Anda di halaman 1dari 25

Laporan Pendahuluan

Gangguan mobilitas Fisik


A.

Konsep Dasar Mobilitas


1. Pengertian
Menurut Potter dan Perry (2003) mobilitas adalah kemampuan seseorang
untuk berpindah secara bebas. Sedangkan menurut Wahit Iqbal Mubarak
(2007) mobilitas adalah kemampuan untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi hidup sehat.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mobilisasi
adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat, hal
ini penting untuk kemandirian.
2. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh adalh kemampuan individu untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan peran sehari-hari.
b. Mobilitas sebagian adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik.
1) Mobilitas sebagian temporer adalah kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara, kemungkinan
disebabkan oleh trauma pada muskuloskeletal. Contohnya : adanya
dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen adalah kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan
rusaknya sistem saraf yang reversibel. Contohnya hemiplegia akibat
stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang.
3. Faktor yang mempengaruhi mobilitas
a. Gaya Hidup
1) Belajar tentang nilai dari aktivitas dari lingkungan keluarga
2) Pengaruh factor budaya terhadap aktivitas
b. Ketidakmampuan

Kelemahan fisik dan mental yang menghalangi seseorang untuk


melaksanakan aktivitas kehidupan, dibagi menjadi dua:
1) Ketidakmampuan primer: disebabkan langsung karena penyakit atau
trauma. Contohnya paralisis oleh karena injuri spinal cord.
2) Ketidakmampuan sekunder: dampak akibat ketidakmampuan primer.
Contohnya kelemahan otot, bed sores.
c. Tingkat Energi
1) Bervariasi diantara individu
2) Seseorang menghindar dari stressor untuk mempertahankan kesehatan
fisik dan psikologis
d. Usia
Mempengaruhi tingkat aktivitas, dikaitkan dengan tingkat perkembangan
dari sejak lahir sehubungan dengan usia lanjut.
e. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.
Contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh, memiliki
kemampuan mobilitas yang kuat dibandingkan dengan orang karena
adaptasi budaya tertentu dibatasi aktivitasnya.
4. Kondisi patologi yang mempengaruhi mobilitas
a. Ketidaknormalan postur
Mempengaruhi efisiensi dari system muskuloskeletal seperti body
alignment, keseimbangan, dan penampilan. Selama pengkajian perawat
mengobservasi body alignment dan ROM ketidaknormalan postur dapat
disebabkan oleh nyeri, posisi yang salah, dan mobilitas atau keduanya.
Pengetahuan tentang karakteristik, penyebab dan pengobatan dari
ketidaknormalan postur dalam pemenuhan kebutuhan mengangkat,
memindah

dan

memposisikan.

Beberapa

ketidaknormalan

postur

menyebabkan keterbatasan ROM.


b. Gangguan perkembangan otot
Luka dan penyakit dapat menunjukkan untuk mengubah fungsi
muskuloskeletal. Penyakit otot adalah kelompok ketidaknormalan yang
disebabkan oleh degerasi otot tulang fibrous.
c. Kerusakan system saraf pusat

Kerusakan beberapa komponen seperti pada pengaturan gerak sadar


mengakibatkan gangguan body alignment dan mobilitas. Motorik di
cerebrum bisa dirusak oleh trauma dari cidera kepala, iskemia dari
kecelakaan cerebrovascular (stroke) atau infeksi bakteri dari meningitis.
d. Trauma langsung pada system musculoskeletal
Trauma sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan memar, keseleo dan
fraktur. Fraktur adalah gangguan pada jaringan tulang penyambung.
Fraktur diakibatkan oleh trauma eksternal, tapi juga bias terjadi karena
kelainan bentuk tulang (misalnya osteoporosis, pagets disease atau
osteogenesis imperfekta). Kondisi cacat lahir dapat mempengaruhi struktur
muskuloskeletal atau sistem saraf, mengganggu body alignment atau
gerakan sendi. Sifatnya bisa sementara atau permanen.
A. Konsep Dasar Ambulasi
1. Pengertian
Ambulasi adalah usaha yang dikoordinir dari muskuloskeletal dan sistem
saraf untuk mempertahankan keseimbangan postur dan body aligment selama
pengangkatan, pergerakan, dan penyelenggaraan kegiatan atau aktivitas
kehidupan sehari-hari (Perry dan Potter).
Pergerakan tubuh yang terkoordinir melibatkan fungsi skeletal, otot, dan
sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dalam mendukung
ambulasi, sehingga sistem tersebut sering disebut sebagai unit fungsi tunggal.
Sistem skeletal menjalankan lima fungsi di dalam tubuh yaitu sebagai
pendukung,

perlindungan,

pergerakan,

penyimpanan

mineral

dan

hematopoiesis (pembentukan sel darah).


Dalam ambulasi, fungsi tulang sebagai pendukung dan pergerakan adalah
paling penting. Tulang menjalankan fungsi sebagai kerangka dan menyokong
bentuk, postur dan posisi bagian tubuh. Dalam pergerakan ditimbulkan oleh
tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit dan sendi berperan
sebagai tumpuan atau penompang.
2. Anatomi dan Fisiologi

a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intraseluler, tulang
berasal dari embrionik hyaline cartilage yang mana melalui proses
osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblas. Proses mengerasnya tulang garam kalsium.
Tulang mempunyai fungsi sebagai:
1) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2) Melindungi organ tubuh dan jaringan lunak
3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan)
4) Membentuk

sel-sel

darah

merah

di

dalam

sumsum

tulang

(hematopoiesis)
5) Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium dan fosfor
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Pergerakan
ditimbulkan oleh tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai
pengungkit dan sendi berperan sebagai tumpuan atau penopang.
c. Ligamen
Ligamen adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang tebal dimana
merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
d. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang
tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian atau letak
dimana tulang berada bersama-sama. Adapun gerakan yang dapat
dilakukan oleh sendi-sendi antara lain:
1) Fleksi
2) Ektensi
3) Adduksi
4) Abduksi
5) Rotasi
6) Sirkumduksi
7) Pergerakan khusus: supinasi, pronasi, inversion, eversio, protacsio
3. Prinsip Ambulasi
a. Gravitasi
Memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.

1) Pusat gravitasi, titik yang ada di pertengahan tubuh


2) Garis gravitasi, merupakan garis imajiner vertical melalui pusat
gravitasi
3) Dasar tumpuan, merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
b. Keseimbangan
Keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi
diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
4. Pergerakan Dasar dalam Ambulasi
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan
tubuh. Contohnya keseimbangan orang saat berdiri dan saat berjalan akan
berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dengan
posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan dasar tumpuan
dari sisi satu ke sisi yang lain dan posisi gravitasi akan selalu berubah pada
posisi kaki.
b. Menahan (squaling)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Contohnya
posisi orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok dan tentunya
berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam
menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda.
Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan
tubuh dalam menarik, sodorkan telapak tangan dan lengan atas dipusat
gravitasi pasien, lengan dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur.
Pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu dilakukan penarikan.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Menggunakan otot-otot
besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah,perut dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
e. Memutar (pivoting)

Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada


tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur
gravitasi agar tidak berpengaruh buruk pada postur tubuh.
5.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ambulasi


a. Status kesehatan
b. Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadi penyakit. Contohnya tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah fraktur.
c. Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat memudahkan perubahan perilaku yang
dapat menurunkan kemampuan ambulasi yang baik.
d. Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang misalnya sering
mengangkat benda-benda yang berat.
e. Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menyebabkan kecerobohan dalam beraktivitas.
f. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam penggunaan ambulasi akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga tenaga yang
dikeluarkan tidak sia-sia.

6.

Dampak Ambulasi yang Salah


a. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskuloskeletal.
b. Resiko terjadi kecelakaan pada sistem muskuloskeletal. Seseorang salah
berdiri akan mudah terjadi kelainan pada tulang vertebra.

7.

Keadaan Patologi yang Berpengaruh Pada Ambulasi


Beberapa kondisi patologi mempengaruhi body alignment dan mobilisasi.
Kondisi tersebut meliputi:
a. Cacat sejak lahir
Abnormalitas
cacat

bawaan

mempengaruhi

efisiensi

sistem

muskuloskeletal dalam body alignment, keseimbangan dan penampilan,

osteogenesis imperfect adalah gangguan yang bersifat bawaan atau


keturunan yang mempengaruhi tulang.
b. Gangguan pada sendi, tulang dan otot
Osteoporosis adalah gangguan metabolism tulang sehingga masa tulang
menurun, komponen matrik yaitu mineral dan protein berkurang.
Osteomalacia adalah penyakit metabolic yang memiliki karakteristik
berupa ketidakmampuan dalam proses pengerasan kapur dan pengeluaran
mineral. Kerusakan pada pergerakan sendi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu inflamatori dan non inflamatori joint desease. Inflamatori joint
desease (contohnya: artritis) memiliki karakteristik berupa peradangan atau
merusak membrane synovial. Sedangkan non inflamatori tidak memiliki
karakteristik seperti itu, cairan synovial adalah normal.
c. Kerusakan sistem saraf pusat
Kerusakan pada berbagai komponen system saraf pusat yang mengatur
pergerakan dapat mengakibatkan gangguan pada body alignment dan
mobilisasi. Sebagai contohnya trauma pada kepala dapat mengganggu
pusat motorik dalam cerebrum.
d. Trauma muskuloskeletal
Trauma sistem muskuloskeletal sangat bervariasi mulai yang sederhana
sampai yang kompleks (multiple bone fracture) dengan kerusakan jaringan
lunak disekitarnya. Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas tulang.

B.ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH MEKANIKA TUBUH DAN


AMBULASI
Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Data biografi
Data pribadi dapat membantu untuk mengetahui klien serta individual
sehingga memungkinkan untuk menyusun rencana perawatan yang tepat. Data

ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis transportasi yang
digunakan orang yang terdekat klien.
2) Riwayat sosial
Data ini meliputi pendidikan klien dan pekerjaannya. Seseorang yang terpapar
terus pada agen tertentu dalam pekerjaannya akan dapat mempengaruhi status
kesehatan. Misalnya, seseorang yang bekerja dengan memerlukan kekuatan
otot/skeletal untuk mengangkat benda-benda berat.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tantang adanya efek
langsung maupun tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misal riwayat
trauma/kerusakan tulang rawan, riwayat artitis, osteomielitis. Riwayat obat
berikut efek sampaingnya misalnya krotikosteroid dapat menimbulkan
kelemahan otot.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan timbul keluhan apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang
menimbulkan gejalan. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan serta timbul
untuk pertama kalinya atau terulang. Perlu ditanya pula tentang ada tidaknya
gangguan pada sistem lain, masalah-maslaah lain. Adakah alat bantu gerak,
jika ada mencapat alat bantu ambulasi seperti kursi roda, tongkat dan lain-lain
serta mengkaji pola ambulasi.
5) Riwayat keluarga
Untuk menentukan hubungan genetik misalnya adanya predisposisi, seperti
artritis, spondilitis atritis, gout.
6) Riwayat diit
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan stress pada sendi sendi penyangga tubuh dan predisposisi

terjadinya intalibilitas ligamen, khususnya pada punggung pada bagian


bawah, kurangnya intake kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya
dekalsefekasi.
7) Aktifitas kegiatan sehari-hari
Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitas sehari hari. Kebiasaan membawa
benda-benda berat yang dapat menimbulkan strain otot dan jenis jenis trauma
lainnya. Orang yang kurang aktifitas mengakibatkan tonus otot menurun.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis. Bila mungkin gunakan ruangan
yang cukup luas sehingga pasien dapat bergerak bebas saat dilakukan
pemeriksaan gerak/berjalan
1) Pada saat klien duduk lakukan pengamatan secara umum dan tegaknya tubuh.
2) Klien berdiri dan periksa dada punggung dan ilium observasi poistur klien,
kelurusan servikal, torakal dan lumbal. Observasi hubungan antara bagian
tubuh lain.
3) Mintalah klien untuk berjalan dan observasi mobilitas tumpuannya, gerakan
sendi, amati adanya ketidaknyamanan, kekakuan sendi dan kelemahan otot,
kurangnya koordinasi atau deformitas.
Menilai kemampuan keterbatasan dalam bergerak dengan cara:
1) Bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk.
2) Kemudian dari kursi ke posisi berdiri.
3) Menilai gaya berjalan.
Mengukur kekuatan otot dengan gradasi dan metode berikut:

0 (zero)

Tidak ada kontraksi saat di palpasi paralisis.

1 (trace)

Terasa adanya kontraksi otot tapi tidak ada gerakan.

2 (poor)

Dengan bantuan/menyangga sendir dapat melakukan ROM


secara penuh.
Dalam melakukan ROM secara penuh dengan melawan gravitasi

3 (fair)

tetapi tidak dapat melawan tahanan.


Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan

4 (good)

tahanan yang sedang.

5 (normal)

Gerakan ROM penuh dengan melawan gravitasi dan tahanan.

c. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan.
Skala

Presentase Kekuatan

Karakteristik

Normal
0

Paralisis sempurna

10

Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat


dipalpasi atau dilihat

25

50

Gerakan otot penuh melawan grafitasi dengan


topangan
Gerakan yang normal melawan gravitasi

75

Gerakan

penuh

yang

normal

melawan

gravitasi dan melawan tahanan minimal


5

100

Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal


melawan gravitasi dan tahanan penuh

d. Kemampuan Rentang Gerak


Gerak Sendi

Derajat Rentang
Normal

Bahu

180

Adduksi : Gerakan lengan ke lateral dari posisi


tangan keatas kepala, telapak tangan menghadap ke
posisi yang paling jauh.
Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke
arah atas menuju bahu.

150

Pergelangan tangan
Fleksi : Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam
lengan bawah

80-90

Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan dari posisi


fleksi
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke arah
belakang sejauh mungkin

80-90

Abduksi : Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari

70-90

ketika telapak tangan menghadap keatas


Adduksi : Tekuk pergelangan tangan ke arah
kelingking, telapak tangan menghadap ke atas

0-20

Tangan dan Jari


Fleksi : Buat kepalan tangan

30-50

Ekstensi : Luruskan jari


Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke belakang

90

sejauh mungkin

90

Abduksi : Kembangkan jari tangan

30

Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan dari posisi


Abduksi

20
20

d. Pemeriksaan Diagnostik
1) EMG
Untuk menentukan potensi elektrik otot EMG untuk membantu untuk
mendiagnosa adanya kerusakan neuro muskuler.
2) Biposi otot
Untuk mendiagnosa adanya atropi dan peradangan
3) Rontgen
Diagnosis Keperawatan

1. Kerusakan mobilitas fisik


Pengertian
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu
atau lebih extremitas.
Batasan karaktetistik :
a) Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktivitas rutin
b) Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik besar.
c) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus.
d) Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis.
e) Keterbatasan ROM
f) Sulit berbalik
g) Perubahan gaya berjalan
h) Gerka lambat
i) Gerak menyebabkan tremor
Faktor yang berhubungan :
a) Pengobatan
b) Terapi pembatasan gerak
c) Kurang pengetahuan mengenai pergerakan fisik
d) IMT di atas 75% sesuaid engan usia
e) Kerusakan sendori persepsi
f) Nyeri, tidak nyaman
g) Kerusakan muskuloskletal dan neuromuskuler
2. Kerusakan mobilitas fisik di tempat tidur
Pengertian
Keterbatasan gerak dari posisi yang satu ke posisi yang lain di tempat tidur.
Kerusakan kemampuan dalam :
a) Membalikkan badan dari satu sisi ke sisi lain.
b) Bergerak dari posisi supinasi ke duduk atau sebaliknya.

c) Cepat kembali ke posisi semula secara mandiri


d) Berubah posisi dari pronasi ke supinasi atau dari supinasi ke pronasi.
e) Bergerak dari supinasi ke duduk yang lama atau sebaliknya.
Berhubungan dengan :
a) Kerusakan kognitif
b) Kelemahan otot
c) Kurang pengetahuan
d) Obesitas
e) Kerusakan muskolosletal
f) Kerusakan neuromuskuler
g) Pengobatan
3. Kerusakan mobilitas di kursi roda
Pengertian
Keterbatasan dalam pengoperasian kursi roda secara mandiri di lingkungan
sekitarnya.
Batasan karakteristik :
a) Kerusakan kemampuan dalam mengapresiasikan secara manual atau elektrik
di tempat rata atau tak rata dan menanjak atau menurut.
b) Kerusakan kemampuan dalam mengoperasikan kursi roda.
Berhubungan dengan :
a) Kerusakan kognitif
b) Kurang pengetahuan
c) Kerusakan penglihatan
d) Kerusakan muskoloskletal
e) Kerusakan neuromuskuler
f) Obesitas
g) Nyeri

4.

Kerusakan kemampuan berpindah


Pengertian :
Keterbatasan bergerak secara bebas antara dua tempat yang berdekatan.
Kerusakan kemampuan dalam berpindah:
a) Dari tempat tidur ke kursi dan sebalinya
b) Pergi ke toilet
c) Pergi ke kamar mandi
d) Diantara tingkat yang berbeda
e) Dari kursi ke mobil atau sebaliknya
f) Dari kursi ke lantai atau sebaliknya
Berhubungan dengan :
a) Berkurangnya kekuatan otot
b) Kerusakan neuro muskuler
c) Kerusakan muskuloskletal
d) Nyeri
e) Kerusakan kognitif
f) Obesitas
g) Kerusakan lingkungan
h) Kerusakan penglihatan

5. Kerusakan berjalan
Pengertian :
Keterbatasan dalam bergerak di lingkungan dengan menggunakan kaki.
Kerusakan kemampuan dalam:
a) Naik tangga
b) Berjalan memerlukan waktu
c) Berjalan dalam keadaan miring atau bungkuk
d) Berjalan di tempat rata
e) Berjalan dituntun

Berhubungan dengan :
a) Kerusakan kognitif
b) Depresi
c) Kerusakan keseimbangan
d) Kerusakan penglihatan
e) Kerusakan muskuloskletal
f) Kerusakan neuromuskuler
g) Obesitas
h) Nyeri
i) Takut untuk jatuh

Perencanaan
Diagnosa 1
NOC
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien mampu:
1) Mobility level, dengan KH:
a. Posisi seimbang
b. Menggerakkan sendi (ROM)
c. Menggerakkan otot
d. Pindah posisi
e. Memposisikan penampilan tubuh
f. Ambulasi dengan kursi roda
2) Energi conservation dengan KH:
a. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
b. Dapat membatasi penggunaan energi
c. Nutrisi yang adequat

3) Ambulation walking dengan KH:


a.

Berjalan dengan pelan

b.

Berjalan dengan langkah efektif

c.

Dapat berjalan dalam jarak pendek

NIC (Intervensi)
1) Terapi aktivitas: ambulasi
a. Bantu pasien dalam menggunakan alat bantu berjalan dan mencegah injuri.
b. Konsultasikan/meminta bantuan pada terapi fisik untuk merencanakan
ambulasi.
c. Bantuan pasien untuk berpindah tempat.
d. Instruksikan pada pasien bagaimana alih posisi yang benar dan tepat
Rasional
a. Menurunkan potensial untuk cedera
b. Memberikan bentuk latihan / program aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
dan kekuatan individu dan mengidentifikasi mobilitas fungsional membantu
meningkatkan kemandirian.
c. Mencegah terjadinya injuri fisik dan mempermudah pasien dalam berpindah.
d. Mencegah terjadinya injuri fisik.
2) Energi management :
a. Menentukan pasien dalam membatasi pergerakan fisik.
b. Menentukan penyebab cepat lelah (nyeri, pengobatan, perilaku)
c. Monitor lokasi ketidaknyamanan nyeri selama aktivitas.
d. Batasi rangsangan dari lingkungan untuk teknik relaksasi
.
Rasional
a. Menghemat energi

b. Untuk mencegah terjadinya cepat lelah


c. Perubahan dapat mengidentifikasikan terjadinya komplikasi
d. Untuk mengurangi rasa nyeri.
3) Teaching: prescibed activity
a. Instruksikan pada pasien bagaimana cara pergerakan /aktivitas yang
benar/tepat.
b. Informasikan pada pasien tujuan dan manfaat aktifitas yang benar/tepat
c. Instruksikan pada pasien bagaimana cara tolerance aktifitas.
Rasional
a. Mencegah terjadinya injuri dan komplikasi
b. Meningkatkan pengetahuan pada pasien
c. Mencegah cepat lelah saat aktifitas
4) Exercise teraphy: joint mobilitas
a. Menentukan atau batasi pergerakan sendi
b. Jelaskan pada pasien/keluarga tujuan dan rencana pergerakan sendi.
c. Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh dalam menggerakkan sendi
secara aktif maupun pasir.
Rasional
a. Mencegah terjadinya komplikasi
b. Memberi pengetahuan pada keluarga dan pasien
c. Mengoptimalkan kegiatan
Diagnosa 2
NOC
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien/klien
mampu:
1) Body position: self-initiated, dengan KH:

a. Bangkit dari posisi tidur ke tidur, tidur ke duduk dan sebaliknya


b. Berlutut menuju duduk
c. Memiringkan pinggul saat akan bangun/berdiri
2) Mobility level, dengan KH:
a. ROM aktif
b. Menggerakkan otot
c. Pindah posisi
NIC (Intervensi)
1) Exercise teraphi: joint mobility
a. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dan rencana ROM
b. Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh
c. Lindungi pasien dari trauma selama exercise
Rasional
a. Memberikan pengetahuan pada keluarga tentang ROM
b. Memberi rasa nyaman
c. Mencegah terjadinya trauma
2) Exercise teraphy: ambulation
a. Motivasi untuk duduk di tempat tidur atau sisi tempat tidur sesuai dengan
kemampuan.
b. Tempatkan
Rasional
a. Memberikan pengetahuan pada keluarga tentang ROM
b. Memberi rasa nyaman
c. Mencegah terjadinya trauma
Diagnosa 3
NOC

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien/klien


mampu:
1) Ambulation: wheelhair, dengan KH :
a. pindah dari dan ke kursi roda
b. tidak cemas saat mendorong kursi roda
c. mendorong kursi roda dengan jarak yang jauh dengan dan sedang
2) Musele finction, dengan KH :
a. kekuatan kontraksi otot
b. bunyi otot
c. mengontrol pergerakan
d. kecepatan bergerak
e. ketenangan dalam bergerak
3) Mobility level, dengan KH :
a. ambulasi dengan kursi roda
b. menggerakkan sendi
c. menggerakkan otot
d. pindah tempat
NIC (Intervensi)
1) Exercise teraphy ambulasi
a. tingkatkan bantuan pada pasien dalam menggunakan alat bantu
b. bantu pasien untuk pindah tempat
c. monitor pasien dalam menggunakan alat bantu
Rasional
a. meningkatkan mobilitas fisik dengan alat bantu
b. memberi rasa nyaman dan mencegah terjaidnya trauma
c. meningkatkan kewaspadaan

2) Positioning: Wheelehair
a. pilih kursi roda yang cocok untuk pasien/standar
b. cek posisi pasien dalam menggunakan kursi roda
c. instruksikan pada pasien bagaimana pindah dari tempat tidur ke kursi
roda, sesuai dengan kenyamanan pasien.
Rasional
a. memberi rasa nyaman
b. mencegah injuri
c. mencegah injuri dan memberi rasa nyaman
3) Musele control
a. gunakan tactil kecil untuk meminimalkan spasme otot
b. orientasi pasien dalam menggerakkan fungsi tubuh
c. bantu sedikit demi sedikit untuk aktifitas (ADL)
d. control nyeri selama aktivitas
Rasional
a. untuk mengurangi spasme otot
b. mencegah pergerakan tubuh yang salah
c. meningkatkan kemampuan ADL
d. memberi rasa nyaman

Diagnosa 4
NOC
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien/klien
mampu:
1) Transfer performance, dengan KH:
a. pindah dari tempat tidur ke kursi/sebaliknya

b. pindah dari kursi ke kursi


c. pindah dari kursi roda ke mobil/kendaraan
2) Balance dengan KH
a. berdiri seimbangan
b. duduk seimbang
c. berjalan seimbang
NIC (Intervensi)
1) Exercise teraphy: ambulation
a. bantu pasien untuk pindah tempat
b. instruksikan pada pasien tentang keselamatan berpindah dan teknik
ambulasi
c. gunakan tali pinggang untuk membantu pindah dan ambulasi.
Rasional
a. mencegah terjadinya injuri
b. memperbaiki posisi tubuh/teknik yang ebnar saat ambulasi
c. mencegah

terjadinya

injuri,

mempermudahpasien

dan

perawat

meningkatkan mobilisasi.
d. memberikan bentuk latihan.program aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
dan kekuatan individu dan mengidentifikasi mobilitas fungsional
membantu meningkatkan kemandirian.
Diagnosa 5
NOC
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien/klien
mampu:

1) Ambulation: walking dengan KH


a. berjalan dengan langkah efektif
b. berjalan dengan jarak yang dekat (<1 block), sedang (>1 block > 5 block),
jauh (5 block / > 5 blok)
c. berjalan dengan langkah truun/naik
d. berjalan dengan langkah yang cepat
2) Self care: activities of daily living (ADL) dengan KH:
a. makan
b. berpakaian
c. toileting
d. istirahat
e. berhias
f. ambulation: berjalan
NIC (Intervensi)
1) Exercise teraphy: ambulation
a. bantu pasien menggunakan alas kaki yang memfasilitasi berjalan dan
mencegah injuri
b. monitor pasien menggunakan tongkat atau alat bantu lain
c. bantu pasien saat melawan ambulasi
d. konsultasikan pada terapi fisik untuk merencanakan ambulasi
Rasional
a. memberi kenyamanan mencegah injuri
b. meningkatkan kewaspadaan
c. mencegah cidera dan memberi keseimbangan pada pasien
d. memberikan bentuk latihan/program aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
dan kekuatan oindividu dan mengidentifikasi mobilitas fungsional
membantu meningkatkan kemandirian terhadap pasien.

2) Self care asisten


a. monitor kemampuan pasien dalam perawatan diri
b. tingkatkan kemampuan klien dalam ADL
c. tentukan rutinitas aktifitas dalam perawatan diri
Rasional
a. mengetahui sejauh mana dapat melakukan perawatan diri
b. meningkatkan kemampuan ADL
c. memberikan terapi yang terprogram

Daftar Pustaka
Johnson, marion,dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) second edition.
Missouri:Mosby

Me Closkey, Joanne C,dkk. 2000. Nursing Intervensi Classifcation (NIC) second


edition. Missouri:Mosby

NANDA Internasional.2005.Nursing Diagnosa Definition and Clasification


(NANDA) 2005-2006. Washington DC:Amerrican Nurses Association

Potter and Perrys. 2001. Fundamental of Nursing. Australia : Mosby

Departemen Kesehatan RI. 1995. Penerappan Proses Keperawatan pada Klien


dengan Gangguan Muskuluskeletal.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai