Anda di halaman 1dari 13

BAB XIII

SISTEM IMUN

13.1 Pendahuluan
Deskripsi Mata Kuliah
Bab ini menguraikan tentang imunitas hormonal, imunitas seluler dan auto
imunitas serta gangguan yang sering terjadi dalam sistem immun

Manfaat Mata Kuliah .


Manfaat yang diperoleh mahasiswa setelah mempelajari materi sistem
immun ialah :
1. mengetahui struktur organ-organ penyusun sistem immun
2. mamahami mekanisme kerja sistem immun
4. mengetahui berbagai kelainan dan gangguan pada sistem immun

Tujuan Instruksional
Setelah menyelesaikan materi ini, mahasiswa dapat menjelaskan sistem
immune pada tubuh manusia secara tepat.

Saran dan Petunjuk serta Urutan Belajar


Untuk mempelajari sistem pencernaan pada manusia maka mahasiswa
sebaiknya telah memahami beberapa materi tentang biologi sel, biokimia, struktur
dan perkembangan hewan dan fisiologi hewan. Untuk lebih memudahkan
memahami konsep yang akan dibahas maka sebaiknya pembelajaran mahasiswa
dimulai dari struktur organ-organ penyusun sistem immun, mekanisme kerja
sistem immun dan kelainan serta gangguan pada sistem immun

Kaitan Materi
Materi sistem immun ini sangat erat kaitannya dengan sistem peredaran darah

1
13.2 Penyajian
Tubuh mempunyai 2 sistem dasar pertahanan imun; humoral dan seluler.
Keduanya bereaksi dengan antigen biasanya protein yang asing bagi tubuh seperti
bakteri atau jaringan asing. Imunitas humoral adalah imunitas yang disebabkan
antibodi yang beredar dalam fraksi gama-globulin protein plasma. Imunitas
hormonal adalah pertahanan utama terhadap infeksi bakteri. Imunitas selule
sebagian diperantarai oleh produk-produk limfosit dengan berat molekul besar
yang dinamakan limfokinesis dan bertanggung jawab untuk reaksi-reaksi alergi
yang terlambat, penolakan jaringan asing yang dicangkok, dan meusiskan sel-sel
tumor. Imunitas seluler menyusun pertahanan utama terhadap infeksi yang
disebabkan virus, jamur dan beberapa bakteri seperti basil tuberkulosis.

Perkembangan sistem imun


Selama perkembangan fetus, prekursor limfosit yang mendiami timus
diubah oleh lingkungan dalam organ tersebut menjadi limfosit yang bertanggung
jawab untuk imunitas seluler (limfosit-T).
Pada burung, pra zat yang membentuk bursa fibrisius, yaitu struktur
limfoid yang dekat dengan kloaka, diubah menjadi limfosit yang bertanggung
jawab untuk imunitas humoral (limfosit-b). Pada mamalia tidak ada bursa, dan
tampaknya perubahan menjadi limfosit-B terjadi dalam hati fetus. Setelah berada
dalam timus atau hati dan limpa, banyak limfosit-T dan limfosit-B berimigrasi ke
limfonodus dan sumsum tulang.
Limfosit-T dan limfosit-B secara morfologis tidak dapat dibedakan tetapi
dapat dapat diidentifikasi dengan tekhnik khusus. Kedua tipe ini terdapat selama
hidup. Terdapat bukti bahwa pengamatan limfosit-T dipermudah oleh hormon-
hormon timus. Salah satu diantara protein yang diekstrasi dari jaringan timus
dinamakan timosin. Timosin terdiri atas 108 residu asam amino dan akan asam-
asam amino yang bersifat asam. Polipeptida lain yang mempengaruhi fungsi sel-T
juga telah diisolasi dari timus.

2
Imunitas Humoral
Limfosit-B mempunyai reseptor-reseptor pada permukaanya untuk antigen
tertentu. Bila antigen berikatan dengan sel, sel dirangsang untuk membelah, dan
sel-sel anaknya diubah menjadi sel-sel plasma. Sel-sel ini mengekskresi sejumlah
besar antibodi ke dalam sirkulasi umum. Antibodi yang beredar dalam fraksi
gama-globulin plasma (lihat bawa) dan, antibodi ditempat lain dinamakan
imunoglobulin.
Jumlah berbagai antigen yang dikenal oleh limfosit tubuh sangat besar.
Bagaimana zat-zat yang demikian banyaknya dapat dikenal? Bukti terakhir
menunjukkan bahwa kemampuan ini berdasarkan dan berkembang tanpa kena
antigen.
Menurut teori klonal ini, sistem sel berdiferensiasi menjadi lebih dari satu
juta limfosit-B yang tidak sama, masing-masing dengan kemampuan untuk
memberi respon terhdap antigen tertentu dengan pembentukan imunoglobulin
tertentu. Bila antigen pertama kali masuk tubuh, ia berikatan dengan limfosit-B
yang sesuai, dan sel ini dirangsang untuk membelah, membentuk suatu
kelompokan (clone) sel plasma yang mengsekresi imunoglobulin yang mengikat
antigen tersebut. Sel T aktivator yang mengatur sel T supresor dan sel T
pembantu. Makrofag juga berperan pada pengaturan pembentukan antibodi. Kadar
obat atau zat kimia yang dihirup atau diserap melalui kulit, berkenalan seperti
hapten dan akan mendapatkan produksi antibodi.

Gambar 178
Bagan Kerja Immunitas Humoral

3
13.2.1 Struktur Imunoglobulin
Imunoglobulin adalah molekul protein khusus dalam cairan tubuh yang
berfungsi sebagai antibodi, dapat bergabung khususnya dengan senyawa asing,
antigen, yang memicu pembentukannya. Berbeda dengan antibodi yang terjadi
secara alami yang diprogram secara genetik, antibodi dalam tubuh adalah hasil
respon kebal atas benda asing yang berhasil masuk tubuh. Imunoglobulin terdiri
kira-kira 20% protein plasma, dan hampir semua masuk dalam kategori
gamaglobulin, walaupun beberapa antibodi penting masuk dalam kelompok
betaglobulin. Analisis imunoglobulin menunjukkan bahwa mereka adalah
kelompok molekul yang sangat heterogen. Imunoglobulin disusun dari protein
(82%-96%) dan karbohidrat (4%-18%), dengan bagian protein yang menunjukkan
respon biologi biasanya dilambangkan dengan reaksi dari keseluruhan molekul.
Setiap molekul antibodi terdiri dari empat rantai polipeptida dua
dinyatakan sebagai rantai berat (heavy = H) dan dua dinyatakan sebagai rantai
ringan (ligh = L).

Gambar 179
Struktur Antibodi
Rantai L berisi kira-kira separoh jumlah asam amino yang ada dalam
rantai H, dan kira-kira separoh ukuran dan BM rantai H. Empat rantai berikatan
bersama dengan ikatan disulfida (S-S) menyusun struktur bentuk Y. Bagian pada
ujung empat rantai polipeptida mewakili dari rantai.

4
Urutan-urutan asam amino bagian V (variabel = yang dapat berubah)
dalam rantai polipeptida berbeda setiap jenis antibodi. Ini adalah bagian V yang
membantu setiap imunoglobulin dengan pemberian kekususannya, bagian sisanya
dari setiap empat polipeptida disbut bagian konstan (C), karna urutan-urutan asam
amino di daerah ini sama untuk setiap kelas molekul antibodi.
Imunoglobulin dibagi menajdi lima kelas, berdasar urutan asam amino
dalam bagian konstan rantai H. Imunoglobulin disingkat Ig, dan lima kelas
imunoglobulin disbut IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE.
Bagian konstan rantai L memisah menjadi dua kelompok, yaitu K (Kappa)
dan (lambda). Kobinasi rantai H dan rantai L menghsilkan banyak sublaks.
Pemeriksaan seksama bagian H konstan polipeptida menunjukkan perbedaan
tambahan, sehingga IgG sekarang terdiri dari empat bentuk: IgG 1, IgG2, IgG3, dan
IgG4.
Bukti akhir ini menunjukkan bahwa IgA dapat dibagi dua sublaks: IgA1,
dan IgA2, dan IgM setidaknya terdiri dari dua sublask: IgM 1. dan IgM2. sifat-sifat
yang menunjukkan jumlah kelas dan suklas menampakkan jumlah besar bentuk
antibodi yang mungkin dapat dihasilkan tubuh, masing-masing dengan target
spesifiknya sendiri dan cara ketidak aktifan bahan antigenik.
Dari banyak kelas imunoglobulin, kelompok IgG yang terbesar, 80%
keseluruhan imunoglobulin adalah adalah klas IgG dalam serum dewasa normal.
IgM menyusun kira-kira 7% total. Antibodi IgM adalah imunoglobulin pertama
yang muncul dalam plasma dalam merespon antigen terbanyak. Dalam plasma
berbentuk pentameter yang terdiri lima menit struktural antibodi dasar bergabung
bersama dengan jembatan sulfida, yang menghubungkan setiap subunit pada
polipeptida yang disebut rantai J, suatu polipeptida dari 29 asam amino, BM
keseluruhannya 900.000.
Meskipun afnitas (daya gabung) setiap subunit pentamer antigennya
lemah, kekuatan keseluruhan pantemar terhadap antigen kompleks adalah sangat
tinggi. Ini terjadi karena adanya susunan berulang gugus penentu pada sebagian
besar antigen membran plasma. Imunoglobulin IgM pentamerik ini kira-kira 1000
kali lebih efektif dari bentuk monomemorik.

5
Bentuk pentamerik dapat mengikat silang lebih banyak sel dengan
perlipatan subunitnya. Juga diketahui bahwa sel target antigenik yang diserang
oleh imunoglobulin IgM . lebih siap diserap oleh fogositosis makrofag dan lebih
mudah dirusak sistem komplemen. Sistem komplemen dapat merusak sel dengan
pembentukan lubang pada membran sel bakteri.

Gambar 180
Berbagai Model Immunoglogulin

IgM yang terikat pada sel asing juga mendorong suatu proses yang disebut
opsonozasi. Ia nampak sebagai sel-sel makrofag yang selbih suka menyerang sel-
sel asing yang telah diperkasar oleh bungkus molekul antibodi. Karena ukuran
besarnya, IgM kebanyakan tertahan dalam darah dan secara perlahan masuk
cairan intertisial. Tidak seperti antibodi monomorik, ia dalat menembus plasenta
masuk sirkulasi fetal, karena kemajuan respon kebal, tingkat/derajat antibodi IgM
dalam plasma meurun dan jumlah antibodi IgH tampak meningkat. IgM dan IgG
bertanggung jawab terhadap reaksi yang biasanya dikaitkan dengan respon
antibodi seperti presipitasi (endapan), aglutinasi, hemolisis, dan fikasi
komplemen.
Karena IgG lebih kecil (BM = 150.000) dari pada IgM, maka IgG dapat
menerobos halangan plasenta dan masuk sirkulasi fetal. Lama hidup
imunoglobulin ini diperoleh dari ibu pada janin untuk melindungi anak-anak

6
setelah dilahirkan. Minggu pertama sebelum kelahiran, bayi dapat membentuk
antibodinya sendiri. Selama waktu ini kelahiran bayi dapat menerima tambahan
IgG dari susu ibu.
Imunoglobulin IgA membangun kira-kira 12% keseluruhan antibodi
serum. IgA terdiri dari dua molekul antibodi yang bergabung bersama membentuk
suatu dimer dan suatu rantai I tambahan serta komponen sekretori. Antibodi IgA
didapat di saliva, air mata, vagina dan sekresi nasal, sekresi bronkial, cairan
prostatik dan sekresi yang diproduksi oleh mukosa intestinal. Antibodi IgA juga
ada dalam konsentrasi besar dalam susu dan kolestrum untuk melindungi saluran
pencernaan hati. Diduga bahwa antibodi ini tidak merusak invader asing tetapi
bergabung dengannya untuk mencegah invader dapat masuk ke dalam tubuh dan
sistem igM-IgG.
Antibodi IgD, seperti IgG adalah suatu monomer tetapi mempunyai BM
sedikit lebih berat (180.000), imunoglobulin ini ada dalam jumlah kecil (0,2%
total imunoglobulin serum). Fungsi IgD belum diketahui, diduga menyerang
berbagai bahan seperti insulin, penisislin, antigen tiroid, dan beberapa produk
susu. IgD juga ada pada imfosit jenis B.
Molekul IgE adalah antibodi yang terlibat dalam respon alergi. Molekul
IgE adalah suatu monomer dengan BM 196.000, hanya sedikit jumlah (0.004%)
klas imunoglobulin ini dalam serum. Bila antibodi IgE disintesis, mereka terlihat
pada permukaan sel-sel mast, dimana mereka menunggu datangnya allergen
(antigen yang merespon anti alergi). Allergen diikat oleh dua molekul IgE yang
berdekatan, membentuk jembatan antara dua antibodi, menyebabkan
pemutarbalikan membran plasma. Ini memicu terjadinya pelepasan granula-
granula sel mast. Granula-granula itu larut dalam cairan dan melepas hiatamin,
serotonin, serta beberapa substansi lain.
Histamin dan serotanin bekerja pada sel-sel otot polos berdekatan untuk
menghasilkan respon anafilaktosit, meliputi bronkspasme (penyempitan
bronkhiola), yang dapat menyebabkan gangguan hebat saluran udara, ditandai
vasodilatsi serta kebocoran kapiler yang dapat menghasilkan kejutan sirkulasi
(jatuhnya tekanan darah secara tiba-tiba).

7
13.2.2 Rekasi Antibodi
Mekanisme kerja imunoglobulin IgE menjelaskan satu cara bagaimana
antibodi bekerja dalam tubuh kita. Cara lain memerlukan antibodi bivalen (bivalen
karena setiap imunoglobulin mempunyai dua tempat bergabung identik) untuk
mengendapkan molekul antigen dengan pembentukan pola-pola geometri
molekul-molekul dari reaksi antigen-antibodi. Bila antigen ini multivalen
(mempunyai beberapa tempat gabung), setiap antibodi bivalen dapat
menggabungkan dua molekul antigen bersama. Bila proporsi antigen terhadap
antibodi optimal, pola-pola geometri molekul-molekul dapat tumbuh dan
membentuk suatu endapan. Reaksi yang sama adalah aglutinasi. Bila tempat
bergabung antigen tepat pada permukaan sel, antibodi bivalen akan
menggabungkan bersama permukaan dua sel berdekatan.

Gambar 181
Tahap-tahapan Reaksi Antigen-Antibodi
Reaksi netralisasi adalah bagian beracun dari satu racun diblokir dengan
peningkatan molekul antibodim karenanya mencegah pengaruh perusakan dari
racun.

13.3 Sistem Komplemen


Sistem komplemen terdiri atas setidaknya 15 zat kimia dari protein
imunoglobulin berbeda yang secara normal tidak reaktif dalam plasma. Lima
belas komponen ini yang dikenal dengan C1, C2, C3 dan seterusnya, diaktifkan

8
dalam suatu urutan yang menghasilkan protein kompleks berbagai gabungan.
Beberapa kombinasi protein memiliki aktivitas enzimatik yang bertanggung jawab
bagi pengaruh lisis dan racun sel dan bakteri. Keseluruhan urutan aktivasi
komplemen dapat dipicu oleh antigen-antibodi kompleks yang berisi
imunoglobulin IgG dan IgM.

13.4 Imunitas Seluler


Imunitas seluler diperantarai oleh limfosit-T yang terdapat di seluruh
tubuh. Bila sel-sel bentrokan dengan antigen sel individu lain atau antigen sel-sel
tumor atau virus, mereka diaktifkan. Limfosit-T membesar, membelah dan
melepaskan limfokines, yaitu zat dengan berat molekul besar yang berperan untuk
menyerang protein asing. Berbeda dengan limfosit-B, yang mempunyai primotive
yang mampu mengenal semua yang mungkin merupakan antigen sebenarnya. ,
efektor limfosit-T khususnya mengenal histokompatibilitas antigen. Antigen-
antigen pada sel hidup yang membedakan dirinya sendiri dengan yang bukan
dirinya sendiri. Sekali diaktifkan, sel T membesar, membelah dan menghasilkan
lisis sel-sel asing yang komplemen-independen. Karena alasan ini, mereka juga
dinamakan limfosit-T sitotoksik.

Gambar 182
Mekanisme Kerja Immunitas Seluler
Sistem limfosit-T adalah sistem yang bertanggung jawab untuk penolakan
jaringan yang ditransplantasikan. Bila karingan seperti kulit dan ginjal
ditransplantasikan dari donor ke resipien dari spesies yang sama, transplant take

9
dan berfungsi untuk sementara tetapi kemudian menjadi nekrotik dan ditolak
sebab resipien membentuk respon imun terhadap jaringan yang
ditransplantasikan. Hal ini umumnya benar, meskipun donor dan resipien sangat
erat hubungannya, dan satu-satunya transplant yang tidak pernah ditolak hanya
transplant yang berasal dari kembar identik.
Sejumlah pengobatan telah dikembangakan untuk melawan penolakan
organ yang ditransplantasikan pada manusia. Pengobatan yang berhasil adalah
menghentikan penolakan tanpa mengakibatkan penderita mudah terkena infeksi
masif. Glukokortikoid dosis besar bisanya digunakan untuk tujuan ini. Siklosporin
A, suatu obat baru yang menyerang limfosit-T dan tidak menyerang limfosit-B,
kelihatannya memberi harapan, tetapi penggunaannya mungkin dihubungkan
dengan peningkatan insidens limfoma. Pendekatan ketiga adalah menggunakan
antibodi terhadap limfosit-T (antilimfosit globulin). Keempat adalah penyinaran
limfosid total untuk merusak sebagian besar jaringan yang menghasilkan limfosit.
Tekhnik lain sedang dikembangkan.

Interferon
Interferon merupakan suatu polipeptida yang dihasilkan oleh suatu sel
yang diinvasi virus yang dierakan ke sel-sel lain dan merangsang daya tahan sel
terhadap infeksi. Interferon mengaktifkan sistem imun, mempunyai efek mengatur
sel lain, dan mempunyai aktivitas antitumor. Interferon dihasilkan oleh fibroblas,
leukosit, dan limfosit-T. Strukturnya dan mekanisme kerjanya akhir-akhir ini
sedang diselidiki.

13.5 Autoimunitas
Bila tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang jaringannya sendiri,
kondisi ini disebut autoimunitas. Kemungkinan autoimunitas bertambah karena
ketuaan, kerusakan, dan sobeknya jaringan tubuh. Perusakan jaringan dapat
diakibatkan dari kerja bakteri, virus, atau racun. Satu akibat perusakan jaringan
adalah produksi beberapa determinan antigenik baru seperti hapten yang dapat
memperoleh respon kebal yang akan menghasilkan antibodi untuk menunjang

10
hapten apakah ini pada protein pengangkut baru atau tetap aslinya pada jaringan
sehat.
Ini adalah serangan jaringan normal oleh antibodi yang menghasilkan
tambahan kerusakan jaringan. Sebagai akibat serangan pada jaringan normal,
lebih banyak antigen serupa hapten dihasilkan, yang selanjutnya menghasilkan
derajat konstan rendah dari antibodi yang beredar.
Penyakit autoimun dibagi dua kelompok yaitu; kelompok pertama satu
organ dipengaruhi, contoh kelompok pertama ini adalah Thyroiditas. Antibodi
dibentuk melawan hormon tiroid, yang beredar dalam plasma pada konsentrasi
sangat rendah. Dalam penyerangan hormon, antibodi juga semakin merusak
kelenjar tiroid. Kedua adalah perusakan meluas yang disebabkan oleh sejumlah
autoantibodi, contohnya adalah systemic lupus erythematosus (SLE). Kulit, sendi,
paru, limfa, lambung, intestn, hati, dan tubulus ginjal diserang oleh autoantibodi.

Mekanisme Autoimunitas
Antigen serupa hapten secara normal terikat pada jaringan asal, tetapi bila
dipisah dari lokasi normalnya, mereka mengikat pada molekul baru pembawa.
Dalam keadaan sehat, molekul asli dan hapten dianggap dirinya sendiri. Bila
hapten terikat pada pembawa baru, maka pembawa menyisipkan sel-sel T
bermuatan ini mengarahkan antigen pada sel B spesifik yang kemudian
menghasilkan antibodi yang diarahkan melawan bagian hapten dari molekul.
Satu molekul adalah bagian dari beberapa jaringan, tahan terhadap derajat
antigen, dan sel-sel T yang diarahkan melawannya dilumpuhkan. Bila antigen lain
diperkenalkan, ia menggiatkan sel T lain yang sesuai, yang selanjutnya
mengahdapkan molekul antigenik dengan gugus haptenik sama pada sel-sel B,
yang mengahsilkan antibodi. Antibodi-antibodi ini diarahkan melawan gugus
haptenik biasa dan merusak kedua pembawa antigenetik.
Bila elemen-elemen yang terbentuk dibuang dari darah, cairan berwarna
kuning yang disebut plasma tertinggal. Kira-kira 7-9% zat terlarut adalah protein.
Beberapa protein ini juga didapatkan dimanapun dalam tubuh, tetapi bila terdapat
dalam darah merah disebut protein plasma.

11
Albumin, yang menyusun sebagian besar plasma protein, bertanggung
jawab atas kekentalan darah. Bersama elektrolit, albumin mengatur volume darah
dengan pencegahan semua air berdifusi ke dalam cairan interstitial.
Globulin adalah protein antibodi yang dilepas oleh sel plasma, membentuk
komponen kecil protein plasma. Gamma globulin dikenal karena dapat
membentuk kompleks antigen dengan protein dari virus hepatitis, campak dan
bakteri tetanus. Fibrinogen berperan dalam mekanisme koagulasi darah bersama
keping darah.

Rangkuman
Tubuh memiliki 2 tipe dasar pertahann imun, yaitu humoral dan seluler.
Imunitas humoral merupakan sistem imun yang diperantai oleh sel T, sedangkan
sistem imunitas seluler diperantai oleh sel B.
Imunoglobin berfungsi sebagai antibodi, dapat bergabung dengan senyawa
asing, antigen yang memicu pembentukannya.

13.6 Penutup
a. Tes Formatif
1. Jelaskan perbedaan antara imunitas seluler dari imunitas humoral?
2. Apa yang dimaksud dengan:
- Imunoglobulin
- interferon

b. Umpan balik
Anda dapat meguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal bertikut:
- Membuat ringkasan materi pada bab ini sebelum materi dibahas
- Aktif dalam diskusi

Daftar Pusataka
Ganong, 1995. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan, EGC.
Suharno, dkk. . 2002. Anatomi dan Fisiologi Manusia, UT

12
Perce, C.E. 1987. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia.
Syaifuddin . 2002. Fungsi Tubuh Manusia. Widya Medika.
Soewalo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Tehnical Cooperation project for
Developmen of Science Mathemates teaching for primary and secondary
education, Indonesia.
Suwono, 1993. Fisiologi Manusia . PAU. Bioteknologi UGM.

Senarai
Atlergen : Antigen yang menyebabkan respon alergi
Immun : Mampu merespon kekebalan
Limfokines : Zat dengan berat molekul besar yang berperan untuk
menyerang protein biasa.
Interferon : Sekelompok protein yang bekerja sebagai antivirus.

13

Anda mungkin juga menyukai