Anda di halaman 1dari 110

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES

MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI

RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :

Maria Laksmi Parahita

NIM : 068114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES

MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI

RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :

Maria Laksmi Parahita

NIM : 068114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

i
 
ii
 
iii
 
HALAM
MAN PERSEMBAHA
AN

Semua pasti
p indah tepat paada waktuunya, kareena Tuhann selalu puunya
r
rencana y dasyaat untuk masing-ma
yang m asing umaatnya.

K rsembaahkan karya
Kuper k ini unntuk :
yaang teercinta
ta Bappak dan
n Ibu--ku
adikkku
Allmamateerku

iv
 
v
 
PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan

bimbinganNya yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi

yang berjudul : “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus

Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009”. Skripsi ini disusun guna

memenuhi persyaratan dalam penyelesaian jenjang studi untuk meraih gelar

Sarjana Farmasi di Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian orang-

orang di sekitar penulis. Untuk itu tidak lupa penullis mengucapkan terimakasih

sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji yang telah banyak

membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti dalam proses

penyusunan skripsi ini.

2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia membimbing, memberi dukungan, semangat, gagasan dan

kritik yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian

ini.

3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku penguji yang telah

banyak membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti bagi

penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

vi
 
4. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih atas ijin yang diberikan kepada

penulis untuk melakukan penelitian

5. Kepala beserta Staf bagian personalia Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta atas segala bantuan dan dukungannya.

6. Kepala dan Staf Bagian Pelayanan Rekam Medik Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis dalam

mengumpulkan data untuk penelitian ini.

7. Bapak Ignasius Suwarto dan Ibu Fransiska A Sudjarwati atas cinta dan

kasih sayangnya serta perjuangannya yang sepenuh hati.

8. Saudara laki-lakiku Dominiko Laksma Paramestha yang selalu mau

membantu penulis dalam segala hal.

9. Seluruh keluarga besarku atas doanya.

10. Saudara yang sekaligus partnerku dalam pembuatan skripsi, Anastasia

Aprilistyawati atas segala bantuannya mendengarkan keluh kesah, dan

kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Gayatri Kusuma Wardani, Dewi Prasetyaningrum, Maria Evangeli dan

Swastika Maharani yang selalu memberi semangat dan menemani dalam

proses penting ini.

12. Sahabat-sahabatku Lulu, Dotie, Vica, Nimoo, Nee, Dissa, Shinta Sita,

Adit, Reno, Robi kebersamaan, semangat dan dukungannya yang hebat.

13. Seluruh teman-teman Farmasi khususnya angkatan 2006 kelas A, atas

lingkungan yang nyaman dalam proses belajar yang mengesankan.

vii
 
14. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, oleh karena itu

penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala ketidaksempurnaan

tersebut, dan dengan lapang dada penulis akan menerima kritik, koreksi, dan

saran dalam berbagai bentuk dari pihak lain guna menjadikan skripsi ini lebih

baik.

Pada akhirnya, penulis berharap semoga keseluruhan isi skripsi ini dapat

berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 16 Januari 2010

Penulis

viii
 
INTISARI

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme kronis ditandai dengan


tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Ischemic Heart
Disease (IHD) adalah salah satu komplikasi makrovaskular yang biasa terjadi
pada pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan
terapi pada pasien DM komplikasi IHD.
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif
evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan jumlah pasien dengan umur 60-
69 tahun sebanyak 33,3%. Komplikasi penyerta terbanyak adalah dislipidemia
(33,3%). Penyakit penyerta yang banyak dialami pasien adalah radices dentist
(27,7%). Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat hormonal
(100%), obat kardiovaskuler (94,4%). Golongan obat yang paling banyak
digunakan adalah golongan nitrat (77,7%) dan biguanida (66,6%). Dari hasil
evaluasi Drug Related Problems (DRPs), terdapat 13 kasus dengan DRPs, yaitu
sebanyak 11 kasus butuh tambahan obat, Adverse drug reaction sebanyak 2 kasus,
obat tidak tepat sebanyak 2 kasus dan tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus.
Keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%, dan lama inap pasien
diabetes melitus komplikasi IHD yang paling banyak adalah 8-14 hari (66,6%).

Kata kunci : diabetes melitus, ischemic heart disease, drug related problems

ix
 
ABSTRACT

Diabetes mellitus is one of the endocrine disease. Ischemic heart disease is


common complication in diabetes mellitus that causes cardiovascular disase and
complication which can increase risk of death on patient diabetes mellitus.
The research was non experimental method with description and
evaluation research program and collected the data from medical record sheet
retrospectively.
The research was done to evaluate the therapy management and its drug
related problems (DRPs) in 18 diabetes mellitus with ischemic heart disease
complication patient. The result showed that patien distribution was 33,3% of 60-
69 years, complication other than ischemic heart disease was dislipidemia
(33,3%), and another disease is radices dentist (27,7%).
The drug therapy classes of the diabetes mellitus with ischemic heart
disease patient were cardiovascular system 94,4%; nitrat 77,7%; and hormonal
therapy 100%; biguanida 66,6%.
The DRPs evaluation in this research showed that 11 patients need for additional
drug therapy, 2 patients adverse drug reaction 2 patients unneccesary therapy,
and 2 patients wrong drug.

Key words : diabetes mellitus, ischemic heart disease, drug related problems

x
 
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v

PRAKATA ........................................................................................................ vi

INTISARI .......................................................................................................... ix

ABSTRACT ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix

BAB. I PENGANTAR ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1. Permasalahan ................................................................................... 3

2. Keaslian Penelitian .......................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

1. Tujuan Umum .................................................................................. 5

2. Tujuan Khusus ................................................................................. 5

BAB. II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................. 7

xi
 
A. Diabetes Melitus ................................................................................... 7

1. Definisi, Tanda dan Gejala .............................................................. 7

2. Etiologi ............................................................................................ 8

3. Faktor Resiko .................................................................................. 9

4. Patofisiologi ..................................................................................... 10

5. Diagnosis ......................................................................................... 12

6. Komplikasi Diabetes Melitus ......................................................... 14

B. Ischemic Heart Disease ......................................................................... 15

1. Definisi, Tanda, dan Gejala ............................................................. 15

2. Etiologi ............................................................................................ 16

3. Faktor Resiko .................................................................................. 16

4. Patofisiologi ..................................................................................... 18

5. Diagnosis ......................................................................................... 20

C. Penatalaksanaan ..................................................................................... 21

1. Tujuan .............................................................................................. 21

2. Sasaran Terapi ................................................................................. 21

3. Strategi Terapi ................................................................................. 21

D. Drug Related Problem (DRPs) .............................................................. 26

E. Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) .......... 28

F. Keterangan Empiris ............................................................................... 29

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 30

B. Definisi Operasional .............................................................................. 30

xii
 
C. Subyek Penelitian .................................................................................. 32

D. Bahan Penelitian .................................................................................... 33

E. Lokasi Penelitian ................................................................................... 33

F. Jalannya Penelitian ................................................................................ 33

G. Analisis Hasil ........................................................................................ 35

H. Kesulitan Penelitian ............................................................................... 36

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 38

A. Profil Pasien .......................................................................................... 38

1. Persentase Umur .............................................................................. 38

2. Persentase Komplikasi Penyerta ..................................................... 39

3. Persentase Penyakit Penyerta .......................................................... 41

B. Profil Penggunaan Obat ......................................................................... 43

1. Kelas Terapi .................................................................................... 43

2. Golongan Obat ................................................................................ 44

C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) ............................................. 55

D. Outcome Terapi ..................................................................................... 62

E. Rangkuman Pembahasan ....................................................................... 64

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67

A. Kesimpulan ............................................................................................ 67

B. Saran ...................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69

LAMPIRAN ...................................................................................................... 73

BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 91

xiii
 
DAFTAR TABEL

Tabel I Faktor Risiko Untuk Diabetes Tipe 2 .................................... 10

Tabel II Kriteria Diagnosis Diabetes ................................................... 13

Tabel III Faktor Resiko Mayor pada Ischemic Heart Disease ............. 18

Tabel IV Derajat Angina Menurut Canadian Cardiovascular

Society .................................................................................... 20

Tabel V Target Penatalaksanaan Diabetes Melitus ............................. 26

Tabel VI Kategori DRP dan Kemungkinan Penyebabnya .................... 27

Tabel VII Persentase Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi

Ischemic Heart Disease dengan Penyakit Penyerta di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................................... 41

Tabel VIII Persentase Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 45

Tabel IX Persentase Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem

Hormon pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi

Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei

2009 ....................................................................................... 47

Tabel X Persentase Penggunaan Obat Infeksi pada Pasien Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di

xiv
 
Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................................... 49

Tabel XI Persentase Penggunaan Obat Saluran Nafas pada Pasien

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 50

Tabel XII Persentase Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 51

Tabel XIII Persentase Penggunaan Obat Nutrisi pada Pasien Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................................... 52

Tabel XIV Persentase Penggunaan Obat Susunan Saraf Pusat pada

Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 53

Tabel XV Persentase Penggunaan Obat Saluran Cerna pada Pasien

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 53

Tabel XVI Persentase Penggunaan Obat Skelet dan Sendi pada Pasien

xv
 
Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 54

Tabel XVII Persentase DRP yang teridentifikasi pada Pasien Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................................... 56

Tabel XVIII Kasus Butuh Tambahan Obat yang Teridentifikasi pada

Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 57

Tabel XIX Kasus Adverse drug reaction yang Teridentifikasi pada

Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 59

Tabel XX Kasus Tidak Perlu Obat Terapi yang Teridentifikasi pada

Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 60

Tabel XXI Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien

Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................................... 61

xvi
 
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 (A). Gambaran normal EKG; (B). Potongan gelombang

PR, QRS, dan QT ................................................................. 20

Gambar 2 Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic

Heart Disease Berdasarkan Kelompok Umur di Instalasi

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari

2008 – Mei 2009................................................................... 39

Gambar 3 Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic

Heart Disease Berdasarkan Komplikasi Penyerta di

Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode

Januari 2008 – Mei 2009...................................................... 40

Gambar 4 Diagram Kelas Terapi Obat yang Digunakan pada Pasien

Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart di Instalasi

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari

2008 – Mei 2009................................................................... 43

Gambar 5 Persentase Outcome Pasien Diabetes Melitus Komplikasi

Ischemic Heart Disease di Instalasi Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......... 63

Gambar 6 Persentase Lama Inap Pasien Diabetes Melitus Komplikasi

Ischemic Heart Disease di Instalasi Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......... 64

xvii
 
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Analisis SOAP pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi

Ischemic Heart Disease di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 .................................73

xviii
 
BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik,

yang membuat penderita DM tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang

cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga

terjadi kelebihan gula dalam darah. Apabila kadar glukosa darah tidak bisa

dikendalikan, penyakit ini menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, baik

komplikasi akut maupun kronis. Di negara berkembang seperti di Indonesia,

diabetes melitus sampai saat ini masih merupakan faktor yang terkait sebagai

penyebab kematian sebanyak 4 - 5 kali lebih besar dibandingkan dengan penyakit

lainnya. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam

jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia (Soegondo, 2006).  WHO juga

mengestimasi bahwa pada tahun 2000 terdapat 5,6 juta masyarakat Indonesia yang

menderita diabetes, tetapi pada kenyataannya terdapat 8,2 juta penduduk

Indonesia yang menderita diabetes.

Diabetes melitus adalah penyakit yang diderita seumur hidup yang

berjalan lambat, dan menyebabkan progresivitas penyakit semakin meningkat,

yang pada akhirnya dapat menimbulkan komplikasi, baik komplikasi

makovaskular maupun komplikasi mikrovaskular, bahkan saat ini diabetes melitus

dianggap setara dengan penyakit jantung, yang menyebabkan kematian terbanyak

di banyak negara.

1

 

Ischemic Heart Disease (IHD) adalah salah satu komplikasi

makrovaskular yang sering terjadi pada pasien DM, yang terjadi karena

penyempitan pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yang

menyebabkan suplai darah menuju jantung menjadi terhambat. Menurut National

Institute of Health, IHD merupakan salah satu penyebab kematian pada pasien

diabetes yaitu sebesar 65%. Pasien diabetes memiliki risiko kematian 2 sampai 4

kali lipat lebih besar karena kelainan jantung dibandingkan pasien tanpa diabetes.

(Ronald, 2008).

Diabetes komplikasi IHD yang terlambat dalam penanganannya dapat

menyebabkan kematian yang mendadak pada pasien, sehingga IHD sering disebut

dengan silent killer. Penatalaksanaan pasien diabetes dengan komplikasi IHD

bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah, seperti infark

miokard, penyakit jantung koroner dan gagal jantung, serta mencegah timbulnya

serangan kembali yang menyebabkan kondisi pasien lebih buruk.

Oleh karenanya penggunaan obat pada pasien DM dengan komplikasi IHD

harus sangat diperhatikan. Pemilihan obat harus mempertimbangkan tingkat

keparahan diabetes, serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk

penyakit lain dan komplikasi yang terjadi (Muchid, 2005). Penatalaksanaan

diabetes dengan terapi obat dapat menimbulkan masalah-masalah terkait obat

yang dialami pasien. Aktivitas untuk meminimalkannya merupakan bagian dari

proses pelayanan kefarmasian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

penatalaksanaan terapi meliputi profil pasien, profil peresepan yang digunakan

 

 

pasien, dan melihat ada tidaknya drug related problems (DRPs) pada pasien

diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih periode Januari 2008 sampai dengan Mei

2009, dan mengevaluasi terapi serta melihat hasil terapinya pada pasien.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) karena

terdapat banyak pasien diabetes komplikasi IHD. Selain itu, RSPR adalah salah

satu rumah sakit besar yang memiliki pelayanan rawat inap yang dapat

memberikan terapi kepada pasien diabetes melitus komplikasi IHD. Pemilihan

pasien rawat inap karena terapi pada pasien rawat inap lebih terkontrol dan relatif

lebih mudah dalam pengamatan yang menggambarkan kemajuan terapi.

1. Permasalahan

a. Bagaimana profil pasien meliputi umur, komplikasi, dan penyakit

penyerta pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart

Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009?

b. Bagaimana profil pengobatan meliputi kelas terapi, golongan obat, dan

jenis obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan

komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009?

c. Apa sajakah jenis kasus drug related problems yang teridentifikasi

pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart

Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009?

 

 

d. Bagaimana outcome terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009?

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan data yang ditelusuri di Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma, penelitian berjudul “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi

Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008 – Mei

2009” belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang serupa sudah banyak

diteliti oleh peneliti lain, namun penelitian ini berbeda dalam hal, subyek dan

waktu penelitian. Penelitian yang telah dilakukan antara lain

a. Nadeak (2000) tentang pola penggunaan antidiabetika oral bagi pasien

diabetes melitus rawat jalan di RS Betesdha Yogyakarta periode 1998

b. Triastuti (2004) tentang gambaran peresepan obat pada pasien diabetes melitus

tipe 2 di instalasi rawat inap RS dr. Sardjito Yogyakarta periode 2001-2002

c. Utomo (2005) tentang gambaran penatalaksanaan diabetes melitus pada pasien

rawat inap rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta periode bulan Juli-Desember

2003

d. Fransisca (2007) tentang evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes

melitus dengan komplikasi stroke di instalasi rawat inap RS Panti Rapih

Yogyakarta periode tahun 2005

 

 

e. Larasati (2008) tentang evaluasi drug related problems pada peresepan pasien

diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi Ischemic Heart Disease di instalasi

rawat inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2005-Desember 2007.

3. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada RS Panti

Rapih Yogyakarta dalam penerapan pelayanan kefarmasian khususnya pada upaya

peningkatan kualitas peresepan pada terapi pengobatan pasien diabetes melitus

dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi drug related

problems (DRPs) pada peresepan pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui profil pasien meliputi umur, komplikasi, dan penyakit

penyerta pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart

Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009.

b. Mengetahui profil pengobatan meliputi kelas terapi, golongan obat,

dan jenis obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan

komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap

 

 

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei

2009.

c. Mengetahui apa saja jenis kasus drug related problems yang

teridentifikasi pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009.

d. Mengetahui outcome terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009.

 
BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi, Tanda dan Gejala

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar

gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO,1999). Insulin adalah hormon

yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan

kadar gula darah yang normal. Insulin dibutuhkan untuk memproses karbohidrat,

lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Insulin

memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan

sebagai cadangan energi (Soegondo, 2006). Insufisiensi fungsi insulin ini dapat

disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta

Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel

tubuh terhadap insulin (WHO,1999).

Secara normal kadar gula darah sepanjang hari bervariasi. Gula darah akan

meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes

melitus ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah atau

hiperglikemik kronik karena ganggguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan

protein serta meningkatnya risiko terkena penyakit vaskular.

Gejala-gejala dari diabetes melitus adalah banyak makan atau polipagi,

namun tidak menunjukkan tanda-tanda penambahan berat badan, banyak dan

7
8
 

sering minum atau polidipsi, namun badan tetap terasa lemas, banyak kencing

atau poliuria, kadar gula darah diatas normal, yaitu lebih dari 140 mg/dl untuk

gula darah 2 jam post prandial dan 100 mg/dl untuk gula darah puasa, pada dua

kali pemeriksaan terpisah pada kadar glukosa darah puasa (Corwin, 2001).

Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap

infeksi (Soegondo, 2006).

2. Etiologi

Klasifikasi DM dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu DM tipe 1, DM tipe

2, dan diabetes gestasional.

a. Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin, pada

awalnya diagnosa biasa dilakukan pada anak-anak, remaja atau dewasa muda.

Pada diabetes ini, sel beta pankreas tidak dapat membuat insulin. Diabetes tipe 1

biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk, berusia kurang dari 30 tahun

(Anonim, 2009).

b. Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes melitus ini tipe yang tidak tergantung pada insulin. Diabetes

melitus ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar

insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin

untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang (Anonim, 2003).

c. Diabetes Gestasional

Diabetes ini terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap

diabetes. Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status

 
9
 

nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Namun, risiko mengalami diabetes tipe 2

pada waktu mendatang lebih besar daripada normal. Wanita yang mengidap

diabetes gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan

glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul (Corwin, 2001).

Diabetes gestasional dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan

dengan meningkatkan risiko malformasi congenital, lahir mati dan bayi bertubuh

besar, yang dapat menimbulkan masalah pada persalinan (Corwin, 2001).

3. Faktor Risiko

Faktor risiko diabetes melitus adalah :

a. faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah ras, etnik, riwayat keluarga

dengan diabetes,usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat

badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional,

riwayat berat badan lahir rendah <2,5 kg

b. faktor risiko yang dapat diperbaiki adalah berat badan lebih dapat dilihat

dari indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi

dengan tekanan darah >140/90 mmHg, dislipidemia dengan kadar HDL

<35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl, diet tinggi gula rendah serat

c. faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita

sindrom ovarium polikistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan

resistensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu

atau glukosa darah puasa terganggu, riwayat penyakit kardiovaskular

seperti stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh

darah arteri kaki (Triplitt, 2005).

 
10
 

Tabel I Faktor Risiko Untuk Diabetes Tipe 2


(Muchid, 2005)
Riwayat Diabetes dalam keluarga
Diabetes Gestasional
Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg
Kista ovarium (Polycystic ovary syndrome)
IFG (Impaired fasting Glucose) atau IGT
(Impaired glucose tolerance)
Umur 20-59 tahun : 8,7%
> 65 tahun : 18%
Hipertensi >140/90mmHg
Hiperlipidemia Kadar HDL rendah <35mg/dl
Kadar lipid darah tinggi >250mg/dl
Faktor-faktor Lain Kurang olah raga
Pola makan rendah serat

4. Patofisiologi

Diabetes melitus adalah penyakit dimana tubuh tidak dapat memproduksi

atau tidak dapat menggunakan dengan baik insulin. Insulin adalah hormon yang

diproduksi di pankreas, organ yang letaknya dekat dengan perut. Insulin ini

dibutuhkan untuk mengubah gula dan makanan yang lain menjadi energi. Insulin

juga menyimpan asupan glukosa atau produksi glukosa yang melebihi kebutuhan

kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses

glukoneogenesis ini mencegah hiperglikemia. Ketika seseorang memiliki

diabetes, tubuhnya tidak dapat membuat cukup insulin atau tidak menggunakan

insulin seperti yang seharusnya atau keduanya. Hal ini dikarenakan banyaknya

gula yang ada di dalam darah.

Dalam keadaan normal, setelah makan kadar gula darah akan meningkat,

hal ini akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan

reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di

 
11
 

dalam sel. Insulin ini bertugas menurunkan kadar gula darah yang sempat naik

karena makan.

Diabetes tipe 2 terjadi karena resistensi insulin, yaitu kondisi di mana

sensitivitas insulin menurun. Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormon

insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan menekan produksi glukosa

hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan

(Adnyana, 2001). Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan

penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Gejala khas pasien DM tipe 2 adalah polidipsi, poliphagi dan poliuria.

Pada pasien DM, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, yang membuat

kadarnya dalam darah meningkat. Glukosa yang bersifat osmotik, menyebabkan

osmolaritas dalam darah meningkat sehingga akan menarik air dalam sel dan

menyebabkan filtrasi ke ginjal meningkat, hal tersebut menyebabkan poliuria,

sehingga sebagai kompensasinya pasien merasa selalu haus (polidipsi). Glukosa

terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan

meningkat (poliphagi), selain itu, tidak adanya pemasukan glukosa pada sel

membuat penderita DM selalu merasa lapar (Kustiyanto, 2009).

DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes, dan biasanya

ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Resistensi insulin

ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas,

peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada

otot skelet. Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa

 
12
 

darah. DM tipe 2 lebih disebabkan karena gaya hidup penderita diabetes

(kelebihan kalori, kurangnya olah raga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh

genetik (Sukandar, 2008).

Pada diabetes tipe 1 penanganan glukosa yang normal terjadi sebelum

penyakit muncul. Dengan munculnya diabetes tipe 1, yang tidak atau sedikit

mengeluarkan insulin, kadar glukosa meningkat, karena tanpa insulin glukosa

tidak dapat masuk kedalam sel. Pada saat yang sama hati melakukan

glukoneogenesis (sintesis glukosa baru) menggunakan substrat yang yang tersedia

berupa asam amino, asam lemak dan glikogen. Substrat-substrat ini mempunyai

konsentrasi yang tinggi dalam sirkulasi karena efek katabolik glukagon tidak

dilawan oleh insulin. Hal ini menyebabkan sel-sel mengalami kelaparan walaupun

kadar glukosa sangat tinggi. Pembentukan energi yang hanya mengandalkan

asam-asam lemak menyebabkan produksi berbagai keton oleh hati meningkat.

Keton bersifat asam sehingga pH plasma turun (Triplitt, 2005).

5. Diagnosis

Kriteria diagnosis DM menurut ADA 1998 (Triplitt, 2005) adalah sebagai

berikut,

a. kadar glukosa sewaktu yang lebih dari 200 mg/dl adalah pemeriksaan

kadar glukosa darah setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan

makan terakhir

b. kadar glukosa puasa yang lebih dari 126 mg/dl adalah pemeriksaan

glukosa darah yang dilakukan setelah sebelumnya tidak terdapat masukan

kalori selama minimal 8 jam

 
13
 

c. tes toleransi glukosa oral (Oral Glucose Toleransi Test atau OGTT)

dilakukan dengan menggunakan beban glukosa 75 gram glukosa yang

dilarutkan dalam air sebelum melakukan tes ini. Seseorang dapat

didiagnosa DM jika kadar glukosa darah 2 jam post prandial 200 mg/dl.

Peningkatan hemoglobin terglikosilasi digunakan untuk memberi indikasi

keefektifan pengontrolan glukosa darah dalam 2-4 bulan terakhir . Apabila

terdapat hiperglikemia kronik, maka kadar hemoglobin terglikosilasi meningkat.

Diabetes yang tidak terkontrol memperlihatkan kadar hemoglobin terglikosilasi

yang tertinggi, yang mungkin lebih besar daripada 10% (Corwin, 2001).

Jika kadar glukosa darah tidak normal tapi belum termasuk kriteria

diagnosis untuk diabetes, maka keadaan ini disebut sebagai toleransi glukosa

terganggu atau Impaired Glucose Tolerance (IGT). Seseorang dengan IGT

mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar dari pada orang biasa.

Apabila kadar glukosa darah puasa antara 111 sampai 125 mg/dl, disebut keadaan

glukosa puasa yang terganggu atau Impaired Fasting Glucose (IFG).

Tabel II Kriteria Diagnosis Diabetes


(Triplitt, 2005)
Kategori Puasa 2 jam sesudah makan
Normal <100 mg/dl <140 mg/dl
Pre-diabetes (IFG atau
100-125 mg/dl 140 - 199 mg/dl
IGT)
Diabetes Melitus ≥ 126 mg/dl ≥200 mg/dl

Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun,

sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan

karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

 
14
 

6. Komplikasi Diabetes Melitus

a. Komplikasi Mikrovaskuler

Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi diabetes melitus yang

meliputi pembuluh darah kecil, dan banyak terjadi pada penderita diabetes tipe 1.

Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk

HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh

dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil (Muchid, 2005).

1) Retinopati

Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau

kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen (Corwin, 2001). Makin

lama DM diderita makin tinggi kemungkinan terjadinya retinopati. Risiko

menderita Retinopati DM tinggi yaitu 60% pada penderita yang menderita DM >

15 tahun (Permana, 2009).

2) Nefropati

Bagian ginjal yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerolus.

Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus yang

juga seperti sebagian besar kapiler lainnya, akan menebal dan menghambat aliran

darah. Terjadi hipertrofi ginjal akibat peningkatan kerja ginjal pada penderita

diabetes kronik untuk menyerap ulang glukosa (Corwin, 2001).

3) Neuropati

Neuropati terjadi akibat adanya kerusakan pada pembuluh darah kecil

yang memberi nutrisi pada perifer dan metabolisme gula yang abnormal (Triplitt,

2005).

 
15
 

b. Komplikasi Makrovaskuler

Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi diabetes melitus yang

meliputi pembuluh darah besar. Komplikasi ini lebih sering dirasakan oleh

penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau

kegemukan. Komplikasi makrovaskuler timbul terutama akibat aterosklerosis dan

ikut berperan dalam menyebabkan gangguan aliran darah, timbulnya penyakit

jangka panjang, dan peningkatan mortalitas (Corwin, 2001). Komplikasi

makrovaskuler ini meliputi penyakit pembuluh darah, gagal jantung, jantung

koroner, infark miokard, dan kematian mendadak (Triplitt, 2005).

B. Ischemic Heart Disease (IHD)

1. Definisi, Tanda dan Gejala

Ischemic heart disease (IHD) atau yang sering juga disebut coronary

artery disease (CAD) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan

atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung

(Cavallari, 2008). Sumbatan tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan antara

masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung yang dapat mengakibatkan

kerusakan pada daerah yang terkena sehingga fungsinya terganggu (Kustiyanto,

2009).

Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen

juga meningkat. Jika kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat,

maka arteri-arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan banyak darah dan oksigen

ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau

 
16
 

menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon

kebutuhan oksigen, maka akan terjadi iskemia (Corwin, 2001).

Kedua tipe diabetes, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 memiliki resiko yang

sama dalam terjadinya komplikasi Ischemic Heart Disease (Grundy, 1999).

Iskemia ini terjadi karena aterosklerosis pada arteri koroner yang umum terjadi

pada pasien diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2 diabetes, namun iskemia yang

terjadi pada pasien diabetes sering tidak dirasakan oleh pasien, karena pasien

diabetes memiliki saraf yang kurang peka terhadap rasa nyeri yang timbul karena

iskemia (Grundy, 1999).

Angina pektoris merupakan manifestasi klinik yang sering dijumpai pada

IHD ini, biasanya dirasakan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

mengencang, atau rasa nyeri di seluruh dada, terutama di belakang tulang dada.

Rasa nyeri ini sering menjalar ke bagian leher, rahang, lengan, bahu, atau bahkan

gigi (Anonim, 2009a).

2. Etiologi

Angina pektoris yang merupakan manifestasi klinik yang sering terjadi

pada IHD dibagi menjadi angina stabil, angina prinzmetal dan angina tidak stabil.

Pada angina stabil, gejala hanya dirasakan saat aktivitas dan segera berkurang

dengan istirahat, sedangkan pada angina tidak stabil, gejala muncul secara tiba-

tiba baik saat aktivitas ringan maupun saat istirahat (Davey, 2006).

3. Faktor Risiko

Faktor risiko dari ischemic heart disease adalah

a. diabetes melitus

 
17
 

Diabetes melitus sudah sejak lama dikenal sebagai faktor risiko

independen yang dapat menyebabkan berbagai macam kelainan kardiovaskular.

Diabetes dapat mempengaruhi otot jantung secara independen melalui keterlibatan

aterosklerosis dini arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung iskemik

(Grundy, 1999)

b. hiperlipoproteinemia

Semakin banyak lipoprotein yang beredar dalam darah, akan semakin

besar kemungkinan bagi mereka untuk memasuki dinding arteri. Bila dalam

jumlah besar maka akan melampaui kemampuan sel otot polos untuk

memetabolismenya sehingga lemak akan terakumulasi pada dinding arteri

(Kustiyanto, 2009)

c. hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling penting dalam penyakit

kardiovaskular. Hipertensi memperparah terjadinya aterosklerosis. Tekanan darah

yang tidak terkontrol, akan memperparah kondisi aterosklerosis pasien yaitu

dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat

yang mengalami tekanan tinggi (Braverman, 2009)

d. obesitas

Obesitas dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia dan

diabetes tipe 2, dan berbagai kondisi lainnya

e. merokok

Nikotin mempunyai efek langsung terhadap arteri koronaria dan platelet

darah. Inhalasi karbon monoksida mengurangi kapasitas eritrosit membawa

 
18
 

oksigen, dan juga meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium (Kustiyanto,

2009).

Tabel III Faktor Risiko Mayor pada Ischemic Heart Disease


(Cavallari, 2008)
Non-modifiable (tidak dapat
Modifiable (dapat diubah)
diubah)
Kebiasaan merokok Umur 45 tahun atau lebih untuk laki-
Dislipidemia laki, dan umur 55 tahun atau lebih
a. LDL dan kolesterol total yang tinggi untuk wanita
b. HDL yang rendah
Diabetes Melitus Sejarah keluarga yang mengalami
Hipertensi penyakit jantung
Tidak pernah berolah raga/tidak pernah
melakukan kegiatan fisik
Obesitas (body mass index yang lebih besar atau
sama dengan 30 kg/m2)

4. Patofisiologi

Aterosklerosis dimulai dengan adanya kerusakan pada sel endotel

pembuluh darah. Kerusakan pada endotelium tersebut membuat lemak, kolesterol,

platelet, sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit

pada dinding pembuluh darah. Penumpukan tersebut menyebabkan luka pada

pembuluh darah atau terjadi peradangan pada pembuluh darah. Kemudian tubuh

akan mengeluarkan peptida-peptida vasoaktif, makrofag dan trombosit yang

digunakan untuk pembekuan darah, dan menyebabkan perubahan bentuk

permukaan pembuluh darah menjadi menonjol dan permukaannya menjadi kasar

(lapisan parut), yang mempersempit rongga pembuluh darah.

Pada pasien diabetes melitus terjadi peningkatan aktivitas enzim aldosa

reduktase yang diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol.

Peningkatan aktivitas aldosa reduktase menyebabkan peningkatan konversi

 
19
 

NADPH yang tereduksi menjadi bentuk teroksidasi yaitu NADP. Pemakaian

NADPH akan berakibat menurunnya produksi nitrat oksida (NO) dan antioksidan.

Nitrat oksida berfungsi untuk relaksasi otot polos pembuluh darah dan

penghambat aktivitas platelet, sehingga jika produksi NO menurun maka dapat

menyebabkan terjadinya kekakuan pada otot polos pembuluh darah, dan dapat

menyebabkan terjadinya agregasi platelet. Menurunnya produksi antioksidan

menyebabkan radikal bebas yang seharusnya didetoksifikasi oleh antioksidan

berinteraksi dengan NO menjadi peroksinitrit yang dapat merusak sel endotel

pembuluh darah sehingga membuat LDL yang teroksidasi dapat dengan mudah

menempel pada pembuluh darah, yang menyebabkan aterosklerosis (Necel, 2009).

Penimbunan plak-plak aterosklerosis yang dikarenakan kadar gula darah

yang tidak terkontrol semakin lama akan semakin besar, sehingga terjadi

penyempitan pada arteri koroner yang merupakan pembuluh nadi yang

mengandung oksigen dalam kadar tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan

sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga tidak dapat dipenuhi.

Keadaan ini disebut iskemia dan manifestasinya dapat berupa angina atau nyeri

pada dada akibat kerja jantung yang meningkat (Kustiyanto, 2009). Pada pasien

IHD peningkatan tekanan darah sering terjadi, hal ini karena penyempitan

pembuluh darah yang mengakibatkan darah yang seharusnya bisa mengalir

terhambat oleh adanya aterosklerosis, oleh karenanya jantung akan memompa

darah lebih keras, dan hal tersebut menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Berdasarkan penelitian, semakin tinggi usia pasien maka semakin besar

kemungkinan untuk mengalami angina.

 
20
 

Tabel IV Derajat Angina Menurut Canadian Cardiovascular Society


(Kasper, dkk., 2005)
Derajat Definisi
Derajat 1 Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan angina, seperti berjalan. Angina
terjadi bila mempercepat atau memperpanjang aktivitas.
Derajat 2 Angina terjadi saat berjalan atau naik tangga deengan cepat, berjalan
menanjak, berjalan atau naik tangga setelah makn, saat dingin, angin, atau
dibawah tekanan emosional, atau beberapa jam setelah bangun.
Derajat 3 Ditandai dengan adanya pembatasan aktivitas fisik. Angina terjadi bila berjalan
atau naik satu anak tangga pada langkah normal.
Derajat 4 Ketidakmampuan untuk melanjutkan aktivitas fisik. Gejala angina dapat pula
muncul pada saat istirahat

5. Diagnosis

Elektrokardiogram (EKG) adalah pencatatan aktivitas elektrik otot

jantung, dan dapat mendeteksi otot jantung yang memerlukan oksigen.

Elektrokardiogram (EKG) istirahat berguna untuk menunjukkan perubahan-

perubahan yang ditimbulkan oleh serangan jantung (Anonim, 2009a).

Elektrokardiogram EKG ini menunjukkan terjadinya elevasi atau depresi segmen

ST pada pasien IHD (Triplitt, 2005). Selain itu, pada pasien IHD biasanya

memperlihatkan peningkatan total kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL,

tekanan darah yang tinggi serta kadar glukosa yang meningkat (Cavallari, 2008).

Gambar 1. (A).Gambaran normal EKG; (B).Potongan gelombang PR, QRS, dan


QT

 
21
 

C. Penatalaksanaan

1. Tujuan

Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dari ischemic heart disease

sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yaitu mencegah terajadinya

penyakit cardiovascular disease atau penyakit jantung koroner seperti infark

miokard, aritmia, dan kerusakan jantung, mencegah gejala penyakit, memperbaiki

kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko kematian (Triplitt, 2005).

2. Sasaran Terapi

1) keseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen

2) kadar glukosa darah

3) komplikasi

4) pola hidup (Triplitt, 2005).

3. Strategi Terapi

Strategi terapi pada diabetes melitus dengan komplikasi ischemic heart

disease meliputi terapi non farmakologis dan farmakologis.

a) Non Farmakologis

1) Pengaturan Diet

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik

yaitu

a. karbohidrat sebesar 60-70%,

b. lemak sebesar 20-25%,

c. protein sebesar 10-15%.

 
22
 

Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi

insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah

satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi

kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM),

dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan

tambahan waktu harapan hidup. Sumber lemak yang dikonsumsi diupayakan yang

berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh

dibandingkan asam lemak jenuh (Muchid, 2005).

2) Olah Raga

Olah raga yang harus dilakukan bukan olah raga berat, olah raga ringan

asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.

Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan, berenang, dan lain

sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas

reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa

(Muchid, 2005).

b) Farmakologis

1) Terapi Serangan Akut

Terapi ini digunakan saat terjadi serangan akut yang terjadi karena

kurangnya suplai oksigen untuk jantung. Terapi ini penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya kematian mendadak pada pasien.

a. Nitrat

Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat

dalam bentuk short-acting dan long-acting. Sebuah tablet nitrogliserin yang

 
23
 

diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan menghilangkan gejala

angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit. Nitrat

long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan kemampuannya

untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan

selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas

jangka panjangnya (Anonim, 2008a).

b. β-blocker

Obat beta bloker mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard.

Selama melakukan aktivitas, beta bloker membatasi peningkatan denyut jantung

sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. Obat ini tidak boleh diberikan

kepada penderita bronkhitis atau asma karena nafas mereka bisa menjadi lebih

sesak (Triplitt, 2005).

c. Calcium Channel Blocker

Obat golongan ini bekerja dengan mengurangi masuknya ion kalsium

melalui kanal kalsium ke dalam otot polos, otot jantung, dan saraf. Berkurangnya

kadar kalsium bebas menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh

darah (vasodilatasi), konstraksi otot jantung, serta pembentukan dan konduksi

impuls dalam jantung (Triplitt, 2005).

2) Terapi Jangka Panjang

Terapi jangka panjang digunakan untuk mencegah timbulnya komplikasi

yang lebih parah dan mencegah timbulnya serangan angina kembali. Terapi

jangka panjang ini meliputi pencegahan terjadinya trombus dan pengontrolan

tekanan darah dan kolesterol, karena hal tersebut merupakan faktor yang memicu

 
24
 

terjadinya serangan IHD, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan

komplikasi yang lebih parah (Yacob, 2009).

a. Aspirin

Merupakan obat anti-agregasi platelet yang bekerja dengan menghambat

agregasi platelet. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi platelet pada

aterosklerosis sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri

yang membuat pembuluh darah semakin sempit (Triplitt, 2005). Penambahan

antiplatelet dapat memperlihatkan penurunan risiko terjadinya penyakit jantung

koroner maupun kematian pada pasien dengan ischemic heart disease (Cavallari,

2008).

b. ACE Inhibitors dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Jika tidak terdapat kontraindikasi ACE inhibitors dapat dipertimbangkan

pada pasien ischemic heart disease yang juga mempunyai penyakit diabetes

melitus, riwayat infark miokard atau disfungsi ventrikuler. Angiotensin receptor

blocker bisa digunakan jika pasien tidak tahan dengan efek samping dari ACE

inhibitors, yaitu batuk kronik (Cavallari, 2008).

c. Obat Hipolipidemia

Kontrol lipid terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskular sangat

penting, karena kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya aterosklerosis.

Golongan statin dan asam fibrat dapat digunakan untuk menurunkan kadar

kolesterol. Statin digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kadar

LDL, sedangkan asam fibrat digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida dan

menaikkan kadar HDL (Sukandar, 2008).

 
25
 

3) Terapi untuk menjaga kadar glukosa darah

a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat Hipoglikemik Oral (OHO) digunakan jika perubahan lifestyle tidak

dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien. Obat Hipoglikemik Oral

(OHO) bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah.

Obat-obatan ini dapat membantu penyandang diabetes melitus untuk

menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan

glukosa oleh hati. Terdapat beberapa macam OHO untuk mengendalikan glukosa

darah penyandang diabetes. Golongan sulfonilurea dan golongan glinid bekerja

dengan cara memicu produksi insulin, golongan biguanid (metformin) dan

tiazolidindon bekerja dengan meningkatkan kerja insulin, dan golongan

penghambat enzim alfa glukosidase (akarbose) bekerja dengan menghambat

penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus.

b. Insulin

Terapi insulin digunakan pada pasien diabetes tipe 1 karena sel beta

pankreas tidak dapat memproduksi insulin, dan pada diabetes tipe 2 digunakan

pada pasien yang sudah mengalami defisiensi insulin. Insulin bekerja dengan

membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.Jenis insulin yang biasa

digunakan untuk terapi yakni insulin kerja cepat, insulin kerja pendek, insulin

kerja menengah, insulin kerja panjang dan insulin campuran (Soegondo, 2006).

c. Terapi Kombinasi

Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak digunakan adalah

kombinasi OHO dengan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang) yang

 
26
 

diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut

pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik (Soegondo, dkk.,

2006).

Tabel V Target Penatalaksanaan Diabetes Melitus


(Massing, 2005)
Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan
Kadar Glukosa Darah Puasa 80–120 mg/dl
Kadar Glukosa Plasma Puasa 90–130 mg/dl
Bedtime blood glucose 100–140 mg/dl
Bedtime plasma glucose 110–150 mg/dl
Kadar Insulin <7 %
Kadar HbA1c <7 mg/dl
Kadar Kolesterol HDL >45 mg/dl (pria), >55 mg/dl (wanita)
Kadar Trigliserida <200 mg/dl
Tekanan Darah <130/80 mmHg

D. Drug Related Problems (DRPs)

Farmasi klinik didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh seorang

farmasis dalam usahanya untuk mencapai terapi obat rasional yang aman, tepat,

dan cost effective. Pharmaceutical care (asuhan kefarmasian) bertanggung jawab

untuk memastikan bahwa pasien memperoleh terapi obat rasional dan untuk

memastikan bahwa terapi yang diberikan adalah yang diinginkan oleh pasien

(Muchid, 2005).

Drug Related Problems (DRPs) atau Drug Therapy Problems (DTPs)

didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diharapkan dialami pasien selama

proses terapi dengan obat dan secara aktual maupun potensial bersamaan dengan

outcome yang diharapkan (Cipolle, 1998).

 
27
 

Dalam pharmaceutical care practice oleh Cipolle (1998) masalah-masalah

dalam kajian DRPs ditunjukkan oleh kemungkinan penyebab DRPs yang

disajikan dalam tabel VI berikut.

Tabel VI Kategori DRPs dan Kemungkinan Penyebabnya


Kajian Meliputi
Butuh 1. Kondisi baru membutuhkan obat.
Tambahan 2. Kondisi kronis (butuh terapi lebih lanjut).
Terapi Obat 3. Kondisi membutuhkan kombinasi obat.
4. Kondisi dengan risiko dan butuh terapi untuk mencegahnya.
Tidak Perlu 1. Tidak ada indikasi untuk keadaan saat itu.
Obat Terapi 2. Menelan obat dengan jumlah toksik.
3. Kondisi akibat drug abuse.
4. Lebih baik dengan kondisi non drug.
5. Pemakaian multiple drug padahal cukup dengan single drug terapi.
6. Minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang
seharusnya dapat dihindarkan.
Obat Tidak 1. Kondisi yang menyebabkan obat menjadi tidak efektif.
Tepat 2. Alergi obat tertentu.
3. Obat yang diberi bukan yang paling efektif untuk indikasi.
4. Faktor risiko yang kontraindikasi dengan obat.
5. Efektif tetapi bukan yang paling murah.
6. Efektif tetapi bukan yang paling aman.
7. Antibiotika yang diberi resisten terhadap infeksi pasien.
8. Refractory.
9. Kombinasi yang tidak perlu.
Dosis Kurang 1. Dosis yang terlalu rendah untuk memberikan respon.
2. Konsentrasi obat yang diberi di bawah therapeutic range.
3. Obat, dosis, rute atau konversi formulasinya tidak cukup.
4. Pemberian terlalu awal.
5. Dosis dan interval tidak cukup.
Adverse Drug 1. Diberikan terlalu tinggi kecepatannya.
Reaction 2. Alergi.
(ADRs) 3. Faktor risiko.
4. Interaksi obat-obat/obat-makanan.
5. Hasil laboratorium berubah akibat obat.
Dosis 1. Diberikan terlalu tinggi.
Berlebih 2. Kadar serum terlalu tinggi.
3. Dosis terlalu cepat dinaikkan.
4. Akumulasi obat karena penyakit kronis.
5. Obat, dosis, dan rute konversi formula tidak sesuai.
6. Dosis dan interval tidak cukup.
Kepatuhan 1. Tidak menerima obat yang sesuai dengan regimen karena
medication error.
2. Tidak taat instruksi.
3. Tidak menerima obat karena mahal.
4. Tidak memahami.

 
28
 

E. Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan ( SOAP)

Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) merupakan

sarana yang telah lama digunakan untuk mengumpulkan informasi dari medical

record. Dengan informasi yang telah terkumpul tersebut dapat membantu untuk

menyelesaikan masalah maupun situasi yang kompleks (Kimble, 2005).

Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) terdiri dari

1. data subyektif

Data subyektif merupakan informasi yang dapat diketahui dari informasi

yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang

merawat pasien. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data subyektif ini

adalah

a) riwayat terkait gejala yang dirasakan,

b) keluhan atau gejala yang dirasakan pasien,

c) riwayat penyakit,

d) alergi,

e) riwayat pengobatan (Jones, 2003).

2. data obyektif

Data obyektif merupakan informasi yang diketahui berdasarkan hasil

observasi. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data obyekif adalah

a) data vital,

b) pemeriksaan fisik,

c) konsentrasi obat dalam serum,

d) hasil tes diagnosa,

 
29
 

e) hasil tes laboratorium (Jones, 2003).

3. penilaian

Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah menegakkan diagnosa pasien, dan juga dilakukan identifikasi terhadap

drug related problems yang mungkin terjadi pada pengobatan sebelumnya

(Kimble, 2005).

4. rekomendasi

Tahap ini dilakukan dengan memberikan rekomendasi terapi pada pasien

yang mengalami kasus yang teridentifikasi DRPs. Selain itu pembelajaran kepada

pasien mengenai masalah kesehatan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan tujuan terapi yang maksimal harus diberikan pada pasien (Kimble,

2005).

F. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi drug

related problems pada penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus dengan

komplikasi ischemic heart disease (IHD) di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008 – Mei 2009. 

 
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif

evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini

diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu pada catatan rekam

medik pada pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).

Penelitian ini berupa penelitian non-eksperimental karena subyek uji tidak diberi

perlakuan.

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pengobatan pada pasien

diabetes komplikasi ischemic heart disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih dengan standar medik yang ada.

B. Definisi Operasional

1. Pasien rawat inap merupakan pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic

Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009.

2. Kategori pasien diabetes melitus adalah pasien yang memiliki kadar gula

darah puasa ≥126mg/dl atau kadar gula darah post prandial (PP) ≥200mg/dl

dan memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan diagnosa keluar.

3. Ischemic Heart Disease (IHD) adalah jika hasil EKG pasien menunjukkan

perubahan gelombang ST dan gelombang T, dan terdapat kenaikan pada

 
30
31 
 

faktor-faktor resiko IHD seperti kolesterol total, low density lipoprotein

(LDL), kadar glukosa darah, dan penurunan high density lipoprotein (HDL).

4. Komplikasi penyerta adalah penyakit yang menyertai DM komplikasi IHD

terkait dengan komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler.

5. Penyakit penyerta adalah penyakit yang menyertai perjalanan penyakit DM

komplikasi IHD tetapi bukan termasuk dalam komplikasi makrovaskuler dan

mikrovaskuler.

6. Lembar medical record merupakan lembar catatan dokter dan perawat yang

berisi tentang data klinik pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart

Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 - Mei 2009.

7. Profil pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD)

meliputi umur, diagnosis masuk, diagnosis keluar, diagnosis lain, lama

perawatan dan jenis obat yang digunakan.

8. Profil obat meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat untuk pasien

diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).

9. Kelas terapi adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa golongan

obat yang memiliki sasaran pengobatan sama, contohnya adalah obat-obat

antiangina dan obat-obat hipertensi masuk ke dalam kelas terapi obat

kardiovaskuler.

10. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari setiap kelas

terapi yang diberikan untuk pasien, contohnya golongan obat antipiretik,

golongan obat antiangina.

 
32 
 

11. Jenis obat merupakan nama generik obat pada peresepan pasien rawat inap

dalam satu kali periode pengobatan.

12. Drug related problems adalah kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada

pasien pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).

13. Outcome terapi adalah keadaan pasien dimana pasien setelah menjalani terapi

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih, dan memiliki hasil EKG

normal.

14. Fokus penentuan drug related problems meliputi membutuhkan obat

tambahan, mendapat obat tanpa indikasi, pemilihan obat kurang tepat, dosis

terlalu rendah, efek samping obat, interaksi obat dan dosis terlalu tinggi.

15. Data yang diperoleh dihitung dengan cara jumlah kasus yang ada dibagi

jumlah pasien (n=18) dikalikan seratus persen. Perhitungan ini digunakan

dalam menghitung persentase umur pasien, komplikasi penyerta, penyakit

penyerta, kelas terapi obat, golongan obat, jenis obat dan outcome terapi.

16. Terapi yang dibahas pada penelitian ini adalah terapi farmakologis.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi adalah pasien diabetes

melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah gula darah puasa ≥ 126 mg/dl atau gula darah 2 jam

post prandial ≥200 mg/dl, memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan

diagnosa keluar, serta mengalami iskemia pada hasil EKG pasien.

 
33 
 

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan medical

record pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 -

Mei 2009.

E. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes

melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) dilakukan di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta yang terletak di Jalan Cik Dik Tiro No. 39 Yogyakarta.

F. Jalannya Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan pembuatan proposal penelitian untuk

mendapatkan ijin penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih.

2. Tahap Analisis Situasi

Pada tahap ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang medical

record dari bagian rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih, berupa informasi

jumlah pasien, nomor rekam medik dan nama subyek penelitian dalam periode

penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh pada periode penelitian yaitu Januari

2008 – Mei 2009 didapatkan 25 pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Rumah Sakit Panti Rapih.

3. Tahap Pengambilan Data

Tahap ini dilakukan pengambilan data dari bagian rekam medik Rumah

Sakit Panti Rapih. Sebanyak 18 kasus DM komplikasi IHD yang masuk dalam

 
34 
 

kriteria inklusi digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data ini meliputi

nomor rekam medik nomor registrasi, jenis kelamin, tanggal pasien masuk dan

keluar, lama pasien menderita DM, diagnosis, lama perawatan, data vital, data

laboratorium, komplikasi yang dialami, serta pengembangan keadaan pasien

selama perawatan.

4. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini data yang sudah diperoleh pada tahap sebelumnya dicatat

dalam tabel yang berisi mengenai profil pasien yaitu jenis kelamin, umur,

komplikasi penyerta dan penyakit penyerta, profil pengobatan meliputi kelas

terapi, golongan obat, jenis obat, dan dosis obat serta outcome terapi pada pasien,

meliputi lama tinggal pasien dan keadaan pasien saat pasien meninggalkan rumah

sakit.

5. Tahap Penyelesaian Data

Data yang telah diperoleh tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan drug

related problems dengan metode SOAP pada masing-masing kasus, dengan

melihat diagnosa, pemeriksaan laboratorium, dan obat yang digunakan pasien.

Berdasarkan data yang sudah diperoleh dilakukan evaluasi mengikuti rancangan

penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tentang apa saja DRP yang

terjadi selama terapi. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar

referensi. Literatur yang digunakan untuk menganalisis DRP adalah American

Diabetes Association (ADA) guideline, American Heart Association (AHA)

Scientific Statement Diabetes and Cardiovascular Disease (Grundy, 1999),

 
35 
 

Pharmacoteraphy; A Pathophysiologic approach; Diabetes Melitus (Triplitt,

2005), Pharmacotherapy Principles and Practice : Ischemic Heart Disease

(Cavallari, 2008), Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) (Anonim, 2000)

dan MIMS Indonesia 2008/2009 (Anonim, 2009).

G. Analisis Hasil

Data dianalisis untuk memberi dengan gambaran mengenai kondisi pasien

diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) yang meliputi

1. data untuk umur pasien dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu

kelompok umur <40 tahun 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79

tahun, 80-89 tahun, kemudian dihitung dengan cara menghitung jumlah

pasien yang terdapat dalam range umur tertentu dibagi dengan jumlah

keseluruhan sampel dikalikan 100%.

2. komplikasi lain yang menyertai pasien, dengan cara menghitung jumlah

komplikasi penyerta pada masing-masing pasien dibagi dengan jumlah

keseluruhan sampel dikalikan 100%.

3. penyakit penyerta lain yang menyertai pasien, dengan cara menghitung

jenis penyakit penyerta pada masing-masing pasien dibagi dengan jumlah

keseluruhan sampel dikalikan 100%.

4. persentase kelas terapi pasien DM komplikasi Ischemic Heart Disease

(IHD) dihitung dengan cara menghitung jenis terapi pada masing-masing

pasien dibagi dengan jumlah keseluruhan sampel pasien dikalikan 100%.

5. obat-obat yang digunakan untuk pasien diabetes melitus komplikasi IHD

dikelompokkan berdasarkan kelas terapi obat, golongan obat, dan jenis

 
36 
 

obat. Pengelompokan ini didasarkan pada Informatorium Obat Nasional

Indonesia (IONI) 2000. Setelah dikelompokkan dihitung berdasarkan

jumlah kasus yang menggunakan obat tersebut dan dihitung persentasenya.

6. persentase jumlah DRP pasien diabetes melitus komplikasi IHD dihitung

dengan cara menghitung jumlah masing-masing kasus DRP dibagi dengan

jumlah keseluruhan sampel pasien kemudian dikalikan 100%.

7. evaluasi kerasionalan terapi berdasarkan DRP dengan metode SOAP

secara per kasus

a) menentukan subyek,

b) menentukan obyek,

c) menentukan assessment

d) menentukan rekomendasi.

H. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dialami selama pengambilan data di unit rekam medik

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah waktu pengambilan data yang relatif

sedikit, yaitu sekitar 3 jam/ hari, dan pengambilan data tidak dilakukan setiap hari

karena pengambilan data dilakukan pada saat kegiatan perkuliahan masih aktif.

Masalah tersebut dapat sedikit diatasi dengan menyiapkan lembar khusus yang

berisi tabel yang sudah berisi tentang data apa saja yang akan diambil, sehingga

mempercepat proses penyalinan data. Kesulitan kedua adalah kesulitan

mendapatkan dokumen rekam medik, kerena seringkali sedang digunakan untuk

pelayanan rumah sakit. Penyelesaian masalah ini adalah dengan mendaftarkan

kembali nomor rekam medik beberapa hari kemudian. Kesulitan yang lain adalah

 
37 
 

sulitnya membaca beberapa tulisan yang ada dalam rekam medik. Usaha yang

dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menanyakan kepada

perawat.

 
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai Evaluasi Penatalaksanaan Terapi pada Pasien

Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

dilakukan dengan menelusuri data pasien yang terdiagnosa DM komplikasi IHD

pada diagnosa masuk dan atau diagnosa keluar. Berdasarkan data yang diperoleh

dari Instalasi Rekam Medik, diperoleh 25 kasus pasien DM komplikasi IHD, dan

18 kasus yang masuk kriteria inklusi. Langkah selanjutnya adalah mencatat semua

data pasien yang dibutuhkan yang tercantum dalam lembar rekam medis.

A. Profil Pasien pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart


Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

1. Persentase pasien berdasarkan umur

Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM komplikasi IHD.

Pada umumnya semakin bertambahnya umur makin besar risiko seseorang untuk

mengalami kondisi tidak sehat. Menurut Cavallari (2008), faktor risiko terjadinya

diabetes melitus komplikasi IHD adalah umur diatas 55 tahun, hal ini karena

semakin bertambahnya umur, maka dalam tubuh terjadi penimbunan atau

akumulasi lemak, sehingga menimbulkan penumpukan lemak dan kolesterol di

dalam pembuluh darah. Terjadinya penimbunan lemak tersebut menyebabkan

aterosklerosis dan membuat arteri koronaria menjadi lebih sempit, sehingga suplai

oksigen yang menuju ke jantung akan menjadi berkurang.

38
39
 

Dari data yang didapatkan, diabetes melitus komplikasi ischemic heart

disease paling banyak ditemukan pada pasien dengan umur 60 sampai 69 tahun,

yaitu sebanyak 33%. Hasil ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa

risiko terbanyak terjadi pada pasien dengan umur lebih dari 55 tahun. Namun

terdapat pula pasien dengan DM komplikasi IHD yang berumur kurang dari 55

tahun, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perubahan gaya hidup yang

tidak sehat yang dilakukan pasien dari waktu ke waktu, sehingga menyebabkan

diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease banyak terjadi pada pasien

dengan umur dibawah 55 tahun.

5% 5.% <40
11%
40-49
16% 50-59
27%
60-69
70-79
33%
80-89

Gambar 2. Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart


Disease Berdasarkan Kelompok Umur di Instalasi Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
2. Persentase pasien berdasarkan komplikasi penyerta

Dalam penelitian ini, dislipidemia dan hipertensi adalah komplikasi

penyerta yang paling banyak dijumpai pada pasien dengan diabetes melitus

komplikasi ischemic heart disease. Dislipidemia pada kasus DM komplikasi IHD

sebesar 33%, dan hipertensi sebesar 28%.

Diabetes melitus komplikasi IHD sangat erat hubungannya dengan

terjadinya dislipidemia, karena dislipidemia dapat memperparah kondisi pasien.

 
 
40
 

Dislipidem
mia terjadi karena
k adannya kenaikaan kadar kollesterol, terrutama LDL
L, dan

biasanya disertai
d denngan penuruunan HDL. LDL
L dalam
m tubuh berffungsi mem
mbawa

lemak darri hati ke seel, jika kaddar LDL tin


nggi, maka terjadi pennumpukan lemak
l

dalam sel, dan hal teersebut sanggat mempen


ngaruhi tim
mbulnya ateerosklerosis yang

memperbeesar terjadinnya ischemiic heart dissease. Penim


mbunan lem
mak (LDL) yang

banyak daalam sel, jugga mempenggaruhi kond


disi diabetess, karena akkan berpeng
garuh

terhadap sensitivitas
s j
jaringan terrhadap insu
ulin yang daapat menyebbabkan resisstensi

insulin.

hipertensi dislipidem
mia hipoglikkemia
stroke ulkus hipergliikemia
nefropati polineuroopati CHF

33%
28%
%

11% 11% 11% 11%


5% 5% 5%

Gambar 3. Distribbusi Pasien Diabetes Melitus


M Kommplikasi Ischhemic Hearrt
Diseasse Berdasarrkan Kompllikasi Penyeerta di Instaalasi Rumahh Sakit Pantii
Rapih Yogyakartaa Periode Jaanuari 2008 – Mei 20099 

Hipertensi dalam kasuus ini terjaadi karenaa terjadinya ateroskleerosis

sehingga pembuluh darah meengalami penyempitan


p n. Pembulluh darah yang

mengalam
mi penyempitan tersebuut mengakib
batkan daraah yang meengandung kadar

gula yang tinggi, lebiih sulit meleewati pemb


buluh darah,, sehingga m
membuat jan
ntung

mempomppa lebih kerras untuk dapat


d memeenuhi suplaai darah, daan pada akh
hirnya

menyebabbkan kenaikkan tekanan darah pada pasien.

 
 
41
 

3. Persentase pasien berdasarkan penyakit penyerta

Pasien diabetes melitus komplikasi IHD dirawat di rumah sakit tidak

hanya karena keluhan penyakit diabetes dan nyeri dada saja, melainkan juga

memiliki penyakit penyerta lain yang juga mengganggu pasien. Penyakit penyerta

yang paling banyak terjadi pada kasus diabetes melitus komplikasi IHD adalah

radices dentist dan infeksi saluran kemih (ISK).

Tabel VII. Persentase Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi


Ischemic Heart Disease dengan Penyakit Penyerta di Instalasi rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
No Penyakit Penyerta Jumlah Persentase
(%)
1. Radices dentist 5 27
2. ISK (Infeksi saluran Kemih) 4 22
3. Hipertiroid 4 22
4. HHD (Hipersensitif heart disease) 3 16
5. Diare akut 2 11
6. Dehidrasi 1 5
7. Anoreksia 1 5
8. Dyspepsia 1 5
9. Infeksi Sekunder 1 5
10. Hepatitis 1 5
11. Trombositopenia 1 5
12. Hiponatremia 1 5
13. Chronic appendicitis 1 5
14. Hiperkalemia 1 5
16. HAPV cervical 1 5
16. Fraktur femur smistro 1 5
17. Gastro endemitis 1 5
18. Pneumonia 1 5
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat
kardiovaskuler.

Radices dentist banyak terjadi pada pasien diabetes melitus komplikasi

ischemic heart disease, yaitu sebesar 27%. Menurut referensi pasien diabetes

melitus memiliki penyakit mulut 3-4 kali lebih sering dibandingkan dengan pasien

normal tanpa diabetes. Hal ini karena kadar gula yang sering tidak terkontrol pada

pasien diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol tersebut mengganggu sel darah

 
 
42
 

putih dan sel-sel imun, sehingga sel darah putih tidak dapat melawan bakteri yang

ada pada mulut dan gigi, dan mengakibatkan pasien diabetes rentan terhadap

infeksi. Infeksi tidak hanya terjadi di mulut, namun juga di daerah lain dari tubuh

yang memungkinkan terjadinya infeksi saluran kencing (ISK) dan diare akut yang

disebabkan oleh bakteri. Penyebaran bakteri tersebut harus ditangani dengan baik,

karena bakteri pada gigi dapat memperparah keadaan jantung pasien yang

mengalami diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease, karena bakteri

dapat langsung masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah, yang dapat

memperburuk kondisi pembuluh darah dan kondisi tubuh pasien.

Infeksi saluran kemih atau biasa disebut ISK dalam penelitian ini

merupakan penyakit penyerta terbanyak kedua setelah radices dentist pada pasien

diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease yaitu sebesar 22%. Infeksi

saluran kemih pada pasien biasanya dikarenakan diabetes melitus memiliki

beberapa kelainan dalam sistem pertahanan tubuh, sehingga sering timbul infeksi.

Frekuensi berkemih pasien yang sering dan penggunaan kateter saat dirawat juga

dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ISK. Kadar

gula yang meningkat pada pasien diabetes melitus yang menyebabkan

meningkatnya pula konsentrasi gula pada urin menyebabkannya menjadi media

yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen. Menejemen diabetes melitus yang

ditangani secara benar, seperti menurunkan kadar gula darah, membuat keadaan

pasien dengan radices dentist maupun ISK menjadi lebih baik.

 
 
43
 

B. Prrofil Pengggunaan Obaat pada Kaasus Diabetes Melitus Komplikassi


Ischem
mic Heart Disease
D di Instalasi
I Ra
awat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
R

1. Keelas Terapii

Keelas terapi merupakan


m banyaknya jenis obat yang
y diterim
ma pasien dalam
d

pengobataannya. Darii hasil peneelitian, dikeetahui bahw


wa terdapatt sembilan kelas

terapi obaat yang diggunakan dallam menan


ngani kasus diabetes kkomplikasi IHD.

Dilihat daari persentasse penggunaaan obat, daapat dilihat bahwa obaat kardiovasskuler

digunakann hampir di
d setiap kasus
k diabetes kompliikasi IHD, yaitu sebaanyak

94,4%. Hal tersebut menunjukkkan bahwa tidak setiapp kasus meenggunakan


n obat

kardiovaskkuler.

Obat Kaardiovaskular sistemMe


Obat yang eempengaruhi
ndokrin dan me
Sietabolik
istem Hormon
Obat Innfeksi Obat Saluran Nafas
Obat Annalgesik Obat Nutrisi dan
d Darah
Obat SS
SP Obat Saluran Cerna
Obat Skkelet dan Sendi

94% 100% 89% 88%


61%
%
44%
% 500%
27%
16%

Gambar 4. Diagram
m Kelas Teraapi Obat yan
ng Digunakkan Pada Pasien di Instaalasi
mah Sakit Paanti Rapih Yogyakarta
Rum Y Periode Jannuari 2008 – Mei 2009

Obbat yang mempengaru


m uhi sistem hormon
h yanng digunakkan dalam setiap
s

kasus diabbetes kompplikasi IHD sebesar 10


00%, yang menunjukkkan bahwa setiap
s

kasus mennerima obatt antidiabeetik yang beertujuan unttuk menuruunkan kadarr gula

darah yangg mengalam


mi peningkaatan.

 
 
44
 

Penggunaan obat lain dalam terapi diabetes komplikasi IHD digunakan

untuk menangani komplikasi dan penyakit penyerta, yang bertujuan untuk

membantu pemulihan kondisi pasien.

2. Golongan Obat

a) Obat Kardiovaskuler

Obat kardiovaskuler diperlukan dalam pengobatan DM komplikasi IHD.

Pasien dengan DM komplikasi IHD mengalami aterosklerosis yang cukup parah

sehingga darah tidak dapat mensuplai oksigen ke dalam jantung, oleh karenanya

dibutuhkan obat-obat antiangina yang bekerja sebagai vasodilator, sehingga

kebutuhan oksigen pada jantung dapat tercukupi. Obat kardiovaskuler yang paling

banyak digunakan adalah isosorbid dinitrat dengan persentase 77,7%. Isosorbid

dinitrat (ISDN) bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah koroner

sehingga memperbaiki aliran darah ke otot jantung, terutama di bagian

penyempitan arteri koroner. Nitrat juga memiliki efek venodilatasi yang

menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung, sehingga tekanan akhir

diastolik ventrikel dan volume ventrikel menurun, akibatnya kerja jantung dan

konsumsi oksigen menjadi berkurang. Selain nitrat, antiangina yang digunakan

adalah golongan beta bloker yaitu sebesar 16,6% dan calcium channel blocker

(CCB) sebesar 49,8%. Mekanisme beta bloker adalah memperlambat denyut

jantung sehingga menyebabkan penurunan konsumsi oksigen, namun beta bloker

tidak dapat digunakan pada pasien dengan riwayat asma bronkial dan bronchitis

karena nafas pasien dapat menjadi lebih sesak. Calcium channel blocker (CCB)

memiliki efek vasodilatasi, dengan cara menghambat penyerapan kalsium ke sel-

 
 
45
 

sel tubuh khususnya ke otot jantung dan pembuluh darah. Berkurangnya kadar

kalsium bebas tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pada

pembuluh darah (vasokostriksi).

Tabel VIII. Persentase Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien Diabetes


Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Nama Jumlah Persentase
No Golongan Sub Golongan Jenis
dagang Kasus (%)
1 Antiangina Beta bloker Bisoprolol Fumarat Concor 2 11,1
Carvedilol Dilbloc 1 5,5
Nitrat Isosorbid dinitrat Cedocard 14 77,7
Antagonis Norvask 2 11,1
Kanal Kalsium Amilodipin besilat Tensivask 3 16,6
Diltiazem 2 11,1
Diltiazem HCl
Herbesser 1 5,5
Nifedipin Adalat 1 5,5
2 Anti- ACE Inhibitor Kaptopril Generik 1 5,5
hipertensi Ramipril Hyperil 2 11,1
Imidrapil HCl Tanapress 1 5,5
Antagonis
Angiotensin II Valsartan Aprovel 3 16,6

3 Diuretik Lasix 5 27,7


Kuat Furosemid
Silax 1 5,5
Antagonis
Reseptor Spironolakton Aldactone 2 11,1
Aldosteron II
4 Anti- Aspilet 2 11,1
Asam asetil salisilat
platelet Cardioaspirin 1 5,5
5 Anti- Amiodarone Cordarone 2 11,1
aritmia Propafenone HCl Rytmonorm 1 5,5
6 Kardio- Glikosida
Digoxin Digoxin 1 5,5
tonika jantung
7 Hipo- Fibrat Hypofil 2 11,1
Gemfibrozil
lipidemik Lipira 1 5,5
Statin Simvastatin Simvastatin 2 11,1
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat
kardiovaskuler.
Tekanan darah berkaitan erat dengan terjadinya angina pada pasien

diabetes komplikasi IHD, karena adanya penyempitan pembuluh darah

menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan terjadi kenaikan tekanan darah.

 
 
46
 

Terapi untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan menggunakan

antihipertensi (83%), meliputi penggunaan golongan ACE inhibitor (22,2%),

antagonis angiotensin II (16,6%), dan diuretik (44,3%). Antiplatelet juga penting

digunakan dalam penatalaksanaan diabetes melitus komplikasi IHD. Pada

penelitian ini antiplatelet yang digunakan sebanyak 16,6%. Antiplatelet digunakan

untuk mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis sehingga mengurangi

pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat pembuluh darah

semakin sempit. Luka di pembuluh darah pada aterosklerosis menyebabkan terjadi

penumpukan platelet yang menempel pada pembuluh darah, penumpukan platelet

ini dapat mempersempit pembuluh darah. Dengan penggunaan antiplatelet

diharapkan tidak terjadi penumpukan platelet yang akan memperparah keadaan

iskemik pada pembuluh arteri koroner, dan dapat memperbaiki kondisi pasien.

Kadar kolesterol pada pasien diabetes melitus komplikasi IHD perlu

diperhatikan karena kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya aterosklerosis,

yang merupakan faktor penting terjadinya IHD. Kadar kolesterol total, low density

lipoprotein (LDL), dan trigliserida yang melebihi nilai normal memerlukan

penggunaan obat-obat hipolipidemik, supaya terjadi penurunan kadar kolesterol

yang mengurangi atau meringankan aterosklerosis pada pembuluh darah sehingga

dapat mencegah terjadinya kembali IHD. Obat-obat hipolipidemia yang

digunakan meliputi golongan statin (11,1%) yang berfungsi untuk menurunkan

kadar olesterol total dan LDL yang mengalami kenaikan, dan golongan fibrat

(16,6%) yang berguna untuk menurunkan kadar trigliserida yang mengalami

peningkatan, dan menaikkan kadar HDL pada pasien.

 
 
47
 

b) Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon

Obat yang mempengaruhi sistem hormon yang terdapat dalam penelitian

ini adalah obat antidiabetes, insulin, hormon tiroid dan obat hipotiroid.

Antidiabetik digunakan sebagai terapi menurunkan kadar gula darah. Menurut

Internasional Diabetes Federation (2005), metformin digunakan sebagai lini

pertama pengobatan untuk menurunkan kadar gula darah.

Tabel IX. Persentase Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon pada
Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi
rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei
2009
No Sub Nama dagang Jumlah Persentase
Golongan Jenis
Golongan Kasus (%)
1 Antidiabetik Sulfonilurea - 5 27,7
Glimepirid
oral Gluvas 2 11,1
Glurenorm 1 5,5
Gliquidone
- 1 5,5
Biguanida Metformin Metformin 4 22,2
Glumin XR 8 44,4
Penghambat
α- Akarbose Glucobay 1 5,5
glukosidase
Kombinasi Metformin
Glucovance 1 5,5
dengan Glibemklamid
2 Insulin Kerja Reguler
Insulin RI 3 16,6
singkat insulin
Kerja Insultard 1 5,5
Insultard
Sedang
Kerja Insulin
Lantus 1 5,5
Panjang Glargine
3 Hormon Levothyroxine
Euthyrox 1 5,5
tiroid
4 Hipotiroid Karbimazol Neo-
2 11,1
Mercazole
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat yang
mempengaruhi sistem hormon.

Metformin sebagai kelompok obat biguanida paling banyak digunakan

pada pasien diabetes melitus komplikasi IHD yaitu sebesar 66,6%. Metformin

bekerja dengan cara mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan

 
 
48
 

penggunaan glukosa dalam jaringan. Metformin tidak dapat digunakan pada

pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati karena dapat

menyebabkan peningkatan asidosis laktat. Efek samping dari metformin adalah

mual muntah, sehingga untuk mengurangi efek samping tersebut metformin

dikonsumsi setelah makan. Penggunaan sulfonilurea jenis glimepirid juga cukup

banyak digunakan pada pasien diabetes komplikasi IHD yaitu sebanyak 30,3%.

Glimepirid bekerja langsung terhadap organ sasaran yaitu dengan cara

meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan dan menghambat glukoneogenesis.

Glimepirid tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami gangguan ginjal,

sedangkan pasien yang mengalami gangguan ginjal dapat diberikan glikuidon

(1%) merupakan golongan sulfonilurea yang dapat digunakan untuk pasien

dengan gangguan ginjal, karena masa kerjanya yang singkat. Penggunaan insulin

digunakan jika pasien mengalami gangguan dalam sekresi insulin. Insulin yang

banyak digunakan adalah insulin kerja singkat sebanyak 8,6%, karena isulin ini

bekerja dengan onset yang cepat yaitu sekitar 0,5 jam dengan durasi 6-8 jam.

c) Obat Infeksi

Golongan antibiotik adalah obat infeksi yang banyak digunakan dalam

kasus diabetes komplikasi IHD. Hal ini karena pasien diabetes rentan terjadinya

infeksi seperti infeksi saluran kemih dan saluran nafas, seperti bronkitis dan

pneumonia. Infeksi yang terjadi pada pasien diabetes sulit sembuh karena kadar

gula darah yang tinggi, yang menyebabkan bakteri menjadi mudah hidup pada

tubuh pasien diabetes.

 
 
49
 

Tabel X. Persentase Penggunaan Obat Infeksi pada Pasien Diabetes Melitus


dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Sub Nama Jumlah Persentase
No Golongan Jenis
Golongan dagang Kasus (%)
1 Antibiotik Penisilin
Amoxicilin - 1 5,5
Co-Amoxiclav Claneksi 2 11,1
Sefalosporin Cefuroxime axetil Zinnat 1 5,5
Sefotiam Ceradolan 8 44,4
Ceftriaxone - 9 50
Kuinolon Pefloxacin Dexaflox 6 33,3
Levofloxacin Cravit 1 5,5
Betalaktam Imepenem dan
golongan Cilastin Pelastin 1 5,5
lain
2 Antiamuba Metronidazole Flagyl 2 11,1
3 Antijamur Griseofulfin Grivin Forte 1 5,5
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat infeksi.

Antibiotik yang banyak digunakan dalam kasus diabetes komplikasi IHD

adalah obat golongan sefalosporin yang memiliki indikasi untuk bakteri gram

negatif dan gram positif. Ceftriaxone yang merupakan kelompok sefalosporin

generasi ketiga, dengan persentase penggunaan ceftriaxone sebesar 50%.

Ceftriaxone merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat diindikasikan untuk

pengobatan infeksi akibat bakteri gram negatif dan gram positif dan dapat

digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih yang banyak dialami oleh

pasien diabetes komplikasi IHD. Ceftriaxone banyak digunakan sebagai antibiotik

dikarenakan dapat digunakan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal tanpa

dilakukan penyesuaian dosis.

d) Obat Saluran Nafas

Obat saluran nafas digolongkan menjadi dua yaitu obat antiasma dan

bronkodilator serta ekspektoran. Obat saluran nafas digunakan untuk mengobati

penyakit penyerta pada pasien diabetes komplikasi IHD. Bronkodilator adalah

 
 
50
 

obat saluran nafas yang paling banyak digunakan dalam kasus diabetes

komplikasi IHD sebanyak 22,1%. Penggunaan bronkodilator digunakan untuk

melegakan jalan nafas sehingga dapat mengurangi gejala sesak nafas. Sedangkan

penggunaan ekspektoran digunakan sebanyak 11%, untuk meredakan batuk

berdahak yang dialami pasien.

Tabel XI. Persentase Penggunaan Obat Saluran Nafas pada Pasien Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Sub Nama Jumlah Persentase
No Golongan Jenis
Golongan dagang Kasus (%)
1 Antiasma
Terbutalin Sulfat Bricasma 2 11,1
dan
bronkodilator Fluticasone
Bronkodilator Flixotide 1 5,5
Propionate
Salbutamol Sulfat Ventolin 1 5,5
2 Ekspektoran Silex 1 5,5
Bromhexine HCl Bisolvon 1 5,5

e) Obat Analgesik

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri yang dirasakan oleh

penderita diabetes komplikasi IHD. Nyeri dapat disebabkan karena adanya infeksi

pada pasien, dan karena adanya penyakit penyerta lainnya yang membuat obat

analgesik digunakan dalam kasus. Golongan non opioid digunakan dalam

penanganan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala dengan mekanisme

kerja menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri di saraf perifer.

Parasetamol digunakan sebesar 22,1% pada kasus diabetes komplikasi

IHD. Parasetamol merupakan analgesik golongan non opioid yang dapat juga

digunakan sebagai antipiretik.

 
 
51
 

Analgesik opioid digunakan pada nyeri hebat, karena analgesik bekerja

dengan cara memblokade pusat nyeri di sistem saraf pusat, dan digunakan sebesar

5,5% dalam kasus.

Tabel XII. Persentase Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Diabetes Melitus
dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
No Nama Jumlah Persentase
Golongan Jenis
dagang Kasus (%)
1 Opioid Kombinasi Tramadol dan
Ultracet 1 5,5
acetaminofen
2 Non Opioid Sanmol 3 16,6
Parasetamol
Primadol 1 5,5
Kombinasi metampiron dan
Cetalgin 2 11,1
diazepam
3 Obat untuk
nyeri Pregabalin Lyrica 3 16,6
neuropatik

f) Obat Nutrisi dan Darah

Obat nutrisi dan darah digunakan dalam kasus karena pasien banyak

mengalami mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan nafsu makan,

sehingga kebutuhan nutrisi tubuh tidak tercukupi. Keluhan lemas, dan pusing

cukup sering dijumpai dalam kasus, kondisi tersebut juga dimungkinkan kerena

kekurangan nutrisi pada pasien diabetes komplikasi IHD. Obat nutrisi digunakan

untuk menambah nutrisi pada pasien yang tidak tercukupi nutrisinya hanya dari

makanan yang dikonsumsinya. Penggunaan obat golongan cairan dan elektrolit,

khususnya elektrolit intravena banyak digunakan dalam kasus yaitu sebesar

133,1%.

 
 
52
 

Tabel XIII. Persentase Penggunaan Obat Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus
dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
No Sub Nama dagang Jumlah Persentase
Golongan Jenis
Golongan Kasus (%)
1 Cairan Elektrolit K-I aspartate Aspar-K
4 22,2
dan oral
Elektrolit NaCl 0,9% 4 22,2
NaCl NaCl 3% 2 11,1
Elektrolit Asering NaCl 13 72,2
intravena Dekstrosa 5% 3 16,6
Glukosa
Dekstrosa 10% 1 5,5
Elektrolit Aminofluid 1 5,5
2 Vitamin Vitamin B Vitamin B
Lysmin 1 5,5
komplek
dengan
Lesipar 2 11,1
vitamin C
3 Nutrisi Asam Amino Nephrisol 1 5,5
4 Tonikum Sitikolina Nikolin 1 5,5
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat nutrisi
dan darah.

g) Obat Susunan Saraf Pusat

Obat susunan saraf pusat terdiri dari antiemetik dan vertigo dan ansiolitik.

Obat yang banyak digunakan dalam kasus adalah domperidone sebanyak 33,3%.

Domperidone digunakan sebagai antiemetik yaitu untuk menangani mual dan

muntah yang banyak dikeluhkan pasien. Mual dan muntah dapat disebabkan oleh

efek samping obat, seperti metformin.

Obat ansiolitik diberikan pada pasien yang mengalami gangguan

kecemasan pasien, sehingga pasien menjadi tenang. Cemas pada pasien dapat

dikarenakan banyak hal seperti menahan rasa nyeri, sehingga perlu diberikan obat

jenis untuk ini agar pasien dapat beristirahat dan dapat memperbaiki kondisi

pasien. Obat ansiolitik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

16,6%.

 
 
53
 

Tabel XIV. Persentase Penggunaan Obat Susunan Saraf Pusat pada Pasien
Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Sub Nama Jumlah Persentase
No Golongan Jenis
Golongan dagang Kasus (%)
1 Antiemetik Antiemetik Ondansetron Narfoz 2 11,1
dan vertigo Domperidone Vometa FT 6 33,3
Metoclopramide Primperan 1 5,5
Vertigo Betahistine
Mertigo 2 11,1
mesylate
3 Ansiolitik Clobazam Clobazam 2 11,1
Lorazepam Ativan 1 5,5
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat susunan
saraf pusat.

h) Obat Saluran Cerna

Obat saluran cerna banyak digunakan untuk mengatasi tukak lambung

pada pasien diabetes komplikasi IHD.

Tabel XV. Persentase Penggunaan Obat Saluran Cerna pada Pasien Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Nama Jumlah Persentase
No Golongan Sub Golongan Jenis
dagang Kasus (%)
1 Antitukak Penghambat Omeprazole 1 5,5
Omeprazole
Pompa Proton OMZ 1 5,5
Pantoprazole Pantozole 1 5,5
2 Pencahar Stimulan Bisakodil Dulcolax 1 5,5
3 Adsorben Antimotilitas Norit Norit 1 5,5
dan
Pembentuk Antispasmodik Timepidium Sesden 1 5,5
massa

Tukak lambung pada pasien dapat terjadi karena efek samping dari obat-

obat diabetes yang dikonsumsi pasien, seperti penggunaan metformin dan

glimepirid dengan efek samping gangguan gastrointestinal, atau pasien memang

memiliki riwayat tukak lambung. Antitukak yang digunakan dalam kasus sebesar

16,5%.

 
 
54
 

i) Obat Skelet dan Sendi

Obat yang digunakan pada penyakit skelet dan sendi adalah kelompok anti

gout dan anti inflamasi non steroid. Sebagian besar pasien berumur lanjut

mengalami peningkatan kadar asam urat, yang menyebabkan rasa nyeri pada

persendian. Penggunaan obat antigout sebesar 22,1%, digunakan untuk

menurunkan kadar asam urat, sehingga rasa nyeri pada persendian menjadi

berkurang.

Tabel XVI. Persentase Penggunaan Obat Skelet dan Sendi pada Pasien Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Sub Nama Jumlah Persentase
No Golongan Jenis
Golongan dagang Kasus (%)
1 Penyakit Gout Allupurinol 1 5,5
Antigout Allupurinol
dan Rematik Zyloric 3 16,6
Ketorolak
Remopain 1 5,5
Anti trometamine
Inflamasi Celecoxib Celebrex 2 11,1
Non Meloxicam Mobiflex 2 11,1
steroid Diclofenac Voltaren
1 5,5
diethylammon Gel
2 Gangguan
Piracetam Neurotam 1 5,5
neuromuskular

Penggunaan anti inflamasi non steroid pada kasus ditujukan pada

gangguan otot skelet. Pasien yang berumur lanjut, otot tubuhnya sudah mulai

melemah, keadaan pasien yang dianjurkan bed rest, membuat otot tidak banyak

bergerak, sehingga dapat menyebabkan encok, dan nyeri. Penggunaan

antiinflamasi non steroid sebesar 33,2%.

 
 
55
 

C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Kasus Diabetes Melitus


Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih
Penggunaan antidiabetik bertujuan untuk menurukan kadar gula darah

hingga batas normal, dan penggunaan obat antiangina ditujukan pada arteri

koroner yang mengalami penyempitan, sehingga suplai oksigen dalam darah dapat

tersedia dengan baik. Penatalaksanaan kasus diabetes komplikasi IHD dapat

menimbulkan masalah-masalah yang mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.

Masalah-masalah tersebut tidak hanya dijumpai pada penggunaan obat

antidiabetik dan antiangina tetapi juga sering dijumpai pada penggunaan obat

lainnya yang dapat memperburuk kondisi pasien.

Pemeriksaan laboratorium dapat memperjelas tentang kondisi pasien,

sehingga dapat memperjelas pula obat-obat yang harus diberikan pada pasien.

Kadar gula darah, kadar kolesterol, tekanan darah dan kadar kreatinin pasien

adalah hasil tes laboratorium pasien yang perlu untuk diperhatikan.

Evaluasi DRP dalam kasus diabetes komplikasi IHD dilakukan dengan

cara melihat kondisi pasien, meliputi keluhan yang dialami pasien, obat-obat yang

sedang dikonsumsi pasien dan hasil uji laboratorium yang menggambarkan

keadaan tubuh pasien yang sebenarnya. Dari hasil penelitian ditemukan 13 kasus

dengan DRP. Kasus-kasus DRP yang teridentifikasi meliputi butuh obat

tambahan, adverse drug reaction, obat tidak tepat, dan tidak perlu obat terapi.

Kemudian kasus tersebut dibandingkan dengan literatur yang digunakan sebagai

acuan, yaitu Global Guideline Indonesia (2005), American Diabetes Association

(ADA) guideline, American Heart Association (AHA) Scientific Statement,

 
 
56
 

MIMS Indonesia (periode 2008/2009), dan Informatorium Obat Nasional

Indonesia (2000).

Tabel XVII. Persentase DRP yang teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus
dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
No Jenis DRP Jumlah Persentase
Kasus (%)
1 Butuh obat tambahan 11 61,1
2 Adverse Drug Reaction 2 11,1
3 Tidak Perlu Obat Terapi 2 11,1
4 Obat tidak tepat 2 11,1
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis DRP.

Dari tabel dapat terlihat DRP yang paling banyak terjadi adalah butuh

tambahan obat, yaitu sebanyak 61,1%. Pada kasus yang mengalami butuh

tambahan obat, obat yang paling dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien

adalah obat antiplatelet.

1. Butuh tambahan obat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 11 kasus yang membutuhkan obat

terapi tambahan. Butuh tambahan obat yang banyak dibutuhkan pasien diabetes

komplikasi IHD adalah antiplatelet sebanyak 11 kasus. Standar American

Diabetes Association (ADA), merekomendasikan pasien diabetes dengan

komplikasi IHD perlu pemberian aspirin (antiplatelet) dengan dosis 75-325

mg/hari, hal ini sangat penting karena antiplatelet digunakan agar aliran darah

tetap lancar, yaitu dengan cara mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis

sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat

pembuluh darah semakin sempit. Antiplatelet yang digunakan untuk rekomendasi

pada penelitian ini adalah aspirin. Aspirin lebih banyak digunakan karena efek

sampingnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan antiplatelet yang lain

 
 
57
 

(misalnya clopidogrel), jika pasien alergi dengan aspirin dapat diberikan

clopidogrel, sebagai penggantinya.

Tabel XVIII. Kasus Butuh Tambahan Obat yang Teridentifikasi pada Pasien
Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Kasus
Adanya kondisi pasien yang memerlukan
terapi secara lengkap untuk mencegah
timbulnya kondisi medis baru
1. Pasien yang membutuhkan golongan
1, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 11
antiplatelet
2 Pasien membutuhkan kaptopril
5, 11, 18 3
sebagai antihipertensi
3. Pasien yang membutuhkan golongan
12, 13 2
gemfibrozil
4. Pasien yang membutuhkan golongan
5 1
calcium cannel blocker
5. Pasien yang membutuhkan
9 1
allupurinol sebagai antigout
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP butuh
tambahan obat

Sebanyak 1 kasus dalam penelitian tidak mendapatkan terapi untuk

mengelola kurangnya suplai oksigen ke jantung yang dialami oleh pasien. Obat

golongan calcium cannel blocker (CCB) dengan dosis 1x2,5 mg/dl untuk pasien

lanjut umur pada kasus nomor 5 (80 Tahun). Ion kalsium yang masuk ke dalam

otot polos menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, oleh karenanya pemberian

CCB diperlukan untuk menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos,

sehingga menyebabkan vasodilatasi. Keunggulan dari penggunaan CCB adalah

dapat diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal, sehingga direkomendasikan

pada kasus nomor 5 yang mengalami kenaikan kreatinin (1,65 mg/dl).

Antihipertensi dibutuhkan karena adanya kenaikan tekanan darah yang

terjadi karena adanya aterosklerosis, yang memicu terjadinya IHD. Sebanyak 3

 
 
58
 

kasus memerlukan tambahan obat antihipertensi. Pada kasus 5,11, dan 18 pasien

tidak mendapatkan obat antihipertensi, padahal pada kasus tersebut tekanan darah

pasien diatas normal. Kasus nomor 5, pasien masuk dengan tekanan darah 140/90

mmHg dan pulang dengan tekanan darah 160/90 mmHg. Kasus 14 juga

membutuhkan antihipertensi karena tekanan darah masuk pasien 133/80 mmHg

dan mengalami kenaikan hingga tekanan darah keluar 140/90 mmHg. Selama

menjalani terapi di rumah sakit pasien tidak mendapat antihipertensi sehingga

pasien pulang dalam keadaan tekanan darah yang diatas normal. Kaptopril

digunakan pada dosis 2x12,5 mg karena pada kasus 5 pasien tergolong lansia,

berumur 80 tahun. Kasus 11, 14, dan kasus 18, antihipertensi yang

direkomendasikan adalah kaptopril, yang digunakan sebagai lini pertama pada

pasien diabetes yang mengalami hipertensi, dengan dosis 3x12,5 mg/hari.

Antihipertensi diberikan karena tekanan darah pasien tidak mencapai tekanan

darah normal yang diharapkan pada pasien dengan diabetes komplikasi IHD.

Butuh tambahan obat hipolipidemia sebanyak 2 kasus. Obat hipolipidemia

dapat diberikan pada pasien dengan kenaikan kadar kolesterol. Kadar kolesterol

ini meliputi kenaikan kolesterol total, LDL, trigliserida, dan penurunan kadar

HDL. Obat hipolipidemia ini penting dalam mendukung perbaikan kondisi pasien,

karena kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mengakibatkan

aterosklerosis, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang memperburuk

kondisi pasien. Pada kasus 12 dan 13, pasien direkomendasikan menggunakan

gemfibrozil sebagai obat hipolipidemia, karena pasien mengalami kenaikan

trigliserida. Gemfibrozil ini digunakan dengan dosis 2x600mg/hari.

 
 
59
 

Kasus 9 pasien membutuhkan allupurinol untuk menurunkan kadar asam

urat pasien. Terapi penggunaan obat antigout ini dibutuhkan jika kadar asam urat

lebih dari 10 mg/dl. Kadar asam urat pada kasus 9 adalah 10,6 mg/dl, sehingga

dibutuhkan allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari.

2. Adverse Drug Reaction

Adverse drug reaction terjadi pada dua kasus, meliputi penggunaan obat

yang menimbulkan efek samping dan interaksi antar obat yang diberikan.

Tabel XIX. Kasus Adverse drug reaction yang Teridentifikasi pada Pasien
Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Terjadi reaksi yang tidak menguntungkan antar obat
1. Reaksi penggunaan bisoprolol fumarat dan glikuidon 18 1
Terjadi efek samping dari penggunaan obat
2. Timbul efek samping dari penggunaan glimiperid 12 1

Penggunaan obat-obat yang lebih dari satu memungkinkan terjadinya

reaksi interaksi antara masing-masing obat tersebut. Kasus 18, pasien diberi

bisoprolol fumarat sebagai antiangina dan glikuidon sebagai antidiabetes,

penggunaan keduanya memang diperlukan dalam menangani kasus diabetes

komplikasi IHD, namun kedua obat tersebut menyebabkan efek yang tidak

menguntungkan jika digunakan secara bersama. Interaksi antara bisoprolol dan

glikuidon dapat menyebabkan penurunan efek hipoglikemik dari glikuidon.

Bisoprolol fumarat (golongan beta bloker) dapat meningkatkan metabolisme

hepatik dan penurunan sekresi insulin yang pada akhirnya dapat menyebabkan

kadar glukosa tinggi (Sukandar, 2008). Rekomendasi yang dapat dilakukan adalah

menghentikan penggunaan bisoprolol fumarat sebagai antiangina, hal ini dapat

 
 
60
 

dilakukan karena pada kasus, pasien sudah menerima ISDN yang juga

diindikasikan untuk terapi IHD.

Pemberian glimepirid pada kasus 12 menyebabkan munculnya hiponatremia dan

trombositopenia yang dapat timbul karena efek samping dari penggunaan

glimepirid (golongan sulfonilurea). Pasien masuk dengan diagnosa diabetes,

setelah pemberian glimepirid selama terapi, pasien mengalami hiponatremia dan

trombositopenia, sehingga kondisi pasien tidak semakin baik. Rekomendasi yang

dapat diberikan adalah penghentian penggunaan glimepirid sebagai antidiabetik

dan menggantinya dengan metformin dengan dosis 3x500mg.

3. Tidak Perlu Obat Terapi

Tidak perlu obat terapi terjadi pada 2 kasus yaitu penggunaan obat

hiperurisemia. Menurut Pharmacoteraphy A Pathophysiologic approach (2005)

penggunaan terapi pada hiperurisemia diperlukan jika kadar asam urat ≥ 10 mg/dl.

Pada kasus 3 kadar asam urat pasien 7,2 mg/dl, dan kasus 17 kadar asam urat 7,6

mg/dl sehingga pasien tidak memerlukan terapi menggunakan allupurinol. Terapi

untuk menurunkan kadar asam urat tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan

pola dan menu makan pada pasien. Penggunaan obat yang tidak perlu dapat

mengakibatkan kondisi pasien menjadi tidak lebih baik, sehingga tujuan

pengobatan menjadi tidak tercapai.

Tabel XX. Kasus Tidak Perlu Obat Terapi yang Teridentifikasi pada Pasien
Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Kondisi lebih baik dengan kondisi non drug
1 Allupurinol tidak perlu digunakan untuk kadar 3, 17 2
asam urat <10 mg/dl

 
 
61
 

4. Obat tidak tepat

Dalam kasus ini, sebanyak 3 kasus mendapatkan obat yang tidak tepat atau

tidak sesuai dengan kondisi pasien.

Tabel XXI. Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes
Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Obat yang digunakan tidak tepat sesuai dengan keadaan pasien
1. Metformin tidak boleh digunakan untuk pasien dengan 5, 9 2
gangguan ginjal
2. Glibenklamid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan 5 1
gangguan ginjal
3. Glimepirid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan 5 1
gangguan ginjal
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP obat tidak
tepat

Pada kasus data laboratorium pasien menunjukkan bahwa pasien

mengalami gangguan ginjal, dengan melihat adanya kenaikan kadar kreatinin

pada pasien, namun digunakan obat-obat yang kontraindikasi dengan pasien

dengan gangguan ginjal. Menurut Pharmacoteraphy A Pathophysiologic

approach (2005) batasan penghentian metformin dan glimepirid pada pasien

adalah jika kadar kreatinin lebih dari sama dengan 1,4 mg/dl pada wanita dan

lebih dari sama dengan 1,5 mg/dl pada pria. Pada kasus 5 (kreatinin pasien 1,65

mg/dl), dan kasus 9 (kreatinin pasien 2,36 mg/dl), pasien mendapat metformin dan

glimepirid yang memiliki kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal,

sehingga obat-obat tersebut tidak tepat digunakan pada pasien. Rekomendasi

untuk kasus nomor 5 adalah pemberian insulin kerja sedang dengan dosis 3-5 unit

per hari yang diberikan setelah sarapan. Insulin pada pasien diabetes dapat

digunakan jika terjadi resistensi insulin, dalam kasus nomor 5 pasien mengalami

 
 
62
 

infeksi sekunder dan infeksi saluran kemih, menurut IONI, insulin diperlukan bila

timbul keadaan patologis tertentu seperti infark miokard, infeksi, koma, dan

trauma. Rekomendasi untuk kasus nomor 9 adalah glikuidon dengan dosis 15

mg/hari. Selain glikuidon obat antidiabetik yang digunakan untuk pasien dengan

gangguan ginjal adalah tolbutamid, dan glikazid yang memiliki masa kerja yang

singkat.

Pemakaian obat yang tidak tepat ini dapat memperburuk kondisi pasien.

Kerusakan ginjal pasien akan semakin parah jika penggunaan obat-obat yang

dikontraindikasikan pada gangguan ginjal tetap diberikan.

D. Outcome Terapi pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart


Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
1. Dampak Terapi

Pasien diabetes komplikasi IHD menjalani perawatan di Rumah Sakit Panti

Rapih dengan keluhan-keluhan yang biasanya memperburuk kondisi pasien

diabetes komplikasi IHD. Selama dirawat pasien menerima terapi yang dirasakan

dapat mengurangi gejala dan keluhan-keluhan pada pasien, namun terapi yang

diberikan tidak semuanya membut pasien keluar dari rumah sakit dengan keadaan

membaik.

Dari data yang ada, sebanyak 16 kasus (88,8%) pasien yang keluar dari rumah

sakit dengan kadaan membaik dan melakukan rawat jalan sebagai upaya dalam

proses penyembuhan pasien. Selain pasien yang keluar dalam keadaan membaik,

sebanyak 2 kasus (11,1%), yaitu pada kasus 4 dan 5 pasien keluar dari rumah

rumah sakit dalam keadaan belum sembuh, hal ini kemungkinan dikarenakan

pasien sendiri yang tidak betah untuk dirawat di rumah sakit sehingga meminta

 
 
63
 

pulang, pasien mengginginkan melanjutkan


m n pengobataannya di ruumah sakit lain,

biaya yangg terlalu bessar yang tiddak dapat diitanggung oleh


o pasien aatau dikaren
nakan

karena penyakit
p p
pasien suddah terlalu
u parah sehingga
s kkeluarga pasien
p

menginginnkan pasienn dirawat saaja dirumah


h, namun haal tersebut tentu saja sudah
s

seijin dokkter yang merawat


m pasiien. Pasien membaik dan
d diijinkaan pulang adalah
a

jika kondiisi pasien membaik,


m meeliputi hasill gambar EK
KG yang noormal dan ad
danya

hasil norm
mal pada faktor-fakto
f or yang mempengaruhhi terjadinyya IHD, seeperti

tekanan daarah, kadar glukosa darrah dan kad


dar kolesterool.

Beelum Sembuh Membaikk


11%

89%

Gambarr 5. Persentaase Outcom me Pasien Diiabetes Mellitus Kompllikasi Ischem


mic
Heart Diisease di Insstalasi Rum
mah Sakit Paanti Rapih Yogyakarta
Y Periode Jan
nuari
2008 – Mei 2009
Haasil outcomee terapi ini dapat menyyimpulkan bahwa
b pelayyanan dan terapi
t

di Rumahh Sakit Pannti Rapih suudah baik, karena sebbanyak 89%


% pasien pu
ulang

dalam keaadaan membbaik.

2. Lama Inap

Lama inap pasienn dirumah sakit dipen


ngaruhi olehh beberapa hal, antaraa lain

adalah terrapi yang diberikan


d k
kepada pasien dan sebberapa beraat penyakit yang

diderita olleh pasien, seperti kom


mplikasi lain yang mennyertai pasiien dan pen
nyakit

penyerta yang
y dimilikki pasien.

 
 
64
 

1-7 hari 8-14 hari 15-211 hari


11%
22%

67%

Gambar 6. Peersentase Laama Inap Paasien Diabeetes Melitus Komplikassi


Ischemic Heart
H Diseaase di Instalasi Rumahh Sakit Pantii Rapih Yoggyakarta Periode
Januuari 2008 – Mei 2009
Dari data
d yang adda, pasien paling
p banyaak dirawat di
d Rumah S Sakit Panti Rapih
R

adalah sellama rentanng waktu 8-14 hari, yaiitu sebanyakk 12 kasus (66,6%). Hal
H ini

karena kelluhan pasieen yang diraasa cukup riingan, sepeerti mual, m


muntah, dan nyeri

dada ringaan yang diraasakan pasien, pengobaatan yang diberikan


d Ruumah Sakit Panti

Rapih punn sudah cuukup baik yang


y memb
buat pasienn semakin cepat pulih
h dari

keadaannyya yang sebbelumnya. Selain


S itu, faktor
fa pribaddi juga mem
mpengaruhi lama

tinggal paasien di rum


mah sakit. Pasien
P yang
g merasa tidak betah ttinggal, dirrumah

sakit biasaanya meminnta ijin darii dokter unttuk pulang dalam


d keaddaan belum pulih

benar. Seddangkan paasien yang tinggal lam


ma di rumaah sakit dissebabkan karena
k

peyakitnyaa yang diraasa berat, contohnya


c pasien
p denggan patah tuulang (kasu
us 16)

yang diraw
wat selama 21 hari.

E. Raangkuman Pembahasa
P an

Penelitian inii bertujuann untuk meengevaluasii pengobattan DM deengan

komplikassi IHD di Innstalasi Raw


wat Inap Ru
umah Sakit Panti rapihh periode Jaanuari

2008 sam
mpai Mei 2009.
2 Dikettahui pasien
n pada kellompok um
mur 60-69 tahun
t

sebesar 33,3%, untuuk umur 700-79 tahun sebanyak 16,6%, um


mur 50-59 tahun

 
 
65
 

27,7%, umur 80-89 tahun sebanyak 8,6%, pada umur kurang dari 40 tahun dan

40-49 sebanyak 5,5%. Komplikasi penyerta pada pasien DM komplikasi IHD

adalah dislipidemia sebanyak 33,3%, hipertensi sebanyak 27,7%, hiperglikemia,

hipoglikemia, polineuropati, dan CHF sebesar 11,1%, stroke dan ulkus sebesar

5,5%. Selain komplikasi penyerta, penyakit lain yang menyertai pasien juga

mempengaruhi keadaan serta terapi yang diberikan kepada pasien. Pada pasien

DM komplikasi IHD penyakit penyerta yang paling sering dijumpai adalah

radices dentist sebanyak 27,7%, infeksi saluran kemih (ISK) dan hipertiroid

sebesar 22,2%, HHD sebesar 16,6%, dan diare akut sebanyak 11,1%.

Hasil dari profil penggunaan obat dapat diketahui bahwa dalam

pengobatan DM komplikasi IHD terdiri dari 9 kelas terapi, yaitu : golongan obat

kardiovaskuler sebanyak 94,4%, obat yang bekerja pada sistem hormonal

sebanyak 100%, obat infeksi dan obat nutrisi dan darah sebanyak 88,8%, obat

saluran nafas sebanyak 16,6%, obat analgesik sebanyak 44,4%, obat susunan saraf

pusat sebanyak 61,1%, obat saluran cerna sebanyak 27,7%, obat skelet dan sendi

sebanyak 50%.

Kasus yang berhasil diteliti sebanyak 18. Dari 18 kasus tersebut terdapat

13 kasus yang teridentifikasi terjadi DRP. Aktual DRP yang terjadi adalah DRP

nomor 1 yaitu butuh terapi obat tambahan sebanyak 11 kasus, DRP nomor 2 yaitu

tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus, DRP nomor 3 yaitu obat tidak tepat

sejumlah 2 kasus, dan DRP nomor 5 yaitu adverse drug reaction sebanyak 2

kasus. Hasil terapi pasien atau outcome pasien, sebanyak 88,8% pasien pulang

dalam keadaan membaik, sedangkan sebanyak 11,1% pasien pulang dalam

 
 
66
 

keadaan belum sehat, dan diijinkan oleh dokter yang bersangkutan. Lama inap

pasien DM komplikasi IHD di Rumah Sakit Panti Rapih selama 1-7 hari sebanyak

22,2%, 8-14 hari sejumlah 66,6%, dan yang lamanya 15-21 hari sebanyak 11,1%.

 
 
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pasien dengan usia antara 60-69 tahun sebesar 33,3%. Komplikasi

penyerta terbanyak pasien diabetes melitus komplikasi ischemic heart

disease adalah dislipidemia dengan persentase sebesar 33,3%, sedangkan

penyakit penyerta terbanyak yang dialami pasien adalah radices dentist

yaitu sebesar 27,7%.

2. Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat yang

mempengaruhi sistem hormon sebanyak 100% dan obat kardiovaskuler

sebanyak 94,4%. Metformin digunakan sebagai obat antidiabetik

terbanyak sebanyak 66,6% dengan dosis 3x500 mg per hari, dan isosorbid

dinitrat (ISDN) sebagai antiangina golongan nitrat dengan persentase

pemakaian sebanyak 77,7% dengan dosis 3x5mg per hari.

3. Drug related problems (DRPs) teridentifikasi pada 13 kasus diabetes

melitus komplikasi ischemic heart disease, meliputi butuh terapi obat

tambahan sebanyak 11 kasus, tidak perlu terapi obat sebanyak 2 kasus,

obat tidak tepat sebanyak 2 kasus, dan adverse drug reaction sebanyak 2

kasus.

4. Hasil terapi atau keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%,

dan pasien yang pulang dalam keadaan belum sembuh, dan pulang atas

ijin dokter adalah sebanyak 11,1%. Lama inap pasien diabetes melitus

67
68 
 

komplikasi ischemic heart disease yang paling banyak adalah 8-14 hari

sebanyak 66,6%.

B. Saran

1. Diperlukan standar pengobatan diabetes melitus dengan komplikasi

ischemic heart disease di Rumah Sakit Panti Rapih, agar penanganan

pasien lebih dimudahkan dan kesembuhan yang dicapai serta pencegahan

komplikasi lain menjadi lebih optimal.

2. Diperlukan penelitian serupa dengan rumah sakit yang berbeda sebagai

bahan perbandingan terhadap hasil yang telah didapatkan.

 
 
69
 

DAFTAR PUSTAKA

Adyana, I K., 2002, Sindrom Resistensi Insulin,


http://www.gizi.net/eng/index.shtml, diakses tanggal 6 Januari 2010

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland cetakan I, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, CV. Agung Seto,
Jakarta

Anonim, 2008a, Angina, http://www.medicastore.com , diakses tanggal 14


September 2009

Anonim, 2008b, Angina (Angina Pectoris), http://id.inaheart.or.id/?p=30, diakses


tanggal 20 Agustus 2009

Anonim, 2008c, Diabetes Mellitus (DM),


http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-
dm.html, diakses tanggal 15 Desember 2009

Anonim, 2009a, Angina, http://  www.cardiaccentre.com.sg/useful_angina.htm,


diakses tanggal 15 Mei 2009

Anonim, 2009, What Diabetes is,


http:/diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/type1and2/daily,diakses tanggal
14 September 2009

Braverman, E., 2009, Dua Penyebab Penyakit Jantung: Tekanan Darah dan
Kenaikan Kadar Kolesterol, http://www.jantunghipertensi.com-
jantunghipertensi, diakses tanggal 2 Januari 2010

Bulton, A., Cockram, C., Franz, M., Arouj, M., Aschner, P., 2005, Global
Guideline for Type 2 Diabetes Mellitus, International Diabetes
Federation, Belgium

Cavallari, H., Robert J., 2008, Pharmacotherapy Principles and Practice :


Ischemic Heart Disease, 63-81, The McGraw-Hill Companies, Inc.,
New York

Cipolle, R. J., Strand, L. M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care
Practise, 178-179, 2nd edition, Mc Graw-Hill Company, New York

 
 
70
 

Corwin, J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, 540-555, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta

Davey, P., 2006, At a Galance Medicine, 266-267, Penerbit Erlangga, Jakarta

Goldschmid, M.G., 1994, Dyslipidemia and Ischemic Heart Disease Mortality


Among Men and Women with Diabetes,
http://cic.ahajournal.org/cgi/reprint/89/3/991?maxtoshow=&HITS=108
&hits=108RESULTFORMAT=&fulltext=dyslipidemia+ischemic+hea
rt+disease+mortality+among+men+and+women+with+deabe&seachid
=18FIRSTINNEX=0&RESOURCETYPE=HWCIT. Diakses tanggal
22 Desember 2009

Grundy, S.M., Benjamin, I., Burke, G.L., Chait, A., Eckel R.H., 1999, Diabetes
and Cardiovascular Disease; A Statement for Healthcare
Professionals from the American Heart Association,
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/100/10/1134. diakses
tanggal 22 Desember 2009

Heryawan, A., 2009, Penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi dapat


Meningkatkan Angka Kematian,
http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/kesehatan/8032-
penyakit-diabetes-melitus-dan-hipertensi-dapat-meningkatkan-angka-
kematian.html, diakses tanggal 2 Januari 2010

Jones, R.M. and Rospond R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practise,
1-6, lippincott Williams and Wilkins Company, USA

Kasper, D.L., Fauci, A., Martin, B., Wilson, J., Braunwald, E., 2005, Prinsip-
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3, terjemahan Asdie,
A., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Kimble, M.A.K. and Young L.Y., 2005, Applied Therapeutics, 1-1 s/d 1-11, 8th
edition, A Wolter Kluwer Company, USA

Kustiyanto, 2009, Diabetes Mellitus, http://


http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/dm.html, diakses tanggal
20 Desember 2009
Kustiyanto, 2009, Ischaemic heart disease (IHD), http:// 
http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/ischemic-heart-disease-
ihd-jantung.html , diakses tanggal 24 September 2009

 
 
71
 

Majid, A., 2009, Preventation and Management of Coronary Artery Disease in


Patients with Diabetes Mellitus, Departemen Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara-Rumah Sakit Adam Malik,
Medan

Massing, M., W., Kathleen, A., Carla, A., Mridul, C., David, B., 2005, Trends in
Lipid Management Among Patients With Coronary Artery Disease,
http://care.diabetesjournals.org/content/26/4/991.full.pdf, diakses
tanggal 2 Januari 2010

Muchid, A., Umar, F., Ginting, M., Basri, C., Wahyuni, R., Helmi, R., dkk., 2005,
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Muchid, A., Umar, F., Chusun, Purnama, Nur Ratih., Masrul, Ratih N., dkk.,
2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner :
Fokus Sindrom Koroner Akut, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Necel, 2009, All About Atherosclerosis, http://www.necel.wordpress.com, diakses


tanggal 19 Januari 2010

Permana, H., 2009, Komplikasi Kornik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi,
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/09/komplikasi_kronik_dan_
penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf., diakses tanggal 29 Desember
2009

Ronald, K., 2008, The epidemiology of diabetic complications,


http://www.diabetes.org/news-research/research/research-database/the-
epidemiology-of-diabetic-complications.html, diakses tanggal 20
Januari 2010
Soegondo, S., 2006, Diabetes The Sillence Killer, http://www.medicastore.com ,
diakses tanggal 4 April 2009

Soegondo S., dkk., 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Penerbit Pengurus Besar Perkumpulan
Endokrin Indonesia, Jakarta

 
 
72
 

Soenarta, A., 2008, Ancaman Global Penyakit Kardiovaskuler,


http://therapystroke.com/index.php?view=article&catid=1%3Alatest-
news&id=7%3Astick-to-the-code&format=pdf&option=com_conten
t&Itemid=50&lang=en, diakses tanggal 2 Januari 2010

Sukandar, E., 2008, ISO Farmakoterapi, 26-27, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta

Suryawan, S., 2008, Obat Kardiovaskuler, Bagian Farmakologi Fakulas


Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya

Susanti, A., 2007, Evaluasi Pengobatan pasien Diabetes Mellitus dengan


Komplikasi Ulkus/Gangren di Instaasi Rawat Inap Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Juli – Desember 2005, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sutedjo, A.Y., 2007, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, 67, 83, 113, Penerbit Amara Books, Yogyakarta

Triplitt, L., Charles A.R., William L.I., 2005, Pharmacoteraphy; A


Pathophysiologic approach; Diabetes Mellitus, 1333-1363, 6th edition,
The McGraw-Hill Companies, Inc., New York

Tjay, T., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, 600, 738, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta

Utomo, H., 2005, Gambaran Penetalaksanaan Diabetes Mellitus pada Pasien


Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Bulan Juli-
Desember Tahun 2003, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta

Yacob, I., 2009, Penyakit Arteri Perifer pada Diabetes,


http://kliniksempurna.blogspot.com/2009/06/penyakit-arteri-perifer-
pada-diabetes.html, diakses tanggal 20 Januari 2010

 
 
73 
 

LAMPIRAN

KASUS 1
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 603534 Gastro endemitis dengan dehidrasi
Umur/ Jenis Kelamin : 41 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
27/1/08 - 4/2/ 08 (8 hari) DM, IHD, diare akut, multiple radicalits
Subyektif :
Sakit perut, BAB cair ± 20 kali
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 27/1/08 4/2/08
Tekanan Darah 160/100 mmHg 130/90 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 370C - ±370C
Nadi 100 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 27/1/08 29/1/08
Puasa 219 mg/dl 323 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial 314 mg/dl 316mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 27/1/08
SGOT 13,0 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 11,8 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 27/1/08
Ureum 41 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,70 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 3,7 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 27/1/08
Kolesterol Total 151 mg/dl - < 200 mg/dl
LDL 89 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 43 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 99 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (27/1/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 5mg 3x/hari, Metformin 3x500mg, Glimepirid 2x1tab, Omeprazole
1x20mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah dan glukosa darah,
1. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari
2. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar gula darah
pasien
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
membutuhkan antiplatelet sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
74 
 

KASUS 2
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 604430 Anoreksia, dyspepsia, DM
Umur/ Jenis Kelamin : 38 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
3/2/08 – 15/2/08 (12 hari) DM, Hipertensi, IHD, Stroke
Subyektif :
Mual, muntah, sakit perut
Sebelumnya sudah minum obat Rantin, Curcuma, dan Cetalgin
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 3/2/08 15/2/08
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 370C - ±370C
Nadi 100 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 3/2/08
Puasa 308 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 461 mg/dl - 100-140 mg/dl
Ginjal 3/2/08
Ureum 35 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,16 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 17,1 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
EKG : IHD (12/2/08)
Penatalaksanaan

Pasien mendapatkan ISDN 2x5mg, Aspilet 1x2 tablet, Glucobay 3x100mg, Omeprazole
1x40mg, Allupurinol 1x300mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan kadar glukosa darah, dan asam urat.
1. Menurut Pharmacotherapy Principles and Practice, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat
digunakan dengan dosis 5-20 mg 2-3 kali sehari
2. Glucobay (acarbose) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien
3. Allupurinol digunakan untuk terjadinya kenaikan kadar asam urat pasien

DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya DRP 1. Melakukan monitoring glukosa darah dan
pemeriksaan kolesterol secara teratur untuk
mencegah komplikasi yang lebih buruk.
2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
75 
 

KASUS 3
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 604281 Hipoglikemia, hipertensi
Umur/ Jenis Kelamin : 71 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
3/2/08 -14/2/08 (11 hari) DM, hipoglikemia, IHD, radices dentist,
dislipidemia
Subyektif :
Komuniksi tidak nyambung, kepala pusing, riwayat stroke 1 tahun yang lalu, obat yang
digunakan glibenkamid, captopril, nadifan
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 3/2/08 14/2/08
Tekanan Darah 206/100 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 370C - ±370C
Nadi 85 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 6/2/08
Puasa - 108 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial - 144mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 3/2/08
SGOT 28,6 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 9,8 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 3/2/08
Ureum 31 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,26 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 7,2 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 3/2/08
Kolesterol Total 286 mg/dl - < 200 mg/dl
LDL 195 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 65 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 144 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (4/2/08)
Penatalaksanaan
Metformin 3x500mg, Amlodipin Besilat 1x10mg, ISDN 3x5mg, Furosemid 1x2 amp,
Simvastatin 1x10mg, Allupurinol 1x100mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat, kolesterol
total dan LDL
1. Metformin digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
2. ISDN digunakan sebagai antiangina
3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi obat
4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
membutuhkan antiplatelet sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien
2. Tidak Perlu Obat Terapi; 2. Dilakukan monitoring pada penggunaan metformin
Allupurinol tidak diperlukan untuk karena terjadi kenaikan kreatinin pada pasien
menurunkan asam urat pasien 3. Penggunaan Allupurinol dihentikan
4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan
kadar kolesterol total, LDL
Outcome : Membaik dan rawat jalan
76 
 

KASUS 4
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 106303 DM, ulkus jari kaki
Umur/ Jenis Kelamin : 68 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
3/5/08 - 10/5/08 (7 hari) DM, ulkus jari kaki, ISK, IHD, radices dentist
Subyektif :
Lemas, buyer
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 3/5/08 10/5/08
Tekanan Darah 130/80 mmHg 150/90 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 38,70C - ±370C
Glukosa Darah 3/5/08
Puasa 111 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 187mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 4/5/08
SGOT - 19,6 U/L 0,00-38,00 U/L
SGPT - 16,0 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 3/5/08
Ureum 44 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,33 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 4,9 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 3/5/08
LDL 112 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 141 mg/dl - >40 mg/dl
EKG : Iskemia (5/5/08)
Penatalaksanaan
Diltiazem 3x30mg, ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Lantus 1x8u, Dexaflox 2x400mg,
Mertigo 3x1tablet
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan gula darah, kreatinin
1. Glumin XR (metformin) digunakan sebagai antidiabetes untuk menurunkan kenaikan kadar
gula darah pasien
2. ISDN digunakan sebagai terapi antiangina

DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
DRP sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
2. Pemberian Glumin XR pada pasien harus selalu
dikontrol karena terdapat peningkatan kreatinin pada
pasien
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah dan kolesterol total karena pasien keluar dari
rumah sakit masih dalam keadaan belum sembuh.
Outcome : Belum sembuh,pulang atas permintaan dan rawat jalan
77 
 

KASUS 5
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 396640 DM, hipertensi, infeksi sekunder
Umur/ Jenis Kelamin : 80 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
7/5/08 - 19/5/08 (12 hari) DM, hipoglikemia, IHD, ISK
Subyektif :
Pusing, mual, tidak nafsu makan
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 7/5/08 19/5/08
Tekanan Darah 140/90 mmHg 160/90 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 38,70C - ±370C
Nadi 80 x/menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 7/5/08
Puasa 354 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 432mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 7/5/08
SGOT 17,7 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 9,3 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 7/5/08
Ureum 61 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,65 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
EKG : Iskemia (7/5/08)
Penatalaksanaan
Glimepirid 1x3mg, Glucovance 1,25/250 2x1tablet, Vometa FT 3x1 tablet, Dexaflox 2x400mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum dan kreatinin.
1. Glimepirid dan Glucovance (kombinasi glibenklamid 1,25mg dan metformin HCl 250mg)
digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien
dengan gangguan ginjal dan hati
2. Pasien tidak mendapat terapi untuk menurunkan tekanan darahnya, dan tidak mendapatkan
obat antiangina untuk menangani IHD pasien
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh tambahan terapi obat; 1. Pasien perlu aspirin 80 mg/hari
pasien membutuhkan 2. Amlodipin Besilat dengan dosis awal 1x2,5mg/hari untuk
antiplatelet, antiangina dan pasien lanjut usia, secara teratur sebagai terapi untuk IHD
antihipertensi 3. Kaptopril 2x12,5mg sebagai terapi penurunan tekanan
2. Obat tidak tepat; Glimepirid darah
dan Glucovance tidak boleh 4. Penggunaan Glimepirid dan Glucovance diganti dengan
digunakan pada pasien insulin kerja sedang dengan dosis 4-5 unit per hari.
dengan dengan nilai kreatinin 5. Melakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL,
lebih dari 1,40 mg/dl. HDL, dan trigliserida.
6. Melakukan diet untuk membantu menurunkan kadar gula
darah, dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Outcome : Belum sembuh, pulang atas permintaan
78 
 

KASUS 6
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 349505 Vomitus
Umur/ Jenis Kelamin : 77 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
11/6/08 - 15/6/ 08 (4 hari) DM, hipertiroid subklinis, IHD, dislipidemia
Subyektif :
Perut sakit, muntah-berak, lemas
Riwayat penyakit DM dan jantung
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 11/6/08 15/6/08
Tekanan Darah 140/100 mmHg 130/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 38,50C - ±370C
Glukosa Darah 13/6/08
Puasa - 103 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial - 161 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 11/6/08
SGOT 14,1 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 12,1 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 11/6/08
Ureum 36 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,40 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 12/6/08
Kolesterol Total - 207 mg/dl < 200 mg/dl
Trigliserida - 130 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (11/6/08)
Penatalaksanaan
Glumin XR 1x2tablet, ISDN 3x5mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin dan kolesterol
total
1. Glumin XR (metformin) diunakan untuk menurunkan kadar gula darah
2. ISDN digunakan untuk terapi IHD

DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya DRP 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari untuk terapi
IHD.
2. Glumin XR digunakan secara hati-hati dan perlu
monitoring, karena terjadi peningkatan kreatinin
pada pasien.
3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi
kadar gula darah.
4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar
glukosa darah dan kolesterol total.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
79 
 

KASUS 7
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 620465 GEA
Umur/ Jenis Kelamin : 67 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
15/6/08 - 18/6/ 08 (3 hari) DM, ISK, IHD, diare akut
Subyektif :
Mual, muntah, BAB 3x cair
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 15/6/08 18/6/ 08
Tekanan Darah 130/90 mmHg 110/70 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Glukosa Darah 16/6/08
Puasa - 150 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial - 172 mg/dl 100-140 mg/dl
Ginjal 15/6/08 17/6/08
Ureum 24 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,75 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat - 4,9 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 12/6/08
Kolesterol Total - 112 mg/dl < 200 mg/dl
Trigliserida - 107 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (15/6/08)
Penatalaksanaan
Glimepirid 1x2mg, ISDN 3x5mg, Dexaflox 2x400mg, Vometa FT 3x1 tablet
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan kadar glukosa darah
1. Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien
2. ISDN digunakan sebagai terapi IHD
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi
pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
membutuhkan antiplatelet teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami
pasien.
2. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar
glukosa darah.
3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi
kadar gula darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
80 
 

KASUS 8
Data pasien Diagnosa masuk:
No. Rekam medik : 100356 DM, hipertensi
Umur/ Jenis Kelamin : 63 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
9/12/08 - 22/12/ 08 (13 hari) DM, IHD, dislipidemia, lumbal discopathy
Subyektif :
BAB berdarah, boyok nyeri sekali
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 9/12/08 22/12/ 08
Tekanan Darah 160/100 mmHg 130/90 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Nadi 88 x/menit - ± 80 x/menit
Glukosa Darah 9/12/08 16/12/08
Puasa 61 mg/dl 111 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial 125 mg/dl 134 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 9/12/08
SGOT 21,3 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 10,8 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 9/12/08 17/6/08
Ureum 51 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,14 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 9/12/08
LDL 139 mg/dl - < 150 mg/dl
Trigliserida 102 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (15/12/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Diltiazem 3x30mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, ureum.
1. Diltiazem digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3-4x30mg/hari
2. Gumin XR (metformin) digunakan untuk terapi penurunan kadar glukosa darah

DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya DRP 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami
pasien
2. Menganjurkan pasien untuk menjalankan pola
hidup sehat
4. Monitoring gula darah dan kolesterol secara
teratur.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
81 
 

KASUS 9
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 070476 Pneumonia, hiperglikemi
Umur/ Jenis Kelamin : 82 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
10/10/08 - 21/10/ 08 (11 hari) DM, IHD, hipertiroid, kontraksi tungkai bawah,
nefropati
Subyektif :
Tidak mau makan, batuk, riwayat hipertensi, pernah operasi prostat, alergi obat sulfa.
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 10/10/08 21/10/ 08
Tekanan Darah 130/80 mmHg 110/70 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 380C - ±370C
Nadi 96 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 12/10/08
Puasa - 176 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial - 153 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 10/10/08
SGOT 22,5 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 12,4 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 10/10/08
Ureum 97 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 2,36 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 10,6 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 10/10/08
Kolesterol Total 165 mg/dl - < 200 mg/dl
LDL 102 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 35 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 130 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (27/1/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Metformin 3x500mg, ISDN 3x5mg, Bricasma 3x1 tablet, Neo-Mercazole
1x5mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, ureum, kreatinin.
1. Metformin digunakan untuk menurunkan glukosa darah pasien yang mengalami kenaikan
2. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
pasien membutuhkan terapi untuk IHD yang dialami pasien.
antiplatelet dan obat untuk 2. Perlu tambahan Allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari
hiperurisemia 3. Perlu dilakukan kontrol secara teratur dan monitoring kadar
2. Obat tidak tepat; metformin glukosa darah, untuk menghindari hiperglikemia dan
tidak boleh digunakan pada komplikasi lain yang lebih parah.
pasien nefropati, dengan 4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula
nilai kreatinin lebih dari darah.
1,50 mg/dl. 5. Metformin diganti dengan Glikuidon 15mg/hari yang tidak
kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
hati.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
82 
 

KASUS 10
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 640842 Vomitus, DM, hepatitis
Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
30/11/08 - 10/12/08 (10 hari) DM, radices dentist, IHD
Subyektif :
Mual, perut sakit seperti ditusuk-tusuk, riwayat penyakit hepatitis, DM sejak 2003
Menggunakan Glibenklamid sehari 1 tablet tetapi tidak teratur.
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 30/11/08 10/12/08
Tekanan Darah 130/80 mmHg 110/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Nadi 80 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 30/11/08
Puasa 164 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 241 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 30/11/08 5/12/08
SGOT 122,4 U/L 52,6 U/L 0,00-38,00 U/L
SGPT 344,5 U/L 246,5 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 30/11/08
Ureum 29 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,61 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 30/11/08
Kolesterol Total 177 mg/dl - < 200 mg/dl
Trigliserida 203 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (1/12/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Vometa FT 3x1 tablet, Glumin XR 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Gluvas
1x1mg, Hypofil 1x300mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, SGOT, SGPT, trigliserida.
1. Glumin XR (metformin) dan gluvas (Glimepirid) digunakan untuk menurunkan kadar
glukosa darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati
2. Hypofil (gemfibrozil),digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida pasien.
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
pasien membutuhkan terapi untuk IHD yang dialami pasien.
antiplatelet 2. Penggunan Glumin XR, Gluvas perlu pemantauan, karena
terjadi kenaikan SGOT dan SGPT.
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula
darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
83 
 

KASUS 11
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 444370 DM, HHD-IHD, radices dentist
Umur/ Jenis Kelamin : 60 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
2/12/08 - 7/12/08 (5 hari) DM, HHD-IHD, radices dentist
Subyektif :
Berencana cabut gigi, namun gula darah tinggi
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 2/12/08 7/12/08
Tekanan Darah 160/90 mmHg 150/100 mmHg 130/80 mmHg
Glukosa Darah 2/12/08 12/10/08
Puasa 226 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial 270 mg/dl 100-140 mg/dl
Ginjal 2/12/08
Ureum 24 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,81 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
EKG : Iskemia
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Herbesser 90 SR (diltiazem) 1x1 tablet, Amlodipin Besilat 1x10mg,
Adalat 3x10mg, Insulin RI 50u
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum, kreatinin.
1. Insulin digunakan sebagai terapi penurunan kadar gula darah
2. Amlodipin besilat dan diltiazem digunakan sebagai antiangina
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
membutuhkan antiplatelet dan teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami
antihipertensi pasien.
2. Diberikan Kaptopril dengan dosis 3x12,5mg
sebagai terapi penurunan tekanan darah
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar
glukosa darah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi
kadar gula darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
84 
 

KASUS 12
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 015905 OBS dyspneu, vomitus, DM
Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
12/2/09 - 24/2/09 (12 hari) DM, IHD, trombositopenia, hiponatremia
Subyektif :
Sesak nafas, dada terasa tidak enak, mual, muntah
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 12/2/09 24/2/09
Tekanan Darah 142/90 mmHg 110/70 mmHg 130/80 mmHg
390C - ±370C
124 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 13/2/09
Puasa 267 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 297 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 13/2/09
SGOT 31,4 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 33,6 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 13/2/09
Ureum 20 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,75 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 13/2/09
LDL 98 mg/dl - < 150 mg/dl
Trigliserida 311 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (12/2/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, ISDN 3x5mg, Vometa FT 3x1 tablet, Glimepirid
1x1mg, Bricasma 3x1 tablet
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah, trigliserida
1. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati
2. Trigliserida pasien mengalami kenaikan dan membutuhkan obat hipolipidemia untuk
menurunkan kadar trigliserida pasien
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
membutuhkan antiplatelet, terapi untuk IHD yang dialami pasien
obat hipolipidemia 2. Glimepirid seharusnya tidak digunakan dan
2. Adverse Drug Reaction; pasien seharusnya menggunakan metformin dengan dosis
mengalami trombositopenia 3x500mg/hari
dan hiponatremia yang dapat 3. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg 2x/
disebabkan karena penggunaan hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang
glimepirid meningkat
4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah.
5. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar
gula darah, tekanan darah, dan trigliserida agar tidak
terjadi komplikasi yang lebih parah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
85 
 

KASUS 13
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 109090 DM, hipertensi
Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
14/2/09 - 26/2/09 (12 hari) DM, HHD-IHD, chronic appendicitis,
polineuropati, radices dentist, dislipidemia
Subyektif :
Lemas, kencing banyak busa, panas, warna merah, pekat selama satu minggu
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 14/2/09 26/2/09
Tekanan Darah 140/90 mmHg 130/80 mmHg 130/80 mmHg
Glukosa Darah 14/2/09
Puasa 225 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 327 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 14/2/09
SGPT 22,1 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 14/2/09
Ureum 20 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Asam Urat 4,1 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 14/2/09
LDL 159 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 71 mg/dl - > 40 mg/dl
Trigliserida 281 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (10/10/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Amlodipin besilat 1x10mg, Gluvas 1x2 tablet, Insultard 16u
sore dan 20u pagi
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, LDL dan trigliserida.
1. Pasien tidak mendapat terapi untuk kenaikan trigliseridanya
2. Gluvas (Glimepirid) dan Insultard digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
pasien
3. ISDN dan amlodipin besilat digunakan sebagai terapi IHD
4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur
membutuhkan antiplatelet, sebagai terapi pemeliharaan pada pasien IHD.
obat hipolipidemia 2. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg
2x/ hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang
meningkat
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar
gula darah, LDL dan trigliserida, agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih parah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
86 
 

KASUS 14
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 540784 DM, HHD, arytmia cordis
Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
17/2/09 - 26/2/09 (9 hari) DM, hipertiroid, HHD-IHD, ISK, hiperkalemia
Subyektif :
1 minggu sesak nafas, kaki bengkak. Riwayat sakit jantung
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 17/2/09 26/2/09
Tekanan Darah 133/80 mmHg 140/90 mmHg 130/80 mmHg
Nadi 67 x/menit - ±80 x/menit
Glukosa Darah 17/2/09
Puasa 141 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 213 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 17/2/09
SGOT 38,0 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 26,3 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 17/2/09
Ureum 42 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,40 mg/dl - 0,70-1,20 mg.dl
Asam Urat 4,1 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
HbA1c 7,9% - 4,5-6,5%
EKG : Iskemia (17/2/09)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Bisoprolol 1x5mg, ISDN 3x5mg, Cardioaspirin
1x1 tablet, Neo-Mercazole 3x5mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah.
1. ISDN dan bisoprolol digunakan untuk terapi IHD
2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
3. Cardioaspirin merupakan antikoagulen mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan
untuk pengobatan dan pencegahan angina pectoris dan MI dengan dosis 1x1tablet.

DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
pasien membutuhkan sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
antiplatelet dan 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
antihipertensi untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
3. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari
untuk menurunkan tekanan darah pasien
4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
5. Pengunaan Glumin XR perlu pengawasan khusus
karena pasien mengalami kenaikan kadar kreatinin.
6. Melakukan pemeriksaan kolesterol, meliputi kolesterol
total, LDL, HDL dan trigliserida.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
87 
 

KASUS 15
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 456320 IHD, susp cholecytis, dislipidemia
Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
24/2/09 - 11/3/09 (15 hari) DM, IHD, dislipidemia,HAPV cervical
Subyektif :
Sakit di ulu hati kurang lebih satu bulan, leher bagian belakang terasa kencang, perut terasa
penuh
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 24/2/09 11/3/09
Tekanan Darah 110/80 mmHg 110/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Nadi 80 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 25/2/09
Puasa 216 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 223mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 8/3/09
SGOT 22,1 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 91,1 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 8/3/09
Ureum 18 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,46 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 8/3/09
Kolesterol Total 203 mg/dl - < 200 mg/dl
LDL 128 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 52 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 91 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Simvastatin 1x10mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan kadar gula darah, SGPT dan kolesterol total.
1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 1tablet 5mg 3-4x sehari
2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi
pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
pasien membutuhkan sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
antiplatelet 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
88 
 

KASUS 16
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 283531 FP co lium femur, DM, hiperglikemia
Umur/ Jenis Kelamin : 76 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
27/2/09 - 20/3/09 (21 hari) DM, IHD, renal ficiency, fraktur intetrochanterica
Femur smistro
Subyektif :
Nyeri kaki kiri
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 27/2/09 20/3/09
Tekanan Darah 160/80 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 37,20C - ±370C
Nadi 93 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 27/2/09
Puasa 84 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 147mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 27/2/09
SGOT 16,6 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 16,4 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 27/2/09
Ureum 131 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 3,26 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 4,7 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 27/2/09
LDL 102 mg/dl - < 150 mg/dl
Trigliserida 176 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (28/2/09)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glurenorm 1x1 tablet, Aprovel 1x300mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar gula darah, ureum, kretinin dan trigliserida.
1. Glurenorm (Glikuidon) digunakan sebagai obat antidiabetik
2. ISDN digunakan sebagai antiangina
DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya 1. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
DRP untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk
2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
89 
 

KASUS 17
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 655736 DM, IHD
Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
2/4/09 - 15/4/09 (13 hari) DM, IHD, CHF
Subyektif :
Pusing, mual, tidak nafsu makan, perut membesar (acites)
Riwayat DM
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 2/4/09 15/4/09
Tekanan Darah 160/100 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg
Glukosa Darah 2/4/09
Puasa 176 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 153 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 2/4/09
SGOT 16,4 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 6,6 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 2/4/09
Ureum 45 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,29 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 7,6 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 2/4/09
Kolesterol total 150 mg/dl - <200 mg.dl
LDL 102 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 30 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 83 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (2/4/09)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Aspilet 1x1 tablet, Glimepirid 1x3mg, ISDN 3x5mg, Metformin 2x500mg,
Zyloric (Allupurinol) 2x1 gelas
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat dan
penurunan HDL
1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 3x5mg/hari
2. Metformin dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien
3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi
obat
4. Aspilet mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan
angina pektoris dan MI
DRP : Rekomendasi :
1. Tidak Perlu Obat Terapi; 1. Penggunaan Allupurinol dihentikan
Allupurinol tidak diperlukan 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk menurunkan asam urat untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
pasien 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
4. Penggunaan Metformin dan Glimepirid harus dipantau
dan dimoitoring, karena pasien mangalami kenaikan
kreatinin.
5. Mengkonsumsi sayuran dan olah raga, untuk
meningkatkan kadar HDL pasien.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
90 
 

KASUS 18
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 658498 DM, IHD, polineuropati
Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
27/4/09 - 9/5/09 (12 hari) DM, neuropati, IHD, diastolic disfunction, CHF, ISK,
dislipidemia, hipotiroid
Subyektif :
Perut terasa membesar, tidak nafsu makan, nyeri di perut kanan atas, mual
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 27/4/09 9/5/09
Tekanan Darah 140/80 mmHg 140/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Nadi 80 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 27/4/09
Puasa 102 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 182 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 27/4/09
SGOT 19,7 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 11,3 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 27/4/09
Ureum 29 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,95 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 27/4/09
LDL 155 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 41 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 180 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glikuidon 30mg 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Bisoprolol fumarat 5mg 1x½
tablet, Euthyrax 1x0,10 mg, Furosemid 2x1 tablet
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, dan LDL.
1. Bisoprolol fumarat golongan beta bloker dengan dosis 5-10 mg/hari. Jika digunakan
dengan sulfonilurea kan menurunkan efek sulfonilurea
2. Glikuidon golongan sulfonilurea, dosis awal ½ tablet (15 mg) 1x sehari, dosis maksimal
180 mg/hari
3. Tekanan darah pasien mengalami kenaikan, namun belum diberi terapi untuk menurunkan
tekananan darah
4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari
membutuhkan antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah pasien
2. Adverse Drug Reaction; 2. Melakukan penghentian penggunaan bisoprolol
penggunaan bisoprolol fumarat 3. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
dan glikuidon dapat menurunkan untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk
efek dari glikuidon. 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
 
91
 

Penulis skripsi “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi

Pasien Diabetes Mellitus Komplikasi Ischemic Hart

Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009”

memiliki nama lengkap Maria Laksmi Parahita.

Penulis lahir sebagai anak pertama dari pasangan

Ignatius Suwarto dan Fransiska Aufrida Sudjarwati di

Pemalang pada tanggal 19 Februari 1988. Penulis

menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pius Pemalang pada tahun

1994, kemudian menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Pius (1994 – 2000)

dilanjutkan SMP Pius Pemalang (2000-2003), dan tahun 2006 Penulis

menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pemalang. Pada tahun 2006 Penulis

memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah Penulis mengikuti berbagai kegiatan,

seperti ; anggota Paduan Suara Fakultas Farmasi (2006-2008), Panitia Titrasi

(2007), dan Panitia Insadha (2008).

Anda mungkin juga menyukai