Gentle Birth
ada babarepa kunci dan prinsip yang harus di jalani, Aprillia (2014) menyatakan
bahwa kunci persalinan Gentle Birth:

a. High Knowledge
b. Mindulness & Awareness
c. Healing Birth Trauma
d. Breathe
e. Relaks Mind
f. Mind, baby & body Balance
g. Mobility and gravity during labor
h. Gentle Birth Provider & support
3. Mengapa Memilih Gentle Birth
Ada banyak alasan mengapa para ibu memilih gentle birth. Berikut ini Keuntungan
Gentlebirth :
a. Bagi Ibu
i. Ibu merasa lebih puas dan diberdayakan.
ii. Ibu tidak merasakan trauma baik dalam proses kehamilan hingga
pertolongan persalinan.
iii. Ibu dapat bersalin dengan tenang bebas dari ketakutan dan
kecemasan.
iv. Ibu dapat “berkuasa” dan memegang kendali penuh atas dirinya dan
tubuhnya sendiri.
v. Ibu dapat mengelola dan mengendalikan rasa sakit ketika kontraksi.
vi. Kurang atau bahkan tidak ada intervensi medis dalam persalinan.
vii. Ibu lebih siap mental dan spiritual sehingga risiko postpartum blues
sangat minim, bahkan tidak ada.
viii. ASI ibu lancar.
ix. Ibu dapat melewati persalinan dengan nyaman, tenang, bahkan tanpa
rasa sakit.
x. Ibu terlindungi dari intervensi medis yang tidak perlu.
xi. Dengan gentlebirth proses persalinan pun lebih lancar karena ibu
sangat relaks dan tenang.
b. Bagi Bayi
i. Dilahirkan ke dunia dapat menjadi suatu pengalaman berat bagi para
bayi. Dengan persalinan gentlebirth yang menggunakan metode
waterbirth, hangatnya air membantunya untuk mempermudah dalam
masa transisi dari jalan lahir .
ii. luar dunia luar karena air yang hangat tersebut menyerupai air
ketuban yang sangat akrab baginya, lembut dan tenang (jika proses
persalinan dilakukan dnegan metode waterbirth)
iii. Bayi sedikit sekali mendapatkan trauma, dan ini sangat baik bagi
perkembangan psikologisnya nanti.
iv. Bayi lebih pintar, lebih tenang, dan dapat bekerja sama dengan
ibunya.
c. Bagi Ayah dan Keluarga
i. Merasa lebih puas.
ii. Mereka merasa diberdayakan dan hubungan (bonding) antara ayah,
ibu, dan anak sudah terjalin erat sejak dalam kandungan dan ini
sangat berdampak positif pada pola pengasuhan kelak.

Gentlebirth adalah proses persalinan yang lembut dan tidak terburu-buru.


Jadi dalam gentle Birth, Bayi dibiarkan lahir dengan kecepatan sendiri dan dalam
“waktunya” sendiri. Lalu diterima ke dalam tangan orang-orang yang mencintai dan
mengakuinya sebagai manusia seutuhnya dengan tujuan hidup sendiri.

Anda mungkin juga menyukai