Anda di halaman 1dari 12

1 | K e l o m p o k 2 1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Variabilitas Imunoglobulin





















BAB II
PEMBAHASAN

2 | K e l o m p o k 2 1

II.1 Pengertian Imunoglobulin
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang
terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia.
Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai
struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18%
karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul
antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat
antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta
pelepasan histamin dari sel mast.
Imunoglobulin dibagi menjadi 5 kelompok dalam bentuk
gammaglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD, IgE) dan dapat dipisahkan melalui
proses elektroforesa. Bila seseorang terkontaminasi dengan antigen, maka
akan terjadi proses imunoglobulin (antibodi) dan dengan kontaminasi yang
lebih jauh dengan antigen yang sama akan terbentuk kekebalan.
Antigen merupakan protein dan permukaan polisakarida berbagai
mikroba, jaringan cangkokan yang tidak cocok, ataupun sel-sel darah yang
ditransfusikan. Selain itu, antigen dapat pula berwujud protein asing
seperti racun lebah atau serbuk sari yang dapat menyebabkan alergi atau
hipersensitivitas.
Sebuah antigen mempunyai bagian pada permukaan suatu
organisme atau substansi tertentu yang dapat berikatan dengan antibodi.
Bagian tersebut dinamakan epitop atau determinan antigenik. Semua
epitop tentu akan berikatan dengan antibodi yang sesuai. Sehingga
permukaan bakteri, misalnya, yang berperan sebagai antigen seluruhnya
dapat ditutupi oleh banyak jenis antibodi. Antibodi merupakan protein
terdiri atas satu atau lebih molekul yang berbentuk huruf Y. Empat rantai
proteinnya disusun oleh ikatan sulfi da. Dua rantai berat yang identik
merupakan batang dan sebagian lengan Y. Sedangkan dua rantai ringan
yang identik berada pada bagian lainnya. Pada kedua molekul berbentuk Y
terdapat daerah variable (V) rantai berat dan rantai ringan. Dinamakan
3 | K e l o m p o k 2 1

seperti itu karena pada bagian V memiliki urutan asam amino yang
bervariasi dari satu antibodi ke antibodi lainnya.
Umumnya antibodi terdiri atas sekelompok protein yang berada
pada fraksi-fraksi globulin serum. Fraksi-fraksi globulin serum ini
dinamakan imunoglobulin atau disingkat Ig. Imunoglobulin ini bermanfaat
apabila di dalam tubuh terjadi reaksi imun. Manusia memiliki beberapa
tipe imunoglobulin dengan berbagai struktur. Adapun tipe-tipe
imunoglobulin tersebut meliputi imunoglobin M (IgM), imunoglobulin G
(IgG), imunoglobulin A (IgA), imunoglobulin D (IgD), dan imunoglobulin
E (IgE).
(1)
II.2 Struktur Imunoglobulin
Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas
mempunyai perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat
ikatan antigen spesifik dan aktivitas biologik berlainan. Struktur dasar
imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida yang tersusun dari
rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H (rantai berat) dengan
berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul
22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H
dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida
sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang simetris. Yang
menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah
simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu
bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam
amino yang diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara
2 rantai dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L mempunyai
2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas,
yaitu rantai G (), rantai A (), rantai M (), rantai E () dan rantai D ().
Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L
mempunyai 2 domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain,
dan rantai M dan E masing-masing 5 domain.
4 | K e l o m p o k 2 1

Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa
fragmen. Enzim papain memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2
fragmen yang terdiri dari bagian H dan rantai L. Fragmen ini mempunyai
susunan asam amino yang bervariasi sesuai dengan variabilitas antigen.
Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen (antigen binding site)
yang menentukan spesifisitas imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc
yang hanya mengandung bagian rantai H saja dan mempunyai susunan
asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat mengikat antigen tetapi
memiliki sifat antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin yang
bersangkutan, misalnya kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat
pada permukaan sel makrofag, dan yang menempel pada sel mast dan
basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan basofil, dan kemampuan
menembus plasenta.
Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada
gugusan karboksil terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida
(interchain) dengan akibat kehilangan sebagian besar susunan asam amino
yang menentukan sifat antigenik determinan, namun demikian masih tetap
mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab yang tersisa menjadi satu
rangkaian fragmen yang dikenal sebagai F(ab2) yang mempunyai 2 tempat
pengikatan antigen.
II.3 Klasifikasi Imunoglobulin
Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein
globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan
(immune). Ada lima klasifikasi immunoglobulin khususnya pada rantai H,
yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.
5 | K e l o m p o k 2 1


1. Imuno globulin G (IgG) disebut juga rantai (gamma)
Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah
imunoglobulin yang paling sering/banyak ditemukan dalam sumsum
tulang belakang, darah, lymfe dan cairan peritoneal. Ia mempunyai waktu
paroh biologik selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai
serum transfer). Ia dapat mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG
adalah satu-satunya imunoglobulin yang dapat melewati plasenta.

2. Imuno globulin A (IgA) disebut juga rantai (alpha).
Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam
saliva, keringat, air mata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan
sebgainya. Yang aktiv adalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang
monomer (y) tidak aktif. Jaringan yang mensekresi bentuk bentuk dimer
ini ialah sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian
sel tersebut bersama IgA masuk kedalam lumen.
Fungsi dari IgA ini ialah:
- Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa
- Tidak efektif dlam mengikat komplemen
- Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam
cairan sekretori yang mengandung IgA
- Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif

3. Imuno globulin M (IgM) disebut juga rantai (mu)
6 | K e l o m p o k 2 1

Imunoglobulin M ditemukan pada permukaan sel B yang matang.
IgM mempunyai waktu paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer
dengan lima valensi. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh faetus.
Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya
antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM adalah merupakan aglutinin yang
efisien dan merupakan isohem- aglutinin alamiah. IgM sngat efisien dalam
mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk setelah terbentuk T-independen
antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen.

4. Imuno globulin D (IgD) disebut juga rantai (delta)
Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah
penenda permukaan pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama
dengan IgM oleh sel B normal. Sel B membentuk IgD dan IgM karena
untuk membedakan unit dari RNA.
5. Imuno globulin E (IgE) disebut juga rantai (epsilon)
Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau
berikatan dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif
dengan eosinpphil. IgE berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut.
Dengan adanya antigen yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini
menjadi bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan membebaskan
histamin dan komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi
anaphylaksis. IgE sangat berguna untuk melawan parasit.

II.4 Variabilitas Imunoglobulin

Immunoglobulin merupakan kumpulan protein yang sangat
heterogen. Heterogenitas ini disebabkan oleh susunan asam amino yang
berbeda satu dengan yang lain, yang akan mengakibatkan perbedaan
struktur molekul. Hal ini selanjutnya menimbulkan variabilitas dalam
determinan antigenik Ig. Keragaman antibodi tergantung pada :
a. Segmen gen V, D dan J multiple.
7 | K e l o m p o k 2 1

b. Hubungan kombinasi misalnya hubungan tiap segmen V, tiap segmen
D dan Segmen J
c. Kombinasi acak rantai L dan H yang berbeda
d. Mutasi somatic
Keragaman junctional yang dihasilkan oleh penggabungan yang
tepat selama penyusunan kembali dan mengakibatkan perubahan atau
penghilangan asam amino dalam regio hipervariabel

Keragaman intersional, yaitu enzim deoksinukleotidil transferase
ujung menyisipkan kelompok kecil nukleotida pada persilangan
(junctional) V D dan D J (keragaman regio N).

Variabilitas antibodi dapat digolongkan berdasarkan :
1. Variasi Isotip
Pada manusia terdapat 9 isotop H chain fungsional. Sesuai dengan
sub kelas Immunoglobulin. Pada orang normal dapat dijumpai 5 kelas
immunoglobulin, yaitu Ig A, Ig D, Ig E, Ig G dan Ig M. Tetapi dalam satu
kelas dapat dijumpai beberapa sub kelas seperti Ig G1, Ig G2, Ig G3 dan Ig
G4. Karena semua bagian konstan H chain yang terdapat pada berbagai
kelas dan sub kelas itu dapat djumpai pada satu orang maka bagian
tersebut dinamakan varian Isotip. Sebutan varian isotip juga berlaku bagi
bagian konstan L chain kappa dan lamda yang dapat dijumpai pada
semua kelas dan subkelas Ig dan terdapat pada semua orang.

2. Variasi Alotip
Determinant antigen satu varian isotip imnoglobulin satu species
dapat juga berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini ditentukan secara
genetik dan disebut varian Alotip. Contohnya ; golongan darah rhesus.

3. Variasi Idotip
Determinant Antigen yang diasosiasikan dengan reseptor binding
site. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antibodi terhadap antigen
8 | K e l o m p o k 2 1

yang sama dan diproduksi oleh individu yang berbeda secara genetik,
dapat memiliki idiotip yang sama. Idiotip inilah yang membedakan satu
molekul imunoglobulin dengan molekul imunoglobulin yang lain dalam
alotip yang sama. Variasi idiotip adalah karakterisitik bagi setiap molekul
antibodi.

Sebelumnya telah kita sebutkan bahwa antibodi adalah sejenis
protein. Protein-protein yang berfungsi untuk melindungi tubuh lewat
proses kekebalan ini dinamakan Imuno globulin, disingkat Ig.
Protein paling khas pada sistem pertahanan, molekul imuno
globulin mengikatkan diri pada antigen untuk menginformasikan kepada
sel-sel kekebalan lainnya tentang keberadaan antigen tersebut atau untuk
memulai reaksi berantai perang penghancuran.

1) Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon
imunitas humoral yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh
sel T. Fungsi utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan
antigen. Sel B adalah komponen sistem kekebalan tiruan.
Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B,
merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B
terdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi molekul antibodi
dari antigen yang terikat pada pencerapnya.

Sel B terbagi menjadi dua jenis:
Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang
peritoneal dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berkembangbiak.
Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum
tulang yang memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak
memiliki kemampuan untuk berkembangbiak.

9 | K e l o m p o k 2 1

Sel B berasal dari sel punca yang berada pada jaringan hemopoietik
di dalam sumsum tulang.

2) Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang
diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan
selular. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan
berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh
terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi
menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan
cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan
sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya,
dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem
kekebalan tiruan.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi
antara reseptor sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida
MHC pada permukaan sel sehingga menimbulkan antarmuka antara sel T
dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-receptor dan co-
binding. Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal
antar kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan
seluruh isi selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC
untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan
pengenalan antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang
berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran
sel target dalam seketika. Dengan demikian respon kekebalan tiruan
terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.
Sel T memiliki prekursor berupa sel punca hematopoietik yang
bermigrasi dari sumsum tulang menuju kelenjar timus, tempat sel punca
tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada rantai-beta pencerapnya, guna
membentuk protein TCR yang disebut pre-TCR, pencerap spesial pada
permukaan sel yang disebut pencerap sel T (bahasa Inggris: T cell
receptor, TCR). "T" pada kata sel T adalah singkatan dari kata timus yang
10 | K e l o m p o k 2 1

merupakan organ penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang.
Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi
yang berbeda-beda.
Sel T terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dari ketiga jenis
tersebut mempunyai tugas / fungsi yang berbeda-beda :
Sel T sitotoksik (killer), berfungsi membunuh sel-sel yang terinfekasi, sel
ini dapat membunuh berbagai bibit penyakit, dan sel kanker.
Sel T supressor (penekan), mempunyai efek menstabilkan jumlah sel killer
agar sel killer tidak membunuh sel-sel tubuh yang sehat.
Sel T penolong (helper), berfungsi membantu zat antibodi dan sel B
penghasil antibodi. Sel ini mengatur respons, kekebalan tubuh dengan cara
mengenali dan mengaktifkan limfosit yang lain.
(3)





















11 | K e l o m p o k 2 1

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan




























12 | K e l o m p o k 2 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Ernets, Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai