net/publication/330102462
CITATIONS READS
0 911
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Achmad Andi Rif'an on 03 January 2019.
Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengidentifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Jember;
mengidentifikasi kawasan rawan bencana di Kabupaten Jember; memberikan arahan penataan ruang wilayah
Kabupaten Jember yang berbasis manajemen bencana. Salah satu perspektif disiplin ilmu yang dinilai penting dalam
penanggulangan bencana alam secara non strukural adalah penataan tata ruang wilayah. Penentuan struktur tata
ruang yang sesuai untuk wilayah-wilayah yang memiliki potensi bencana ternyata mampu meminimalisasi korban jiwa
maupun dampak kerusakan yang ditimbulkan dari sebuah bencana. Kawasan rawan bencana alam merupakan
kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan yang sering terjadi bencana, baik bencana letusan gunung, longsor,
banjir dan gelombang tsunami sehingga dapat berakibat rusaknya lingkungan secara menyeluruh. Dalam melakukan
antisipasi terhadap bencana yang setiap saat dapat terjadi, maka diperlukan pembentukan suatu tatanan baik upaya
melestarikan kawasan lindung dan kegiatan penanggulangan bencana secara dini.
1. PENDAHULUAN
Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat yang sering
kali menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau
lingkungan dan biasanya melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasinya dengan menggunakan
sumber daya mereka sendiri. Penyebab bencana dapat diakibatkan dari ulah manusia sendiri atau dari
alam. Semua kejadian bencana pada umumnya menimbulkan korban jiwa dan materi. Peristiwa alam
yang ekstrim (tsunami setinggi 20 meter misalnya) tidak masuk dalam kategori bencana apabila tidak
menelan korban. Karena itu bencana alam bergantung pada dua faktor yang harus ada; peristiwa alam
dan penduduk. Tingginya tingkat resiko bencana di suatu kawasan secara sederhana dapat ditentukan
dari jumlah penduduk dan peristiwa alam. Semakin banyak penduduk yang mendiami di suatu wilayah
maka dapat dikatakan wilayah tersebut memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi terjadi bencana.
Bencana geologi adalah bencana yang disebabkan oleh dinamika geologi, antara lain letusan gunungapi,
gempabumi, tsunami, erosi/pengikisan, abrasi, banjir lahar dan banjir bandang, serta gerakan tanah/tanah
longsor.
Bencana geologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Jember adalah gerakan tanah, banjir bandang,
erosi, gempabumi, dan tsunami. Kondisi geologi yang berpengaruh adalah akibat kondisi tanah yang lolos
577
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
air tinggi dan di atas batuan kedap air dengan kelerengan sedang hingga curam. Berikut ini data kejadian
bencana alam di wilayah Kabupaten Jember yang tercatat sejak tahun 1983 hingga awal 2008 (Tabel 1).
578
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif evaluatif yakni upaya dalam
membandingkan penggunaan lahan di Kabupaten Jember dengan kawasan rawan bencana untuk
mendapatkan zonasi mana saja kawasan-kawasan yang aman ditempati dan mana yang berbahaya.
579
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
Jenis data yang adalah data skunder, yakni data-data yang didapatkan dari dokumen-dokumen atau
keterangan-keterangan yang ada mengenai subjek penelitian yang didapatkan tidak secara langsung di
lapangan atau didapat dari berbagai sumber namun masih berkaitan dengan subjek penelitian.
3. PEMBAHASAN
Berdasarkan perspektif disiplin ilmu penanggulangan bencana dapat dibedakan menjadi dua bagian
besar yakni penanggulangan bencana secara struktural dan non struktural (sistem regulasi). (Anand S.
Arya, 2003) Penanggulangan bencana secara struktural merupakan penanggulangan bencana yang
menitik beratkan perencanaan dan perancangan serta pembangunan struktural (fisik) sebagai dasar
konsentrasi dalam penanggulangan bencana. Sedangkan penanggulangan bencana non struktural lebih
menitik beratkan pada masalah-masalah sosial (non struktural)/ dampak sosial yang akan berkembang
pada saat kejadian dan pasca kejadian bencana, fokus perhatian dari penanggulangan bencana non
struktural adalah mengupayakan suatu sistem regulasi yang akan mengatur semua aspek sosial di
sebuah masyarakat yang terkena dampak bencana. Kedua persepektif tersebut memiliki urgenitas yang
sama dalam kadarnya masing-masing.
Salah satu perspektif disiplin ilmu yang dinilai penting dalam penanggulangan bencana alam secara
non strukural adalah penataan tata ruang wilayah. Penentuan struktur tata ruang yang sesuai untuk
wilayah-wilayah yang memiliki potensi bencana ternyata mampu meminimalisasi korban jiwa maupun
dampak kerusakan yang ditimbulkan dari sebuah bencana.
580
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
Untuk kawasan industri, di Kabupaten Jember mayoritas berupa industri pengolahan hasil pertanian
dan pergudangan yang mengolah tembakau. Persebaran lokasi industri ini berada di wilayah bagian barat
dan timur Kabupaten Jember, yaitu di Kecamatan Bangsalsari, Rambipuji, Balung, Jenggawah, Arjasa,
Pakusari, Kalisat, dan Sukowono.
Untuk kawasan permukiman, persebarannya merata di Kabupaten Jember dengan kepadatan rendah
– sedang. Sedangkan untuk kawasan permukiman di wilayah kota berordo II yaitu Kecamatan Kaliwates,
Kecamatan Patrang, dan Kecamatan Sumbersari memiliki kepadatan sedang – tinggi. Gambaran
mengenai eksisting penggunaan lahan di Kabupaten Jember dapat dilihat pada gambar 1.
581
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
Berdasarkan hasil analisis overlay(tumpang tindih) antara peta penggunaan lahan dan peta kawasan
rawan bencana, maka didapatkan gambar seperti di bawah ini.
582
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa penggunaan lahan yang masih berada
di daerah kawasan rawan bencana, yaitu:
Berdasarkan tabel di atas, terdapat beberapa penggunaan lahan terutama permukiman yang rawan
terkena bencana alam karena berada pada kawasan rawan bencana alam. Permukiman merpakan guna
lahan yang sangat penting untuk dipindahkan karena merupakan tempat tinggal manusia. Manusia
merupakan faktor terpenting yang harus diselamatkan dalam upaya mitigasi bencana.
Peristiwa alam tidak masuk dalam kategori bencana apabila tidak menelan korban manusia. Karena
itu bencana alam bergantung pada dua faktor yang harus ada; peristiwa alam dan penduduk. Tingginya
tingkat resiko bencana di suatu kawasan secara sederhana dapat ditentukan dari jumlah penduduk dan
peristiwa alam. Semakin banyak penduduk yang mendiami di suatu wilayah maka dapat dikatakan
wilayah tersebut memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi terjadi bencana. Permukiman yang diprediksi
terkena dampak peristiwa alam terdapat di Kecamatan Gumukmas, Kecamatan Tempurejo dan
Kecamatan Silo.
Selain itu, guna lahan sawah, perkebunan, dan tegalan merupakan faktor terpenting kedua yang
harus dipindahkan. Mengingat manusia mencari penghidupan dari sana. Guna lahan sawah, perkebunan,
dan tegalan yang harus dipindahkan terdapat di Kecamatan Sumberbaru, Kecamatan Sumberjambe,
583
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
4. KESIMPULAN
a. Kabupaten Jember merupakan daerah yang rawan bencana. Ada beberapa bencana yang rawan
terjadi di Kabupaten Jember diantaranya yaitu: banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.
b. Terdapat beberapa kawasan di Kabupaten Jember yang rawan terkena bencana alam.
c. Penggunaan lahan di Kabupaten Jember masih belum sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang
Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 yang mengatakan bahwa penataan ruang diselenggrarakan
dengan memperhatikan kawasan rawan bencana.
584
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
d. Arahan yang dapat diberikan untuk penataan ruang di Kabupaten Jember agar dapat meminimalisasi
dampak bencana alam adalah sebagai berikut:
585
Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Januari 2012
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-979-636-137-3
- Pembatasan perubahan guna lahan hutan menjadi permukiman maupun untuk guna lahan lainnya
karena akan mengurangi daya resap air dan daya ikat pohon terhadap tanah yang menyebabkan
rawan longsor.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Inventarisasi Zona Kerentanan Gerakan Tanah di wilayah Kabupaten Jember. Surabaya:
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur.
Anonim. 2007. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia
Anonim. 2008. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember Tahun 2008-2028. Jember: Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jember.
Mario, Silvester Sapto. 2009. Pengembangan Struktur Tata Ruang Dalam Upaya Penanggulangan
Bencana Alam (Longsor) Di Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Malang: Universitas Brawijaya.
Sea Defence Consultants. 2007. Pedoman perencanaan Pengungsian tsunami (Tsunami Refuge
Planning). Aceh. Sea Defence Consultants
586