Oleh :
SILVIA YUWANDA
17002013
Oleh :
SILVIA YUWANDA
17002013
Karya Tulis Ilmiah telah diperiksa oleh Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Diploma III Teknik Radiologi Stikes Awal Bros Pekanbaru dan
disetujui untuk dilakukan sidang Karya Tulis Ilmiah.
JUDUL : PERBANDINGAN VARIASI PENYUDUTAN
PEMERIKSAAN PELVIS PROYEKSI OUTLET PADA
PEREMPUAN UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI
ANATOMI PELVIS YANG OPTIMAL
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Diploma III Teknik Radiologi
STIKes Awal Bros Pekanbaru
Karya Tulis Ilmiah telah disidangkan dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis
Ilmiah Program Studi Diploma III Teknik Radiologi STIKes Awal Bros
Pekanbaru.
JUDUL : PERBANDINGAN VARIASI PENYUDUTAN
PEMERIKSAAN PELVIS PROYEKSI OUTLET PADA
PEREMPUAN UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI
ANATOMI PELVIS YANG OPTIMAL
PENYUSUN : SILVIA YUWANDA
NIM : 17002013
Pekanbaru, 09 September 2020
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data pribadi
Anak Ke : 2 (Dua)
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Syawaluddin
Ibu : Yusmarlis
No. HP : 081275581605
Email : silviayuwanda123@gmail.com
iii
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIOLOGI STIKES AWAL
BROS PEKANBARU
ABSTRAK
Pemeriksaan rontgen pelvis merupakan pemeriksaan radiologi
menggunakan sinar-X. Tujuan pemeriksaan radiologi pelvis memberikan
informasi anatomi yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa suatu
kelainan atau patologi. Pemeriksaan rontgen pelvis yang rutin dilakukan di Rumah
Sakit menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP). Namun, untuk melihat
gambaran radiograf pelvis yang lebih optimal yang dapat memperlihatkan pubis
bilateral dan ischium menggunakan teknik pemeriksaan pelvis proyeksi outlet
dengan variasi penyudutan arah sinar 30°, 35°, 40° dan 45° kearah chepalad.
iv
DIPLOMA PROGRAM OF MEDICAL IMAGING OF AWAL STIKES
BROS PEKANBARU
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang dengan
segala anugerah-NYA penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat
OPTIMAL”
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Tulis Ilmiah ini sesuai dengan yang diharapkan, akan tetapi karena keterbatasan
sepenuhnya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
bimbingan, bantuan dan saran serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Dra. Wiwik Suryandartiwi, MM sebagai Ketua STIKes Awal Bros
Pekanbaru
2. Ibu Devi Purnamasari, S.Psi., M.K.M sebagai wakil ketua 1 STIKes Awal
vi
bimbingan, ajaran dan ilmu-ilmu yang penulis dapatkan selama penyusunan
3. Bapak Agus Salim, S.Kep, M.Si ssebagai wakil ketua 2 STIKes Awal Bros
Pekanbaru.
4. Ibu Shelly Angela, M.Tr.Kes sebagai Ketua Prodi STIKes Awal Bros
ilmu dan bimbingan kepada saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Danil Hulmansyah, S.Tr. Rad sebagai Pembimbing II, terimakasih atas
segala bimbingan, ajaran dan ilmu-ilmu baru yang penulis dapatkan dari
6. Segenap Dosen Program Studi Diploma III Teknik Radiologi STIKes Awal
Bros Pekanbaru, yang telah memberikan dan membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan.
7. Ibu Drg. Hj. Sumiarti selaku Direktur RSUD Petala Bumi Provinsi Riau yang
Provinsi Riau.
8. Kedua orang tua yang banyak memberikan dorongan dan dukungan berupa
vii
10. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak
dapat peneliti sampaikan satu persatu, terima kasih banyak atas semuanya.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini dan penulis berharap kiranya Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Silvia Yuwanda
viii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan antara faktor geometris dengan ketidak tajaman citra..... 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 33
Tabel 4.1 Deskripsi sampel berdasarkan berat badan ...................................... 37
Tabel 4.2 Deskripsi Responden........................................................................ 38
Tabel 4.3 Penilaian responden ......................................................................... 41
Tabel 4.4 Hasil Uji Fridman pada masing-masing kriteria Anatomi............... 42
Tabel 4.5 Hasil Uji Fridman penyudtan .......................................................... 43
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Radiograf sampel 1 dengan penyudutan 30° kearah chepalad .... 38
Gambar 4.2 Radiograf sampel 1 dengan penyudutan 35° kearah chepalad .... 39
Gambar 4.3 Radiograf sampel 1 dengan penyudutan 40° kearah chepalad .... 39
xii
DAFTAR SINGKATAN
AP : Antero Posterior
FFD : Focus to Film Distance
MSP : Mid Sagital Plane
OID : Object to Image Distance
SOD : Source to Object Distance
CR : Computed Radiography
IP : Image Plate
PMT : Photomultiplier Tube
ADC : Analog Digital Converter
SOP : Standar Operasional Prosedur
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
swasta, dan rumah sakit di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk membantu
tubuh manusia bagian dalam seperti tulang, jaringan lunak dan organ. Tujuan
1
2
penggunaan sinar-X (Asih Puji Utami, dkk, 2018). Oleh karena itu, perlunya
suatu radiografi yang baik agar dapat dijadikan sebagai penunjang diagnosa
terlihat pada proyeksi pelvis outlet sangat bagus untuk memperlihatkan pubis
bilateral, ischium pada fraktur pelvis. Indikasi pada pelvis biasanya terjadi
cidera. Cidera yang dialami seperti fraktur dan fissura (Masyitah Nurul
Amalia, 2017).
pasien supine, dengan Mid Sagital Plane (MSP) tubuh tegak lurus pada
pertengahan meja pemeriksaan, posisi objek MSP tubuh sejajar kaset dan
3
MSP tegak lurus kaset, atur vetebra sejajar kaset, kedua lengan diatur
menyilang di depan dada, atur arah sinar dengan penyudutan 30°-45° kearah
post reposisi dislokasi hip joint pada pasien dengan traksi, untuk mengetahui
alasan kasus post reposisi dislokasi hip joint pada pasien dengan traksi
pelvis diatas, salah satu pemeriksaan khusus pelvis yaitu proyeksi Antero
memiliki range penyudutan arah sinar yang cukup besar tanpa ada nilai
penyudutan yang tetap. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian
variasi penyudutan dengan tujuan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari
yang melakukan rontgen pelvis di RSUD Petala Bumi Provinsi Riau tahun
Bumi karena di RSUD Petala Bumi Provinsi Riau terdapat pasien melakukan
lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
optimal.
perempuan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
penelitian di atas.
4. Bagi Responden
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Sinar-X
a. Sejarah
katoda. Filament tersebut akan terjadi panas jika ada arus listrik yang
7
8
beda tegangan yang tinggi antara kutub positif (anoda) dan kutub
dengan sangat cepat. Akibat tumbukan yang sangat kuat dari elektron
katoda maka elektron orbit yang ada pada atom target (anoda) akan
ada elektron lain yang keluar dalam rangka terjaga kestabilan atom.
Akibat perpindahan elektron dari orbit yang lebih luar (energi besar)
ke yang lebih dalam (energi lebih rendah), maka terjadi sisa energi.
inti atom (nuklea) dan dibelokan atau terjadi pengereman maka terjadi
Stator of induction
Rotating anoda target rotor
Focusing cup
X- ray
elektron
Gambar 2.1 Proses Sinar-X (Toto
c. Sifat-sifat sinar-X
listrik.
d. Klasifikasi sinar-X
Rasad, 2014).
a. Pesawat sinar-X
merupakan sebuah tabung yang tebuat dari bahan gelas yang hampa
Pada katoda ada bagian yang disebut dengan focusing cup yang
gerakan elektron yang melaju dari katoda. Anoda terbuat dari bahan
termasuk dalam tipe citra digital. Citra digital merupakan citra yang
dalam bentuk matrik (kolom dan baris). Satu elemen matrik disebut
level) dari elemen citra tersebut. Citra yang dihasilkan oleh perangkat
Kaset sinar-X adalah sebuah kotak pipih yang kedap cahaya. Kaset
tidak akan terbakar akibat cahaya tampak sebab kaset dirancang kedap
d. Image plate
image plate (IP) yang terbuat dari unsur phospor tepatnya adalah
e. Image Reader
2018).
14
a. Distorsi
objek yang terlihat lebih besar pada citra radiografi. Faktor kontrol
tubuh, dan image receptor. Garis pusat atau central line adalah garis
yang dihasilkan lebih kecil dari pada objek pada salah satu sisinya,
perbesaran dari pada objek dalam dua arah, maka citra dikatakan
dkk, 2016).
disimpan dalam image plat diubah menjadi sinyal listrik oleh laser untuk
Sumber sinar
Objek/ bahan
Kaset CR
Pembacaan Citra
Citra CR
spasial. Pada objek yang sama, dua titik dapat dipisahkan satu sama lain.
resolusi spasial, maka nilai kualitas citra digital dapat diketahui secara
5. Anatomi Pelvis
tiga tulang (ilium, ischium, dan pubis) yang tumbuh bersama seiring
Keterangan :
1. Anterior
superior iliaca
2. Superior dan
Inferior ramus
pubis
3. Foramen
Obturatum
4. Symphysis pubis
5. Ramus ischium
6. Body pubis
7. coccyx
8. sacrum
9. Sacroiliaca
Gambar 2.9 Anatomi Pelvis (merril, 2016)
18
6. Fisiologi
bawah. Pelvis tersusun dari empat buah tulang yaitu dua tulang hip
(disebut juga coxae atau innominate), satu tulang sakrum dan satu tulang
bagian atas ketika kita sedang duduk, berdiri ataupun beraktifitas. Pelvis
dibatasi oleh tulang-tulang dan harus dilalui oleh janin pada kelahiran
7. Patologi
Pasien yang dijumpai dengan riwayat trauma tulang maka jenis patologi
adalah fraktur, dislokasi dan ruptur jaringan (jaringan sobek) (Asih Puji
a. Fraktur
Fraktur adalah sebagai patah yang terjadi pada tulang. Ada banyak
sebagian dari tulang terlepas dari mangkuk sendi (Asih Puji Utami
dkk, 2018).
c. Fisura
adalah fisura, dimana fisura itu berupa retakan pada ruas-ruas tulang
panjang yang dapat ditemukan pada tibia, fibula atau jari-jari kaki.
oleh cedera tunggal yang hebat atau oleh cedera terus menerus yang
d. Tumor tulang
2014).
tulang.
pertengahan meja.
Ukuran Kaset : 35 x 43 cm
Posisi objek : MSP tubuh sejajar kaset dan MCP tegak lurus kaset.
Ukuran Kaset : 35 x 43 cm
minimal superposisi.
Anterior
acetabulum
superior iliaca
coccyx
Foramen
Superior Obturatum
ramus pubis Ramus ischium
9. Kualitas Radiograf
yang dilihat dari seberapa membantu radiograf tersebut agar operator dapat
terdapat beberapa konsep dasar yang tdak boleh dilupakan, salah satu yang
dan noise dan lainnya turut andil dalam menentukan penampilan radiograf.
Hal tersebut tidak hanya mempengaruhi pada saat pembacaan, akan tetapi
penjabaran atau pembacaan dari apa yang terlihat dalam sebuah radiograf,
23
maka tujuan dalam diagnosis pun dapat dicapai. Untuk memenuhi tujuan
yang terbagi menjadi beberapa faktor, seperti yang akan dijabarkan dibawah
ini :
a. Kontras
banyak sinar yang diterima film maka film akan semakin gelap atau
b. Densitas
yang mencapai daerah tertentu pada film. Daerah yang sedikit atau tdak
sama sekali terkena paparan foton sinar-X akan tergambar abu-abu atau
daerah putih (email, dan tulang), dan daerah abu-abu (jaringan lunak).
densitas juga makin tinggi karena sinar-X yang mengenai film memiliki
lebih tinggi energi. Makin lama waktu eksposur maka makin tinggi
focal spot maka makin bagus ketajaman, komposisi film, film yang
d. Detail
Kriteria kualitas ini didapat jika pada ukuran objek besar ataupun kecil,
e. Distorsi
f. Resolusi
macam densitas, suatu jarak yang kecil terpisah suatu latar belakang
g. Brightness
B. Kerangka Teori
Prosedur kerangka teori ini dapat ditunjukan oleh diagram dibawah ini :
Sinar-X
Processing computed
Radiography (CR)
Radiography
Anatomi pelvis
Fisiologi pelvis
Patologi
Proyeksi os pelvis
Informasi Anatomi
28
C. Penelitian Terkait
Berikut ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Karya Tulis Ilmiah
post reposisi dislokasi hip joint pada pasien dengan traksi, untuk
mengetahui alasan kasus post reposisi dislokasi hip joint pada pasien
(AP).
D. Hipotesis Penelitian
telah dirumuskan.
optimal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian Karya Tulis Ilmiah ini
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan untuk
1. Populasi
2. Sampel
a. Kriteria inklusi
30
31
b. Kriteria eksklusi
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
-Penyudutan 30°
Informasi anatomi
- Penyudutan 35°
pemeriksaan pelvis
- Penyudutan 40°
proyeksi outlet.
- Penyudutan 45°
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil ukur
operasional
Variabel independen
1. Informasi citra Gambaran Kuisioner Ordinal Radiograf
anatomi dengan yang pelvis
Central Ray dihasilkan dengan
30° dari penyuduta
pemeriksaan n 30°
pelvis outlet. kearah
chepalad
2. Informasi citra Gambaran Kuisioner Ordinal Radiograf
anatomi dengan yang pelvis
Central Ray dihasilkan dengan
35° dari penyuduta
pemeriksaan n 35°
pelvis outlet. kearah
chepalad
3. Informasi citra Gambaran Kuisioner Ordinal Radiograf
anatomi dengan yang pelvis
32
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Dalam menunjang Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengumpulkan data dengan
1. Instrumen Penelitian
c. Kamera
d. Form kuisioner
e. Pesawat sinar-X
f. Computer Radiography
data ordinal yang akan diolah dan dianalisa dengan program SPSS
a. Karakteristik
friedman.
b. Uji kappa
variabel pada tabel kontingens yang diukur pada kategori yang sama
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
Dari hasil penelitian yang dilakukan ada 5 sampel yang digunakan dalam
pemeriksaan yaitu :
35
36
proyeksi outlet dengan variasi penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° kearah
2. Karakteristik Responden
Tabel 4.2 Deskripsi Responden
No Responden Masa Kerja Jabatan
1 Dokter RSUD Petala Bumi 10 Tahun Dokter Spesialis
Radiologi
2 Dokter RS Awal Bros 9 Tahun Dokter Spesialis
Radiologi
3 Dokter RS Aulia 9 Tahun Dokter Spesialis
Radiologi
3. Hasil Citra
sinar 30°, 35°, 40°, dan 45° kearah chepalad pada 5 sampel dengan
menggunakan FFD 100 cm, faktor eksposi 65 kV, dan mAs 20. Pasien
pelvis proyeksi outlet dengan variasi penyudutan arah sinar 30°, 35°, 40°,
diberikan apabila pada citra anatomi tampak Superior dan Inferior ramus
pubis. Tampak body pubis. Tampak ramus ischium tampak dengan baik.
pubis. Tampak Anterior superior iliaca anatomi sangat tegas dan jelas
“baik” diberikan apabila pada citra anatomi tampak Superior dan Inferior
ramus pubis. Tampak body pubis. Tampak ramus ischium tampak dengan
dan Inferior ramus pubis. Tampak body pubis. Tampak ramus ischium
Superior dan Inferior ramus pubis. Tampak body pubis. Tampak ramus
mudah dianalisis.
5. Uji Kappa
karakteristik responden.
informasi anatomi variasi penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° ke arah
c. Hasil mean rank dari nilai penyudutan anatara 30°, 35°, 40° dan 45° ke
lebih tinggi antara penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° kerah chepalad
nilai mean rank 2,90, pada penyudutan 40° memiliki nilai mean rank
1,60, dan pada penyudutan 45° memiliki nilai mean rank 1,90. Dapat
B. Pembahasan Penelitian
pada fraktur pelvis. Indikasi pada pelvis biasanya terjadi akibat trauma.
yang dialami seperti fraktur dan fissura, pada pemeriksaan Pelvis Antero
outlet dengan variasi penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° kearah chepalad.
menggunakan uji kappa dan pengalaman yang didapat dari lamanya masa
kerja dokter. Adapun hasil uji statistik, data informasi anatomi dilakukan
dengan nilai kappa 0,63 yaitu pada radiolog pertama. Hal ini menunjukkan
data diterima dan selanjutnya data diolah dengan uji friedman untuk
pelvis yang signifikan, didapatkan hasil nilai p-value kecil dari 0,05 yaitu
penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° kearah chepalad. Hasil penilaian
rata yang berbeda pada setiap variasi penyudutan yaitu 3,60 pada
lainnya, dan sendi-sendi pada pelvis juga tampak jelas tidak overlap
dengan lainnya. Untuk penyudutan 35° kearah chepalad dengan nilai 2,90
lebih besar nilainya dari penyudutan 45° kearah chepalad dengan nilai
1,90 dan penyudutan 40° kearah chepalad dengan nilai 1,60 merupakan
dianalisa oleh dokter bila terdapat kelainan pada organ tersebut. Itu yang
untuk digunakan.
Axial Outlet dilakukan dengan posisi pasien supine, dengan Mid Sagital
Plane (MSP) tubuh tegak lurus pada pertengahan meja pemeriksaan, posisi
objek MSP tubuh sejajar kaset dan MSP tegak lurus kaset, atur vetebra
sejajar kaset, kedua lengan diatur menyilang di depan dada, atur arah sinar
dengan penyudutan 30°- 45° kearah chepalad untuk perempuan, dan untuk
antara pelvis laki – laki dan perempuan, atur CP menuju titik tengah 3-5 cm
penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° kearah chepalad, didapatkan hasil nilai
p-value kecil dari 0,05 yaitu 0,041 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha
proyeksi outlet dengan variasi penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° kearah
chepalad.
proyeksi outlet dengan variasi penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° kearah
penyudutan 30° kearah chepalad hasil kuisioner yang diisi oleh dokter
Penyudutan 30 ini diaggap baik digunakan juga karena tulang dari pelvis
tidak super posisi dengan organ lainnya, dan tampak jelas sehingga dapat
pelvis proyeksi outlet dengan penyudutan 30°, 35°, 40° dan 45° kearah
berbeda-beda dengan nilai mean rank tertinggi yaitu 3,60 pada penyudutan
30° kearah chepalad sehingga pada penyudutan ini merupakan yang paling
pelvis tidak superposisi, yaitu tampak Superior dan Inferior ramus pubis,
mengalami penurunan dengan mean rank sebesar 2,90 tetapi masih baik
dengan mean rank 1,90. Pada penyudutan 40° memiliki mean rank lebih
kecil dari penyudutan lainnya sebesar 1,60 tetapi masih dapat dianalisa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
45° kearah chepalad bahwa pada penyudutan 30° kearah chepalad adalah
B. Saran
Bumi belum ada dalam Standar Operasional Prosedur (SOP), akan lebih
Radiologi RSUD Petala Bumi Provinsi Riau memiliki acuan yang sama
NIM : 17002013
Nama Validatr :
Jabatan :
1. Petunjuk
LD = Layak Digunakan
d. Atas bantuan dan kesediaan untuk mengisi lembar validasi kuisioner ini,
saya ucapkan terimakasih.
2. Penilaian
LD TLD
Body pubis
Ramus ischium
Acetabulum
Foramen Obturatum
Symphisis Pubis
Coccyx
3. Keterangan
Mengetahui,
( )
LEMBAR PENILAIAN KUISIONER
Mohon untuk memberikan tanda (√) pada setiap jawaban yang anda pilih
Keterangan :
Nilai 4 = sangat baik = anatomi sangat tegas dan jelas dalam menunjukkan strukturnya
sehingga mudah dianalisis
Nilai 3 = baik = anatomi jelas dan masih mudah dianalisis
Nilai 2 = cukup = anatomi cukup jelas, tetapi sulit dianalisis
Nilai 1 = buruk = anatomi sangat tidak jelas dan tidak bisa dianalisis
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI PASIEN PENELITIAN
Pekanbaru, 2020
Yang menyatakan
( )
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Pekanbaru, 2020
Yang menyatakan
( )
Tabel Uji Kappa
Diketahui :
P : Penilai (responden)
P1(1) = 0 Jadi P1 = 0%
P2(1) = 0
P1(2) = 0 Jadi P2 = 0%
P2(2) = 0
P1(3) = 0,85
P1(4) = 0,15
P2(4) = 0, 62 Jadi P4 = 9%
Pr(e) = 0,44
K= 0,27 / 27%
Pr(α) = 0,38
P1(1) = 0 Jadi P1 = 0%
P2(1) = 0
P1(2) = 0 Jadi P2 = 0%
P2(2) = 0
P1(3) = 0,85
P1(4) = 0,15
P2(4) = 0, 54 Jadi P4 = 8%
Pr(e) = 0,43
K= 0,08 / 8%
Pr(α) = 0,27
P1(1) = 0 Jadi P1 = 0%
P2(1) = 0
P1(2) = 0 Jadi P2 = 0%
P2(2) = 0
P1(3) = 0,85
P1(4) = 0,15
P2(4) = 0, 54 Jadi P4 = 8%
Pr(e) = 0,43
K= 0,28 / 28%
SAMPEL 2
Gambar sampel 2 dengan penyudutan 30° Gambar sampel 2 dengan penyudutan 35°
Gambar sampel 2 dengan penyudutan 40° Gambar sampel 2 dengan penyudutan 45°
SAMPEL 3
Gambar sampel 3 dengan penyudutan 30° Gambar sampel 3 dengan penyudutan 35°
Gambar sampel 3 dengan penyudutan 40° Gambar sampel 3 dengan penyudutan 45°
SAMPEL 4
Gambar sampel 3 dengan penyudutan 30° Gambar sampel 2 dengan penyudutan 35°
Gambar sampel 2 dengan penyudutan 40° Gambar sampel 2 dengan penyudutan 45°
SAMPEL 5
Gambar sampel 5 dengan penyudutan 30° Gambar sampel 5 dengan penyudutan 35°
Gambar sampel 5 dengan penyudutan 40° Gambar sampel 5 dengan penyudutan 45°
Anatomi 1
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 3.25
penyudutan_35 3.25
penyudutan_40 1.75
penyudutan_45 1.75
a
Test Statistics
N 4
Chi-Square 7.714
Df 3
a. Friedman Test
Anatomi 2
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 2.60
penyudutan_35 2.60
penyudutan_40 2.60
penyudutan_45 2.20
a
Test Statistics
N 5
Chi-Square 3.000
Df 3
a. Friedman Test
Anatomi 3
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 2.60
penyudutan_35 2.60
penyudutan_40 2.60
penyudutan_45 2.20
a
Test Statistics
N 5
Chi-Square 3.000
df 3
a. Friedman Test
Anatomi 4
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 3.20
penyudutan_35 2.80
penyudutan_40 2.10
penyudutan_45 1.90
a
Test Statistics
N 5
Chi-Square 7.174
Df 3
a. Friedman Test
Anatomi 5
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 3.30
penyudutan_35 2.90
penyudutan_40 1.80
penyudutan_45 2.00
a
Test Statistics
N 5
Chi-Square 7.966
Df 3
a. Friedman Test
Anatomi 6
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 3.50
penyudutan_35 2.70
penyudutan_40 2.00
penyudutan_45 1.80
a
Test Statistics
N 5
Chi-Square 9.207
Df 3
a. Friedman Test
Anatomi 7
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 2.50
penyudutan_35 2.70
penyudutan_40 2.60
penyudutan_45 2.20
a
Test Statistics
N 5
Chi-Square .778
df 3
a. Friedman Test
Anatomi 8
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 2.10
penyudutan_35 2.10
penyudutan_40 2.50
penyudutan_45 3.30
a
Test Statistics
N 5
Chi-Square 4.500
Df 3
a. Friedman Test
Perpenyudutan
Ranks
Mean Rank
penyudutan_30 3.60
penyudutan_35 2.90
penyudutan_40 1.60
penyudutan_45 1.90
a
Test Statistics
N 5
Chi-Square 8.283
df 3
a. Friedman Test