Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330102462

PENATAAN RUANG WILAYAH BERBASIS MANAJEMEN BENCANA

Conference Paper · January 2012

CITATIONS READS
0 911

1 author:

Achmad Andi Rif'an


Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta
7 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

free lance mapper View project

All content following this page was uploaded by Achmad Andi Rif'an on 03 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

PENATAAN RUANG WILAYAH BERBASIS MANAJEMEN BENCANA

Oleh: Achmad Andi Rif’an


1Program BEASISWA UNGGULAN Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidikan
Nasional Republik Indonesia pada Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan DAS (MPPDAS),
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; E-mail: undie_kutahu@yahoo.com HP: 085649517680
2012

Abstrak:

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengidentifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Jember;
mengidentifikasi kawasan rawan bencana di Kabupaten Jember; memberikan arahan penataan ruang wilayah
Kabupaten Jember yang berbasis manajemen bencana. Salah satu perspektif disiplin ilmu yang dinilai penting dalam
penanggulangan bencana alam secara non strukural adalah penataan tata ruang wilayah. Penentuan struktur tata
ruang yang sesuai untuk wilayah-wilayah yang memiliki potensi bencana ternyata mampu meminimalisasi korban jiwa
maupun dampak kerusakan yang ditimbulkan dari sebuah bencana. Kawasan rawan bencana alam merupakan
kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan yang sering terjadi bencana, baik bencana letusan gunung, longsor,
banjir dan gelombang tsunami sehingga dapat berakibat rusaknya lingkungan secara menyeluruh. Dalam melakukan
antisipasi terhadap bencana yang setiap saat dapat terjadi, maka diperlukan pembentukan suatu tatanan baik upaya
melestarikan kawasan lindung dan kegiatan penanggulangan bencana secara dini.

1. PENDAHULUAN

Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat yang sering
kali menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau
lingkungan dan biasanya melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasinya dengan menggunakan
sumber daya mereka sendiri. Penyebab bencana dapat diakibatkan dari ulah manusia sendiri atau dari
alam. Semua kejadian bencana pada umumnya menimbulkan korban jiwa dan materi. Peristiwa alam
yang ekstrim (tsunami setinggi 20 meter misalnya) tidak masuk dalam kategori bencana apabila tidak
menelan korban. Karena itu bencana alam bergantung pada dua faktor yang harus ada; peristiwa alam
dan penduduk. Tingginya tingkat resiko bencana di suatu kawasan secara sederhana dapat ditentukan
dari jumlah penduduk dan peristiwa alam. Semakin banyak penduduk yang mendiami di suatu wilayah
maka dapat dikatakan wilayah tersebut memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi terjadi bencana.
Bencana geologi adalah bencana yang disebabkan oleh dinamika geologi, antara lain letusan gunungapi,
gempabumi, tsunami, erosi/pengikisan, abrasi, banjir lahar dan banjir bandang, serta gerakan tanah/tanah
longsor.
Bencana geologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Jember adalah gerakan tanah, banjir bandang,
erosi, gempabumi, dan tsunami. Kondisi geologi yang berpengaruh adalah akibat kondisi tanah yang lolos

577
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

air tinggi dan di atas batuan kedap air dengan kelerengan sedang hingga curam. Berikut ini data kejadian
bencana alam di wilayah Kabupaten Jember yang tercatat sejak tahun 1983 hingga awal 2008 (Tabel 1).

Tabel 1. Data kejadian bencana alam di wilayah Kabupaten Jember

JENIS SUMBER PENYEBAB


NO LOKASI KORBAN/KERUGIAN
BENCANA INFORMASI BENCANA
Kec. Tempurejo, Ds.
Banjir bandang Warga Dusun
1 Sanenrejo, Dsn Mandilis Hujan deras Dam ambrol
Kali Sanen Mandalis, 1983
Wetan
Tsunami di teluk Rimbawati, Meninggal 6 orang dan 30
2 Kec. Tempu rejo, Ds. Bandialit
Bandialit Warga, 1994 rumah hancur
Tsunami pada pagi
Ahmad Mujiono, Meninggal 2 orang dan 10
3 Kec. Ambulu, Ds. Payangan Tsunami di dini hari
Warga Watu Ulo, rumah hancur
Pantai Watuulo
4 Kec. Ambulu, Ds. Karangsari 1994 40 rumah hancur

Hujan deras, saluran


Jatim online 24 67 rumah tergenang, 4
5 Kec. Silo Banjir sungai tersumbat dan
Nov 2003 jembatan rusak
terjadi longsor

Kec. Sumber Jambe, Dsn. Metrotvnews.com


6 Karang Tengah, Ds. Sumber Tanah longsor , 29 Des 2005, Penggalian pasir 3 orang meninggal
Pakem pk. 21.27

1 orang meninggal, 1 jembatan


7 Kecamatan Arjasa Banjir bandang
rusak, 12 rumah rusak
Saluran irigasi tertimbun tanah,
3 rumah perlu di waspadai
8 Kec. Sukorambi Tanah longsor
karena dekat dengan lokasi
bencana
73 orang meninggal, 12
9 Kec. Panti Banjir Bandang Hujan deras jembatan putus, 385 rumah
Pemerintah menyebab terjadinya rusak, 31 ekor sapi hilang
Kabupaten longsor, saluran 20 rumah hilang, 46 rumah
Jember sungai tersumbat. rusak, 9 dusun terendam air
10 Kec. Rambipuji Banjir Bandang 1 Jan 2006 Akhirnya terjadi banjir lumpur, plengsengan 71m
bandang jebol, jalan aspal rusak, jalan
macadam tertutup lumpur
Kec. Patrang, Jl dr.Soebandi, Plengsengan di blk MAN 2
11 Tanah longsor
depan STIE Kosgoro longsor, MTsN di Slawu rusak
Kec. Kaliwates, Kampung 35 rumah rusak 1 orang
12 Banjir
Ledok meninggal
Kec. Wuluhan, Ds. Grenden Sawah dan rumah terendam air
13 Banjir
dan Lojejer setinggi 70 cm

578
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

Perkampungan tergenang air


14 Kec. Balung, Ds. Gumelar Banjir
50 cm
20 ha sawah terendam air,
15 Kec. Puger, Dsn Grujugan Banjir plengsengan 150 m ambrol,
rumah tergenang
Kec. Sumber
16 Tanah longsor 3 orang tewas
jambe, Ds. Sumber Pakem
17 Sekitar Kampus Unej Lumpur yang
Radar Jember
18 Jalan Kalimantan Banjir saat mengendap di dalam
Kamis, -
Sekitar Kampus IKIP PGRI- musim hujan drainase jalan setebal
19 6 Sept 2007
SMP 3 Jember 60-80 cm

Gempa tektonik 4,5-5


Ombak Laut 2-3 Surya,
20 Pantai Puger SR, 10 September -
m, 11 Sept 07
2007, pk. 01.30
Kec.Sukorambi
21 Ds.Mlandingan Kulon, Dsn.
Ratusan pohon roboh
Krajan Hujan disertai angin
22 Kec. Kaliwates Angin Puting Jawa Pos, 12 kencang, 11
Kec. Ajung, Ds. Beliung November 2007 November 2007, pk.
Mangaran,Dsn. Sidomulyo, 13.30 WIB
23 Ratusan pohon karet tumbang
Areal PTPN XII
KebunRenteng
Hujan deras disertai Puluhan rumah dari beberapa
Jawa Pos, 2
24 Ds. Harjomulyo, Kec.Silo Banjir lumpur angin kencang, Senin dusun tergenang air bercampur
Januari 2008
sore 31 Des 2007 lumpur setinggi + 50 cm
Dsn Rayap, Dsn. Rembangan, Jawa Pos, 6 Hujan deras , Jumat
25 Tanah Longsor 12 rumah terancam lonsor.
Ds. Kemuning Lor, Kec. Arjasa Januari 2008 sore 4 Januari 2008
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur, 2007
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Jember
2. Mengidentifikasi kawasan rawan bencana di Kabupaten Jember
3. Memberikan arahan penataan ruang wilayah Kabupaten Jember yang berbasis manajemen
bencana

2. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif evaluatif yakni upaya dalam
membandingkan penggunaan lahan di Kabupaten Jember dengan kawasan rawan bencana untuk
mendapatkan zonasi mana saja kawasan-kawasan yang aman ditempati dan mana yang berbahaya.

579
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

Jenis data yang adalah data skunder, yakni data-data yang didapatkan dari dokumen-dokumen atau
keterangan-keterangan yang ada mengenai subjek penelitian yang didapatkan tidak secara langsung di
lapangan atau didapat dari berbagai sumber namun masih berkaitan dengan subjek penelitian.

3. PEMBAHASAN

Berdasarkan perspektif disiplin ilmu penanggulangan bencana dapat dibedakan menjadi dua bagian
besar yakni penanggulangan bencana secara struktural dan non struktural (sistem regulasi). (Anand S.
Arya, 2003) Penanggulangan bencana secara struktural merupakan penanggulangan bencana yang
menitik beratkan perencanaan dan perancangan serta pembangunan struktural (fisik) sebagai dasar
konsentrasi dalam penanggulangan bencana. Sedangkan penanggulangan bencana non struktural lebih
menitik beratkan pada masalah-masalah sosial (non struktural)/ dampak sosial yang akan berkembang
pada saat kejadian dan pasca kejadian bencana, fokus perhatian dari penanggulangan bencana non
struktural adalah mengupayakan suatu sistem regulasi yang akan mengatur semua aspek sosial di
sebuah masyarakat yang terkena dampak bencana. Kedua persepektif tersebut memiliki urgenitas yang
sama dalam kadarnya masing-masing.
Salah satu perspektif disiplin ilmu yang dinilai penting dalam penanggulangan bencana alam secara
non strukural adalah penataan tata ruang wilayah. Penentuan struktur tata ruang yang sesuai untuk
wilayah-wilayah yang memiliki potensi bencana ternyata mampu meminimalisasi korban jiwa maupun
dampak kerusakan yang ditimbulkan dari sebuah bencana.

a. Tata Guna Lahan Kabupaten Jember


Kondisi penggunaan lahan yang akan dibahas disini meliputi kondisi lahan pertanian, perkebunan,
kawasan hutan produksi, industri, dan permukiman.
Kondisi lahan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Jember sangat subur. Oleh karena itu,
mayoritas penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Jember didominasi oleh lahan pertanian dan
perkebunan. Kondisi ini sangat sesuai mengingat mata pencaharian utama penduduk Kabupaten Jember
adalah sebagai petani yaitu lebih dari 500.000 jiwa. Adapun persebaran lahan pertanian dan perkebunan
ini hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Jember. Sebagian besar lahan ini terdapat di wilayah
kota berordo II, IV, dan V. Meski begitu, pada wilayah transisi, yaitu perbatasan antara kota berordo II dan
III juga mayoritas masih berupa lahan pertanian dan perkebunan.
Kawasan hutan produksi yang ada di Kabupaten Jember adalah berupa hutan jati dan hutan kayu
lainnya. Persebaran kawasan hutan produksi ini berada di kawasan perbatasan Kabupaten Jember
dengan kabupaten-kabupaten lainnya. Misalnya, pada sebelah utara Kabupaten Jember yang berbatasan
dengan Kabupaten Bondowoso dan sebelah timur yang berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi.
Selain itu, kawasan hutan produksi juga banyak ditemui di bagian selatan Kabupaten Jember yang
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.

580
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

Untuk kawasan industri, di Kabupaten Jember mayoritas berupa industri pengolahan hasil pertanian
dan pergudangan yang mengolah tembakau. Persebaran lokasi industri ini berada di wilayah bagian barat
dan timur Kabupaten Jember, yaitu di Kecamatan Bangsalsari, Rambipuji, Balung, Jenggawah, Arjasa,
Pakusari, Kalisat, dan Sukowono.
Untuk kawasan permukiman, persebarannya merata di Kabupaten Jember dengan kepadatan rendah
– sedang. Sedangkan untuk kawasan permukiman di wilayah kota berordo II yaitu Kecamatan Kaliwates,
Kecamatan Patrang, dan Kecamatan Sumbersari memiliki kepadatan sedang – tinggi. Gambaran
mengenai eksisting penggunaan lahan di Kabupaten Jember dapat dilihat pada gambar 1.

b. Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Jember


Kawasan rawan bencana di Kabupaten Jember berupa tanah longsor yang terdapat di berbagai
kecamatan. Adapun yang termasuk dalam wilayah peka bencana di wilayah Kabupaten Jember yaitu
daerah-daerah yang memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai dan tanah-tanah gundul di kawasan
hutan lindung.

Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Jember

581
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

Gambar 2. Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Jember

c. Analisis Overlay Penggunaan Lahan dan Kawasan Rawan Bencana

Berdasarkan hasil analisis overlay(tumpang tindih) antara peta penggunaan lahan dan peta kawasan
rawan bencana, maka didapatkan gambar seperti di bawah ini.

582
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

Gambar 3. Peta Overlay Penggunaan Lahan dan Kawasan Rawan Bencana

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa penggunaan lahan yang masih berada
di daerah kawasan rawan bencana, yaitu:

Tabel 2. Guna Lahan yang Berada pada Kawasan Rawan Bencana

Kawasan / K. Rawan Banjir, Longsor, K. Rawan Banjir, dan


K. Rawan Tsunami
Kecamatan dan Gempa Bumi Longsor
Tanggul Hutan
Hutan, Tegalan, Kantor
Sumberbaru
Kecamatan, Jaringan Jalan
Sumber jambe Hutan, Perkebunan
Mayang Perkebunan
Mumbulsari Sawah, Perkebunan
Sawah, Permukiman,
Tempurejo
Tegalan
Permukiman,
Silo
Perkebunan, Hutan
Kencong Sawah
Gumukmas Permukiman, Tegalan
Puger Hutan, sawah
Sumber: Hasil Analisis, 2012

Berdasarkan tabel di atas, terdapat beberapa penggunaan lahan terutama permukiman yang rawan
terkena bencana alam karena berada pada kawasan rawan bencana alam. Permukiman merpakan guna
lahan yang sangat penting untuk dipindahkan karena merupakan tempat tinggal manusia. Manusia
merupakan faktor terpenting yang harus diselamatkan dalam upaya mitigasi bencana.
Peristiwa alam tidak masuk dalam kategori bencana apabila tidak menelan korban manusia. Karena
itu bencana alam bergantung pada dua faktor yang harus ada; peristiwa alam dan penduduk. Tingginya
tingkat resiko bencana di suatu kawasan secara sederhana dapat ditentukan dari jumlah penduduk dan
peristiwa alam. Semakin banyak penduduk yang mendiami di suatu wilayah maka dapat dikatakan
wilayah tersebut memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi terjadi bencana. Permukiman yang diprediksi
terkena dampak peristiwa alam terdapat di Kecamatan Gumukmas, Kecamatan Tempurejo dan
Kecamatan Silo.
Selain itu, guna lahan sawah, perkebunan, dan tegalan merupakan faktor terpenting kedua yang
harus dipindahkan. Mengingat manusia mencari penghidupan dari sana. Guna lahan sawah, perkebunan,
dan tegalan yang harus dipindahkan terdapat di Kecamatan Sumberbaru, Kecamatan Sumberjambe,

583
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

Kecamatan Mayang, Kecamatan Mumbulsari, Kecamatan Tempurejo, Kecamatan Silo, Kecamatan,


Kencong, Kecamatan Gumukmas, dan Kecamatan Puger.
Sementara hutan tidak begitu penting untuk dipindahkan dan memang dan memang seharusnya
kawasan rawan bencana diperuntukkan untuk guna lahan hutan.
Berikut arahan penataan ruang untuk penggunaan lahan di Kabupaten Jember.

Gambar 4. Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Jember

4. KESIMPULAN

a. Kabupaten Jember merupakan daerah yang rawan bencana. Ada beberapa bencana yang rawan
terjadi di Kabupaten Jember diantaranya yaitu: banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.

b. Terdapat beberapa kawasan di Kabupaten Jember yang rawan terkena bencana alam.

c. Penggunaan lahan di Kabupaten Jember masih belum sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang
Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 yang mengatakan bahwa penataan ruang diselenggrarakan
dengan memperhatikan kawasan rawan bencana.

584
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

d. Arahan yang dapat diberikan untuk penataan ruang di Kabupaten Jember agar dapat meminimalisasi
dampak bencana alam adalah sebagai berikut:

 Untuk wilayah rawan bencana tsunami


- Untuk permukiman yang terletak di daerah rawan bencana tsunami sebisa mungkin direlokasi
ataupun direncanakan dibangun dengan kepadatan rendah. Untuk bangunan yang terdapat pada
daerah rawan bencana sebaiknya harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah di sebutkan
oleh Pedoman Perencanaan Pengungsian Tsunami berikut :
1. Bangunan pada daerah aman seharusnya memiliki pagar pengaman untuk mencegah
hempasan gelombang pada bangunan.
2. Konstruksi bangunan pengungsian sebaiknya tahan terhadap terjangan puing bangunan dan
dampak gelombang tsunami dan juga bangunan itu sendiri sebaiknya hanya mengeluarkan
puing yang seminimal mungkin.
- Dibuat jalan/jalur khusus yang memungkinkan untuk mengevakuasi penduduk saat tsunami terjadi.
- Dibuat bangunan shelter/bangunan sebagai tempat untuk evakuasi penduduk saat tsunami terjadi
dengan ketentuan bangunan yang tahan terhadap gempa, lokasi aman dari jangkauan tsunami,
dan dapat ditempuh penduduk dengan berjalan kaki.
- Dibuat dan dilestarikan hutan mangrove di sepanjang pesisir guna mengurangi dampak dari
tsunami.

 Untuk wilayah rawan bencana gempa bumi


- Untuk permukiman yang terletak di daerah rawan bencana gempa bumi sebisa mungkin direlokasi
ataupun direncanakan dibangun dengan kepadatan rendah.
- Kawasan rawan gempa bumi diusahakan dimanfaatkan untuk guna lahan non-permukiman seperti
hutan, sawah, perkebunan, dan tegalan.
- Konstruksi bangunan dibuat yang tahan terhadap gempa.

 Untuk wilayah rawan bencana longsor


- Untuk permukiman yang terletak di daerah rawan longsor sebisa mungkin direlokasi ataupun
direncanakan dibangun dengan kepadatan rendah.
- Rehabilitasi dan konservasi tanah pada kawasan yang rawan bencana longsor.
- Mengendalikan penggarapan lahan pada daerah perbukitan dan pegunungan
- Melarang pencetakan lahan sawah basah pada kawasan terjal berpotensi longsor dan
mengkonversi ke pola sawah tadah hujan untuk yang terlanjur menjadi sawah irigasi.
- Pada lahan dengan kelerengan lebih dari 25 % tidak diperkenankan membangun permukiman
maupun penggunaan lahan yang intensif.

585
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3

- Pembatasan perubahan guna lahan hutan menjadi permukiman maupun untuk guna lahan lainnya
karena akan mengurangi daya resap air dan daya ikat pohon terhadap tanah yang menyebabkan
rawan longsor.

5. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Inventarisasi Zona Kerentanan Gerakan Tanah di wilayah Kabupaten Jember. Surabaya:
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur.
Anonim. 2007. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia
Anonim. 2008. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember Tahun 2008-2028. Jember: Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jember.
Mario, Silvester Sapto. 2009. Pengembangan Struktur Tata Ruang Dalam Upaya Penanggulangan
Bencana Alam (Longsor) Di Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Malang: Universitas Brawijaya.
Sea Defence Consultants. 2007. Pedoman perencanaan Pengungsian tsunami (Tsunami Refuge
Planning). Aceh. Sea Defence Consultants

586

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai