Anda di halaman 1dari 39

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi sistem informasi semakin meningkat seiring

berjalannya waktu. Hal ini kemudian perlu menjadi perhatian bagi suatu perusahaan

untuk mengadakan suatu sistem informasi yang terkomputerisasi untuk memudahkan

karyawan dalam menjalankan tugasnya.

Tujuan sistem informasi yang terkomputerisasi adalah untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi kerja karyawan. Namun, sistem tersebut tidak hanya dijalankan

begitu saja. Tetapi juga perlu dilakukan pengendalian dan audit atas sistem yang

dijalankan tersebut.

Audit sistem informasi adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti – bukti

untuk menentukan apakah sistem komputer dapat mengamankan aset, memelihara

integritas data, dapat mendorong pencapaian tujuan perusahaan secara efektif dan

menggunakan sumber daya secara efisien. Ada 2 jenis pengendalian yang perlu

diperhatikan pada sistem informasi, yaitu pengendalian khusus dan pengendalian

umum. Pengendalian khusus merupakan pengendalian yang langsung terkait dengan

sistem tersebut. Sedangkan, pengendalian umum merupakan pengendalian di luar

sistem tersebut, namun mendukung pengendalian khusus atas sistem tersebut.

Fungsi penjualan merupakan suatu fungsi yang memberikan sumbangsi yang

cukup besar dalam hal menentukan kemajuan suatu perusahaan. Dengan begitu,

pelaksanaan dan pengendalian sistem atas fungsi ini harus dijalankan dengan baik demi

1
tercapainya tujuan yang diharapkan. Baik dari segi sistem itu sendiri maupun faktor-

faktor eksternal yang mendukung proses berjalannya sistem.

PT. Wijaya Karya Beton, Tbk (WIKA Beton), merupakan salah satu anak

perusahaan dari PT Wijaya Karya (Persero), Tbk yang bergerak dalam industri beton

pracetak. PT. Wijaya Karya mulai berkonsentrasi pada industri beton pra-cetak pada

tahun 1977 dengan mengembangkan panel beton pra-cetak untuk proyek perumahan

bertingkat rendah. Sejak saat itu, perusahaan ini bertekad untuk terus mengembangkan

produk mereka untuk mengantisipasi rencana pembangunan dan proyek-proyek

infrastruktur yang muncul.

Wilayah Penjualan VI merupakan ekspansi PT. Wijaya Karya Beton, Tbk yang

terletak di Jl. Kima Raya 2 Makassar. Dalam menjalankan tugas karyawan, manajemen

memutuskan untuk menerapkan sistem ERP (Enterprise Resource Planning). Namun,

selama sistem ini berjalan, belum ada kontrol yang cukup baik dari pihak perusahaan.

Hal ini terlihat dengan tidak adanya orang IT (information and technology) yang

ditempatkan di kantor Wilayah Penjualan VI, orang IT hanya ada di kantor pusat PT.

Wijaya Karya Beton, Tbk yang terletak di Jakarta. Sehingga, jika terjadi masalah pada

sistem tersebut, terlebih dahulu perlu dikomunikasikan dengan orang IT yang berada

di kantor pusat.

Adapun dampak yang ditimbulkan dengan tidak adanya orang IT yang ditempatkan di

kantor Wilayah Penjualan VI yaitu, penanganan atas masalah yang terjadi pada sistem

tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga dalam kurun waktu penanganan

2
atas sistem tersebut, sistem dihentikan pengoperasiannya. Hal ini tentunya membuat

keefektifan dan keefisienan atas suatu pekerjaan menjadi berkurang.

Seharusnya pada saat perusahaan ingin menerapkan suatu sistem yang

terkomputerisasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kemampuan sumber daya

manusia dalam mengelola dan mengontrol sistem, perangkat yang dibutuhkan dan

kapabilitas sistem yang akan dijalankan tersebut. Hal ini bertujuan agar sistem dapat berjalan

sesuai dengan harapan yang ingin dicapai oleh perusahaan.

Berdasarkan latar belakang inilah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Audit Sistem Informasi Penjualan pada PT. Wijaya Karya Beton

Wilayah Penjualan VI”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan dan pengendalian sistem ERP (Enterprise Resource

Planning) pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk Wilayah Penjualan VI?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah mengaudit sistem informasi

yang terkomputeriasi yang diterapkan oleh perusahaan, dalam hal ini yaitu sistem ERP

(Enterprise Resource Planning).

3
1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang terjadi pada perusahaan ini, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perusahaan dalam mengelola sistem

yang diterapkan dan mendeteksi masalah yang timbul dari penggunaan sistem yang

diterapkan serta memberikan solusi atas masalah yang terjadi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharpakan penulis dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Akademis

Sebagai salah satu bahan referensi yang dapat menjadi sumber

informasi untuk penulis selanjutnya, khususnya bagi yang ingin mengangkat

judul sejenis pada masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Hasil kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen PT. Wijaya Karya Beton, Tbk

Wilayah Penjualan VI untuk lebih memperhatikan terkait sistem yang

diterapkan dan agar kiranya merekrut minimal 1 orang IT yang mampu

menangani sistem jika terjadi masalah.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Dalam memahami pengelolaan sistem informasi yang diterapkan pada

perusahaan, hal utama yang harus diperhatikan adalah pengertian dari sistem informasi

itu sendiri. Sistem informasi terdiri atas dua kata yaitu sistem dan informasi.

Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih aktifitas yang saling berkaitan guna

mencapai tujuan. Dalam buku Accounting Information System (2002:2) memberikan

pengertian bahwa “Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen

yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.” Sedangkan

Willkinson (1993:3-4) mendefinisikan bahwa “Sistem adalah suatu kerangka kerja

terpadu yang mempunyai satu sasaran atau lebih. Sistem ini mengkoordinasikan

sumber daya yang dibutuhkan untuk mengubah masukan-masukan menjadi keluaran-

keluaran”.

Menurut Mulyadi (2008:5), sistem adalah jaringan prosedur yang dibuat

menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.” Sejalan

dengan pendapat tersebut, La Midjan dan Susanto (2003:6) mengemukakan

pendapatnya bahwa sistem adalah “Kumpulan atau grup dari bagian atau komponen

apapun baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu dengan yang lain

dan bekarja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan tertentu.”

5
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan

rangkaian dua atau lebih aktifitas yang saling berhubungan satu sama lain untuk

mencapai tujuan perusahaan.

2.1.2 Pengertian Informasi

Informasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita, sebab

segala masalah yang dihadapi tentunya tidak lepas dari suatu informasi yang

didapatkan dan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Begitu pun dengan perusahaan, tentunya perusahaan sangat membutuhkan suatu

informasi untuk menjalankan segala aktifitas yang dijalankan. Menurut Krismiaji

(2002:15) “Informasi adalah data yang telah diorganisasi, dan telah memiliki kegunaan

dan manfaat. Dalam buku Sistem Informasi Akuntansi (1993:4) “Informasi merupakan

keluaran (output) dari suatu proses pengolahan data.

Kebutuhan informasi suatu perusahaan tentunya berbeda dengan perusahaan

lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu jenis usaha dan ukuran dari

peusahaan tersebut. Namun, tentunya ada informasi umum yang dibutuhkan oleh setiap

perusahaan. Infromasi tersebut dibedakan atas 2 kelompok, yaitu informasi yang

berasal dari dalam perusahaan dan informasi yang berasal dari luar perusahaan.

6
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

“Sistem informasi adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu

dengan yang lain untuk menginterogasikan data, memproses dan menyimpannya serta

mengirimkan informasi” (Utomo, 2004:8). Sedangkan Davis (1993:17)

mengemukakan pendapatnya bahwa “Sistem informasi dalam sebuah organisasi

dibatasi oleh data yang dapat diperoleh, biaya untuk pengadaan pengolahan dan

penyimpanan biaya untuk meminta dan membagikan, dan nilai informasi bagi pemakai

berikut kemampuan manusia untuk menerima dan bertindak atas informasi tersebut”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sanyoto (2003:8) yang mendefinisikan bahwa

“Sistem informasi adalah interaksi antar sumber daya (komponen-komponen) di dalam

suatu kesatuan terpadu untuk mengolah data menjadi informasi sesuai kebutuhan

penggunanya”. Sejalan dengan pengertian tersebut, Husein dan Wibowo (2000:5)

menyatakan pendapatnya bahwa “Sistem informasi sebagai perangkat komponen yang

saling berhubungan dan berfungsi mengumpulkan, memproses menyimpan dan

mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan

dalam organisasi”.

Menurut Susanto dan La Midjan (2003:8) sistem informasi adalah “Kombinasi

dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang

bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi

tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan

menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.”

7
“Sistem informasi (SI) dapat berupa gabungan antara orang, perangkat keras,

perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber data, dan kebijakan dan prosedur yang

menyimpan, mengambil, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah

organisasi”(O’brien, 2002:4). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem

informasi merupakan serangkaian aktifitas yang dimulai dari proses awal informasi

tersebut didapatkan, bagaimana informasi tersebut dikelola, hingga untuk apa

informasi tersebut digunakan.

2.1.4 Komponen-Komponen Sistem Informasi

Suatu sistem informasi tentunya membutuhkan sumber daya manusia (end user

dan spesialis sistem informasi), sumber data, sumber hardware (mesin dan media), dan

sumber software (program dan prosedur untuk melakukan proses informasi yaitu input

pemrosesan, output dan penyimpanan. Proses informasi merupakan kegiatan yang

mengubah sumber-sumber data menjadi sebuah informasi yang berguna. Terdapat

empat konsep utama yang dapat digunakan pada setiap jenis sistem informasi, sebagai

berikut:

a. Manusia, hardware, software, dan data adalah empat sumber dasar dari sebuah

sistem informasi.

b. Sumber daya manusia terdiri dari end user (pengguna akhir) dan spesialis sistem

informasi. Sumber hardware terdiri dari mesin dan media. Sumber software adalah

berupa program dan prosedur, dan sumber data adalah data dan pengetahuan dasar.

8
c. Sumber data yang diolah dalam kegiatan proses informasi ke dalam berbagai bentuk

produk informasi bagi end user.

d. Kegiatan proses informasi terdiri dari proses input, pemrosesan, output dan

penyimpanan dan kegiatan pemeriksaan.

2.2 Sistem Pengendalian Intern

2.2.1 Pengertian Sistem Peengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2001:171) “Sistem pengendalian intern adalah suatu proses

yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal lain atau karyawan

atau anggota suatu organisasi yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai

tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut ini: (1) keandalan pelaporan keuangan;

(2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku; (3) efektifitas dan efisiensi

operasi”. Berhubungan dengan itu, Tuanakotta (1982:94) menyatakan pendapatnya

bahwa “Sistem pengendalian intern merupakan rencana organisasi dan semua metode

serta kebijakan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan

kekayaan, menguji ketepatan dan sampai berapa jauh data akuntansi dapat dipercaya,

menggalakan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telah

digariskan”.

“Sistem pengendalian intern adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang

dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat, dan

memperbaiki efisiensi jalannya organisasi serta mendorong kesesuaian dengan

kebijakan yang telah ditetapkan (Romney, 2004:229)”. Sedangkan AICPA

9
memeberikan definisi bahwa “Pengawasan intern itu meliputi struktur organisasi dan

semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam

perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan,

memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi, di dalam

usaha, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah

ditetapkan lebih dahulu”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses

yang dilakukan untuk mendeteksi risiko-risiko yang akan muncul di masa yang akan

datang. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kerugian yang akan berdampak pada

organisasi, baik kerugian waktu, kerugian sumber daya manusia, maupun kerugian

keuangan yang akan dihadapi. Pengendalian intern diperlukan agar proses bisnis

organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien.

2.2.2 Komponen-komponen Sistem Pengendalian Intern

Menurut Soekisno (2004:79-82) ada beberapa komponen pengendalian intern

yang saling berhubungan antara lain:

a. Lingkungan pengendalian;

Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua. Lingkungan

pengendalian mencakup hal-hal sebagai berikut:

 Integritas dan nilai etika.

 Komitmen terhadap kompetisi atau komite audit.

10
 Struktur organisasi.

 Pemberian wewenang dan tanggung jawab.

 Kebijakan dan praktek sumber daya manusia.

b. Penaksiran resiko;

Penaksiran reiko merupakan identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang

relevan untuk mencapai tujuannya dalam membentuk suatu dasar untuk

menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Resiko dapat timbul atau berubah

karena keadaan berikut ini:

 Perubahan dalam lingkungan operasi.

 Personal baru.

 Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki.

 Teknologi baru.

 Aktivitas baru.

 Restrukturisasi kooporasi.

 Operasi luar negeri.

 Standar akuntansi baru.

c. Aktivitas Pengendalian

Merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan

manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan

dan diterapkan di berbagai tingkat organisasidan fungsi. Umumnya aktivitas

11
pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai

kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hala berikut ini:

 Review terhadap kinerja.

 Pengelolahan informasi.

 Pengendalian fisik.

 Pemisahan tugas.

d. Informasi dan komunikasi

Merupakan pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam

suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung

jawab mereka.

e. Pemantauan

Merupakan proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern

sepanjang waktu, pemantauan ini mencakup penentuan desain dan oerasi

pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini

dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi

secara terpisah atau dengan berbagai kombinasi dan kebudayaan.

2.3 Jenis Pengendalian Intern

Menurut Weber (1999) sebagaimana dikutip oleh Gondodiyoto (2003:16),

Struktur pengendalian intern yang perlu dilakukan pada sistem berbasis komputer,

adalah sebagai berikut:

12
1. Pengendalian umum

2. Pengendalian aplikasi.

2.3.1 Pengendalian Umum

Pengendalian umum merupakan sistem pengendalian intern komputer yang

berlaku secara umum meliputi seluruh aktivitas komputerisasi organisasi secara

menyeluruh. Pengendalian umum dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa

pengembangan, pengimplementasian, pengoperasian, dan pemeliharaan sistem telah

diproses sesuai dengan rencana yang telah dikendalikan. Pengendalian ini berguna

untuk menyediakan infrastruktur yang stabil, sehingga sistem informasi dapat

dibangun, dioperasikan dan dipelihara secara efektif dan efisien.

Pengendalian umum terdiri dari :

 Pengendalian top manajemen (Top Management Control).

 Pengendalian manajemen sistem informasi (Information System Management

Control).

 Pengendalian manajemen pengembangan sistem (System Development Control),

termasuk manajemen program (Programming Management Control).

 Pengendalian manajemen sumber daya (Data Resource Management Control).

 Pengendalian manajemen jaminan kualitas (Quality Assurance Management

Control).

13
 Pengendalian manajemen keamanan (Security Administration Management

Control).

 Pengendalian manajemen operasi (Operations Management Control).

2.3.1.1 Pengendalian Manajemen Keamanan

Pengendalian manajemen keamanan bertanggung jawab atas aset sistem

informasi. Ancaman yang utama terhadap keamanan aset sistem informasi, antara lain:

1) Ancaman Kebakaran

Kebakaran merupakan ancaman serius terhadap keamanan sistem informasi yang

paling sering terjadi. Beberapa cara untuk mengatasi anacaman kebakaran, antara

lain:

a. Memiliki alarm kebakaran otomatis dan manual yang diletakkan pada tempat

yang strategis dan dimana aset sistem informasi berada.

b. Memiliki tabung kebakaranyang diletakkan pada lokasi yang mudah

dijangkau.

c. Memiliki tombol power utama (termasuk AC).

d. Memiliki pintu atau tangga darurat yang diberi tanda dengan jelas sehingga

karyawan dengan mudah menggunakannya.

e. Untuk mengantisipasi ancaman kebakaran diperlukan pengawasan rutin dan

pengujian terhadap sistem perlindungan kebakaran untuk dapat memastikan

bahwa segala sesuatu telah dirawat dengan baik.

2) Ancaman Banjir

14
Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk ancaman banjir, antara lain:

a. Usahakan bahan untuk atap, dinding dan lantai yang tahan air.

b. Menyediakan alarm pada titik strategis dimana material aset sistem

informasi diletakkan.

c. Semua material aset sistem informasi ditaruh di tempat yang tinggi.

d. Menutup peralatan hardware dengan bahan yang tahan air sewaktu

digunakan.

3) Perubahan Tegangan Sumber Energy

Untuk melakukan pengamanan mengantisipasi perubahan tegangan sumber

energi listrik, misalnya menggunakan stabilizer ataupun uninterruptable power

supply (UPS) yang memadai yang mampu mengcover tegangan listrik jika tiba-

tiba turun.

4) Kerusakan Struktural

Kerusakan struktural terhadap aset sistem informasi dapat terjadi karena adanya

gempa, angin, serta salju. Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk

mengantisipasi kerusakan structural, adalah memilih lokasi perusahaan yang

jarang terjadi gempa dan angin rebut.

5) Polusi

Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pengamanan untuk mengatasi polusi:

a. Membersihkan ruangan kantor secara rutin sehingga kantor bebas dari

debu.

15
b. Melarang karyawan membawa atau meletakkan minuman di dekat

peralatan komputer.

c. Mengosongkan tong sampah secara rutin.

6) Penyusupan

Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi penyusup dapat dilakukan

dengan penempatan penjaga dan penggunaan alarm.

7) Virus

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi virus:

a. Tindakan Preventif, misalkan: menginstal anti virus dan mengudate secara

rutin, menscan file yang akan digunakan.

b. Tindakan Detektif, misalkan: melakukan scan rutin.

c. Tindakan Korektif, misalkan: memastikan back up data bebas dari virus

dengan menggunakan anti virus terhadap file yang terinfeksi.

8) Hacking

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi hacking, antara lain:

a. Penggunaan kontrol logika seperti penggunaan password yang sulit untuk

ditebak.

b. Petugas keamanan secara teratur memonitor sistem yang digunakan.

Apabila ancaman keamanan benar-benar terjadi, pengendalian akhir yang dapat

dilaksanakan yaitu rencana pemulihan bencana, pada hakikatnya terdiri dari empat

bagian yaitu:

16
a. Rencana Darurat

Yaitu terjadi sesuatu, tindakan apa yang harus segara dilakukan, siapa yang

melakukan, apa dan bagaimana melakukannya.

b. Rencana Back Up

Pada rencana ini, yang dilakukan misalnya membuat persetujuan dengan unit

komputer atau instalasi. Yaitu bila terjadi masalah dapat menngunakan komputer

yang ditempatkan tersebut.

c. Rencana Pemulihan (Recovery Plan)

Prosedur yang harus dilakukan untuk kembali beroperasi dengan starting point

pada saat kerusakan terjadi (tidak mengulang lagi proses yang sudah dikerjakan

dari start-up sampai mesin down atau listrik mati ke proses berikutnya dengan

mengabaikan data yang tersisa belum selesai diolah dalam proses yang terhenti.

d. Rencana Pengujian (Test Plan)

Seluruh program kerja yang sudah direncanakanperlu diuji coba lebih dahulu

untuk tes uji kebisahannya.

2.3.2 Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi berguna untuk menjamin bahwa setiap sistem aplikasi

dapat melindungi asset-aset, menjaga integritas data, dan mencapai tujuan secara

efektif dan efisien. Menurut Weber (1994:364) “Pengendalian aplikasi terdiri dari:

1. Pengendalian boundary;

2. Pengendalian input;

17
3. Pengendalian komunikasi;

4. Pengendalian proses;

5. Pengendalian database;

6. Pengendalian output.

2.4 Audit

2.4.1 Pengertian Audit

Konrath (2002:5) mengemukakan pendapatnya bahwa “Auditing merupakan

suatu proses istematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti

mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk

meyakinkan tingkat keterkaitan antaara asersi tersebut dan kriteria yang telah

ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan”. Sedangkan, Hall di dalam Jusuf (2001;42) mengemukakan bahwa

“Auditing adalah suatu satu bentuk pengujian independen yang dilakukan oleh seorang

ahli auditor yang menunjukkan pendapatnya tentang kejujuran sebuah laporan

keuangan”.

Menurut Mulyadi (1998;7) “Auditing adalah suatu proses sistematik untuk

memperoleh bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan kegiatan dan

kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan-pernyataan tersebut dengam kriteria yang telah ditetapkan, serta

menyampikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.

18
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa auditing merupakan suatu proses

yang tersistematis untuk mengidentifikasi bukti secara objektif atas kegiatan-kegiatan

suatu organisasi untuk tujuan menilai kesesuaian antara apa yang telah dikerjakan

dengan apa yang telah disampaikan, lalu menyampaikan hasilnya kepada pemangku

kepentingan.

2.4.2 Jenis-jenis Audit

Menurut Sukrisno (2011;10-11) ditinjau dari luas pemeriksaannya, audit bisa

dibedakan atas :

1. Pemeriksaan umum (general audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP

independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan

sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik atau ISA atau Panduan Audit

Entitas Bisnis Kecil dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode Etik

Profesi Akuntan Publik serta Standar Pengendalian Mutu.

2. Pemeriksaan khusus (special audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan

oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu

memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah ternetu yang diperiksa,

karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.

19
2.4.3 Prosedur Audit

Menurut Sukrisno (2004:131), “Prosedur audit adalah langkah-langkah yang

harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan

oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan secara efisien dan efektif”. Sejalan

dengan itu, Mulyadi dan Kanak Puradiredja mengungkapkan bahwa Prosedur audit

yang biasa dilakukan oleh auditor, meliputi:

1. Inspeksi

Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik

sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan

dapat menentukan keaslian dokumen tersebut.

2. Pengamatan (observation)

Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat

atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah

karyawan, prosedur dan proses.

3. Permintaan keterangan

Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta

keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti

documenter.

4. Konfirmasi

Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor

memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang berkepentingan.

20
5. Penelusuran

Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam

pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data

tersebut dalam proses akuntansi. Penelusuran dilakukan dengan tujuan untuk

menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan akuntansi.

6. Pemeriksaan bukti pendukung

Pemeriksaan bukti pendukung merupakan prosedur audit meliputi :

 Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau

data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenaranannya.

 Perbandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.

Prosedur ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh audit mengenai

kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksinyang terjadi.

7. Perhitungan

Prosedur audit ini meliputi :

 Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau persediaan

di tangan.

 Pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.

 Perhitungan fisik digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang

ada di tangan. Sedangkan pertanggungjawaban formulir bernomor urut

tercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti dokumen yang medukung

kelengkapan catatan akuntansi.

21
8. Scanning

Scanning merupakan penelaah secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar

untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan

penyelidikan lebih mendalam.

9. Pelaksanaan ulang

Merupakan pengulangan aktifitas yang dilaksanakan oleh klien. Umumnya

pelaksanaan ulang diterapkan pada perhitungan dan rekonsiliasi yang telah

dilakukan oleh klien.

10. Computer-assisted audit techniques

Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan teknik audit dalam media

elektronik, auditor perlu menggunakan computer-assisted audit techniques dalam

menggunakan berbagai prosedur yang dijelaskan di atas.

2.4.4 Resiko Audit

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998;p159-160) terdapat tiga unsur resiko

diantaranya adalah :

1. Resiko bawaan

Adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen

audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas

pengendalian intern. Resiko bawaan adalah faktor kerentanan laporan keuangan

terhadap salah saji yang material dengan asumsi tidak ada pengendalian intern.

22
2. Resiko pengendalian

Adalah resiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat

dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.

3. Resiko deteksi

Adalah resiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material

yang terdapa dalam asersi.

2.5 Audit Sistem Informasi

2.5.1 Pengertian Audit Sistem Informasi

Ron Weber (1999;10) mengemukakan pendapatnya bahwa “EDP adalah proses

pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti untuk menentukan apakah suatu sistem

komputer telah mengamankan harta organisasi, memelihara keutuhan data,

memungkinkan pencapaian tujuan organisasi menjadi lebih efektif dan telah

menggunakan sumber daya secara efisien. Sedangkan Romney (2004:434)

mengungkapkan bahwa “Audit sistem informasi merupakan tinjauan pengendalian

umum dan aplikasi atas suatu sistem informasi akuntansi, untuk menilai pemenuhan

kebijakan dan prosedur pengendalian intern serta keefektivitasannya untuk menja aset.

2.5.2 Tujuan Audit Sistem Informasi

Ron Weber (1999:11-13) mengungkapkan tujuan audit sistem informasi dapat

disimpulkan secara garis besar terbagi 4 tahap, yaitu :

23
1. Meningkatkan keamanan aset-aset perusahaan.

Aset informasi suatu perusahaan seperti perangkat keras (hardware), perangkat

lunak (software), sumber daya manusia dan file data harus dijaga oleh suatu sistem

pengendalian intern yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan aset perusahaan.

Dengan demikian sistem pengamanan aset merupakan suatu hal yang sangat penting

yang harus dipenuhi oleh perusahaan.

2. Meningkatkan integritas data.

Integritas data adalah salah satu konsep dasar sistem informasi. Data memiliki

atribut-atribut tertentu, seperti: kelengkapan, kebenaran dan keakuratan. Jika

integritas data tidak terpelihara, maka suatu perusahaan tidak akan lagi memiliki

hasil atau laporan yang benar bahkan perusahaan dapat menderita kerugian.

3. Meningkatkan efektivitas sistem.

Efektivitas sistem informasi perusahaan memiliki perusahaan penting dalam proses

pengambilan keputusan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan efektif bila sistem

informasi tersebut telah sesuai dengan kebutuhan user.

4. Meningkatkan efisiensi sistem.

Efisiensi menjadi hal yang sangat penting ketika suatu komputer tidak lagi memiliki

kapasitas yang memadai. Jika cara kerja dari sistem aplikasin komputer menurun,

maka pihak manajemen harus mengevaluasi apakah efisiensi sistem masih memadai

atau harus menambah sumber daya, karena suatu sistem dapat dikatakan efisien jika

sistem informasi dapat memenuhi kebutuhan user dengan sumber daya informasi

yang minimal.

24
2.5.3 Metode Audit Sistem Informasi

Sanyoto (2003;155) mengelompokkan 3 metode audit yang berkaitan dengan

komputer, yaitu:

1. Audit around the Computer (audit sekitar komputer)

Metode ini bagi auditor tidak perlu menguji pengendalian sistem informasi

berbasis komputer klien, melainkan cukup input serta output sistem aplikasi saja.

Oleh karena itu, auditor harus dapat mengakses ke dokumen sumber yang cukup

dan daftar output yang terinci dalam bentuk yang dapat dibaca.

Metode audit di sekitar komputer yang cocok untuk situasi sebagai berikut:

 Dokumen sumber tersedia dalam bahasa non-mesin;

 Dokumen-dokumen disimpan dalam file dengan cara yang mudah ditemukan;

 Keluaran dapat diperoleh dari daftar yang terinci dan auditor mudah

menelusuri setiap transaksi dan dokumen sumber kepada dan sebaliknya;

 Sistem komputer yang diterapkan masih sederhana;

 Sistem komputer yang diterapkan masih menggunakan software yang umum

digunakan, dan telah diakui serta digunakan secara massal.

Adapun keunggulan dari metode ini adalah:

 Metode ini termasuk metode yang sederhana;

 Auditor yang memiliki pengetahuan yang minimal di bidang komputer dapat

dilatih dengan mudah untuk melaksanakan audit.

25
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah jika lingkungan berubah, maka

kemungkinan sistem itupun akan berubah. Sehingga auditor tidak dapat

menilai/menelaah sistem yang baik.

Dengan adanya pendapat di atas, maka dapat disimpulkan metode audit

around the computer adalah suatu pelaksana audit dengan cara hanya memeriksa

masukan dan keluaran saja tanpa memeriksa lebih dalam terhadap penggunaan

program.

2. Audit through the computer (audit melalui komputer)

Pada metode ini auditor melakukan pemeriksaan langsung terhadap program-

program dan file-file komputer pada audit sistem informasi berbasis komputer.

Auditor menggunakan komputer dengan cek logika untuk menguji logika program

dalam rangka pengujian pengendalian yang ada dalam komputer.

Adapun keunggulan dari metode ini adalah :

 Auditor memperoleh kemampuan yang besar dan efektif dalam melakukan

pengujian terhadap sistem komputer.

 Auditor akan merasa lebih yakin terhadap keamanan kebenaran hasil

kerjanya.

 Auditor dapat menilai kemampuan sistem komputer tersebut untuk

menghadapi perubahan lingkungan.

Adapun kelemahan dari metode ini adalah memerlukan biaya yang cukup

besar dan tenaga ahli yang terampil.

26
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disipulkan bahwa metode audit

through the computer ini adalah pelaksanaan audit dengan cara auditor tidak hanya

memeriksa masukan dan keluaran, tetapi juga melakukan uji coba proses pada

komputer, sehingga akan didapatkan tahapan proses melalui program tersebut.

3. Audit with the computer (audit dengan komputer)

Pada metode ini audit dilakukan dengan menggunakan komputer dan

software untuk mengotomatisasi prosedur pelaksanaan audit. Metode ini dapat

menggunakan beberapa komputer assisted audit techniques.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Audit with the

computer adalah pelaksanaan audit dengan cara menggunakan program khusus

untuk melakukan pemeriksaan dalam memperoleh informasi tertentu sehubungan

dengan penilaian dan pemberian opini.

2.5.4 Tahapan Audit Sistem Informasi

Weber (1999;47-54) membagi beberapa tahapan dalam audit sistem informasi

sebagai berikut:

1. Perencanaan audit (Planning the Audit)

Perencanaan adalah tahap awal. Pada tahap ini auditor harus menentukan tingkat

preliminary material untuk audit, serta mencoba memperoleh pengertian

mengenai kontrol internal yang digunakan dalam organisasi.

27
2. Pengujian kontrol (Test of Controls)

Auditor melakukan pengujian atas kontrol tertentu untuk mengevaluasi apakah

mereka beroperasi secara efektif atau tidak.

3. Pengujian transaksi (Test of Transaction)

Auditor melakukan pengujian substantive untuk mengevaluasi apakah ada

kesalahan material atau salah penyajian dari akuntansi yang terjadi ataupun yang

mungkin terjadi.

4. Pengujian balance atau hasil keseluruhan (Test of Balance or Overall Results)

Auditor memberikan opini apakah ada kesalahan material ataupun salah penyajian

yang telah terjadi ataupun mungkin terjadi.

2.6 Audit Sistem Informasi Penjualan

2.6.1 Pengertian Penjualan

Suseno (2002;23) “Penjualan adalah salah satu unsur penentu perkembangan

perusahaan yang dapat menentukan laba atau rugi suatu usaha yang merupakan

pemindah tanganan barang atau jasa ke pihak konsumen dengan mendapatkan suatu

penilai dengan nilai harga tertentu”.

2.6.2 Retur Penjualan

Mulyadi (2001;226) mengemukakan pendapatnya bahwa “Transaksi retur

penjualan terjadi jika perusahaan menerima pengembalian barang dari pelanggan.

Pengembalian barang oleh pelanggan harus diotorisasi oleh bagian penjualan dan

28
diterima oleh bagian gudang”. Sehubungan dengan itu, Mulyadi (2001;234)

mengungkapkan bahwa “Jaringan prosedur yang membentuk sistem retur penjualan

antara lain”:

1. Prosedur pembuatan memo kredit;

2. Prosedur penerimaan barang;

3. Prosedur pencatatan retur penjualan.

2.6.3 Bagian-bagian dalam Perusahaan yang Berhubungan dengan Sistem

Informasi Penjualan

Suseno (2001;244) mengungkapkan bahwa ada beberapa bagian yang

berhubungan dengan penjualan:

1. Penjualan Barang Dagangan

Bagian ini adalah bagian yang mengatur atau menerima jumlah order yang dari

pembeli, dimana diantaranya adalah mengisi faktur penjualan tunai dan

menyerahkan faktur tersebut beserta total pembelian yang dilakukan pembeli

untuk mendukung kelancaran pembayaran.

2. Kas

Pada bagian ini bertanggung jawab unutk menerima pembayaran atau kas dari

pembeli sesuai dengan isi total yang ada pada faktur penjualan.

3. Gudang

Bagian ini bertanggung jawab untuk mengirimkan barang pesanan yang dipesan

oleh pembeli yang dimananya barang telah disiapkan oleh bagian gudang.

29
4. Pengiriman

Bagian ini bertanggung jawab untuk mengirimkan barang pesanan yang dipesan

oleh pembeli yang dimana, barangnya telah disiapkan oleh bagian gudang.

5. Pencatatan transaksi

Bagian ini bertanggung jawab untuk mencatat semua transaksi penjualan dan

penerimaan kas dan pembuatan laporan penjualan.

2.6.4 Bukti-Bukti yang Diperlukan dalam Transaksi Penjualan

Suseno (2001;248) mengungkapkan bahwa Ada beberapa bukti transaksi yang

dipakai oleh bagian penjualan untuk melancarkan proses penjualan adalah sebagai

berikut:

1. Faktur penjualan tunai

Bukti transaksi ini berfungsi untuk mencatat semua informasi yang diperlukan

oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai serta berfungsi sebagai

informasi yang nantinya akan dicatat ke dalam jurnal penjualan. Faktur penjualan

ini diisi oleh petugas bagian penjualan yang berisi semua pesanan barang dari

pembeli dan total penjualan barang dagangan yang selanjutnya akan dibayar tunai

oleh pembeli. Tembusan faktur ini akan dikirimkan ke bagian pengiriman sebagai

tanda perintah untuk penyerahan barang pesanan dari pembeli, jika pembeli telah

melakukan pembayaran pada bagian kas.

2. Credit Card Sales Slip

30
Bukti ini berfungsi untuk menagih uang tunai dari bank yang mengeluarkan kartu

kredit yang akan dilakukan oleh bagian kas terhadap transaksi penjualan yang telah

dilakukan dengan pembayaran menggunakan kartu kredit.

3. Faktur penjualan COD (Cash on Delivery)

Bukti ini digunakan untuk mencatat COD. Tembusan bukti ini akan diserahkan

kepada pembeli melalui bagian angkutan perusahaan, kantor pos atau perusahaan

angkutan umum dan dimintakan tanda tangan penerimaan barang dari pembeli

sebagai bukti telah diterima barang oleh pembeli. Tembusan faktur ini juga

berfungsi untuk perusahaan menagih kas yang harus dibayar oleh pembeli pada

saat penyerahan barang yang dipesan.

4. Bill of Lading

Dokumen ini berfungsi sebagai bukti penyerahan barang dari perusahaan angkutan

umum. Selain itu, bukti-bukti ini juga digunakan oleh bagian pengiriman dalam

penjualan COD yang barangnya dilakukan oleh perusahaan angkutan umum.

5. Bukti Setor Bank

Bukti setor Bank dibuat tiga lembar dan diserahkan oleh bagian kas ke Bank. Dua

lembar tembusannya diminta kembali setelah ditandatangani dan dicap oleh Bank

sebagai bukti penyetoran kas ke Bank. Bukti ini selanjutnya diserahkan ke bagian

akuntansi untuk dicatat sebagai bukti penerimaan kas.

31
6. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan

Dokumen ini digunakan oleh bagian akuntansi untuk meringkas harga pokok

produk yang dijual selama satu periode. Selain itu juga digunakan sebagai bukti

memorial untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.

2.7 COBIT (Control Objective for Information and Related Technology)

Jack J. Champlain (2003;221) “COBIT adalah kerangka kerja kontrol internal

yang secara khusus berkaitan dengan masalah pengendalian internal yang terkait

dengan teknologi informasi (TI). Misi COBIT adalah untuk "meneliti,

mengembangkan, mempublikasikan, dan mempromosikan seperangkat tujuan

pengendalian teknologi informasi yang diterima secara resmi dan terkini untuk

penggunaan sehari-hari oleh pebisnis dan auditor bisnis." 16 COBIT terdiri dari enam

volume: ringkasan eksekutif, kerangka kerja, tujuan kontrol, panduan audit, pedoman

manajemen, dan set alat imitationation”.

COBIT adalah suatu framework untuk membangun suatu IT Governance.

Dengan mengacu pada framework COBIT, suatu organisasi diharapkan mampu

menerapkan IT governance dalam pencapaian tujuannya IT governance

mengintegrasikan cara optimal dari proses perencanaan dan pengorganisasian,

pengimplementasian, dukungan serta proses pemantauan kinerja Teknologi Informasi.

COBIT memiliki fungsi antara lain (Wardani & Puspitasari, 2014):

a. Meningkatkan pendekatan/program audit.

32
b. Mendukung audit kerja dengan arahan audit secara rinci.

c. Memberikan petunjuk untuk IT governance.

d. Sebagai penilaian benchmark untuk kendali sistem informasi/teknologi

informasi.

e. Meningkatkan kontrol sistem informasi/teknologi informasi.

f. Sebagai standarisasi pendekatan/program audit.

COBIT menyediakan langkah-langkah praktis terbaik yang dapat diambil dan

lebih difokuskan pada pengendalian (control), yang selanjutnya dijelaskan dalam

tahap dan framework proses. Manfaat dari langkah-langkah praktis terbaik yang dapat

diambil tersebut antara lain (Andry, 2016):

a. Membantu mengoptimalkan investasi teknologi informasi yang mungkin dapat

dilakukan.

b. Menjamin pengiriman service.

c. Framework COBIT menggambarkan antara business dan aplikasi yang

ditunjukkan pada gambar 2 Boundaries of General and Application Controls.

Selain itu, framework COBIT secara keseluruhan ditunjukkan pada gambar 3.

Melalui gambar tersebut, dapat dilihat model proses COBIT yang terdiri dari 4

domain yaitu: Plan and Organise, Acquire and Implementation, Deliver and Support,

serta Monitoring and Evaluation (Andry, 2016).

COBIT adalah alat evaluasi TI yang dikembangkan secara internasional dan

komprehensif yang menyelimuti hampir setiap standar besar yang berlaku umum di

33
dunia yang ditujukan untuk kontrol dan TI. COBIT ini diterbitkan oleh Audit Sistem

Informasi dan Control Foundation pada tahun 1996 dan diperbarui pada tahun 1998,

2000, dan 2006. Seiring berjalannya waktu, COBIT berkembang hingga kini menjadi

COBIT 5.

34
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian terletak di PT. Wijaya Karya Beton, Tbk Wilayah Penjualan

VI yang beralamat di Jl. Kima Raya 2 Makassar, Sulawesi Selatan. Waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah 2 bulan, terhitung sejak bulan

Februari sampai Maret 2019.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1) Wawancara

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara tanya jawab

langsung dengan setiap karyawan yang bertanggung jawab langsung dalam

sistem informasi penjualan.

2) Observasi

Observasi dilakukan dengan menguji sistem aplikasi yang berjalan dan

mengumpulkan data-data yang ada dengan cara datang langsung ke perusahaan

untuk melakukan pengamatan.

3) Kuisioner

Kuisioner ini dibagikan kepada setiap karyawan yang menjalankan

sistem aplikasi untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi saat

menjalankan sistem aplikasi tersebut.

35
3.3 Tipe Penelitian

Pada penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah kegiatan lapangan,

penulis mendatangi perusahaan dan mengadakan wawancara langsung dengan pihak

yang berwenang serta memiliki otoritas dalam mengelola data.

3.4 Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan spenulis dalam penelitian ini

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Analisis tingkat kematangan saat ini (as is)

Berdasarkan data hasil kuisioner, dilakukan analisis untuk menilai tingkat

kematangan saat ini. Pada analisis tingkat kematangan saat ini, dilakukan penilaian

terhadap masing-masing aktivitas yang berjalan.

2) Analisis tingkat kematangan yang diharapkan (to be)

Penilaian tingkat kematangan yang diharapkan bertujuan untuk

memberikan acuan atau standar untuk pengembangan tata kelola TI di perusahaan.

3) Analisis kesenjangan (gap)

Setelah diketahui tingkat kematangan saat ini (as-is) dan tingkat

kematangan harapan (to-be), maka tahap selanjutnya adalah analisis kesenjangan.

Analisis kesenjangan dilakukan untuk mengidentifikasi kegiatan atau perbaikan

yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan agar tingkat kematangan bisa

mencapai tingkat yang diharapkan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2011. Auditing, Edisi 4, Buku1. Jakarta: Salemba Empat.

Husein, M. Fakhri dan dan Wibowo. 2002. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta:
Akademi Management Perusahaan YKPN
Mulyadi dan Kanaka Puradireja. 1998. Auditing, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
O’Brien. 2004. Introduction to Information System. New York: Mc Graw Hill.
Romney, Marshall B. Steinbart, Paul John. 2000. Accounting Information System, Edisi 9,
Terjemahan Dewi Fitrisari, Deny Arnos Kwary. Jakarta: Salemba Empat
Baridwan, Zaki. 1993. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Bodnar H. George dan William S. Hopwood, 1995. Sistem Informasi Akuntansi Terjemahan
Amir Abadi Jusuf dan Rudi M. Tambunan. Jakarta: Salemba Empat.
Champlain, Jack. J. 2003. Auditing Information System, Second Edition. Canada : John
Willey&Sons, Inc.
Davis, Gordon B dan Oison, Margrethe H. 1985. Management Information System, Second
Edition. New York: Mc. Graw Hill Companies, Inc.

37
38
39

Anda mungkin juga menyukai