Anda di halaman 1dari 7

MATERI

EKONOMI MAKRO

A. PENDAHULUAN
Masalah ekonomi makro, concerned with the overall performance of economy.
Ruang lingkupnya berkaitan dengan analisis atas keseluruhan kegiatan ekonomi
(bersifat agregat), tidak memperhatikan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh unit-unit kecil. Dalam konteks ini, sector kesehatan, merupakan salah satu dari
unit-unit kecil dalam perekonomian nasional. Cakupan ekonomi makro meliputi
masalah pertumbuhan dan pemerataan, masalah sistem perekonomian (system
perekonomian pasar, terpimpin dan campuran), masalah moneter dan fiscal dan
masalah kesejahteraan.
Sebagaimana telah disampaikan pada bab sebelumnya bahwa persoalan ekonomi
kesehatan muncul karena adanya keterbatasan/kelangkaan sumber daya dalam
pembangunan kesehatan sehingga memerlukan kejelian dalam menentuakan pilihan
yang tepat, efektif dan efisien dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat secara
optimal. Upaya pemenuhan jumlah tenaga kesehatan yang saat ini masih belum sesuai
dengan standard nasional misalnya merupakan hal kecil yang tidak sulit untuk
memenuhinya jika pemerintah menginginkan peningkatan derajat kesehatan nasional
secara baik. Akan tetapi persoalan kecil ini tidak lagi menjadi sederhana jika dibawa
dalam konteks makro berkaitan dengan upaya meningkatkan serapan tenaga kerja dan
persoalan anggaran dan kenaikan laju inflasi. Untuk memahami materi pada pokok
bahasan ini kita akan mempelajari sub pokok bahasan tentang: pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi, pendapatan nasional, keseimbangan pasar, inflasi dan
pengangguran dan konsep pembangunan sumber daya manusia.

B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI


Pertumbuhan ekonomi mempunyai dua pengertian yang berbeda, yakni pertama,
pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan pendapatan nasional suatu Negara
dari tahun ke tahun. Pengertian ini dipandang sangat umum dan kurang sempurna
karena selain pendapatan nasional dari tahun ke tahun juga terjadi pertumbuhan
jumlah penduduk, sehingga pertumbuhan dalam kegiatan ekonomi dan pendapatan
nasional belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup penduduknya.
Kedua, pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan per kapita di
suatu Negara dari tahun ke tahun. Pendapatan per kapita berarti pendapatan rata-rata
tiap penduduk suatu Negara pada tahun tertentu (1 tahun). Cara menghitungnya adalah
dengan menjumlahkan pendapatan setiap warga Negara selama satu tahun lalu dibagi
dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan. Kalau pertumbuhan pendapatan
nasional pada tahun tertentu lebih kecil dari pada pertumbuhan penduduk, maka
perekonomian dikatakan tidak mengalami pertumbuhan. Tetapi bila pertumbuhan
pendapatan nasional pada tahun tertentu lebih besar dari pada pertumbuhan
penduduk, maka perekonomian nasional mengalami pertumbuhan.
Dalam analisis pertumbuhan pendapatan nasional, harus pula diperhatikan
tingkat kenaikan harga yang terjadi yang cenderung mengalami perubahan dari tahun
ke tahun, sehingga tehnik yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional
biasanya menggunakan harga menurut tahun tertentu (constant prices). Jika hanya
perhitungan dengan menggunakan angka pada tahun berjalan maka kita akan “tertipu”
dengan pertumbuhan perekonomian yang tidak fair.
Pertumbuhan ekonomi bukanlah merupakan gambaran perekonomian pada saat
tertentu, melainkan sustu proses yang sifatnya dinamis. Pertumbuhan ekonomi
haruslah dilihat dalam perspektif jangka panjang seperti dalam satuan waktu 10 tahun,
20 tahun, 50 tahun dan bahkan lebih lama lagi jangka waktunya. Apabila pertumbuhan
dalam 1 atau 2 tahun mengalami peningkatan, namun pada tahu berikutnya katakana
tahun ke 3 dan ke 4 mengalami keterpurukan lagi, maka itu bukan dikatakan sebagai
pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian dikatan mengalami pertumbuhan jika
terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu yang panjang. Namun
sebaliknya terjadi jika dalam jangka waktu yang panjang pertumbuhan ekonomi suatu
Negara baik, namun karena kondisi tertentu misalnya terjadi gagal panen secara
nasional sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami keterpurukan, maka kita tetap
mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional Negara tersebut mengalami
pertumbuhan.
Dewasa ini, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi setiap negara, menggunakan
indikator besarnya “Produk Domestik Bruto (PDB)” atau Gross National Product (GNP)”.
Kelemahan dari penggunaan indikator ini adalah hanya menggunakan ukuran jumlah
atau kuantitas, tanpa memperhatikan aspek kualitas. Produk Domestik Bruto (PDB) atau
Gross National Product (GNP) merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara (akan dijelaskan pada topik pendapatan nasional). Asumsi yang
digunakan bahwa semakin tinggi GNP suatu negara, maka akan semakin terpenuhi
kebutuhan dasar dalam negara tersebut. Para ekonom menjelaskan asumsi diatas
adalah bahwa GNP merupakan output yang dihasilkan oleh 2 faktor input utama yakni
factor input tenaga kerja dan modal.
Pertambahan GNP dalam hal ini dihasilkan dari sejauh mana pertambahan modal
yang ditunjukkan oleh perkembangan modal melalui investasi, atau pertambahan
tenaga kerja yang disebabkan oleh pertambahan penduduk .Namun hasil penelitian
tentang pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa perubahan
GNP tidak semata hanya diakibatkan oleh perkembangan tenaga kerja atau modal,
tetapi juga dari faktor residual yang diakibatkan oleh peningkatan kualitas faktor-faktor
produksi. Hasil penelitian Schultz (1960) dan Denison (1962) menunjukkan bahwa
sekitar 20% dari pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, untuk beberapa dasa
warsa, disebabkan oleh perbaikan dalam tingkat pendidikan. Kesehatan juga
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan kesehatan seseorang
menyebabkan: 1) pertambahan partisipasi kerja; 2) perbaikan tingkat pendidikan; 3)
pertambahan jumlah penduduk/tingkat partisipasi angkatan kerja, dsbnya.

C. PENDAPATAN NASIONAL
Istilah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross National Product (GNP) merupakan
dua konsep yang berbeda namun keduanya merupakan derivasi dari Pendapatan
Nasional. Pertanyaannya adalah, dari manakah sumber pendapatan nasional itu
berasal? Penjelasan tentang hal ini harus diawali dengan pemahaman tentang proses
produksi yang tergambar dalam skema “siklus perputaran mesin perekonomian”.
Secara sederhana, siklus perputaran mesin perekonomiam ini dapat digambarkan
dalam model dua sector saja yakni sector rumanh tangga dan sector perusahaan.
Namun demikian, penjelasannya akar kurang sempurna, kerena secara riil memang
terdapat 4 sektor yang terlibat dalam perekonomian. Keempat sector tersebut adalah:
pertama, Sektor rumah tangga, yaitu sector yang bertindak sebagai konsumen dan
pemilik faktor produksi. Sebagai konsumen, rumah tangga adalah pengguna barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sector perusahaan, pemerintah dan sector
luar negeri. Sedangkan sebagai pemilik factor produksi, sector rumah tangga
merupakan pemasok factor-faktor produksi kepada sector perusahaan, pemerintah dan
sector luar negeri yang diimbangi dengan aliran uang dari ke-tiga sector tersebut ke
sector rumah tangga sebagai balas jasa atas penggunaaan factor produksi tersebut
dalam bentuk subsidi, hadiah, bantuan, upah dan gaji.
Kedua, Sektor perusahaan yang bertindak sebagai penjual dan produsen. Sebagai
penjual, sector perusahaan menjual semua barang dan jasa yang dihasilkannya kepada
ke-tiga sector yang lainnya. Sedangkan sebagai produsen, sector perusahaan
merupakan penghasil barang dan jasa dengan cara mengkombinasikan berbagai jenis
faktor produksi yang diperoleh dari sektor rumah tangga serta membayar jasa atas
penggunaan faktor produksi tersebut. Ketiga, Sektor pemerintah, adalah sector yang
membiayai pengeluaran-pengeluarannya dengan pendapatan yang diperoleh sebagian
besar dari penerimaan pajak. Keempat, Sektor luar negeri, yang membiayai
pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh barang-barang dari luar negeri dengan
devisa yang diperoleh sebagian dari barang-barang ekspor.
Mesin perputaran perekonomian Negara yang diperankan oleh keempat sektor
tersebut di atas, haruslah terus berputar tanpa henti agar perekonomian Negara tidak
terhenti pula melainkan akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jika
salah satu sektor saja mengalami kemacetan, (misalnya saja tenaga kerja melakukan
mogok kerja), maka perekonomian akan terhenti dan jika berlangsung dalam tempo
yang cukup lama, akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi tidak
terjadi.

