Anda di halaman 1dari 88

Surveilans Penyakit yang

Dapat Dicegah dengan


Imunisasi
Subdit. Surveilans dan Respon KLB
Komitmen Global
1. Eradikasi polio
FOKUS 2. Eliminasi Campak
3. Difteri*

Peran Surveilans :
• Menentukan daerah Rawan/Risiko Tinggi
• Memantau Kemajuan Penanggulangan
• Rekomendasi kegiatan penanggulangan

Strategi Pelaksanaan Program Imunisasi


Prinsip Manajemen Program
Pengendalian Penyakit
1. Reduksi
Upaya menurunkan angka insiden, prevalen, dan atau
kematian sampai pada tingkat tertentu di suatu
daerah/lokasi
2. Eliminasi
Upaya menurunkan angka insiden menjadi “nol” atau
sangat kecil untuk penyakit dan daerah tertentu

3. Eradikasi
Upaya menghilangkan angka insiden dan penularan
di dunia
Kriteria Mencapai Komitmen Global
Eradikasi polio
• Tidak ditemukan Virus polio selama 3 tahun
berturut-turut yang dibuktikan dengan Surveillans
AFP sesuai standar sertifikasi

Eliminasi Campak
• Tidak ditemukan wilayah endemis campak
selama >12 bulan, dengan pelaksanaan
surveillance campak yang adekuat. (Regional
consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August 2009
& WHA, May 2010)
Cakupan Surveilans PD3I Saat
Ini

1. Penyakit Campak
2. Penyakit TN
3. Penyakit Polio
4. Penyakit Diptheria
Prinsip Manajemen Program
Pengendalian Penyakit
1. Reduksi
Upaya menurunkan angka insiden, prevalen, dan atau
kematian sampai pada tingkat tertentu di suatu
daerah/lokasi
2. Eliminasi
Upaya menurunkan angka insiden menjadi “nol” atau
sangat kecil untuk penyakit dan daerah tertentu

3. Eradikasi
Upaya menghilangkan angka insiden dan penularan
di dunia
Kriteria Mencapai Komitmen Global
Eradikasi polio
• Tidak ditemukan Virus polio selama 3 tahun berturut-turut yang
dibuktikan dengan Surveillans AFP sesuai standar sertifikasi

Eliminasi Campak
• Tidak ditemukan wilayah endemis campak selama >12 bulan,
dengan pelaksanaan surveillance campak yang adekuat.
(Regional consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August 2009 & WHA,
May 2010)

Eliminasi TN
• Insiden/angka kejadian tetanus pada masyarakat kurang dari 1
tetanus neonatorum (TN) dalam 1000 kelahiran hidup pada
setiap Kabupaten/kota.
Capaian di Indonesia Saat ini

1.Campak  menuju eliminasi,


target 2015
2.Polio  menuju Eradikasi
Surveilans AFP
Definisi AFP ?
Semua anak <15 th dengan
 Kelumpuhan(Paralysis/paresis)
 Sifatnya layuh (Flaccid)
 Terjadi secara mendadak (Acut), bukan
disebabkan oleh ruda paksa
Tiga Indikator Utama Surveilans AFP

1. Non polio AFP Rate : ≥ 2 / 100.000


populations under 15 year old
2. Adequate stool specimens : > 80 %
3. Zero reporting : > 90 %
Strategi Surveilans AFP
• Menemukan kasus AFP minimal
2/100.000 penduduk < 15 tahun
• Upaya penemuan :
– di Rumah Sakit
– di Puskesmas dan Masyarakat
• Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
• Keterlibatan ahli
• Pemeriksaan Ulang 60 hari
• Zero Reporting
Kegiatan Surveilans AFP
1. Penemuan kasus
2. Pelacakan Kasus
3. Pengumpulan Spesimen
4. Hot Case
5. Survey Status Imunisasi Polio
6. Nomor Epid
7. Nomor Laboratorium Kasus AFP dan Kontak
8. Kunjungan Ulang (KU) 60 Hari
9. Umpan Balik dan Penyebarluasan Informasi
Alur Pelaporan Ditjen PP & WHO- WHO-
PL SEARO HQ
& Umpan Balik Kemenkes RI
FP1
FP1
LAB

Surveilans AFP FPL

Dinkes
LAB

Laboratorium
Provinsi Polio
FP1 Nasional
FPL
W1
FPS
Dinkes
Kab./Kota FP-PD Rumah Sakit

PWS KLB
Lisan (W2)
W1

Puskesmas

Lisan

Masyarakat
: umpan balik
: laporan
Surveilans Campak
Definisi Operasional Kasus
Campak
Kasus klinis:
• Demam,
• Bercak merah (rash) berbetuk
mokulopapular,
• Batuk/pilek atau mata merah
(conjunctivitis)
atau
Dokter mendiagnosa sebagai kasus
campak
Tahapan Pelaksanaan Surveilans Campak
Tujuan

Menurunkan Angka Kematian Eliminasi


Sumber Data Komponen
Sebelum kampanye Setelah kampanye Kasus sangat sedikit
campak campak
Case Based data (data
Tipe Surveilans Data aggregat Case Based data
individu)

Serologi Sebanyak mungkin Semua kasus

Tergantung Kebutuhan
Isolasi Virus Beberapa KLB Semua KLB
Program
Data Rutin
Transmisi Data tabel Line list Laporan investigasi kasus

Age, sex, alamat, status


Age, sex, alamat, status vaksinasi , keadaan akhir,
Jumlah kasus menurut
Kebutuhan informasi vaksinasi, keadaan akhir, serology + investigasi semua
tempat dan umur
serology kasus yg ada hubungan
epidemiologi

Tipe surveians Case based data Case based data Case based data

Ada peningkatan kasus 5 per 100,000 populasi


Tersangka KLB > 1 kasus
dari perkiraan dalam 1 bulan

KLB Serologi Minimal 5 kasus Minimal 5 kasus Minimal 5 kasus

Sesuai kebutuhan
Isolasi Virus Beberapa KLB Semua KLB
program

Transmisi data Line list Line list Line list


Surveilans Campak Berbasis
Individu
Case Based Measles Surveillance - CBMS
• Identitasnya secara individual, meliputi data: Nama,
umur, jenis kelamin, tanggal laporan diterima, tanggal
pelacakan, pengambilan sampel, status imunisasi dan
riwayat sakitnya.
• Semua tersangka KLB campak harus dilakukan
penyelidikan PE
• Menggunakan Format C1 (rutin & KLB).
• Melakukan pemeriksaan serologis minimal 50% kasus
selama 1 tahun.
• Pelaksanaan surveilans campak diintegrasikan
dengan surveilans AFP.
Surveilans Campak & Rubella
Memperkuat sistem pada daerah dengan kasus
surveilans ke arah
surveilans individu sedikit

Memeriksakan Konfirmasi
Menigkatkan sensitifitas dengan serum dari campak atau
identifikasi seluruh kasus klinis campak beberapa kasus rubella

Identifikasi KLB adanya 5 kasus dengan cluster dalam


waktu 4 minggu, dan melakukan investigasi

Menganalisis
Pencarian data untuk
Mangemen kasus Investigasi kasus
dan pemberian mengetahui
vitamin A KLB tambahan penyebab
KLB

Positif IgM campak Konfirmasi KLB


(2 atau lebih kasus) campak

Sampel serum Postif IgM Rubella Konfirmasi KLB Laporan


(2 atau lebih kasus) Rubella
5-10 kasus berjenjang

Campak dan rubella


KLB campuran
IgM positif Respons
Program
Format Laporan Campak
Lokasi Data Rutin Waktu Data KLB Waktu
Puskesmas C1 Bulanan, C1 & C2 Segera
tgl 5 tgl 5
Kabupaten C1 Bulanan Rekap ke form C Bulanan
KLB/K, jika ada KLB
Form integrasi Tgl 10 lampirkan C1 dan Tgl 10
Kabupaten C2

Provinsi C1 Bulanan Form C KLB/K, Bulanan


direkap ke C KLB/P,
Form integrasi Tgl 15 jika ada KLB Tgl 15
Provinsi lampirkan C1 dan
C2
Alur Pelaporan
Surveilans
Campak
Indikator Surveilans Campak
Surveilans Rutin :
1. Rate ks Non campak secara nasional : ≥ 2/100.000 pop
2. % Kabupaten melaporkan rate ks non campak ≥ 2/100.000 pop : ≥ 80 %
3. Ks Tersangka campak yang diperiksa IgM : ≥ 80 %
4. Specimen Adequat untuk pemeriksaan IgM : ≥ 80 %
5. Spesimen adekuat untuk pemeriksaan Virology : ≥ 80 %
6. Kelengkapan laporan C-1 puskesmas : ≥ 90 %
7. Ketepatan laporan C-1 puskesmas : ≥ 80 %
8. Kelengkapan laporan surveilans aktif RS : ≥ 90 %

KLB
1. KLB dg “Fully investigated” : 100 %
2. KLB Pasti yang diperiksa Virology : 100 %
3. Kelengkapan laporan C- KLB : ≥ 90 %
Surveilans Difteri
Pengertian

Penyakit menular akut pada tonsil, faring


dan hidung, kadang-kadang pada selaput
mukosa dan kulit. Difteri dapat
menyerang pada setiap orang yang tidak
mempunyai kekebalan.
Pengolongan Kasus
Kasus Probable
Kasus yang menunjukkan gejala-gejala
demam, sakit menelan, pseudomembran,
pembengkakan leher dan sesak nafas
disertai bunyi (stridor)
Kasus konfirmasi
Kasus probable disertai hasil
laboratorium Positif, berupa hapus
tenggorok & hapus hidung atau hapus
luka di kulit yang diduga Difteri kulit.
Kegiatan Surveilans Difteri
1. Penemuan Kasus
2. Pelacakan Kasus
3. Pelaporan
4. Pengolahan Data
5. Umpan Balik
6. Manajemen Surveilans:
Pelacakan
Penyelidikan Epidemiologi dilakukan
terhadap setiap adanya 1 kasus difteri,
baik dari rumah sakit , puskesmas
maupun masyarakat, yang bertujuan
untuk menegakkan diagnosis,
memastikan terjadi KLB dan menentukan
kasus tambahan serta kelompok rentan.
Materi Wawancara
1. Indeks kasus atau paling tidak dari mana kemungkinan
kasus berawal
2. Kasus-kasus tambahan yang ada di sekitarnya
3. Cara penyebaran kasus
4. Waktu penyebaran kasus,
5. Arah penyebaran penyakit
6. Siapa, dimana, berapa orang yang kemungkinan telah
kontak (hitung pergolongan umur untuk keperluan
perencanaan prophilaksis dan imunisasi/ORI ). Untuk
mempermudah kemungkinan penyebaran kasus,
sebaiknya dibuat peta lokasi KLB dan kemungkinan
mobilitas penduduknya
7. Persiapan pemberian prophilaksis dan imunisasi (ORI)
Data Lain yang Diperlukan
1. Populasi berisiko
2. Cakupan imunisasi DPT3 dan DT
3. Peta wilayah
4. Kondisi Cool chain
5. Manj. Pengelolaan vaskin
6. Data kasus Difteri/ kasus serupa difteri
7. Data kematia
Pengambilan Spesimen Kontak
– Untuk kontak yang sudah mempunyai
gejala klinis, specimen yang diambil
adalah usap tenggorok dan usap
nasofaring (hidung)

– Untuk kontak yang tidak mempunyai


gejala klinis, specimen yang diambil
hanya usap nasofaring saja ( untuk
efisiensi )
Algoritma untuk diagnosis, terapi dan follow up tersangka
difteri dan kontak terinfeksi

• isolasi
Tersangka/terbukti • Kultur c.diphteria hidung, tenggorok, kulit
difteri • Serum untuk pemeriksaan antibodi
• Terapi serum antitoksin diphteria
• Terapi antibiotik
• Imunisasi aktif (Td) pada fase konvalesen
Lapor ke Dinas Kesehatan • Dua pasang kultur hidung dan tenggorok (selang ≥ 24 jam) minimal 2
mgg paska terapi antibiotik. Bila tanpa antibiotik, kultur dilakukan 2
mgg setelah keluhan (-), atau ≥ 2 mgg dari awal sakit

Identifikasi kontak erat Tidak ada Ada


Stop

Tetapkan dan Kultur C.diphteria Terapi antibiotik Tetapkan status


monitor vaksinasi difteri
tanda/gejala difteri
minimal 7 hari Positif Negatif
<3 dosis/ ≥3 dosis, ≥3 dosis,
tidak terakhir > terakhir < 5
Stop diketahui 5 tahun yl tahun yl

Hindari kontak erat dgn individu imunisasi tidak lengkap


Segera Segera berikan Bila perlu beri
• identifikasi kontak erat dan lakukan tindak pencegahan
• dua pasang kultur ulangan (selang ≥24 jam) minimal 2 imunisasi booster imunisasi ke-4 /
minggu paska terapi sesuai jadwal booster
Alur Pelaporan Ditjen PP & PL
Kemenkes RI
Surveilans Difteri
 Laporan KLB Difteri
 Laporan Surveilans Integrasi
PD3I Provinsi
Dinas Kesehatan  STP
Provinsi

 Laporan KLB Difteri


 Laporan Surveilans Integrasi
PD3I Kab./Kota
Dinas  STP
: umpan balik Kesehatan
: laporan
Kab./Kota
Laporan KLB Laporan KLB
Difteri Difteri
STP STP

W1 FP-PD
Puskesmas Rumah Sakit

Kasus
Format Pelaporan
W1 - Puskesmas

LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA/WABAH


(dilaporkan dalam 24 jam)

No. : ……………………………………………………………….
Kepada Yth : ……………………………………………………………….

Pada tanggal/bulan/tahun : ................/……………../…………..


Desa/kelurahan : ……………………………………..
Di Kecamatan : ……………………………………..
Telah terjadi sejumlah : …………………..penderita
Dan sejumlah :...............................kematian tersangka penyakit :...............

Diare Campak Tetanus Neonatorum Hepatitis Rabies

Kholera Dipteri Polio/AFP Encephalitis Pes/Anx

DHF Pertusis Malaria Meningitis Keracunan

DSS Tetanus Frambusia Typhus Abd ................

Dengan gejala-gejala :

Muntah Panas/demam Mulut sukar dibuka

Berak-berak Batuk Bercak putih pada pharinx

Mengigil Pilek Meringkil pd lipatan paha/ketiak

Turgor jelek Pusing Pendarahan

Kaku kuduk Kesadaran menurun Gatal-gatal

Sakit perut Pingsan


2010
10
Sumatera Selatan
Banyuasin
Pangkalan Balai

1 Pangkalan Balai, 09 1 0
Banyuasin

Banyuasin 10 03 2010

CAP & TTD


Dr. Riantini
19760828 199903 2 002
RS. Sumber Asih
09 / 03 / 2010

NIHIL

TTD TTD
Dr, Carolina Nurudin, SKM
Contoh:
Ketentuan: Tanggal kirim laporan mingguan dari Puskesmas/RS ke Dinkes
Kab./Kota
SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS PUSKESMAS
STP.PUS
(KASUS BARU)

Propinsi : __________________________ Tahun :


Kabupaten : __________________________ Bulan :
Puskesmas : __________________________ Jumlah kunjungan : …………..

Golongan Um ur (tahun) Total Total


No Jenis Penyakit 0-7 Hr 8-28 Hr Laki ♂ Perp ♀
<1 1-4 5-9 10-14 15 - 19 20 - 44 45 - 54 55- 59 60-69 70+ Kunjungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 Kolera
2 Diare
3 Diare berdarah
4 Tifus perut klinis
5 TBC paru BTA(+)
6 Tersangka TBC paru
7 Kusta PB
8 Kusta MB
9 Campak
10 Difteri
11 Batuk rejan
12 Tetanus
13 Hepatitis klinis
14 Malaria klinis
15 Malaria vivax
16 Malaria falsifarum
17 Malaria mix
18 Demam berdarah dengue
19 Demam dengue
20 Pneumonia
21 Sifilis
22 Gonorrhoe
23 Frambusia
24 Filariasis
25 Influensa

Laporan Awal / Perbaikan (lingkari pilihan) …………………….., ……../ ……./ ……………..


Jumlah Puskesmas Pembantu yang ada bulan laporan : ………………..
Jumlah Puskesmas Pembantu melapor bulan laporan : ……………….. ( ............... %) Kepala Puskesmas
Jumlah Puskesmas Pembantu melapor tepat waktu bulan laporan : ………………... ( ............... %)

_____________________________________

NIP. ……………………………...
Pelaporan Surveilans PD3I
Unit Pelapor Waktu AFP Campak Difteri
< 24 Jam W1
Puskesmas
Mingguan W2
Bulanan FP1 C1 STP
< 24 Jam W1
Kabupaten
Mingguan FP-PD (Surveilans Aktif RS)
Bulanan FPL, Lap Integrasi AFP-PD3I, Kelengk-Ketep
Lap, List Ks Campak-Test Serologi (C1), Hsl PE,
Rekap KLB Campak
< 24 Jam W1
Provinsi
Mingguan Paket FP1 (dok. Ks AFP/surv AFP) disertai
Pengantar

Bulanan FPL, Lap Integrasi AFP-PD3I, Kelengk-Ketep


Lap, List Ks Campak-Test Serologi (C1), Hsl PE,
Rekap KLB Campak, Lap keg. SO
Sekian, Terima Kasih
SURVEILANS DIFTERI,
HEPATITI, TETANUS
NEONATORUM, CAMPAK
DAN POLIO
SURVEILANS DIFTERI
Epidemiologi
• Masalah (epidemiologi)
• Etiologi
• Penularan
• Gejala dan Tanda
• Pengobatan
• Pencegahan
(Buku Penyakit Tropis, widoyono)
Pelaksanaan Surveilans
• Justifikasi
• Definisi Kasus
• Sumber data surveilans
• Presentasi dan analisa data
• Kegunaan data surveilans
Justifikasi

• Penyakit PD3I
• Potensi KLB, perlu PE
Definisi Kasus
• Panas
• Selaput putih kelabu pada selaput tenggorokan
• Sakit waktu menelan
• Leher bengkak
• Sesak napas & bunyi stridor

Klasifikasi:
Probable (ada gejala laringitis)
Konfirm lab.
Sumber Data
• Sumber data kasus
RS
Puskesmas
Hasil lab
Hasil PE kontak

• Data Cakupan imunisasi


Presentasi Data
• Grafik
kasus menurut umur, status imunisasi, periode
waktu,laporan nihil, cakupan imunisasi DPT3/th

• Tabel
kasus menurut tempat & hasil lab
IR menurut geografis
% lap bulanan difteri

• Map
IR/10.000 pop menurut area geo

• Daftar list
identitas kasus, status imun, gejala, konfirm lab, kedaan
pengobatan
Kegunaan

• Monitoring CFR
• Monitoring IR
SURVEILANS HEPATITIS A
Epidemiologi
• Masalah (epidemiologi)
• Etiologi
• Penularan
• Gejala dan Tanda
• Pengobatan
• Pencegahan
(Buku Penyakit Tropis, widoyono)
Pelaksanaan Surveilans
• Justifikasi
• Definisi Kasus
• Sumber data surveilans
• Presentasi dan analisa data
• Kegunaan data surveilans
Justifikasi

• Penyakit menular
• Potensi KLB, perlu PE
• Monitor imun Hep B
Definisi Kasus
Klasifikasi:
Suspect (ada gejala icterus/tidak)
Konfirm lab.
Sumber Data
Sumber data kasus
RS
Puskesmas
Hasil lab
Hasil PE lapangan
Presentasi Data
• Grafik
kasus menurut umur, periode waktu (bln,
th)

• Tabel
kasus menurut tempat & hasil lab
IR menurut geografis

• Map
IR/100.000 pop menurut area geo
Kegunaan

• Monitoring IR sbg dampak program Imun Hepatitis


• Deteksi KLB
• Monitoring IR mnrt umur, geo, utk tahu wilayah risiko
• PE utk tahu sebab
PEDOMAN SURVEILANS
REDUKSI CAMPAK

60
EPIDEMIOLOGI CAMPAK
disebut measles
penyakit yang sangat menular dan akut
menyerang hampir semua anak kecil.

Kriteria diagnosa klinis:


• Fase catarrhal yang ditandai panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek
dan conjunctivitis berakhir setelah 3 - 7 hari.

• bercak-bercak merah (rash) pada kulit timbul sesudah 3 hari panas.


belakang telinga menyebar ke seluruh muka, dan anggota badan
lainnya. Rash :4 - 6 hari.

• Panas turun setelah timbul rash. Kadang-kadang sehari sebelum


rash timbul ada "koplik spot" yaitu bercak putih seperti butir garam
pada mukosa (selaput lendir) pipi.

61
Diagnosis differensial campak:
• panas badan minimal (hangat-hangat)
• rash lebih halus dan warnanya merah muda, tidak jelas, dan tidak merah
seperti rash campak.
• tidak ada koplik spot.
• ada pembesaran kelenjar-kelenjar suboccipital posterior dan post auricular

Allergi atau rash karena obat-obatan.


• tidak ada tandah-tanda catarrhal.
• rash lebih lama dari rash campak. Sewaktu rash campak menghilang maka
rash karena obat-obatan/allergi makin tampak jelas.

DHF atau DBD


• Dalam 2 - 3 hari bisa terjadi mimisan, turnikuet test positif, pendaraftan
diikutii shock. Laboratorium diikuti trombosit < 100.000/ml dan serologis
positif DHF.

CacarAir
• Di temukan gelembung berisi cairan.

Malaria atau keringat buntet, bintik kemerahan.


62
Komplikasi penyakit campak.
terjadi pada anak balita, terutama gizi kurang.
sering terjadi adalah bronchro pneumonia, gastroenteritis dan otitis media,
sedangkan encephalitis jarang terjadi tetapi fatal.

Komplikasi ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian yakni:


1. Akut
Febrile convulsion (kejang-kecjang karena suhu yang tinggi)
Viral encephalitis.

2. Tidak akut
a. Komplikasi langsung (komplikasi dini)
Bronchopneumonia, sering menyebabkan kematian
Otitis media sering tcrjadi
Diare
b. Komplikasi tidak langsuag
Chronic malnutrition, kwarshiorkor, xerophtalmia, dan tuberkulosis.

63
• Agen Penyebab:
Virus measles yang termasuk dalam anggota paramyxoviridae

• Reservoir: Manusia

• Cara penularan:
melalui saluran pernafasan, sekresi hidung, atau tenggorokan, keluar dari
penderita pada waktu batuk. Bersin dan bernafas

• Masa inkubasi: Rata-rata 10 hari ( 8 - 13 hari )

• Masa penularan:
sebelum timbul rash atau pada catarrhal.
Masa penularan berkurang dan berakhir pada hari ke 4 dari masa rash.

• Suseptibilitas: semua orang (universal).

• Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dari anak-anak
yang belum mendapat vaksinasi telah menderita campak.

64
Imunitas
• Di negara berkembang hampir semua ibu telah terserang penyakit campak
• antibody berangsur-angsur menurun sehingga perlindungan hanya 6 - 9 bulan pertama kelahiran.
• Antibodi yang timbul bersifat permanent

Cara Pencegahan :
• Vaksin diberikan setelah anak berumur 9 bulan.

Morbiditas:
• Incidence rate diperkitakan 90% dari kelahiran.

• Pola distribusi : kepadatan penduduk, terisolasi tidaknya suatu daerah, adat istiadat
serta kebiasaan penduduk

• Pada umumnya terjadi pada daerah perkotaan yang berpenduduk padat, pada anak-
anak umur 1 - 2 tahun.
Mortalitas:
• Kematian pada penderita campak terutama disebabkan karena komplikasi.
tergantung pada:
1. Status gizi
2. Ada tidaknya infeksi lain
3. Ada tidaknya fasilitas kesehatan.
4. Fasilitas kesehatan yang tersedia dipakai atau tidak
5. Mutu pelayanan
6. Kepercayaan dan adat istiadat.
65
1. Justifikasi Surveilans
Program reduksi campak global, menargetkan penurunan insidens
campak 90% dan penurunan mortalitas campak 95% dari sebelum
program imunisasi dimulai.

WHO mengkategorikan program reduksi campak global sebagai berikut:


• measles control phase,
peningkatan cakupan imunisasi di daerah endemis campak.
(Bangladesh, Korea Utara, India, dan Myanmar)
• measles outbreaks prevention phase,
pencapaian imunisasi yang tinggi dan menurunkan insidens secara
periodik pada setiap KLB campak. (Indonesia, Srilanka, Maldives,
Thailand, dan Bhutan)

• Fase eliminasi
memutuskan rantai penularan secara komprehensif, membutuhkan
deteksi berdasarkan:
Surveilans kasus secara intensif (intensive case-based surveillance).
Investigasi
Konfirmasi setiap suspek campak di masyarakat (measles laboratory-
based surveillance).

66
2. Definisi kasus
Kasus klinis campak:
Demam, dan Makulopapular rash (non-vesicular), dan
Batuk pilek dan mata merah (conjunctivitis)

Atau:
Seseorang yang menurut dokter suspek terinfeksi campak.

Kriteria laboratorium untuk diagnosis campak:


• titer antibodi meningkat 4 kali lipat, atau
• Terisolasinya virus campak., atau
• Ditemukannya antibodi IgM spesifik campak.

Klasifikasi kasus
 Konfirmasi klinis: kasus yang memenuhi definisi kasus klinis campak.
 Probable : tidak digunakan
 Konfirmasi laboratorium

67
3. Sumber Data Surveflans
Surveilans pada fase pencegahan KLB (measles outbreaks prevention surveilance)

Laporan data kasus klinis campak dari Puskesmas; Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota, sampai tingkat Pusat secara rutin melalui SP2TP, SP3 atau simpus.
Semua suspek pada KLB campak harus segera diinvestigasi dan pengumpulan data
berdasarkan kasus dengan Form C.

Semua suspek campak pada KLB campak harus dikonfirrnasi melalui pemeriksaan
serologi untuk beberapa kasus yang pertama (sekitar 10 sampel suspek campak
untuk setiap KLB) digunakan Form Laboratorium Campak.
Zero reporting (laporan nihil) secara rutin mingguan harus dikumpulkan, pada tingkat
Puskesmas dan Kesehatan mcnggunakan Form W2 (mingguan KLB)

Surveilans pada fate eleminasi campak (Measles elemination surveillance)

Surveilans berdasarkan kasus (case-based surveillance) harus dilakukan dan setiap


kasus harus dilaporkan dan diinvestigasi segera dari tingkat Puskesmas sampai
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan juga termasuk sistem laporan mingguan.
Spesimen setiap penderita harus dikumpulkan untuk dikonfirmasi laboratorium.

68
Pada Fase eliminasi data yang dikumpulkan
berdasarkan data kasus (case-based data) sbb:
Daerah geografis
Tanggal lahir
Tanggal mulai keluar rash
Tanggal notifikasi
Tanggal kasus diinvestigasi
Tanggal spesimen dikumpulkan
Jumlah dosis vaksin campak yang diterima
Sumber infecksi yang teridentifikasi
Hasil serologi (positif/negatif)
Klasifikasi final (konfirmasi
klinis/laboratories/epidemiologis)
Kelengkapan, ketepatan laporan campak mingguan

69
4. Analisis data, presentasi, dan laporan
Fase pengendalian (measles control phase)
Insidens menurut bulan, tahun, dan daerah geografis.
Cakupan vaksin campak menurut tahun dan daerah geografis.
Kelengkapan dan ketepatan laporan mingguan/bulanan.
Proporsi morbiditas campak dibanding penyakit lain

Fase reduksi dengan pencegahan KLB (measles outbreaks prevention phase):


Sama dengan fase pengendalian, ditambah:
Insidens menurut kelompok umur
Kasus menurut kclompok umur dan status imunisasi

Fase eleminasi (case-based data)


Sama dengan fase reduksi campak dengan pencegahan KLB, ditambah:
Indikator kinerja Target:
% laporan mingguan yang diterima 80%
% kasus campak < 7 hari dari timbul rash 80%
% kasus yang dilacak < 48 jam setelah dilaporkan 80%,
% kasus dgn spesimen. adekuat •) dan hasil laboratorium. 80%
% kasus dikonfirmasi dengan identifikasi sumber infeksi 80%

Specimen adekuat adalah 1 specimen darah dikumpulkan dalam waktu 3-28 hari dari
timbul rash.

70
5. Prinsip-prinsip penggunaan data untuk manajemen
Fase pengendalian (measles control phase)
Pemantauan insidens dan cakupan imunisasi
Identifikasi daerah risti dengan kinerja yang jelek

Fase reduksi dengan pencegahan KLB (measles outbreak prevention phase):


Deskripsikan perubahan epidemiologi campak dalam bentuk proporsi umum
dan periode epidemik
Identifikasi populasi risti
Tetapkan kemungkinan KLB yang akan terjadi berdasarkan populasi suseptibel
(kumulatif dari populasi at risk dan rendahnya cakupan imunisasi)
Akselerasi kegiatan

Fase eliminasi (case-based data)


Gunakan data untuk klasifikasi kasus
Tentukan dimana sirkulasi virus campak ditemukan (wilayah risiko tinggi)
Kinerja sistem surveilans (waktu notifikasi dan pengumpulan spesimen) untuk
mendeteksi wilayah sirkulasi virus.

Semua fase
Deteksi dan investigasi semua KLB
Manajemen kasus yang adekuat
Tentukan mengapa KLB terjadi (kegagalaan vaksinasi atau akumulasi suseptibel).

71
SURVEILANS TETANUS
NEONATORUM
Epidemiologi
• Masalah (epidemiologi)
• Etiologi
• Penularan
• Gejala dan Tanda
• Pengobatan
• Pencegahan
(Buku Penyakit Tropis, widoyono)
Pelaksanaan Surveilans
• Justifikasi
• Definisi Kasus
• Sumber data surveilans
• Presentasi dan analisa data
• Kegunaan data surveilans
Justifikasi

• Komitmen eliminasi TN
• Membantu identifikasi daerah yang
memiliki risiko tinggi
Definisi Kasus
Kasus: Bayi lahir hidup, sulit netek, kejang
otot sejak umur 2-28 hr

Suspek: kematian 2-28


Sumber Data
Sumber data kasus
RS
Puskesmas
Hasil lab
Hasil PE lapangan
Presentasi Data
• Grafik
kasus menurut umur, periode waktu (bln,
th)

• Tabel
kasus menurut tempat & hasil lab
IR menurut geografis

• Map
IR/100.000 pop menurut area geo
Kegunaan

• Monitoring IR sbg dampak program Imun Hepatitis


• Deteksi KLB
• Monitoring IR mnrt umur, geo, utk tahu wilayah risiko
• PE utk tahu sebab
SURVEILANS AFP

Suharyo
Pendahuluan
• Surveilans AFP dalam rangka eradaikasi
Polio
• Surveilans AFP hakikatnya pengamatan
terhadap semua kelumpuhan seperti pada
polio pada anak < 15 th
• S. AFP untuk memantau adanya transmisi
viru-polio
Definisi
• AFP : Accute Flacid Paralisis
semua nak < 15 th dengan kelumpuhan
yang bersifat layuh, terjadi mendadak dan
bukan karena ruda paksa
Kelumpuhan mendadak (akut)
kelumpuhan yang terjadi dalam waktu 1-
14 setelah gejala awal

Dalam hal ada keraguan apakah suatu


kasus kelumpuhan uang sifatnya flaccid
dan akut disebabkan oleh ruda paksa
/kecelakaan, atau ada hubungannya
dengan ruda paksa/kecelakaan,
laporkanlah kasus tersebut sebagai kasus
AFP
Penyebab:
Poliomyelitis disebabkan oleh virus polio liar

Patogenesis:
Mulut-pencernaan-tinja

Masa inkubasi:
7-14 hari

Penularan :
Langsung (udara)
Tdk langsung (air kontaminasi tinja)
Pengobatan:
Simtomatik

Pencegahan:
Imunisasi polio sebanyak 4 kali
PHBS
Penyuluhan

Faktor risiko:
Status imunisasi rendah
Status gizi rendah
Higiene sanitasi yang buruk
PSP Masyarakat
Ketersediaan & keterjangkauan sarkes
Usia
Langkah-langkah PE

- Pelacakan
- Kunjungan lapangan
- Mengumpulkan spesimen
- Kunjungan ulang (60 hr setelah
kelumpuhan)
- Edukasi medis
- Mencari kasus tambahan
Pelacakan:
- Mengunjungi setiap kasus AFP
- Bila bukan krn rudapaksa, pengambilan
spesimen (14-48 jam), selmbatnya 14 hari
setelah kelumpuhan
- Spesimen dikirim ke lab nasional yang
ditunjuk (maks dlm 3 hr)
- Umpan balik lab (maks 28 hr)
Pengumpulan spesimen
- Spesimen tinja
- Kriteria:
pengumpulan < 2 bl dr kelumpuhan
isi form FP1
kumpulkan spesimen

pengumpulan > 2 bl dr kelumpuhan


tdk perlu dilakukan pengumpulan
Analisa dan Penyajian Data

Tujuan
memantau pelaksanaan surveilans AFP
Memberi masukan kepada pengelola program

Unsur Analisa Epid


List penderita
Distribusi kasus menurut tempat
Distrbusi kasus menurut orang
Distribusi kasus menurut waktu

Laporan : berlaku pelaporan nihil

Anda mungkin juga menyukai