Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DEMAM TYPHOID

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA : NUR SETYO INDRAWANTO


NIM : PO.71.20.2.09.024
DOSEN : NI KETUT SUJATI, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2010
LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

A. PENGERTIAN
Demam typhoid adalah penyakit inpeksi akut yang mengenai saluran cerna. dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit ini adalah salmonella typhosa, basi gram negatif yang bergerak
dengan bulu getar dan tidak berspora.

C. PATOFISIOLOGI

Corwin (2000) mengemukakan bahwa kuman salmonella typhi masuk ke dalam tubuh
manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai
jaringan limfoid plaque pleyeri di liteum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman salmonella typhi
kemudian menembus ke dalam lamina profia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar
limfe mesentrial yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini,
salmonella typhi masuk aliran darah melalui duktus toracicus. Kuman-kuman salmonella
typhi mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella javascript:void(0)typhi
bersarang di plaque pleyeri, limfe, hati dan bagian-bagian lain dari sistem retikulo endotelial.
Semula disangka demam dan gejala-gejala syoksemia pada demam typhoid disebabkan
oleh endotoksemia, tetapi kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada
demam typhoid. Endotoksin salmonella typhi salmonella typhi berperan dalam patogenesis
demam typhoid, karena membantu proses terjadinya inflamasi lokal pada jaringan tempat
salmonella typhi berkembang biak. Demam pada typhoid disebabkan karena salmonella
typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan septi pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang.

D. TANDA DAN GEJALA

Gambaran klinis demam typoid pada anak lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas
10-20 hari. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala pronormal yaitu perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang.
Gambaran klinis lain yang bisa ditemukan:

1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remiten dan suhu tidak
tinggi sekali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput
putih kotor ( coated tongue ). Pada abdomen dapat dtemukan nyeri pada perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai
somnolen.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :

1. Darah tepi

Terdapat gambaran leucopenia, limfositosis realtif dan aneosinofilia pada permulaan


sakit nilai normal leukosit adalah 7000-8000 /mm3. mungkin terdapat anemia dan
trombositopenia ringan. Pada kebanyakan kasus tifoidi jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada dalam batas-batas normal malahan kadang-kadang terdapat
leukositosis, walaupun tdiak ada komplikasi dan infeksi sekunder.

2. Darah untuk culture (biakan empedu)

Biakan empedu untuk menemukan salmonella merupakan pemeriksaan yang dapat


menentukan diagnosis tifus abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dilakukan
pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya.

Biarkan empedu basil salmonella dapat ditemukan dalam darah pasien dalam
minggu pertama sakitnya selanjutnya lebih sering ditemukan dalam feses dan urin dan
mungkin akan tetapi positif dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, pemeriksaan yang
positif dari contoh darah digunakan untuk menegakan diagnosis. Sedangkan
pemeriksaan negatif 2 kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa pasien
telah bensar sembuh dan tidak terjadi pembawa kuman (carrier).
3. Widal test
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan
dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi
atau aglutinin yaitu :
o Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
o Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
o Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Untuk membuat diagnosa yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap antigen
O, titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukan peningkatan yang
progresif digunakan untuk membuat diagnosis.
4. Pemeriksaan urin dan feses

Pada minggu ketiga, urin dapat mengandung kuman salmonella, sedang pada feses
kuman didapatkan pada minggu kedua dan ketiga. Biakan tersebut memberikan hasil
positif pada 40% kasus dalam stadium awal demam tifoid setelah septicemia sekunder.

F. Penatalaksanaan

Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi demam typoid harus dianggap dan
diperlakukan langsung sebagai pasien demam typoid. Penatalaksanaan yang mutlak
pada pasien demam tifoid mencakup 3 bagian, yaitu:

1. Perawatan

Penderita tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan.

a. Klien yang sudah pasti menderita tifoid lewat pemeriksaan


laboratorium harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari setelah bebas
demam atau kurang lebih 14 hari. Maksud dari tirah baring ini untuk mencegah
terjadinya komplikasi perdarahan usus. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai
dengan pulihnya kekuatan penderita.
b. Klien dengan kesadaran menurun. Posisinya harus diubah
sedikitnya setiap 2-3 jam untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik
da- dekubitus.
c. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, suhu, tergantung dari
keadaan klien. Panas tubuh klien diturunkan dengan kompres dingin.
d. Kebersihan mulut sangat penting untuk menghindari terjadinya
stomatitis dan juga memberikan rasa nyaman.
2. Diet

Klien tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
biasa sesuai dengan kesembuhan pasien. Pemberian diet ini dimaksudkan untuk
menghindari komplikasi perdarahan atau perforasi usus. Hindarkan makanan yang
mengandung serat (Selulosa) tinggi.

3. Pengobatan

Obat-obatan yang diberikan pada klien tifoid biasanya obat antimikroba seperti:

o Klorampenikol

Di Indonesia, obat ini masih merupakan pilihan dosis untuk orang dewasa
sampai dengan 4 kali 500 mg sehari baik oral atau intravena, pada anak-anak
diberikan dalam dosis 4x 100 mg/kg BB /hari (maksimum 2 gram perhari) oral
atau intravena.

o Tiampenikol

Dosis dalam efektifitasnya sama dengan klolamfenikol tetap komplikasi


hematologist tiamfenikol lebih jarang.

o Kotrimoxazol

Termasuk dalam golongan sulfonamide dan merupakan kombinasi dari


teimetroprim dan sulfametoksazol yang berkhasiat bakterisid luas. Efektifitasnya
kuang lebih sama dengan klorafenikol. Dosis untuk orang dewasa 2 kali 2 tablet
sehari. Digunakan sampai dengan 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung
80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol)

o Amoxilin dan ampicillin

Dalam hal kemampuan menurunkan demam pada tifoid, efektifitas ampisilin dan
amoksilin masih lebih kecil dibandingkan dengan klorafenikol. Indikasi
penggunaanya adalah pasien demam tifoid dengan leucopenia. Dosis yang
dianjurkan sekitar 75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari
bebas demam, dengan obat ini demam rata-rata turun setelah 7-9 hari.

G. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam:
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi ileus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra – intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (syok sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositopenia dan DIC.
c. Komplikasi paru
Pneumonia, empiema dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandungan empedu
Hepatitis dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal
Glumerulonefritis, perilonefritis dan perinefritis.
f. Komplikasi tulang
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan arthritis.
g. Komplikasi neuripsikiatrik
Delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis, perifer, sindrom gullai-borre,
psikosis dan sindrom katatonia.

H. Prognosis
Prognosis pada umumnya baik asalkan saja berobat dengan cepat dan tepat. Angka
mortalitas pada anak sekitar 2,6% pada orang dewasa 7,4%. Rata-rata sekitar 5,7%.
Prognosis bisa menjadi memburuk bila disertai keadaan-keadaan dibawah ini:
- Demam tinggi (hiperpireksia)
- Kesadaran yang sangat atau terus menurun (spoor, koma atau delirium)
- Terdapat komplikasi yang berat seperti dehidrasi, asidosis dan perforasi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DEMAM TYPOID

1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Meliputi data-data umum / demografi.
b. Keluhan utama
Demam tinggisekitar 3 minggu, mual, muntah, tidak nafsu makan dan nyeri kepala.
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan kepada keluarga sejak kapan klien mulai demma dan merasakan
keluhan-keluhan seperti diatas, tindakan apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
menanggulanginya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
e. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit infeksi terdahulu, apakah klien pernah menderita
penyakit ini sebelumnya.
f. Riwayat psikososial
Tanyakan tentang kebiasaan klien dan keluarga sehari-hari baik tentang kebersihan
diri ataupun lingkungan, kebiasaan makan, tingkat pengetahuan keluarga tentang
kesehatan.

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Tingkat kesadaran, keadaan umum seperti berkeringat banyak, demam, mual
muntah, lidah kotor, gangguan eliminasi (diare/obstipasi)
b. Palpasi
Untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh, turgor kulit dan meraba apakah ada
pembesaran hati dan limfa.
c. Perkusi
Untuk mendengarkan peristaltic usus pada abdomen.
d. Auskultasi
Untuk mengetahui adanya bunyi timpani apabila terdapat kembung (distensi) pada
abdomen.

3. STUDI DIAGNOSTIK
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan:
- Biakan darah positif terhadap kuman salmonella
- Pada widal test didapatkan peningkatan tifer agglutinin O dan H sejak minggu kedua
dan tetap positif selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Titer reaksi widal
diatas 1/200 menyokong diagnosis.
- Pada pemeriksaan hematology didapatkan anemi ringan, LED meningkat, SGOT
dan SGPT serta alkali pospatase meningkat.
- Pemeriksaan feses dan urine ditemukan adanya salmonella, begitupula pada
pemeriksaan s um-sum tulang dan cairan duodenum.

4. NURSING CARE PLANE


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf
keperawatan kriteria hasil
1 Gangguan Suhu tubuh - Kaji ulang tanda - Tanda vital
keseimbangan kembali normal vital dan keadaan menunjukan
(termoregulasi) antara 36 C umum klien. proses penyakit
suhu tubuh dalam waktu infeksi dan dapat
berhubungan 1x24 jam mendiagnosa.
dengan proses setelah - Menambah
- Beri pendidikan
infeksi kuman dilakukan pengetahuan dasar
kesehatan
salmonella. tindakan. tentang kondisi
sederhana pada
penyakitnya.
ibu tentang
penyakit klien.
- Ajarkan klien cara
menurunkan suhu
tubuh yang
sederhana.
- Kompres
- Terjadi proses
dingin pada konduksi paras
daerah dahi, tubuh dan memberi
ketiak dan rasa nyaman.
dada bila
panas.
- Beri minum
- Membawa panas
yang banyak.
tubuh melalui IWL.

- Memakai
- Memudahkan
pakaian yang
proses penguapan.
pitis dan
menyerap
keringat.
- Ganti pakaian
dan alat tenun - Membuat klien
bila basah. lebih nyaman.

- Kaji ulang
kebutuhan nutrisi - Mengetahui
klien. seberapa besar
kebutuhan nutrisi
Nutrisi kurang dari Setelah dalam tingkatan

2 kebutuhan dilakukan - Berikan pendidikan umur dan usia.


berhubungan tindakan, sederhana tentang - Menambah
dengan penurunan kebutuhan pentingnya pengetahuan agar
keinginan untuk nutrisi klien pemenuhan nutrisi ibu mau
makan. terpenuhi, untuk bekerjasama
keadaan umum mempercepat dalam pemenuhan
membaik dan penyembuhan. nutrisi.
tidak terjadi - Anjurkan kepada
penurunan ibu untuk memberi - Dilatasi lambung
berat badan. makan dalam porsi dapat terjadi bila
kecil tapi sering. pemberian
makanan terlalu

- Sediakan cepat.

makanan dalam - Membuat makanan

bentuk hangat, nyaman di makan.


makanan tidak
terburu-buru,
makan ditemani
oleh ibu dan
suasana
lingkungan yang
menyenangkan.

- Motivasi dan Bantu


klien dalam
pemenuhan nutrisi.
- Memberi dorongan
- Kolaborasi
kepada klien agar
pemeberian terapi
mau makan.
infuse dan vitamin
- Tambahan nutrisi
penambah nafsu
selain melalui oral.
makan.

- Kaji tingkat
kebutuhan
pemenuhan ADL
klien. - Mengetahui tingkat
- Berikan pendidikan kebutuhan ADL
sederhana tentang klien.
program terapi bed
rest.
- Memberi
pengetahuan
Intoleran aktivitas Setelah
kepada keluarga
berhubungan dilakukan
- Anjurkan dan dalam pemenuhan
dengan kelemahan tindakan
motivasi keluarga kebutuhan aktivitas
fisik dan bed rest kebutuhan ADL
3 dalam pemenuhan ADL.
total. klien bisa
kebutuhan - Mengikutsertakan
terpenuhi tanpa
aktivitas ADL klien. keluarga dalam
mengganggu
pemenuhan
program terapi
kebutuhan aktivitas
bed rest.
ADL klien.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “E”
DENGAN DEMAM TYPOID
DI RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA

1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Ny “M”
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sukajadi
Tanggal masuk :
Tanggal dikaji : 25-12-2010
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn “D”
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sukajadi
Hub dg klien : suami

b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama: demam 3 hari, panas dan lemah saat beraktivitas.

c. Riwayat penyakit sekarang


Klien mulai mengeluh demam, panas, menggigil, mual, nyeri ulu hati dan lemah saat
beraktivitas kemudian keluarga pasien memutuskan untuk membawa klien dirawat
di RSUD Ibnu Sutowo Baturaja.

d. Riwayat penyakit dahulu


Sebelumnya klien belum pernah dirawat di RSUD Ibnu sutowo Baturaja.

e. Pol kebiasaan
1. Pola pemeliharaan kesehatan
Penggunaan :
- Tembakau : tidak
- Alcohol : tidak
- Obat lain : tidak

2. Pola aktivitas / olahraga


- Makan/minum : mandiri
- Mandi : mandiri
- Berpakaian/berdandan : mandiri
- Toileting : mandiri
- Mobilisasi ditempat tidur: mandiri
- Berpindah : mandiri
- Berjalan : mandiri

3. Pola nutrisi / metabolisme


- Diet/suplemen khusus : TKTP
- Instruksi diet sebelumnya :-
4. Pola eliminasi
 Kebiasaan defekasi : DBN
 Kebiasaan berkemih : DBN

5. Pola istirahat / tidur


Tidak mengalami kesulitan tidur.

6. Pola kognitif persepsi


- Status mental : sadar
- Bicara : jelas
- Bahasa sehari-hari : bahasa ogan
- Kemampuan berbahasa Indonesia : ya
- Kemampuan berkomunikasi : ya
- Kemampuan memahami : ya
- Tingkat ansietas : normal
- Pendengaran : DBN
- Penglihatan : DBN
- Ketidaknyamanan / nyeri : ya, di ulu hati
7. Pola reproduksi
Masalah menstruasi : tidak ada

8. Pola peran / hubungan


Pekerjaan : IRT
System pendukung : suami

9. Pola keyakian / nilai


Agama : Islam
Permintaan kunjungan kerohanian : tidak ada

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Data klinis
Usia : 46 tahun
Tinggi : cm
Berat : kg
Suhu : 38 C
Pols : 84 x/menit
TD : 120/90 mmHg
b. Pernafasan
Frekuensi : 20 x/menit
Kualitas : DBN
Batuk : tidak
Auskultasi
Lobus kanan atas : DBN
Lobus kanan bawah : DBN
Lobus kiri atas : DBN
Lobus kiri bawah : DBN
Nadi pedialis kanan : kuat
Nadi perdialis kiri : kuat

c. Metabolisme integument
- Kulit
Warna : DBN
Suhu : hangat
Turgor : DBN
Edema : tidak ada
Lesi : tidak ada
Memar : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Pruritus : tidak ada
- Mulut
Gusi : DBN
Gigi : DBN
Lidah : cukup bersih
- Abdomen
Palpasi : tidak ada pembesaran hati dan limpa
Perkusi : ada bunyi bising usus
Auskultasi : tidak ada bunyi timpani

d. Neuro / sensori
Pupil : sama
Reaksi terhadap cahaya
Kanan : ya
Kiri : ya
Mata : bersih

e. Musculoskeletal
Rentang gerak : penuh
Keseimbangan dan posisi berdiri : tegak
Genggaman tangan : lemah
Otot kaki : kuat

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
- Widal test
 Typhus O 1/330 H 1/160
 Peratyphus A 1/640 1/160
 Peratyphus B 1/310 1/180
 Peratyphus B 1/310 1/180

- Golongan darah : O
- Hb : 9,9
- Ureum : 21
- Cratinin : 0,7
4. OBAT-OBATAN
- IVFD RL gtt x
- Diet TKTP
- O2
- Rifampisin tab 1x1
- INH tab 1x1
- Piratinamid tab 1x 1 ½
- Etambutol tab 1x1
- B6 tab 1x1
- Pocaetamol tablet 3x1 → oral

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : klien mengatakan bahwa Bakteri salmonella typhii Hipertermi
badan terasa hangat.
Do : suhu tubuh klien diatas Infeksi
normal (remiten,
intermitten, continue), kulit Hipertermi
teraba hangat, peningkatan
kedalaman pernafasan.

Ds : klien mengatakan tidak


2 Anoreksia Nutrisi kurang dari
nafsu makan.
Do : Makanan yang disajikan kebutuhan

dimakan sebagian (dari Nutrisi kurang dari

porsi), muntah, kurus, kebutuhan

kelemahan otot.

Ds : Klien mengatakan
perasaanya haus. Kelemahan fisik
3 Intoleran aktivitas
Do : demam, ketidakcukupan
cairan oral, penurunan
Bedrest total
output, kulit membrane
mukosa kering, urine
Intoleran activity
pekat, kulit teraba hangat.

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


4 Ds : klien mengatakan bahwa
badan terasa lemas dan
merasa ketidakberdayaan.
Do : klien tampak berbaring
lemah ditempat tidur,
kekuatan otot dalam skala <
4, tonus otot menurun.

Diagnosa perawatan
1. hipertermi berhubungan dengan proses infeksi kuman salmonella.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan.
3. Risiko actual kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan tak
disadari sekunder demam & diare.
4. Risiko/aktula keterbatasan dalam pemenuhan aktivitas daily living (ADL) b/d kelemahan
fisik sekunder typoid.
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan bedrest total.
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny “I” diagnosa medis : demam typoid


Tanggal :
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
keperawatan criteria hasil
1 Hipertermi yang Setelah 2-3 jam  Informasikan pada klien  Memaksimalkan suhu tubuh  Menginformasikan S : klien mengatakan
berhubungan tindakan suhu pentingnya klien kembali normal. pada klien badannya terasa
dengan kerusakan tubuh kembali mempertahankan asupan  Mengetahui perkembangan pentingnya hangat.
control suhu normal (temp 37 C) cairan adekuat (sedikitnya suhu tubuh klien. mempertahankan O : suhu tubuh 38 C,
sekunder akibat 200 ml/hari) kecuali kontra  Meningkatkan kenyamanan asupan cairan RR 20 x/menit,
demam typoid. indikasi. klien. adekuat (sedikitnya pols 84 x/menit,
Ds : pasien  Observasi suhu/ 1 jam.  Mengembalikan suhu tubuh 200 ml/hari) kecuali keadaan umum
mengatakan  Jelaskan penggunaan normal. kontra indikasi. lemah pada saat
badan terasa pakaian yang tipis dan  Antiseptic untuk  Mengobservasi suhu/ batuk terdapat
hangat. tidak ketat. menurunkan panas. 1 jam. secret namun tidak
Ds : suhu diatas  Berikan kompres  Menjelaskan dapat dikeluarkan.
normal (remitten, dingin/es / hangat. penggunaan pakaian A : masalah teratasi.
intermitten,  Kolaborasi obat antiseptic yang tipis dan tidak P : intervensi
continue) kulit antibiotic. ketat agar tidak dihentikan
teraba hangat, sesak nafas. I:-
peningkatan  Memberikan kompres E:-
kedalaman dingin/es / hangat.
pernafasan.  Memberikan obat
antiseptic seperti
parasetamol.
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
keperawatan criteria hasil
2 Nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi  Tentukan kebutuhan kalori  Membantu dalam  Menentukan kalori S : klien mengatakan
kebutuhan b/d tercukupi dengan secara real adekuat mengidentifikasi kebutuhan secara real dan bahwa makanan
anoreksia sekunder kriteria : klien (konsul dengan ahli gizi). kalori klien. adekuat berupa diet hanya sedikit dan
pneumonia menghabiskan  Timbang BB setiap hari.  Mengetahui perkembangan TKTP. tidak nafsu makan.
Ds : pasien makanan yang  Jelaskan pada klien berat badan normal klien.  Menimbang berat O : klien tampak
mengatakan disajikan / pentingnya nutrisi yang  Membantu klien badan klien tiap hari. lemah dan kurus,
bahwa masukan makanan lain yang adekuat. mengembalikan nutrisi yang  Menjelaskan makanan yang
makan hanya tidak bertentang  Anjurkan dan Bantu terbuang. pentingnya nutrisi disajikan tidak
sedikit dan dengan diet, individu untuk istirahat  Memenuhi kebutuhan yang adekuat, untuk dihabiskan, klien
merasa tidak mengatakan badan sebelum makan. tidur/istirahat klien/. mengembalikan muntah-muntah.
nafsu makan, terasa segar,  Berikan suasana makan  Memenuhi kenyamanan nutrisi yang terbuang. A : Masalah belum
mual. kekuatan otot baik. yang rileks (tidak ramai) klien saat tidur.  Membantu klien teratasi.
Do : makanan yang  Berikan makana diet bubur  Mengembalikan nutrisi untuk istirahat P : intervensi
disajikan saring/bubur biasa. tubuh. sebelum makan. dilanjutkan.
dimakan  Memberikan suasana I:
 Sokong/Bantu dengan  Mengetahui perkembangan
sebagian (dari yang rileks pada  Timbang BB setiap
nutrisi parenteral gizi.
porsi) muntah, klien. hari.
(kolaborasi dengan tim
kurus,  Memberikan  Anjurkan klien
medis.
kelemahan otot. makanan diet TKTP istirahat sebelum
 Observasi dan catat
berupa bubur biasa. makan.
makanan yang dikonsumsi
 Berikan makanan
oleh klien.  Mencatat makanan
diet bubur biasa.
yang dikonsumsi.
 Kolaborasi dengan
tim medis.
E : keadaan klien
masih lemah
No Diagnosa Tujuan dan criteria Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
keperawatan hasil
3 Risiko actual Setelah perawatan  Kaji tanda-tanda dehidrasi.  Mengetahui tingkat  Mengkaji tanda-tanda S : klien mengatakan
kekurangan kebutuhan cairan tubuh  Rencanakan masukan kebutuhan cairan klien. dehidrasi. bahwa haus.
cairan tubuh dapat terpenuhi dengan cairan oral untuk setiap  Mengembalikan cairan  Seperti BAK dan bibir O:
b/d kehilangan criteria: intake output pergantian dinas/24 jam tubuh yang hilang. klien kering.  klien tampak
cairan tak cairan seimbang, urine (1000 ml selama siang,  Mengembalikan cairan  Merencanakan demam.
disadari output 1500 ml/24 jam, 800 ml sore hari, dan 300 tubuh secara parenteral masukan cairan oral  Kulit membrane
sekunder kulit mukosa tidak ml malam). saat dehidrasi sedang- yaitu: mukosa kering.
demam dan kering.  Rencanakan masukan berat. 1000 ml selama  Urin klien pekat.
diare. cairan secara parenteral  Mengetahui intake output siang.  Kulit klien terasa
jika terdapat tanda-tanda klien. 800 ml sore hari. hangat.
dehidrasi sedang – berat  Mengetahui pergantian 300 ml malam hari. A : masalah belum
(klien tidak toleran cairan tubuh.  Merencanakan teratasi.
terhadap terapi rehidrasi  Mengukur perkembangan masukan cairan P : intervensi
oral. cairan klien. secara parenteral jika dilanjutkan.
 Monitor intake output/24 terdapat tanda-tanda I : kaji tanda-tanda
jam. dehidrasi sedang – dehidrasi.
 Pertimbangkan berat.  Merencanakan
penggantiann kehilangan  Memonitor intake masukan oral.
cairan tambahan. output /24 jam.  Memonitor
 Mempertimbangkan intake output.
penggantian E : keadaan umum
kehilangan cairan masih lemah.
tubuh.
 Menimbang berat
badan klien perhari.
No Diagnosa Tujuan dan criteria Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
keperawatan hasil
4 Risiko / atula Selama perawatan  Nilai tingkat kemampuan  Menegtahui perkembangan  Menilai tingkat S : klien mengatakan
keterbatasan klien menunjukan klien dalam beraktivitas. mobilitas klien. kemampuan klien bahwa badanya
dalam kemampuan dalam  Bedrest ditempat tidur dan  Memenuhi kenyamanan dan dalam beraktivitas. terasa lemas dan
pemenuhan aj\ melakukan ADL tanpa informasikan untuk kebutuhan klien.  Bedrest ditempat merasa tidak
ktivitas dailiy keterbatasan dengan melakukan aktivitas sesuai  Mlatih mobilitas klien dalam tidur dan berdaya.
living (ADL) b/d kritria: klien dapat kemampuan jika 24 jam pemenuhan kebutuhan. menginformasikan O : klien tampak
kelemahan fisik melakukan aktivitas bebas demam.  Mengetahui tingkat untuk melakukan lemah berbaring
sekunder makan/mandi/ hygiene /  Bantu klien dalam kemampuan mobilitas klien. aktivitas sesuai ditempat tidur,
demam typoid. berpakaian / toileting melibatkan keluarga dalam kemampuan jika 24 kekuatan otot
tanpa keterbatasan. pemenuhan aktivitas jam bebas demam. dalam skala < 4,
sehari-hari.  membantu klien tonus otot
 Observasi tingkat dalam melibatkan menurun.
kemampuan klien dalam keluarga dalam A : masalah belum
aktivitas setiap ADL. pemenuhan aktivitas teratasi.
sehari-hari. P : intervensi
 Mengobservasi dilanjutkan
tingkat kemampuan I:
klien dalam aktivitas  Observasi tingkat
setiap ADL. kemampuan.
 Menganjurkan
keluarga untuk
membantu klien
dalam beraktivitas.
E : keadaan umum
lemah.
CATATAN PERKEMBANGAN

No Waktu DP Catatan Perkembangan Paraf


1 hipertermi S : klien mengatakan badannya terasa hangat.
berhubungan O : suhu tubuh 38 C, RR 20 x/menit, pols 84 x/menit,
dengan keadaan umum lemah pada saat batuk terdapat
proses infeksi secret namun tidak dapat dikeluarkan.
kuman A : masalah teratasi.
salmonella. P : intervensi dihentikan
I:-
E:-

2 Nutrisi S : klien mengatakan bahwa makanan hanya sedikit dan


kurang dari tidak nafsu makan.
kebutuhan O : klien tampak lemah dan kurus, makanan yang
berhubungan disajikan tidak dihabiskan, klien muntah-muntah.
dengan A : Masalah belum teratasi.
penurunan P : intervensi dilanjutkan.
keinginan I:
untuk makan.  Timbang BB setiap hari.
 Anjurkan klien istirahat sebelum makan.
 Berikan makanan diet bubur biasa.
 Kolaborasi dengan tim medis.
E : keadaan klien masih lemah

3 Risiko actual S : klien mengatakan bahwa haus.


kekurangan O:
cairan tubuh  klien tampak demam.
berhubungan  Kulit membrane mukosa kering.
dengan  Urin klien pekat.
kehilangan  Kulit klien terasa hangat.
cairan tak A : masalah belum teratasi.
disadari P : intervensi dilanjutkan.
sekunder I : kaji tanda-tanda dehidrasi.
demam &  Merencanakan masukan oral.
diare  Memonitor intake output.
E : keadaan umum masih lemah.

No Waktu DP Catatan Perkembangan Paraf


4 Risiko/aktula S : klien mengatakan bahwa badanya terasa lemas dan
keterbatasan merasa tidak berdaya.
dalam O : klien tampak lemah berbaring ditempat tidur,
pemenuhan kekuatan otot dalam skala < 4, tonus otot menurun.
aktivitas daily A : masalah belum teratasi.
living (ADL) P : intervensi dilanjutkan
b/d I:
kelemahan  Observasi tingkat kemampuan.
fisik sekunder  Menganjurkan keluarga untuk membantu klien dalam
typoid beraktivitas.
E : keadaan umum lemah.
RINGKASAN PEMULANGAN

Apakah kriteria dipenuhi: ya tidak


Tindakan yang dilakukan bila criteria tidak dipenuhi
- Dilakukan perawatan dirumah
- Masih belum bisa beraktivitas normal, jadi klien untuk beberapa hari masih istirahat
dirumah.

Pulang ke : rumah di Sukajadi kec. Batruaja Timur


Tanggal :
Waktu : pukul 12.00 WIB
Transportasi yang digunakan : angkot

Baturaja, 10 Desember 2010

ELIANTI
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC


Rahmat Juwono. 1999. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam. Jakarta : Gaya Baru
Doenges, Marylinn, E. 1999. Rencana Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai