MENGETAHUI CT
(CLINICAL TEACHING)
DEMAM THYPOID
A. Pengertian
Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Demam
paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau
menyebabkan enteritis akut. Sinonim demam tifoid dan demam paratifoid adalah typhoid dan
paratyphoid fever, enteric fever, thyphus dan paratyphus abdominalis (Mansjoer, 2000).
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari demam tifoid
adalah typhoid fever, enteric fever. Tifoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke,
karena terjadinya penguapan panas tubuh serta gangguan kesadaran disebabkan demam yang
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah
tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah
penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga
dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis. Demam tifoid adalah penyakit sistemik
yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen
berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan
erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk paratifoid) disebabkan oleh kuman salmonella typhi,
adalah salmonella paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh
B. Etiologi
Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah salmonella typhi, salmonella paratyphi
Kuman salmonella typhi masuk ketubuh manusia melalui mulut dengan makanan
dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi
masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang
mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat
terjadi. Kuman salmonella typhi kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran
limfe dan mencapai kelenjar limfe messenterial yang juga mengalami hipertropi. Setelah
melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typhi masuk kealiran darah melalui duktus
thoracicus. Kuman-kuman salmonella typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari
usus. Salmonella typhi bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain
Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan
toksemia pada demam tifoid. Endotoksin Salmonella typhi berperan pada patogenesis
demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan setempat
Salmonella typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena Salmonella
typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala yang timbul sangat
bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama
dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak
terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Hal ini
menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah berpengalaman pun mengalami kesulitan untuk
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit akut pada
umumnya. Yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor),
delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia (Widodo, 2009).
E. Pemeriksaan Penunjang
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan
absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah
dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm 3
ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin.
Aneosinofilia yaitu
hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada
2. Pemeriksaan urine
Didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam
urine.
3. Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella typhi dan biakan darah
5. Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang
dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer
antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi
6. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.
F. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal :
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra-intestinal :
a. Komplikasi kardiovaskular :
b. Komplikasi darah :
c. Komplikasi paru :
e. Komplikasi ginjal :
f. Komplikasi tulang :
g. Komplikasi neuropsikatrik :
Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, SGB, psikosis dan sindrom katatonia.
sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum terutama bila perawatan pasien
G. Penatalaksanaan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu perawatan, diet dan obat-obatan.
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi
2. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar
dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena usus perlu diistirahatkan.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini dapat diberikan
3. Obat
a. Kloramfenikol
b. Thiamfenikol
c. Ko-trimoksazol
Obat-obat simptomatik :
c. Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan
H. Fokus Pengkajian
Dasar data atau data fokus pengkajian klien dengan demam thypoid antara lain :
1. Pengumpulan Data
a. Wawancara
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri
perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
tubuh.
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali, penurunan
kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa pucat, luka,
b) Pola eliminasi
Eliminasi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi
kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
Aktivitas klien terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin hilang dengan defakasi).
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus
dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum menikah tidak mengalami gangguan.
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak boleh
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
(respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri). Kemerahan, area
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam. Kulit dan
(dehidrasi/malnutrisi).
6) Sistem muskuloskeletal
7) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus
meningkat.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri
tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
c. Pemeriksaan penunjang
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan
absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah
merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000-
4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit
Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis
umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah
meningkat.
2) Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam
urine.
3) Pemeriksaan tinja
perforasi.
4) Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah
5) Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang
dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila
titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan
titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2
6) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam
tifoid.
Diagnosa keperawatan yang mungkin dijumpai pada pasien demam thypoid adalah:
J. Fokus Intervensi
1. Hipertermia
Manajemen Hipertermia
Observasi
penggunaan inkubator)
Terapeutik
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebihan)
- Lakukan pendingan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
Edukasi
Kolaborasi
Manajemen Hipovolemia
Observasi
- Peiksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi terabah
lemah)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
3. Nyeri akut
Manajemen Nyeri
Observasi
Terapeutik
kebisingan)
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Kolaboasi
K. Implementasi
Implementasi yang dilakukan kepada pasien sesuai dengan intervensi yang telah di
rencanakan.
L. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
A. Identitas Klien
Nama :An.AF
Umur :11Tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Alamat :Jl. Beringin kel. Buladu No.42 kec. Kota Barat
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama :Islam
Suku :Gorontalo
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Pelajar
B. Penanggung Jawab
Nama : TN.A
Umur :39 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan :PNS
Hubungan dengan klien :Ayah
Alamat :Jl. Beringin kel. Buladu No.42 kec. Kota Barat
1. Keluhan Utama :sakit perut, nafsu makan tidak ada, lemah, letih,
muntah 4x sejak 2 hari yang lalu
G I:
GII:
GIII:
D. Riwayat Psikososial
1. Orang yang terdekat dengan klien :Orang tua
2. interaksi dalam keluarga : …………………………………………………….
Pola komunikasi :pola komunikasi klien dengan anggota keluarga sangat
baik
Pembuat keputusan :Klien selalu mendiskusikan dengan kleluarga terutama
orang tua jika inbgin memeutuskan sesuatu
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga :klien tidak bisa bermain atau pun belajar bersama
teman-teman dan kakak nya
4. Mekanisme koping terhadap masalah : ( √ ) Pemecahan masalah
( √ ) Minum Obat
( √ ) Cari Pertolongan
5. Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Hal yang dipikirkan saat ini :klien mengatakan mungkin ini ujian dari Allah
Harapan setelah menjalani perawatan : agar ia bisa berkumpul dengan keluarga,bisa
bermain dengan teman-teman
Perubahan yang dirasa setelah jatuh sakit :klien tidak bisa beraktifitas seperti biasa
6. Bagaimana hubungan pasien dengan tenaga kesehatan/keperawatan selama dirawat:
klien selalu mendengarkan apa yang di katakan oleh dokter ataupun perawat
B. Pemeriksaan Sistemik
1. Sistem Penginderaan
Mata :
a. Posisi mata : ( √ ) simetris ( ) asimetris
b. Peradangan : ( ) ya ( √ ) tidak
c. Kelopak mata : ( √ ) normal ( ) ptosis ( ) eksophtalmus
( ) hordeolum ( ) oedema
d. Tekanan intra okuler : ( √ ) normal ( ) abnormal
e. Konjungtiva : ( √ ) merah muda( ) anemia
f. Sklera : ( √ ) normal ( ) ikterik
g. Pergerakan bola mata : ( √ ) normal ( ) strabismus ( ) nistagmus
h. Pupil : (√ ) isokor ( ) anisokor ( ) midriasis ( )
miosis
i. Ketajaman penglihatan :
Visus :20/20
Menggunakan alat bantu : tidak
Diplopia :( ) ya ( ) tidak
Fotophobia :( ) ya ( ) tidak
Telinga :
a. Struktur : ( √ ) simetris ( ) asimetris
b. Daun telinga : ( √ ) normal ( ) sakit saat digerakkan
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Distensi vena jugularis : - kanan : ( ) ya ( √ ) tidak
- kiri : ( ) ya ( √ ) tidak
b. Ictus cordis : ( ) ya ( √ ) tidak
Ukuran ………………..
c. Pengisian kapiler : kurang dari 3/dtk
d. Bunyi jantung : ( √ ) normal ( ) gallop ( ) mur-mur
e. Nyeri dada : ( ) ya ( √ ) tidak
Timbulnya : ( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
Karakteristik : ( ) seperti ditusuk-tusuk ( ) seperti terbakar
: ( ) seperti tertimpa benda berat
4. Sistem Pencernaan
a. Warna kulit : ( √ ) merata ( ) tidak merata ( ) lesi
( ) peradangan ( ) striae ( ) jaringan parut
b. Bentuk : ( √ ) simetris ( ) asimetris
c. Kuntur : ( √ ) datar ( ) distensi/cekung ( ) asites
d. Gerakan abdomen : ( √ ) normal ( ) abnormal
e. Peristaltik : 15x/mnt
( ) hipoperistaltik ( ) hiperperistaltik
Jelaskan : …………………….
f. Keadaan palpasi : Hepar : ( ) teraba ( √ ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran ………………
Lien : ( ) teraba ( √ ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran ………………
g. Nyeri tekan : ( √ ) ya ( ) tidak
5. Sistem Perkemihan
a. Nyeri pinggang : ( ) ya ( √ ) tidak
b. Keadaan palpasi : Ginjal kanan :( ) teraba ( √ ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran ………………
Ginjal kiri :( ) teraba ( √ ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran ………………
c. Distensi kandung kemih : ( ) ya ( √ ) tidak
6. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tiroid : ( ) ya ( √ ) tidak
b. Perubahan suara : ( ) ya (√ ) tidak
c. Tremor : ( ) ya ( √) tidak
d. Pigmentasi kulit : (√ ) normal ( ) hipo pigmentasi
( ) hiper pigmentasi
e. Nafas berbau keton : ( ) ya ( √ ) tidak
7. Sistem Persarafan
a. Glasgow coma scale (GCS) : E4M5V6
b. Koordinasi : ( √ ) normal ( ) abnormal
c. Pemeriksaan nervus : I : normal,mampu membedakan bau
II : tes snellen chart 20/20
III, IV, VI : normal
V : normal
VII : normal
VIII : normal
IX :mampu membedakan rasa
X :normal
XI :tidak mampu melawan tahanan
XII :normal
8. Sistem Muskuloskeletal
a. Kekuatan otot ( 0 – 5 ) :5
b. Kekauan sendi : ( ) ya ( √ ) tidak
c. Nyeri pada tulang sendi : ( ) ya ( √ ) tidak
d. Fraktur : ( ) ya ( √ ) tidak
9. Sistem Integumen
a. Turgor kulit : ( ) baik ( ) sedang ( √ ) buruk
b. Warna kulit : ( √ ) pucat ( ) sianosis
c. Keadaan kulit : (√ ) baik ( ) lesi ( ) luka
( ) gatal-gatal ( ) bercak-bercak merah
( ) petechi ( ) terdapat luka bakar
( ) dekubitus ( ) memar/bengkak
d. Jenis kulit : ( ) kering ( √ ) lembab
Pemeriksaan Diagnostik :
V. TINDAKAN MEDIK/PENGOBATAN
1. Amoxicillin, 3x2 cth
2. Kloramfenikol, 4x2 tab
3. Dumin 250, 3x1 tab
4. IVFD RL
KLASIFIKASI DATA
DATA OBYEKTIF DATA SUBJEKTIF
- Keluarga mengatakan klien demam
- Klien tampak gelisah naik turun
- Suhu tubuh meningkat pada sore dan - Klien mengatakan nyeri dan sakit
malam hari pada kepala
- Klien terlihat lemah dan letih - Keluarga mengatakan klien tidak mau
- Mukosa bibir terlihat kering minum
- Turgor kulit jelek - Keluarga mengatakan klien muntah di
- Klien tampak meringis rumah 4 kali
- Nafsu makan klien berubah - Keluarga mengatakan klien tidak ada
nafsu makan
- Keluarga mengatakan makanan yang
diberikan cuma habis 1/2 porsi
- Klien mengatakan nyeri pada bagian
perut skala nyeri 6
Hipotalamus
Merespon dengan
meningkatkan suhu tubuh
Hipertermia
Hipovolemia
3. Ds: Bakteri salmonella typi Nyeri Akut
1. Klien mengatakan nyeri
skala nyeri 6 Sebagian hidup dan
Do: menetap
2. Klien tampak meringis
3. Klien tampak gelisah
4. Nafsu makan klien Terjadi Perdarahan
berubah
Perforasi
Peritonitis
Nyeri tekan
DO :
kulit terasa
hangat
Suhu tubuh
meningkat
ruangan,pencahayaan,kebisin nyeri(mis.suhu
gan) ruangan,pencahayaan,kebisin
Dokumentasi
Pengukuran Nadi