Anda di halaman 1dari 5

Nama : Winda Septa Anggraini

Nim : P05150119049

Hari Tanggal : Kamis/ 29 Januari 2021

Mata Kuliah : Imunoserologi I

Dosen Pembimbing : Guntur Baruara, S.ST,.M.Biomed

RESUME MATERI KEDUA

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI BESERTA REAKSI KEDUANYA

PEMERIKSAAN TEST KUANTITATIF CRP

Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan dengan
bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk
sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen
tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul
sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang ccocok dengan permukaan antigen itu sekaligus
bereaksi dengannya. 1

Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua jenis limfosit yang
berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang yang sama dalam sumsum tulang.
Pendewasaan limfosit B terjadi di Bursa Fabricius pada unggas, sedangkan pada mamalia terjadi di hati
fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan limfoid dalam dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di organ
timus. Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam, yaitu sistim kebal humoral dan seluler. Limfosit B
bertanggung jawab terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh, maka
limfosit B berubah menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi humoral. Antibodi humoral yang
terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi γ- globulin. Antibodi humoral ini memerangi
bakteri dan virus di dalam darah.

Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai imunoglobulin (Ig) atau
antibodi (Ab). Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada antigen di dalam
tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan berubah menjadi limfoblast yang
menghasilkan limphokin (semacam antibodi), namun tidak dilepaskan ke dalam darah melainkan
langsung bereaksi dengan antigen di jaringan. Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon yang
diperantarai sel”.

Antibodi diproduksi oleh Limfosit B. Limfosit B memerlukan bantuan dari anak perangkat
limfosit T agar dapat bereaksi terhadap antigen-antigen tertentu. Antibodi merupakan suatu zat kimia
(protein plasma) yang dapat mengidentifikasi antigen. Ketika sel limfosit B mengidentifikasi antigen,
dengan cepat sel akan bereplikasi untuk menghasilkan sejumlah besar sel plasma. Sel plasma lalu
menghasilkan antibodi dan melepaskan ke dalam cairan tubuh. Antibodi memiliki struktur seperti huruf Y
dengan dua lengan dan satu kaki. 

1
Artikel interaksi antigen-antibodi
Sistem imunitas manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk
melawan antigen. Antibodi dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan
digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing
seperti bakteri dan virus. Molekul antibodi beredar di dalam pembuluh darah dan
memasuki jaringan tubuh melalui proses peradangan. Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang
disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua rantai ringan.

Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia dan memainkan peran
yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing berlainan
yang masuk ke dalam tubuh, yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE, yang mempunyai perbedaan area C.
Antibodi memiliki kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau yang disebut
dengan determinan antigenik.

Antibodi diproduksi oleh Limfosit B. Limfosit B memerlukan bantuan dari anak perangkat
limfosit T agar dapat bereaksi terhadap antigen-antigen tertentu. Antibodi merupakan suatu zat kimia
(protein plasma) yang dapat mengidentifikasi antigen. Ketika sel limfosit B mengidentifikasi antigen,
dengan cepat sel akan bereplikasi untuk menghasilkan sejumlah besar sel plasma. Sel plasma lalu
menghasilkan antibodi dan melepaskan ke dalam cairan tubuh. Antibodi memiliki struktur seperti huruf Y
dengan dua lengan dan satu kaki.

Antibodi (bahasa Inggris: antibodi, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur tertentu


yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon
dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Sistem imunitas manusia ditentukan oleh
kemampuan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawan antigen. Antibodi dapat ditemukan pada
darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Molekul antibodi beredar
di dalam pembuluh darah dan memasuki jaringan tubuh melalui proses peradangan. Mereka terbuat dari
sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua rantai
ringan.Rantai berat dan rantai ringan.

Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang
berbeda, yang dimasukan ke dalam kelas (en:isotype) yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat.
Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia dan memainkan peran yang
berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing berlainan yang
masuk ke dalam tubuh, yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE, yang mempunyai perbedaan area C.

IgG merupakan antibodi yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Dihasilkan hanya
dalam waktu beberapa hari dan memiliki masa hidup beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG
banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Mengikuti aliran darah, IgG akan langsung
menuju benda asing dan menghambatnya begitu berhasil mendeteksi. Antibodi ini mempunyai efek
antibakteri yang kuat dan penghancur antigen.lgG melindungi tubuh dari bakteri dan virus, serta
menetralkan asam yang ada dalam racun.

lgAyaitu antibodi yangterdapat pada bagian yang peka, misalnya air mata, liur, ASI, darah, lendir,
getah lambung, dan usus. Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri
dan virus yang suka pada media lembab. IgM merupakan antibodi yang terdapat pada darah dan getah
bening. Pada saat tubuh bertemu dengan benda asing, IgM yang pertama dihasilkan tubuh untuk melawan
benda asing tersebut. Janin mampu memproduksi IgM pada usia kehamilan enam bulan. Jika ada kuman
atau bakteri yang coba menyerang, produksi IgM janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin
telah terinfeksi atau tidak, bisa dilihat kadar IgM dalam darah. Imunoglobulin D (IgD) juga terdapat
dalam darah dan getah bening. IgD tak mampu bekerja sendiri, tetapi menempelkan diri ke permukaan
sel-sel T, lalu membantu sel T menangkap antigen. Imunoglobulin E (IgE) merupakan antibodi yang
beredar dalam aliran darah dan bertanggung jawab "memanggil" antibodi lain untuk berperang melawan
zat asing. IgE kadang menimbulkan reaksi alergi. Karena itu, pada tubuh orang yang sedang alergi, kadar
IgE-nya tinggi. Antibodi memiliki kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau
yang disebut dengan determinan antigenic.

Antigen merupakan zat kimia yang masuk ke dalam tubuh dan dapat merangsang terbentuknya
antibodi.Antigen memiliki struktur tiga dimensi dengan dua atau lebih determinant site.Determinant site
merupakan bagian dari antigen yang dapat melekat pada bagian sisi pengikatan pada antibodi.Antigen
dapat berupa protein, sel bakteri, atau zat kimia yang dikeluarkan oleh suatu mikroorganisme.

Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang memiliki satu atau lebih tempat perlekatan
(combining sites) yang disebut paratope (Brownlee, 2007).Antigen adalah molekul asing yang
mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit. Salah satu cara antigen menimbulkan respon
kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang disebut antibodi.
Istilah antigen sendiri merupakan singkatan antibodi-generator (pembangkit antibodi).Masing-masing
antigen mempunyai bentuk molekuler khusus dan merangsang sel-sel B tertentu untuk mensekresi
antibodi yang berinteraksi secara spesifik dengan antigen tersebut (Campbell, 2004).Interaksi antigen
antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan dengan interaksi enzim dengan
substratnya.Spesifitas kerja antibodi mirip dengan enzim

Kompleksitas antara antigen-antibodi terjadi saat antiserum dicampur dalam perbandingan 1:1 dengan
antigen. Ikatan antara antigen-antibodi terjadi karena  kekuatan kimia dan molekuler yang dibangkitkan
antara faktor antigen dan area pengikat antigen pada Fab end molekul antibodi. Faktor antigen berasal
dari permukaan molekul dan dalam reaksinya dengan imunoglobulin akan cocok dengan salah satu
reseptor imunoglobulin. Ikatan yang terjadi antara antigen dan molekul imunoglobulin walaupun sangat
spesifik namun ikatannya lemah dan reversibel. Ikatan elektrostatik yang didapatkan dari interaksi antara
beban positif dan negatif dalam molekul antigen dan antibodi, ikatan hidrogen, dan kekuatan intermolekul
tipe Van der Waals adalah yang terpenting. Beberapa contoh penerapan adanya reaksi antigen-antibodi.

a. Golongan darah dan transfusi darah

b. Pencangkokan jaringan dan transplantasi organ


UJI SLIDE AGLUTINASI UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT ENTERIC SEPTICEMIA OF
CATFISH (ESC) PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

A. Pendahuluan

Aglutinasi merupakan reaksi antibodi dan antigen dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan test kit untuk mendeteksi keberadaan bakteri yang menyebabkan penyakit ikan dengan
cepat. Untuk memahami apakah reaksi antigen-antibodi E. ictaluri dapat digunakan untuk mendeteksi
penyakit Enteric Septicemia of Catfish (ESC), sebuah penelitian telah dilakukan dari September hingga
Desember 2018. Antibodi diproduksi dari kelinci yang diimunisasi E. ictaluri yang tidak aktif (dosis
bertingkat, periode 4 minggu, 0,5; 1; 2; dan 3 ml / minggu masing-masing). Metode pemeriksaan yang
digunakan selama ini dalam mendiagnostik penyakit ESC diantaranya adalah metode konvensional
(Austin and Austin, 2007), fluorescen antibody tecnique (iFAT) (Ainsworth et al. 1986), enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) (Hanson and Rogers, 1989) dan polymerase chain reaction (PCR) (Bader
et al, 1998)2

B. Metode Penelitian

Kelinci yang digunakan dalam produksi antibodi berjumlah 2 ekor. Imunisasi dilakukan dengan
antigen bakteri E. ictaluri melalui intraperitonial dengan dosis 0,5 cc, 1 cc, 2 cc dan 3 cc (Garvey et al.,
1977). Pada minggu kelima serum dipanen dari kelinci dengan pengambilan darah sebanyak 10 cc per
ekor kelinci, hal ini dengan pertimbangan bahwa berdasarkan bobot tubuh kelinci 2 kg maka asumsi
volume darah dalam tubuh 7-8 % bobot tubuh (BT) adalah 160 cc. Pengambilan darah sebanyak 10 cc per
ekor kelinci masih layak dilakukan hal ini dikarenakan maksimal pengambilan darah yang
direkomendasikan 10 % dari volume darah dalam sirkulasi tubuh yaitu 16 cc (Cunningham et al., 2014).
Darah dibiarkan dalam spuit diinkubasi pada suhu 370C sampai serum terpisah dengan endapan. Serum
antibodi disimpan dalam refrigerator pada suhu 4–5 0C.

Pengujian dengan Uji Slide Aglutinasi

Ikan patin sebanyak 10 ekor diinfeksi dengan bakteri E. ictaluri 106 cfu/mL, setelah menunjukkan
gejala klinis terserang penyakit ESC. Bakteri E. ictaluri diisolasi dari organ ginjal ikan. Mula-mula ikan
dibedah dan bakteri diisolasi dari organ ginjal ikan ke media TSA. Biakan bakteri diinkubasi pada suhu
37 0C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan tahap pemurnian isolat bakteri E. ictaluri dengan cara
mengisolasi kembali pada koloni bakteri yang tumbuh terpisah pada media TSA kemudian diinkubasi
selama 24 jam. Untuk menguji reaksi aglutinasi pada objek glass diteteskan 75 µl serum antibodi E.
ictaluri, kemudian diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSA dan dihomogenkan. Kontrol
positif menggunakan antibodi bakteri E. ictaluri dan kontrol negatif menggunakan PBS pH 7,2.
Pengamatan uji aglutinasi dilakukan 2 - 3 menit setelah antigen dan antibody E. ictaluri direaksikan. Hasil
positif ditunjukkan dengan adanya reaksi aglutinasi/ penggumpalan yang kelihatan sebagai butiran-
butiran pasir dan negatif ditunjukan tidak terjadinya reaksi penggumpalan/ aglutinasi (Amanu dan
Kurniasih, 2017). Selain pengujian dengan isolat bakteri E. ictaluri dan PBS dilakukan juga pengujian

2
JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
dengan bakteri Aeromonas hydrophila, Aeromonas salmonicida, Yersenia ruckeri, E. tarda, Pseudomonas
aeruginosa Aeromonas hydrophila, Aeromonas salmonicida, Yersenia ruckeri, E. tarda, Pseudomonas
aeruginosa yang merupakan pathogen bagi ikan. Sebagai pembanding dilakukan uji PCR.

C. Hasil dan Pembahasan Hasil

penelitian menunjukan setelah ikan patin diinfeksi E. ictaluri menunjukan perubahan patologi
anatomi yaitu adanya kerusakan organ dalam seperti hati berwarna pucat dan ginjal terjadi
pembengkakan.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada perbedaan hasil uji Slide aglutinasi dengan
hasil uji PCR dalam mengindentifikasi bakteri E. ictaluri penyebabkan penyakit ESC pada ikan patin.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa uji slide aglutinasi adalah metode yang bisa digunakan untuk
mendeteksi bakteri E. ictaluri penyebab penyakit ESC dengan cepat dan akurat.

Anda mungkin juga menyukai