Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH STROKE

DISUSUN OLEH:

1. KESI ZHULFA KASI 2010069P


2. LAILA TUSIFA 2010070P
3. LISDA SEPTIANA 1910019
4. MITRA DANI 1910014
5. NURHASANAH 1910009

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG


TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
taufiq dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“stroke’ dengan sebaik:baiknya. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Ns. Rima Berti Anggraini, M. Kep selaku dosen pengampu mata
kuliah KMB III. Semoga makalah ini bermanfaat meskipun belum sempurna,
tetapi semoga membawa manfaat bagi kita semua.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritikan dari
pembaca, dan dosen demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang
dan untuk perkembangan dan kemajuan akademik penulis.

Pangkalpinang, 18 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI .ii

PEMBAHASAN...................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Tujuan Penulisan………………………...........…………..…..……...........2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Stroke ………………………………………….........……...……...3


B. Anatomi Fisiologi...........................................................................................3
C. Etiologi………………………….……..........................................................5
D. Manifestasi Klinis...........................................................................................6
E. Komplikasi.....................................................................................................7
F. Penatalaksaan Medis......................................................................................7
G. Asuhan Keperawatan......................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................20
B. Saran .......................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi masalah kesakitan dan
kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10%
penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan perawatan.[ CITATION
Bat08 \l 1033 ]
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama
kedua kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan
usia dan orang dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun
2005, stroke menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh dunia, setara dengan
9,9 % dari seluruh kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini akan terjadi
pada orang yang hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
dan sepertiga akan pada orang yang berusia kurang dari 70 tahun. Stroke
disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya karena pembuluh
darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah. Ini memotong pasokan
oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.[ CITATION
Wor15 \l 1033 ]
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan
penderita stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di
daerah perkotaan secara nasional.  Singkawang merupakan kota di Kalimantan
Barat dengan prevalensi stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit yang ada di Kota Singkawang
menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke yang dirawat. Jumlah
tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di rumah sakit
selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah

iv
kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi.[ CITATION Hut15 \l
1033 ]

B. Tujuan
 untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan yang baik
dilakukan pada klien dengan Stroke.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
Menurut Padila (2012), stroke atau Cerbro Vaskuler Accident (CVA)
adalah gangguan pembuluh darah otak, berupa penurunan kualitas pembuluh
darah otak..
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak baik lokal maupun menyeluruh yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih atau menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler (Wijaya dan Putri, 2013).

B. Anatomi Fisiologi
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang komplek dan bersambungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sitem saraf, lingkungan
internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti
iritabilitas atau sensivitas terhadap stimulus dan konduktvitas, atau kemampuan
untuk mentransmisi suatu respon terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf
( Manurung, 2018)

1
Gambar 2.1 Sistem Persyarafan
Sumber : Manurung, 2018

Sistem saraf terdiri dari sel saraf/ neuron, sel penyangga/ neuroglia (astrosit,
oligodendrosit, mikroglia dan ependim) dan sinaps. Neuron terdiri dari badan/
soma, axon hillock serta serabut saraf axon dan dendrit. Di dalam soma neuron
terdapat organel-organel sel termasuk sitoskeleton, ribosom, mitokondria,
retikulum endoplasmik dan nucleus (Kalanjati, 2020).
Pada akhiran axon/ axon terminal terdapat gelembung vesikel yang berisi
neurotransmiter tertentu (misal: glutamatergik, gabaergik, glisin, monoaminergik
dopamin-serotonin-norepinefrin, asetilkolinergik) yang dengan bantuan
neuropeptida/ kotransmiter (misal: susbtansi p, kolesistokinin, somatostatin,
endorfin, dinorfin) dapat membangkitkan reaksi listrik dan kimiawi sesuai
modalitas saraf tersebut sehingga biasa disebut juga sebagai neuromodulator
(Kalanjati, 2020).
Serabut saraf memiliki modalitas berupa daya eksitabilitas dan konduksi.
Eksitabilitas berati kemampuan untuk mengubah muatan elektrik akibat
perbedaan elektronik di dalam dan di luar membran sel saraf, melalui suatu proses
listrik dan kimiawi karena adanya perbedaan muatan ion-ion intra- dan ekstra-
seluler (Kalanjati, 2020).
Daya konduksi berarti kemampuan untuk meneruskan aliran gelombang
potensi akibat perubahan polaritas membran sel. Serabut saraf merupakan suatu
tonjolan axon yang keluar dari axon hillock pada neuron, yang dapat diliputi atau
tidak oleh myelin. Sifat myelin adalah isolator, di mana zat ini diproduksi oleh
neuroglia oligodendrosit (homogen dengan sel Schwann, pada sistim saraf perifer)
yang meliputi axon dalam sutau pola neurilema (Kalanjati, 2020).
Sistim saraf manusia terdiri dari sistim saraf pusat dan sistim saraf perifer.
Sistim saraf pusat terdiri dari 2 organ, yaitu encephalon dan medulla spinalis.
Sistim saraf perifer terdiri dari suatu jaringan saraf yang berasal dari kedua organ
sistim saraf pusat berupa 12 pasang nervus cranialis dan 31 pasang nervus spinalis
beserta cabang-cabangnya. Sistim saraf pada manusia mulai terbentuk pada fetus
sekitar usia 3 minggu, dan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan

2
hingga masa kelahiran dan perinatal hingga mencapai maturitas menjelang usia
dewasa. (Kalanjati, 2020).
Dari lapisan sel-sel ectodermis, dan mesodermis sebagai sitim penyangga,
sistim saraf manusia tumbuh dan berkembang. Setelah sel-sel saraf bertumbuh-
kembang, suatu lempeng neuralis akan membentuk cekungan yang kemudian
akan menutup menjadi tuba neuralis. Kegagalan penutupan tuba neuralis pada
neuroporus anterior dan/ atau posterior akan bermanifestasi sebagai defek tuba
neuralis diantaranya berupa myelocele, anencephali dan spina bifida. Apabila
terbentuk dengan sempurna, maka dari neuroporus anterior tuba neuralis akan
berkembang menjadi vesikel otak/ encephalon, sedangkan dari neuroporus
posterior akan berkembang menjadi medulla spinalis/ sumsum tulang belakang
(Kalanjati, 2020).

C. Etiologi
Padila (2012) menyatakan faktor penyebab stroke adalah pecahnya
pembuluh darah otak sebagian besar disebabkan oleh rendahnya kualitas
pembuluh darah otak. Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi
pembuluh darah mudah pecah.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Pendarahan dapat terjadi pada intraserebral dan
subaraknoid. Penderita stroke hemoragik umumnya menderita hipertensi.
Sedangkan stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
a.) Stroke Iskemik (non hemoragik)
Stroke iskemik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke
iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Stroke Tombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat gumpalan.
2. Stroke Embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

3
3. Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh
karena adanya gangguan denyut jantung.
b.) Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah ke otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik disebabkan oleh hipertensi.
Stroke hemoragik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Hemoragik interaserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak
2. Hemoragik subaraknoid: pendarahan yang terjadi di ruang subaraknoid

D. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.


1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a. Defisit neurologis mendadak,
b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran,
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun,
d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a.   Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak,
b.   Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan
hemisensorik),
c.    Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun),
d.   Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,
e.    Gangguan penglihatan,
f.    Gangguan daya ingat,
g.    Bicara pelo atau cadel,
h.    Mual dan muntah,
i.     Nyeri kepala hebat,
j.     Vertigo,
k.    Gangguan fungsi otak. [ CITATION Sme02 \l 1033 ]

4
E. Komplikasi
Padila (2012) menyatakan bahwa stroke dapat menimbulkan beberapa
komplikasi, yaitu :
a. Aspirasi
b. Atrial Fibrilasi.
c. Diabetes Insipidus
d. Peningkatan TIK
e. Hidrochepalus

F. Penatalaksanaan Medik
Menurut Tarwoto (2007) pentalaksanaan medik yang dapat dilakukan yaitu :
A.) Penatalaksanaan umum
a. Fase akut
 Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator
 Monitor peningkatan tekanan intrakranial
 Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah
 Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
 Evaluasi status cairan dan elektrolit
 Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah
resiko injuri
 Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung
dan pemberian makanan
 Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
 Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial, dan refleks

b. Fase rehabilitasi
 Pertahankan nutrisi yang adekuat
 Program management bladder dan bowel
 Mempertahankan keseimbangan tubuh dengan rentang gerak sendi
(ROM)

5
 Pertahankan integritas kulit
 Pertahankan komunikasi yang efektif
 Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
 Persiapan pasien pulang

c. Pembedahan
Di lakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm atau
volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan
ventrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut
d. Terapi obat-obatan
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke :
Stroke hemoragik
 Antihipertensi : captropil, antagonis kalsium
 Diuretik : manitol 20%, furosemide
 Antikonvulsan : fenitolin

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Menurut Padila (2012) pengkajian keperawatan pada pasien stroke


meliputi :
a. Biodata
Pengkajian biodata difokuskan pada :
Umur : karena usia di atas 55 tahuun merupakan resiko tinggi terjadinya
serangan stroke. Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di
banding wanita. Ras : kulit hitam lebih tinggi angka
kejadiannya.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dala kondisi : penurunan
kesadaran atau koma serta di sertai kelumpuhan dan keluhan sakit
kepala hebat bila masih sadar

6
c. Upaya yang telah dilakukan
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk, oleh
karena itu biasanya klien langsung dibawa ke rumah sakit
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu di kaji adanya riwayat DM. hipertensi. Kelainan jantung. Pernah
TIAs. Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas
pembuluh darah otak menjadi menurun.
e. Riwayat penyakit sekarang
Kronologis pristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas
tiba-tiba terjadi keluhan neurologis mial : sakit kepala hebat. Penurunan
kesadaran sampai koma.
stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
pasien melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus.
g. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka
perlu klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari dari bantuan sebagian sampai total meliputi:
1) Mandi
2) Makan/minum
3) BAB/BAK
4) Berpakaian
5) Berhias
6) Aktifitas mobilisasi
h. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Bright/Pernafasan)
Perlu dikaji adanya:

7
a) Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan
kehilangan reflek batuk
b) Adakah tanda-tanda lidah jatuh kebelakang
c) Auskultasi suara nafa mungkin ada tanda stridor
d) Catat jumlah dan irama nafas
2) B2 (Blood/sirkulasi)
Deteksi adanya: tanda peningkatan TIK yaitupeningkatan tekanan
darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi
3) B3 (Brain/persyarafan, otak)
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Perilsa adanya pupil
unilateral, observasi tingkat kesadaran
4) B4 (Bladder/perkemihan)
Tanda-tanda inkontinesia urin
5) B5 (Bowel/pencernaan)
Tanda-tanda inkontinesia alfi
6) B6 (Bone/tulang dan integumen)
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.tanda-tanda decubitus
karena tirah baring lama. Kekuatan otot
i. Sosial interaksi
Biasanya dijumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian
diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya
tentang pengobatan dan kesembuhannya.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Herdman dan Kamitsuru (2018) diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada pasien stroke adalah :
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, penurunan kekuatan otot, kaku sendi dan kelemahan.
b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan konsep
diri, dan gangguan sistem saraf.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet yang kurang.

8
d. Defisit perawataan diri : makan, mandi, berpakaian, dan eliminasi
berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan kelemahan.
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak faktor risiko cedera otak.

9
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa keperawatan Noc Nic


o
1. Hambatan mobilitas fisik Noc : pergerakan kriteria hasil Terapi latihan : ambulasi
berhubungan dengan gangguan : 1. Keseimbangan (1-5) 1. Kaji adanya penurunan massa otot
neuromuskuler, penurunan 2. Cara berjalan (1-5) 2. monitor tanda-tanda vital
kekuatan otot, kaku sendi dan 3. Gerakan otot (1-5) 3. Tentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasii
kelemahan. 4. Gerakan sendi (1-5) dalam aktivitas
4. Ajarkan latihan rom pasif sebanyak 3 kali sehari
5. Berikan motivasi pada pasien
6. Berikan pujian kepada pasien setelah kegiatan
7. Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana
ambulasi.
2. Hambatan komunikasi verbal Noc :status neurologi kriteria hasil : Peningkatan komunikasi
berhubungan dengan gangguan 1.Kesadaran (1-5) 1. Kaji kemampuan bicara pasien
konsep diri, dan gangguan 2.Fungsi sensorik dan motorik 2. Monitor proses kognitif, anatomi dan fisiologi
sistem saraf kranial (1-5) terkait dengan kemampuan berbicara
3.Orientasi kognitif (1-5) 3. Kenali prilaku fisik dan emosi pasien
4. instruksikan pasien bicara pelan
5. Sediakan metode alternatif seperti alat tulis atau
kedipan mata

10
6. Libatkan keluarga untuk mengembangkan
komunikasi
7. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara
3.. Ketidakseimbangan nutrisi : Noc : status nutrisi Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh kriteria hasil : 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan memenuhi
berhubungan dengan asupan 1.Asupan gizi (1-5) gizi pasien
diet yang kurang. 2.Asupan makanan (1-5) 2. Monitor kalori dan asupan makanan
3.Energi (1-5) 3. Berikan pilihan makanan dalam menentukan pedoman
atau piramida makanan yang paling cocok untuk pasien
4. Lakukan perawatan mulut sebelum makan
5. Bantu dalam kegiatan makan pasien
6. Jelaskan tentang status nutrisi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Defisit perawataan diri : mandi, Noc : status perawatan diri Bantuan perawatan diri
berpakaian, makan, dan kriteria hasil : 1. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
eliminasi berhubungan dengan 1.Mandi sendiri (1-5) 2. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat
gangguan neuromuskular dan 2.Berpakaian sendiri(1-5) kebersihan diri, alat bantu untuk berpakaian, eliminasi
kelemahan 3.Makan sendiri (1-5) dan mandi
4.Ke toilet sendiri (1-5) 3. Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan
perawatan diri mandiri
4. Dorong kemandirian pasien

11
5. Libatkan keluarga dalam membantu perawatan diri
pasien

5. Risiko ketidakefektifan perfusi Noc : perfusi jaringan : serebral Perawatan neurologi


jaringan otak faktor risiko krtieria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala sakit kepala
cedera otak 1. Sakit kepala (1-5) 2. Monitor tingkat kesadaran
2. nilai rata-rata tekanan darah (1-5) 3. Monitor tanda-tanda vital
3. Penurunan tingkat kesadaran (1- 4. Beri jarak kegiatan keperawatan yang dilakukan
5) 5. Jelaskan tentang penyakitnya
6. Beritahu dokter mengenai kondisi pasien

12
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan antara lain
adalah: mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menemukan
perubahan sistem tubuh, memantapkan hubungan klien dangan lingkungan, implementasi
pesan dokter.
Tahap-tahap Tindakan Keperawatan menurut Setiadi (2012), yaitu:
1) Tahap 1: Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan: Review antisipasi tindakan
keperawatan, menganalisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan,
mengetahui yang mungkin timbul, mempersiapkan peralatan yang diperlukan,
mempersiapkan lingkungan yang kondusif, mengidentifikasi aspek-aspek hukum
dan etik.
2) Tahap 2: Intervensi
Tindakan keperawatan dubedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat secara profesional anatara lain adalah:
1) Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan
perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan independent
ini antara lain adalah: Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat
keperawatan dan pemeriksaan fisik untuk mengatahui status kesehatan klien,
merumuskan diagnosa keperawatan, mengidentifikasi tindakan keperawatan,
melaksanakan rencana pengukuran, merujuk kepada tenaga kesehatan lain,
mengevaluasi respons klien, partisipasi dengan konsumer atau tenaga kesehatan
lainnya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Tipe tindakan independent keperawatan dapat dikatagorikan menjadi 4, yaitu:
a) Tindakan diagnostik
Wawancara dengan klien, observasi dan pemeriksaan fisik, melakukan
pemeriksaan laboratorium sederhana, misalnya (Hb) dan membaca hasil dari
pemeriksaan laboratorium tersebut.
b) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah mengurangi, dan mengatasi masalah klien.

13
c) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah prilaku klien melalui promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan kepada klien.
d) Tindakan merujuk
Tindakan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
2) Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3) Dependent
Yaitu pelaksanaan rencan tindakan medis. Misalnya dokter menuliskan
“perawatan kolostomy”. Tindakan keperawatan adalah mendefinisikan perawatan
kolostomi berdasarkan kebutuhan individu dari klien.
a. Tahap 3: Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi
Berdasarkan tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
a. Proses evaluasi
Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap, mengukur pencapaian tujuan klien dan
membandingkan data yang terkumpul dengan kriteria hasil sesuai tujuan.Faktor
yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi:
1) Kognitif (pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada kognitif adalah pengetahuan klien mengenai: penyakitnya,
mengontrol gajala-gejalanya, pengobatannya, diet, aktivitas, risiko komplikasi,
gejala yang harus dilaporkan, pencegahannya.
Informasi ini dapat diperoleh dengan cara:
(1) Interview, dengan cara:
(a) Menanyakan kepada klien untuk mengingat beberapa fakta yang
sudah diajarkan.

14
(b) Menanyakan kepada klien untuk menyatakan informasi yang spesifik
dengan kata-kata klien sendiri (pendapat klien sendiri).
(2) Mengajak klien pada situasi hipotesa dan tanyakan tindakan yang tepat
terhadap apa yang ditanyakan.
(3) Kertas dan pensil
Perawat menggunakan kertas dan pensil untuk mengavaluasi
pengetahuan klien terhadap hal-hal yang telah diajarkan.
2) Afektif (status emosional), dengan cara:
Observasi secara langsung, yaitu dengan cara observasi ekspresi wajah,
postur tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal pada waktu melakukan
wawancara, feedback dari staf kesehatan lain.
3) Psikomotor (prilaku)
Yaitu dengan cara melihat apa yang dilakukan klien sesuai dengan yang
diharapkan.
4) Perubahan fungsi tubuh dan gajala
Parawat dapat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien
berubah setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Penentuan Keputusan pada Tahap Evaluasi
Ada tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu:
1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan sehingga rencana
mungkin dihentikan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil ditentukan sehingga perlu
penambahan waktu, resources, dan intervensi sebelum tujuan berhasil.
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga perlu:
mengkaji ulang masalah atau respons yang lebih akurat, membuat outcome
yang baru, mungkin outcome pertama tidak realistis atau mungkin klien tidak
menghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh perawat, intervensi
keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk mencapai tujuan
sebelumnya.
c. Jenis Evaluasi
Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
1) Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh klien.

15
Format yang dipakai adalah format SOAP.
S: Data subjektif
Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
O: Data objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan
lain.
A: Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.
P: Perencanaan
Rencana penanganan klien didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi
melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum
teratasi.
d. Evaluasi akhir (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang
akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap
dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah
atau rencana yang perlu dimodifikasi.
Format yang dipakai adalah format SOAPIER.
S: Data subjektif
Adalah perkembangan kadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
O: Data objektif
Perkembangan objektif yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
A: Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.
P: Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi
melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum
teratasi.
I: Implementasi

16
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.

E: Evaluasi
Yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah
dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi.
R: Reassesment
Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian ulang perlu
dilakukan kembali melalui proses pengumpulan data subjektif, objektif dan
proses analisisnya.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika
Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam asuhan keperawatan stroke ini
adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial. Diagnosa yang dapat diangkat pada asuhan
keperawatan pasien dengan stroke ini adalahGangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi darah serebral, Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit perawatan diri berhubungan
dengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan: keluarga berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan
neuromuskular, Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial dan Resiko tinggi
terhadap menelan behubungan dengan kerusakan neuromuskular.
B. Saran
 Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan
dimengerti oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena
dengan mengetahui “Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam ilmu medis. Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasan
tersebut maka kita akan temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang lebih baik dalam
hal ilmu pengetahuan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta :


Salemba Medika
Elsevier.2013.Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam.Yogyakarta:
Mocomedia.
Elsevier.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi kelima.Yogyakarta: Mocomedia.
Dewanto, George et.al . 2009. Panduan Praktis Diagnosis&Tatalaksana Penyakit Saraf.
Jakarta : EGC.

Mutaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pesarafan.
Jakarta : Salemba Medika.

NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2018-2020/editor,


T.Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna Keliat ... [et al].;
editor penyelaras, Monica Ester.Ed. 10.Jakarta:EGC,2015.

Price&Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6, Vol. 1.


Jakarta : EGC.

Tarwoto. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : CV.
Sagung Seto

19

Anda mungkin juga menyukai