Penjelasan atas Gambar 3.1. adalah sebagai berikut:


1) Arus barang dan jasa dari sektor perusahaan, tidak saja mengalir ke
sektor rumah tangga, tetapi juga ke sektor pemerintah dan luar negeri
sebagai ekspor.
2) Arus uang dari sektor rumah tangga, perusahaan dan sektor luar negeri
ke sektor pemerintah berupa pembayaran pajak, cukai dan pungutan-
pungutan lainnya.
3) Sebaliknya arus uang dari pemerintah ke sektor lainnya berupa subsidi,
hadiah, bantuan, upah dan gaji, pembelian barang, dan lain-lain.
4) Arus barang dan jasa dari sektor perusahaan dan pemerintah ke sektor
luar negeri merupakan penerimaan devisa bagi pemerintah dan
perusahaan.
5) Arus barang dan jasa dari luar negeri ke sektor pemerintah, perusahaan
dan rumah tangga merupakan arus barang-barang impor, dan sebaliknya
akan mengalir uang sebagai pembayaran ke luar negeri.
6) Faktor-faktor produksi , selain digunakan oleh sektor perusahaan, juga
digunakan oleh sektor pemerintah dan luar negeri, dan sebagai balas jasa,
arus uang mengalir dari ketiga sektor tersebut ke sektor rumah tangga
berupa upah/gaji, sewa dan laba.
Nilai dari seluruh hasil produksi dalam perekonomian yang diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh hasil produksi yang digunakan dalam proses produksi disebut
dengan Pendapatan Nasional. Nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam suatu periode tertentu (1 tahun) dinamakan Produk Domestik
Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) . Dinamakan produk, karena yang
dijumlahkan adalah nilai tambah produk yang berbentuk barang dan jasa. Nilai tambah
ini tidak dihitung satu persatu, tetapi dikelompok-kelompokkan berdasarkan lapangan
usaha. Dinamakan domestik karena produk yang dihitung adalah yang dihasilkan dalam
batas-batas wilayah suatu negara, tanpa memperhatikan dari negara mana sumber
faktor produksinya. Dinamakan bruto, karena didalamnya masih termasuk dengan
sejumlah penyusutan barang modal yang digunakan dalam proses produksi
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah
penjumlahan dari seluruh barang dan jasa akhir atau semua nilai tambah yang
dihasilkan oleh warga dari suatu negara dalam suatu periode waktu tertentu (1 tahun).
Dinamakan nasional, karena yang dihitung adalah produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh faktor-faktor yang dimiliki oleh warga negara itu tanpa membedakan
apakah keberadaannya apakah di dalam negeri atau di luar negeri

D. KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL


Pendapatan nasional yang seimbang adalah suatu tingkat pendapatan nasional yang
setiap kali ada gangguan, akan kembali kea rah tingkatan itu. Keseimbangan
pendapatan nasional, tergantung pada:
1. Potensial GNP, yakni berapa besar kapasitas produksi nasional/ tingkat supply
2. Effektif demand, yakni berapa besar permintaan yang efektif dari masyarakat.
Keseimbangan pendapatan nasional, tergantung pada dua factor yakni:
1) Effective demand: adalah berapa besar permintaan yang efektif nyata dari
masyarakat.
2) Potensial GNP: yakni berapa besar kapasitas produksi nasional dibandingkan
dengan supply

E. INFLASI
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang dijumpai di hampir semua
Negara. Inflasi adalah suatu peristiwa kenaikan tingkat harga umum, dan cenderung
terus menerus. Kenaikan harga umum artinya, kenaikan harga itu terjadi pada banyak
jenis barang kebutuhan manusia, bukan hanya pada satu-dua jenis barang kebutuhan
manusia saja. Jika hanya terjadi pada beberapa jenis barang saja maka dampaknya
tidaklah signifikan bagi terjadinya inflasi. Cenderung terus menerus artinya kejadian
kenaikan harga barang itu tidak hanya terjadi dalam waktu sesaat saja (seperti
menjelang hari raya), bersifat musiman dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan.
Peristiwa kenaikan harga pada saat tertentu saja tidaklah signifikan terhadap besaran
inflasi, karena biasanya dihitung dalam satu tahun.
Macam-macam inflasi ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:
1. Berdasarkan parah tidaknya inflasi:
– Inflasi ringan adalah inflasi yang besarannya berada dibawah 10% per
tahun
– Inflasi sedang adalah inflasi dengan besaran antara 10%-30% per tahun.
– Inflasi berat adalah besaran inflasi antara 30%-100% per tahun
– Hyperinflasi adalah inflasi dengan tingkatan paling parah yakni di atas
100% per tahun.
2. Berdasarkan laju inflasi:
– Inflasi yang merayap (creeping inflation) yang ditandai dengan laju inflasi
yang rendah yakni dibawah 10% per tahun
– Inflasi menengah (galloping inflation), ditandai dengan kenaikan harga
yang cukup besar dan kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek
– Inflasi tinggi (sky rocketing inflation) adalah inflasi yang paling parah
akibatnya.
3. Berdasarkan penyebabnya:
– Inflasi permintaan (demanded pull inflation), adalah inflasi yang
disebabkan oleh tarikan permintaan terhadap barang dan jasa sehinggga
mendorong harga naik. Tarikan permintaan ini biasanya diakibatkan oleh
adanya kebijakan pemerintah yang mengatasi masalah deficit anggaran
dengan jalan mencetak uang baru sehingga harga barang dan jasa secara
umum meningkat dengan cepat.
– Inflasi penawaran yakni inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga barang
dan jasa oleh produsen akibat tekanan kenaikan biaya produksi, sehingga
inflasi ini disebut juga cost push inflation. Tekanan kenaikan biaya
produksi biasanya karena dorongan kenaikan upah tenaga kerja atau
buruh, atau karena penggunaan tekhnologi yang sangat mahal
sebagaimana yang terjadi pada dunia pelayanan kesehatan.
– Inflasi spiral adalah inflasi yang diakibatkan oleh adanya dorongan
kenaikan upah versus perubahan taraf hidup secara silih berganti dan
terus menerus. Tuntutan kenaikan gaji tenaga kerja biasanya untuk
menyesuaikan tingkat pendapatan dengan kesejahteraan keluarga. Jika
terjadi saling “kejar mengejar” antara kenaikan gaji dan kesejahteraan
keluarga secara silih berganti dan terus menerus maka hal ini akan
menimbulkan inflasi yang disebut inflasi spiral.
4. Berdasarkan asal inflasi:
– Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation): timbul karena
misalnya defisit anggaran belanja yang di biayai dengan pencetakan uang
baru, panen gagal, dan keadaan darurat lainnya.
– Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation): timbul karena
kenaikan harga di luar negeri atau negara mitra dagang.
Upaya penanggulangan inflasi dapat dilakukan dengan cara:
– Menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar
– Kebijakan penghasilan dan kebijakan insentif perpajakan (misal
menaikkan pajak untuk perusahaan yang menaikan tingkat upah dan
menurunkan pajak pada perusahaan yang tidak menaikkan tingkat
upah)

F. PENGANGGURAN
Pemahaman tentang pengangguran, sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan
Inflasi. Pengangguran dan inflasi merupakan dua hal yang seringkali tidak bisa
diperdamaikan, sehingga bisa diibaratkan dengan dua sisi dari sebuah gunting. Jika kita
ingin menurunkan salah satu sisi, maka harus diikuti dengan kenaikan pada satu sisi
yang lainnya, demikian juga sebaliknya. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja untuk
mengurangi pengangguran, pada suatu tingkat tertentu akan memicu terjadinya
inflasi.
Suatu Negara yang maju adalah karena banyaknya investasi. Semakin banyak
investasi maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan semakin banyak, yang berarti pula
daya beli masyarakat akan meningkat. Peningkatan daya beli masyarakat akan
diwujudkan dalam peningkatan jumlah permintaan barang dan jasa. Semakin tinggi
jumlah permintaan akan mendorong harga-harga naik (inflasi). Langkah untuk
memperlunak kenaikan harga/ meringankan laju inflasi adalah dengan sedikit
menaikkan jumlah pengangguran.. Jadi ada semacam trade off antara inflasi dan
pengangguran. Pengangguran dapat dikurangi sampai mendekati full employment, akan
tetapi inflasi tinggi, sebaliknya inflasi dapat ditekan serendah-rendahnya akan tetapi
pengangguran akan tinggi.

G. KONSEP PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA


Penduduk Indonesia yang berjumlah besar dapat menjadi modal pembangunan
bila memiliki kualitas yang memadai. Hal ini mengacu pada konsep bahwa manusia
merupakan pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan. Artinya, dengan kualitas
penduduk yang rendah, maka manusia akan lebih banyak berperan sebagai penikmat
dan kurang berperan sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan.
Akhir-akhir ini pembicaraan tentang sumber daya manusia semakin terdengar.
Hal ini tidak lepas dari kesadaran bersama bahwa manusia tidak hanya sebagai
penikmat pembangunan. Disamping itu muncul juga kesadaran bahwa pembangunan
tidak hanya bisa tergantung pada sumber daya alam. Teknologi sebagai sumber daya
pembangunan yang lain memang menjadi penting pula belakangan ini. Namun
perkembangan dan pemanfaatan teknologi itu sendiri sangat tergantung pada manusia.
Pengalaman-pengalaman negara maju seperti Jerman, Inggris, Perancis, Amerika
Serikat, serta negara-negara industri baru seperti Korea Selatan dan Taiwan
menunjukkan bahwa pertumbuhan mereka sebagian mereka besar didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Beberapa ahli sepakat bahwa
pembangunan di Indonesia juga sudah semestinya mengandalkan sumber daya
manusia. Dengan tersedianya sumber daya yang memadai dalam arti kuantitas dan
kualitas, maka tantangan di masa mendatang akan bisa diatasi dengan baik. Para ahli
juga sepakat bahwa kualitas sumber daya manusia yang sekarang kita miliki masih
perlu ditingkatkan, agar tantangan tersebut bisa teratasi dengan baik.
Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Dimensi sumber daya manusia meliputi jumlah, komposisi, karakteristik
(kualitas), dan persebaran penduduk (Effendi, 1991). Dimensi tersebut saling terkait
satu dengan yang lainnya. Selain keterkaitan antara kuantitas dan kualitas yang telah
disinggung sebelumnya, komposisi dan persebaran juga sangat penting. Bila rasio
ketergantungan tinggi, artinya banyak penduduk usia tidak produktif, pengembangan
sumber daya manusia juga akan mengalami banyak kesulitan. Demikian pula bila
sumber daya manusia yang berkualitas terkonsentrasi di wilayah tertentu. Ada
beberapa pendekatan untuk mengembangkan sumber daya manusia. Satu diantaranya
adalah pendekatan mutu modal manusia (human capital). Dalam pendekatan human
capital, manusia menempati peranan yang amat penting selain modal (uang), sumber
alam, dan teknologi dalam proses produksi. Untuk mengembangkan sumber daya
manusia, perlu juga diingat bahwa ada beberapa hambatan yang tentu akan dihadapi.
Secara garis besar hambatan itu ada dua, hambatan dari dalam dan hambatan
dari luar. Akan tetapi menurut perhitungan World Bank, untuk negara berkembang
seperti Indonesia, hambatan dari dalam lebih besar pengaruhnya. Karena alasan ini
pula, maka dalam pembicaraan selanjutnya juga akan banyak dibicarakan tentang
.kondisi kita. sendiri. Dua hal kiranya bisa menggambarkan keadaan sumber daya
manusia Indonesia saat ini disamping hal-hal lain, yaitu pendidikan dan
ketenagakerjaan.
Oleh karena itu, para ahli ketenagakerjaan umumnya lebih tertarik melihat
proporsi tenaga kerja yang kurang termanfaatkan (underutilization). Tenaga kerja
kurang termanfaatkan ini secara operasional didefinisikan sebagai jumlah
pengangguran ditambah setengah pengangguran. Dengan melihat proporsi tenaga kerja
yang kurang termanfaatkan, maka akan diketahui bahwa produktivitas tenaga kerja
masih memprihatinkan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Terbatasnya
lapangan kerja adalah salah satu factor yang sering dijadikan alasan munculnya
keadaan seperti itu. Meskipun kenyataan ini harus diakui, ada baiknya tidak semata-
mata menyalahkan kurangnya kesempatan kerja ini. Sebab pada kenyataannya sering
dijumpai keluhan masih kurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama tenaga
kerja dengan kualifikasi yang berketerampilan tinggi. Keluhan seperti ini kemudian
merembet pada terbatasnya tenaga kerja yang siap pakai. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila kemudian muncul dan meningkat pengangguran terdidik. Keadaan
semacam ini juga bisa mengakibatkan munculnya mismatch (ketidaksesuain antara
keahlian dengan pekerjaan). Kendati data-data tentang mismatch ini masih sulit sekali
diperoleh, namun, diperkirakan hal ini akan mempengaruhi pula produktivitas tenaga
kerja . selain juga menyebabkan pemborosan biaya.
Disamping dua masalah yang dikemukakan tadi, tentunya masih ada beberap
masalah lain yang terkait. Masalah-masalah ini banyak terkait dengan kualitas manusia
yang antara lain meliputi etos kerja, disiplin, daya saing, dan sebagainya. Sebagai
contoh, penelitian Ancok dan Faturochman (1989) menemukan bahwa kualitas
kekaryaan . merupakan pengembangan dari etos kerja . pada sebagian masyarakat kita
masih peru ditingkatkan.
Pemecahan
Untuk menghadapi tantangan perubahan yang besar tersebut tidak ada cara lain
bagi bangsa Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara lain dalam penguasaan
informasi, teknologi, dan pasar internasional. Cara yang sederhana akan tetapi sukar
dan butuh waktu untuk dilakukan adalah mengubah secara mendasar sumber daya
manusia Indonesia dengan mengubah potensi yang rendah menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi. Menjelang era tinggal landas, negara diambang
industrialisasi, ada criteria tertentu yang berkaitan dengan tingkat pendidikan. Untuk
mencapai tingkat seperti itu tentu saja kerja keras yang diperlukan. Sebab, sumber daya
yang berkualitas tersebut harus mencakup sumber daya manusia yang mampu
menyerap informasi dan teknologi maju, serta memiliki etos kerja dan mental bersaing
yang sehat. Langkah kemudian adalah menciptakan kesempatan kerja yang sesuai
dengan kualitas tersebut. Pendekatan pemecahan masalah pengembangan sumber daya
manusia (Hasibuan, 1991) barangkali bisa menjadi salah satu model yang bisa diadopsi.
Ada dua alasan mengapa pendekatan pemecahan masalah dalam pengembangan
sumber daya manusia diperlukan. Pertama karena kurangnya konsepsi tentang
pengembangan sumber daya manusia; dan kedua adalah meningkatnya kebutuhan
penyelesaian masalah baik kini maupun masa datang. Dalam model ini, syarat mutlak
yang diperlukan adalah memandang manusia secara utuh. Manusia adalah pelaku,
pelaksana, dan penikmat pembangunan, dengan menyertakan suasana kebebasan dan
keterbukaan sehingga merangsang tumbuhnya entrepreunership. Dengan demikian,
para pelaku pembangunan dituntut pertama kali untuk menguasai permasalahan dan
kreativitas untuk mencari berbagai alternatif pemecahan. Cara yang diperlukan untuk
cara itu adalah penguasaan informasi dan kemampuan memilih informasi tersebut.
Disamping tentu saja, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan
dengan kebutuhan zaman yang diperoleh dengan salah satu cara, yakni meningkatkan
tingkat pendidikan. Penguasaan informasi merupakan aset penting dalam rangka
mencari atau mengembangkan alternatif yang sudah dipilih. Atas dasar itu maka dapat
dikembangkan sasaran yang hendak dicapai.

TUGAS MANDIRI :
Pokok Bahasan : (Silahkan gunakan referensi lainnya )
a. Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi
b. Pendapatan Nasional
c. Keseimbangan Pendapatan Nasional
d. Pengangguran
e. Konsep Pembangunan SDM
Poin a-e di atas, bagaimanakah pola hubungannya (keterkaitannya) pada sektor
kesehatan atau strategi untuk mewujudkan pencapaian pembagunan kesehatan
nasional dan global ? (Berikan dengan argumentasi anda bahwa betul saat ini telah
berlangsung atau tidaknya reformasi Ekonomi Indonesia yang berdampak baik langsung
ataupun tidak langsung pada sektor kesehatan !)

Anda mungkin juga menyukai