APOTEKER
DINAS KESEHATAN PROVINSI
JAWA TENGAH
DISUSUN OLEH :
Estried Ananda Mustina (20102300039)
Disetujui oleh :
(apt. Aries Badrus Sholeh, M.Farm Ind.) (Dra.Wahyu Indah Widowati, Apt)
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat, taufik
serta hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan dan kemampuan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Dinas Kesehatan Provinsis Semarang pada tanggal 07 Desember 2023
sampai dengan 08 Desember 2023 dengan lancar tanpa hambatan. Shalawat serta
salam kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa
kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang berderang seperti saat ini.
Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Prodi Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Islam Sultan Agung Semarang dengan tujuan agar setiap
calon Apoteker mendapatkan pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai
apotek yang merupakan salah satu tempat pengabdian profesi apoteker. Dalam
pelaksaan dan pembuatan laporan pastinya penulis tidak dapat bekerja secara
individual tanpa adanya bantuan do’a dan bimbingan dari pihak lain. Dengan
demikian, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar-
besarnya dengan setulus hati kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan jalan kemudahan disetiap urusan
hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan dan penyusunan
laporan PKPA dengan baik.
2. Bapak Dr. Gunarto, SH., M.H, selaku Rektor Universitas Islam Sutan Agung
Semarang.
3. Ibu Dr. apt. Rina Wijayati, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung.
4. Prof. Dr. apt. Suwaldi Martodiharjo., M.Sc selaku pembina Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Sultan Agung.
5. Ibu Dr. apt. Naniek Widyaningrum, M. Sc. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
ii
6. apt. Aries Badrus Sholeh., M.Farm.Ind., selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini.
7. Dra.Wahyu Indah Widowati, Apt selaku preseptor PKPA dan Apoteker
penanggung jawab di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
8. Seluruh staff di Dinas Kesehatan Provinsi, yang telah menerima dan membatu
selama pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker.
9. Kedua orang tua saya, terimakasih atas kasih sayang, doa, semangat dan
dukungan yang tiada hentinya.
10. Teman-teman Apoteker Angkatan 8, terimakasih atas dukungan dan kerjasama
selama ini.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki, selama pelaksanaan PKPA dalam penulisan laporan ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis membuka diri untuk
segala saran dan kritik yang membangun guna perbaikan.
Penulis berharap semoga laporan praktek kerja ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang farmasi. Besar harapan
penulis, semoga ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh di Dinas Kesehatan
Provinsi dapat berguna, semoga laporan ini dapat menjadi salah satu bentuk ibadah
penulis dan dapat memberi manfaat bagi para pembaca pada umumnya serta bagi
perkembangan Dinasa Kesehatan Provinsi selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Semarang, 12 Desember 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
v
PORTOFOLIO MAHASISWA
PKPA DINAS KESEHATAN
MATERI PKPA
6
MINGGU KE-1
Tgl : Tgl :
7
BUKTI SASBEL 1.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan struktur organisasi
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)
8
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi
9
BUKTI SASBEL 2.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan peran apoteker dalam struktur organisasi
di Dinas Kesehatan Provinsi
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)
10
Visi
Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari
“(tetep) mboten korupsi, mboten ngapusi”
Misi
11
BUKTI SASBEL 3.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan peran Apoteker dalam struktur organisasi
seksi kefarmasian dan perbrkalan kesehatan (farkalkes).
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)
12
3. Tupoksi seksi farmanin & perbekes
1. Menyiapkan bahan perumusan kenijakan teknis di bidang kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbrkalan kesehatan
2. Menyiapkan bahan pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang kafarmasian, makanan, minuman dan perbekalan kesehatan.
3. Menyiapkan bahan penyusunan standar operasional kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah
4. Menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan layanan kafarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah.
5. Menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah.
6. Menyiapkan bahan rekomendasi teknis ijin perdagangan besar farmasi
cabang dan cabang penyalur alat kesehatan (serta UKOT).
7. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan.
13
BUKTI SASBEL 4.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan ruang lingkup setiap bagian di Dinas
Kesehatan Provinsi
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)
15
4) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit memiliki Tugas dan
Fungsi sebagai berikut :
- Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Surveilens
dan Imunisasi, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular serta
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa.
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Surveilens dan Imunisasi
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa
- Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
16
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Standarisasi Pelayanan dan
Jaminan Kesehatan
- Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
17
7) UPT Dinas memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut :
- Melaksanakan tugas teknis operasional dan atau tugas teknis penunjang
tertentu di lingkungan Dinas dapat dibentuk UPT Dinas.
18
BUKTI SASBEL 5.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan Tupoksi pada seksi kefarmasian dan
perbekalan kesehatan (farkalkes) di Di Dinas Kesehatan.
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)
19
3. Tugas seksi farmanin & perbekes
Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang kefarmasian,
makanan munuman dan perbekalan kesehatan.
20
MINGGU KE-2
Tgl : Tgl :
21
BUKTI SASBEL 1.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan Program-program di Dinas Kesehatan
Provinsi.
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)
22
3. Stunting
- Tablet Tambah Darah vitain & mineral
- Obat Kecacingan
- Pemberian PMT
3. Sarana Produksi Sediaan Farmasi
4. Program Produksi Alkes dan PKRT
5. Sarana Distribusi Kefarmasian
6. Program Makanan dan Minuman
1) Pengaturan Pangan
24
Pangan, serta persyaratan label dan iklan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, untuk Pangan Olahan,
dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan;
dan
b) Persyaratan Keamanan Pangan, Mutu Pangan, dan Gizi
Pangan, serta persyaratan label dan iklan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, untuk Pangan Segar,
dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pangan.
(4) Pemerintah menyelenggarakan program pemantauan, evaluasi,
dan pengawasan secara berkala terhadap kegiatan atau proses
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau Peredaran
Pangan oleh Pelaku Usaha Pangan.
Peraturan Pemerintah ini disusun untuk menyelenggarakan
Keamanan Pangan yang terpadu sepanjang Rantai Pangan, berbasis
analisis risiko, transparansi, ketertelusuran produk. harmonisasi standar,
pertanggung jawaban, keterpaduan antarotoritas kompeten, konsisten,
dan tidak berpihak. Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
26
BUKTI SASBEL 2.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan Program khusus yang ada pada Dinas
Kesehatan Provinsi sesuai bagian seksi farmasi dan alat kesehatan.
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sesuai bagian seksi farmasi dan alat
kesehatan memiliki beberapa program khusus seperti :
1. Program Unggulan yang terdiri dari :
- SPM Kesehatan Daerah Provinsi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 terdiri dari :
1) Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan
Akibat Bencana dan/atau Berpotensi Bencana Provinsi
a. Standar Jumlah dan Kualitas barang dan/atau jasa seperti :
- Obat-obatan dan bahan medis habis pakai
- Makanan tambahan / pendamping untuk kelompok
rentan (MP asi, MP ibu hamil, pemberian makanan untuk
bayi dan anak (PMBA)
- Kelengkapan pendukung kesehatan perseorangan
(Hydine Kit dan Family Kit)
b. Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber daya Manusia
Kesehatan
- Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan
kesehatan 24 jam dalam beberapa shift yang terdiri dari :
dokter umum, perawat, dan bidan
- Kebutuhan SDM Kesehatan untuk pengiriman tim
penanggulangan krisis kesehatan meliputi: dokter,
perawat, bidan, Tenaga kesehatan masyarakat terlatih di
bidang (surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan
lingkungan, kesehatan reproduksi, dll), Tenaga
Kesehatan yang memiliki kemampuan dalam
penanganan kesehatan jiwa, Apotekerdan/atau asisten
27
apoteker, dan tenaga penyuluh/promosi kesehatan.
2) Pelayanan Kesehatan Bagi penduduk pada kondisi kejadian luar
biasa provinsi
a. Standar Jumlah dan Kualitas barang dan/atau Jasa
- Alat Perlindungan Diri (APD)
- Profilaksis/vitamin/obat/vaksin
- Alat Pemeriksaan Fisik (stetoskop, termometer, tensi,
senter, test diagnosis cepat)
- Alat dan bahan pengambilan spesimen (tabung, pot,
media, amies, dll)
- Wadah pengiriman spesimen (Specimen carrier)
- Tempat sampah biologis
- Formulir (form penyelidikan epidemiologi, form/lembar
KIE alat tulis yang diperlukan
b. Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber Daya Manusia
Kesehatan
- Diluar Fasilitas layanan kesehatan dilakukan oleh tim
Gerak Cepat Provinsi (sesuai SK Dinkes Provinsi) yang
terdiri dari : dokter, tenaga kesehatan masyarakat yang
mempunyai kemampuan di bidang epidemiologi,
kesehata lingkungan, entomologi, tenaga laboratorium,
tenaga penyuluh/promosi kesehatan, petugas yang
terlibat dalam pelaksanaan penyelidikan epidemiologi
disesuaikan dengan jenis KLB yang terjadi.
- Di fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari: dokter
(umum dan spesialis), perawat, petugas radiologi,
petugas laboratorium, dll.
- RSTD (Rumah Sakit Tanpa Dinding)
▪ Akses terbuka rumah sakit untuk masyarakat
▪ Membangun sisitem rujuk balik paripurna dan terpadu →
Pelayanan kelompok populasi berisiko tinggi secara paripurna
28
dan terpadu
▪ Membina dan berkolaborasi dengan fasyenkes primer dalam
upaya promotif dan preventif
▪ Perluasan dan realisasi aksi emergency sistem melalui 119 →
transfer of knowledge kepada fasyankes primer, masyarakat,
keluarga / perorangan.
a) Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Tanpa Dinding
1. Sasaran
- RSUD dan RSJD Provinsi Jawa Tenngah serta seluruh
RSUD Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
2. Ruang Lingkup Pedoman
▪ Konsep RSTD di rumah sakit
▪ Manajemen strategi, kebijakan dan operasional
▪ Penyelenggaraan
▪ Kemitraaan
▪ Monitoring dan evaluasi
▪ Pembinaan dan pengawasan
▪ Indikator keberhasilan program RSTD
3. Batasan Program
▪ Manajemen strategi, kebijakan dan operasional
▪ Upaya promotif dan preventif
▪ Fokus pada program prioritas kesehatan Jawa Tengah
▪ Sasaran adalah individu dan kelompok, baik sehat
maupun sakit
▪ Kegiatan diselenggarakan Pra-Rs, intra RS dan Pasca Rs
▪ Melibatkan peran aktif mitra kesehatan
▪ Memiliki tolak ukur keberhasilan
4. Kemitraan
1. Peran Lintas Sektor
▪ .Dukungan komitmen yang diwujudkan dalam
bentuk dukungan regulasi/kebijakan
29
▪ Dukungan perencanaan, anggaran sarana dan
parsarana;
▪ Dukungan pengembangan kapasitas sumber daya
manusia
▪ Pembinaan dan membangun jejaring;
▪ Penggalian potensi resiko kesehatan
▪ Dukungan promosi kesehatan, penggerakkan
pemberdayaan dan pastisipasi masyarakat
▪ Dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Unsur-unsur Lintas Sektor
▪ Unsur Pemerintah
▪ Unsur Swasta atau dunia usaha
▪ Unsur LSM dan organisasi massa
▪ Unsur Organisasi Profesi
- 5 NG (JATENG GAYENG NGINCENG WONG METENG)
Jateng gayeng nginceng wong meteng memiliki tujuan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi dimana terdapat 4 fase yang meliputi :
1. Fase Sebelum Hamil
2. Fase Hamil
3. Fase Persainan
4. Fase Nifas
Adapun Transformasi layanan primer pada 5 ng (Jateng Gayeng
Nginceng Wong Meteng) :
- Transformasi Layanan Pri9mer merupakan pilar pertama dalam
transformasi kesehatan Indonesia, dimana dalam penerapannya
memiliki fokus memperkuat aktivitas promotif preventif untuk
menciptakan lebih banyak orang sehat, memperbaiki skrining
kesehatan serta meningkatkan kapasitas layanan primer.
- Pada pelaksanaannya, fokus utama tersebut dapat dijabarkan
menjadi 4 hal, diantaranya adalah:
- Edukasi Penduduk, Yaitu dengan melakukan penguatan peran
30
kader, kampanye, dan membangun gerakan, menggunakan
platform digital dan tokoh masyarakat.
- Pencegahan Primer, hal ini dilakukan dengan melakukan
penambahan imunisasi rutin menjadi 14 antigen dan perluasan
cakupan di seluruh Indonesia.
- Pencegahan Sekunder, yaitu dengan melakukan skrining 14
penyakit penyebab kemaian tertinggi di tiap sasaran usia,
skrining, stunting, & peningkatan ANC untuk kesehatan ibu dan
bayi
- Meningkatkan Kapasitas dan Kapabilitas Layanan Primer,
dengan melakukan revitalisasi network dan standarisasi layanan
di Puskesmas, posyandu, dan kunjungan Rumah.
- JOTO (JOGO TONGGO)
Pembentukan satgas jogo tonggo bersadarakan intruksi gubernur
Jawa Tengah Nomor : 1/2020. Maksud dari pembentukan jogo tonggo
yaitu melaksanakan penanganan COVID-19 bersama-sama melalui
gerakan gotong dan pemberdayaan masyarakat secara terstruktur,
sistematis, dan menyeluruh, dengan memeperhatikan :
- Kesehatan warga
- Kondusivitas lingkungan, pencegahan konflik
- Kondisi ekonomi, kepastian pemenuhan pangan, bahan pokok
- Kekuatan kearifan lokal, potensi geografis dan lingkungan
JOGO TONGGO merupakan jejaring gotong royong masyarakat
semesta dimana bertujuan untuk membangun sinergi antara aspek
kesehatan, pemberdayaan & kekuatan sosial potensi masyarakat. Prinsip
kerja satgas jogo tonggo terdiri dari 5 yaitu : kemanusiaan, goyong –
royong, melibatkan semua pihak, non permanen saat kondisi darurat,
dan transparan. Adapun empat bidang satgas jogo tonggo dimana
berperan aktif dalam pencegahan COVID-19 dengan optimalisasi
sejumlah kegiatan di dalam lingkup masyarakat sehari – hari yaitu :
bidang kesehatan, bidang ekonomi, bidang sosial keamanan, bidang
31
hiburan.
Adapun Tugas satuan Tugas Kesehatan Jogo Tonggo meliputi :
1. Mendata setiap orang yang keluar masuk desa terkait dengan
indikator serangan covid-19
2. Membantu petugas kesehatan membawa orang yang
teridentifikasikan sebagai Pasien PDP/ Suspect ke RS rujukan
3. Menyarankan ODP/Probable dan OTG/Comfirm untuk
menjalankan karantina mandiri dan menyarankan yang sehat untuk
hati-hati dan waspada
4. Menanyakan ke petugas kesehatan (Puskesmas) untuk memastikan
siapa saja waga RW yang berstatus sebagai OTG/Confirm,
ODP/Probable dan PDP/Suspect setiap hari di Up date statusnya
5. Memastikan lokasi trategis tempat cuci tangan pakai sabun, jadual,
ketertiban warga RW keluar rumah wajib memakai masker, jaga
jarak fisik antar warga 1,5-2 meter
6. Mendorong praktek hidup bersih dan sehat (makanan dan minuman
seimbang, olahraga, mandi teratur, lingkungan bersih dan istirahat
cukup)
7. Berkoordinasi dengan Petugas Kesehatan Desa untuk pemeriksaan
lebih lanjut, dan jika dinilai ada warga dalam kondisi darurat Satgas
Kesehatan Jogo Tonggo langsung membawa pasien ke fasilitas
kesehatan terdekat
32
2. Program Prioritas Kesehatan meliputi :
- AKI/AKB
- Stunting
Melakukan Pemberian Informasi :
1. Tablet penambah darah
2. Obat kecacingan
3. Pemberian PMT
- Eliminasi HIV/AIDS
- Eliminasi TBC
Melakukan edukasi tentang :
1. Penggunaan (waktu menelan obat, dosis)
2. Penyimpanana obat
3. Pengamatan mutu obat di rumah (organoleptis → warna, bau, rasa)
- Eliminasi Malaria
- P2 dan PTM
- Kesling
- UHC
- Integrasi Layanan Primer
33
BUKTI SASBEL 3.
Mahasiswa mampu melakukan perhitungan perencanaan pengadaan dalam
serangkaian GPP di Dinkes Provinsi menggunakan beberapa metode
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)
34
2. Pengadaan
Pengadaan obat di Dinas Kesehatan Jawa Tengah dilakukan untuk
pemenuhan stok obat untuk kebutuhan 1 tahun kedepan + 4 bulan
1. Permintaan ke Kemenkes RI
- Obat Program
- Obat buffer Pelayanan Kesehatan Dasar
- Vaksin
- Logistik Vaksinasi
2. Pengadaan Mandiri
- Metode :
1. E-Purcasing
Jika obat tersedia dalam daftar E-katalog
2. Pengadaan lainnya
Pengadaaan langsung lelang jika obat tidak tersedia dalam daftar E-
Katalog
- Kriteria Pengadaan
1. Obat dan BMHP → Harus memiliki ijin edar BPOM/Kemenkes
2. Penyedia Obat → Harus memiliki Izin Perdagang Besar Farmasi
3. Penyedia Alkes → Harus memiliki Izin penyalur alat kesehatan
3. Penerimaan
Langkah – Langkah Penerimaan :
1. Sumber Penerimaan
2. Cek dokumen
3. Cek Obat
4. Verifikasi
5. Obat diterima
35
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap
sediaan farmasi yang diterima agar: aman, terhindar dari kerusakan
fisik/kimia, dan mutu terjamin. Adapun tujuan dari penyimpanan supaya
mutu sediaan farmasi yang tersedia dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Adapun hal – hal yang perlu dipertimbangkan
:
- Bentuk dan jenis sediaan
- Suhu dan kelembapan
- Mudah/tidak terbakar
- Narkotika dan Psikotropika
- Terhindar dari kontaminasi
5. Pendistribusian
Distribusi merupakan pengeluaran dan pengiriman Sediaan Farmasi
dan Alkes dari satu tempat ke tempat lain dengan memenuhi persyaratan
baik teknis maupun administratif untuk memenuhi ketersediaan jenis dan
jumlah obat
6. Pencatatan dan Pelaporan
1. Buku Penerimaan
2. Buku Pengeluaran
3. Kartu Stok
4. Laporan Stok Opname
5. Rekonsiliasi Distribusi dengan Dinkes Kab/Kota
36
BUKTI SASBEL 4.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi parameter yang dipertimbangkan di
perencanaan pengadaan dalam serangkaian GPP di Dinkes Provinsi menggunakan
beberapa metode
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)
37
9. Pengadaan
3. Permintaan ke Kemenkes RI
- Obat Program
- Obat buffer Pelayanan Kesehatan Dasar
- Vaksin
- Logistik Vaksinasi
4. Pengadaan Mandiri
- Metode :
3. E-Purcasing
Jika obat tersedia dalam daftar E-katalog
4. Pengadaan lainnya
Pengadaaan langsung lelang jika obat tidak tersedia dalam daftar E-
Katalog
- Kriteria Pengadaan
4. Obat dan BMHP → Harus memiliki ijin edar BPOM/Kemenkes
5. Penyedia Obat → Harus memiliki Izin Perdagang Besar Farmasi
6. Penyedia Alkes → Harus memiliki Izin penyalur alat kesehatan
10. Penerimaan
Langkah – Langkah Penerimaan :
6. Sumber Penerimaan
7. Cek dokumen
8. Cek Obat
9. Verifikasi
10. Obat diterima
38
11. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap
sediaan farmasi yang diterima agar: aman, terhindar dari kerusakan
fisik/kimia, dan mutu terjamin. Adapun tujuan dari penyimpanan supaya
mutu sediaan farmasi yang tersedia dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Adapun hal – hal yang perlu dipertimbangkan
:
- Bentuk dan jenis sediaan
- Suhu dan kelembapan
- Mudah/tidak terbakar
- Narkotika dan Psikotropika
- Terhindar dari kontaminasi
12. Pendistribusian
Distribusi merupakan pengeluaran dan pengiriman Sediaan Farmasi
dan Alkes dari satu tempat ke tempat lain dengan memenuhi persyaratan
baik teknis maupun administratif untuk memenuhi ketersediaan jenis dan
jumlah obat
13. Pencatatan dan Pelaporan
6. Buku Penerimaan
7. Buku Pengeluaran
8. Kartu Stok
9. Laporan Stok Opname
10. Rekonsiliasi Distribusi dengan Dinkes Kab/Kota
39
BUKTI SASBEL 5.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis kasus permasalahan
regulasi di bawah kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi.
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)
41
berkoordinasi
dengan Balai
Besar POM di
Semarang
3. PT. Dami a. Pabrik di Semarang sering Dilakukan
Sariwana, mengalami kebanjiran
Pencabutan Izin
Semarang b. Permintaan sendiri untuk
penutupan UKOT karena UKOT
pabrik pindah ke
Tanggerang
42
BUKTI SASBEL 6.
Mahasiswa dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi
berdasarkan regulasi terkait.
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)
STUDI KASUS
No . Kendala Solusi
1. Temuan Jajaran Satuan Narkoba (Satnarkob) Polres
Permasalahan Indramayu menciduk enam tersangka pengedar
narkoba. Para tersangka mengedarkan narkoba pada
bulan Ramadhan dengan modus sistem tempel,
menjual langsung maupun COD. Dari tangan
tersangka, polisi mengamankan bukti berupa paket
sabu seberat 5,18 gram, ganja kering seberat 75,97
43
gram, Tramadol sebanyak 5.550 butir, dan
Hexymer 2.978 butir. Barang bukti lain yang
diamankan berupa timbangan, alat hisap (bong),
dan beberapa telepon genggam untuk komunikasi
dan transaksi saat mengedarkan narkoba
Landasan Regulasi UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Hukum dan UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
Tindakan a. Para tersangka dijerat Pasal 111 dan atau Pasal
Perbaikan 112 dan atau 114 UU RI Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika dengan ancaman paling lama 20
tahun penjara dan minimal lima tahun penjara
b. Para tersangka juga dijerat Pasal 196 dan atau
Pasal 197 UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dengan ancaman hukuman 10 sampai 15
tahun penjara c. Barang bukti disita dan diamankan
oleh pihak kepolisian dan jajarannya
Tindakan a. Dinkes Provinsi bersinergi dengan BNN dan
Pencegahan jajaran kepolisian untuk melakukan upaya
Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).
b. Upaya P4GN dalam bidang pencegahan dengan
peningkatan kampanye publik tentang bahaya
penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika
melalui kegiatan sosialisasi P4GN dan tes urine
dalam setiap pelaksanaan kegiatan Generasi
Berencana (GenRe).
c. Upaya P4GN dalam bidang pemberantasan
dengan pembersihan tempat dan kawasan rawan
peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika
44
melalui pengumpulan dan validasi informasi terkait
tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika
d. Upaya P4GN dalam bidang rehabilitasi dengan
peningkatan kapasitas dan aksebilitas layanaan
rehabilitasi korban penyalahgunaan narkotika
melalui penyelenggaraan layanan rehabilitasi sesuai
Standar Nasional Rehabilitasi
2. Temuan BBPOM di Semarang Musnahkan Ribuan
Permasalahan Kosmetik Ilegal dalam Intensifikasi Pengawasan
Kosmetik
Landasan Regulasi a. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan
Hukum b. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
c. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Persyaratan Teknis
Bahan Kosmetika.
d. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2021 Tentang
Sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetika Yang Baik
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tahun 2010 Izin
Produksi Kosmetika.
Tindakan Melakukan pembinaan serta pengawasan pada 54
Perbaikan sarana distribusi kosmetik yang saat ini terdaftar
baik di klinik kecantikan, toko/swalayan/grosir dan
di pasar tradisional agar tidak menjual produk
kometika yang tidak memenuhi syarat salah satunya
adalah tidak adanya nomor izin edar dari BPOM.
Tindakan Sosialisasi kepada masyarakat sebagai konsumen,
Pencegahan agar selalu waspada terhadap peredaran produk
45
kosmetik illegal dengan cara melakukan
pengecekan legalitas produk / kebenaran Nomor
Ijin Edar (NIE) melalui Aplikasi BPOM Mobile
atau melewati link resmi BPOM :
https://cekbpom.pom.go.id/
3. Temuan Dinkes Kabupaten Tangerang Segel 2 Apotek yang
Permasalahan Tidak Berizin di Rajeg
Landasan Regulasi 1. Peraturan Menteri Kesehatan No 9 Tahun 2017
Hukum Tentang Apotek
2. Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/Menkes/SSK/X/2022
Tindakan Melakukan pembinaan dan pengawasan yang rutin
Perbaikan terhadap sarana kefarmasian khususnya kepada
pemilik sarana pelayanan kefarmasian yang bukan
apoteker untuk taat pada hukum dan perundang-
undangan yang berlaku terkait pelayanan
kefarmasian. Sehingga diharapkan mutu dan
keamanan obat yang beredar dapat terjamin bagi
masyarakat.
Tindakan a. Diperlukannya sosialisasi dan edukasi yang baik
Pencegahan tentang pendirian apotek sesuai perundang -
undangan yang berlaku.
b. Menghimbau kepada masyarakat untuk selalu
memilah dan memilih sarana kefarmasian yang
berizin serta cek selalu kemasan izin label dan juga
tanggal kadaluarsa produk obat.
4. Temuan Produksi skincare palsu dan obat tetes mata yang
Permasalahan bercampur dengan zat kimia tanpa izin edar yang
beredar di Semarang.
Landasan Regulasi 1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 Pasal 197
46
Hukum yang berisi tentang “setiap orang yang dengan
sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan atau alkes yang tidak memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dapat dikenakan pidana
penjara paling lama 15 tahun dan denda paling
banyal 1,5 miliar.
2. Perka BPOM RI No. 18 tahun 2016 terntang
pedoman teknis pengawasaan iklan kosmetika pada
pasal 2 kosmetika hanya dapat diiklankan setelah
mendapat izin edar berupa notifikasi dari Kepala
Badan
Tindakan Melakukan pengawasan yang dilakukan terhadap
Perbaikan industri kosmetika, importer kosmetika, usaha
perorangan / badan usaha yang melakukan kontrak
produksi dengan industri kosmetika yang telah
memiliki izin produksi, sarana distribusi dan sarana
penjualan melalui media elektronik.
Tindakan Dengan berpedoman dengan aspek yang ada pada
Pencegahan CPKB. Selain berpedoman dengan CPKB, jika
pelanggaran terjadi dikenai sanksi administratif
berupa peringatan tertulis, larangan mengedarkan
kosmetik dan penarikan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018 (2018) ‘Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa tengah’, Dinkes Jawa Tengah, (September), pp. 1–219. Available at:
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profile2004/bab5.htm.
Https://Medium.Com/@Arifwicaksanaa/Pengertian-Use-Case-A7e576e1b6bf
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
48
untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta : BPOM.
Kobun, J. (2018, July 26). Penggunaan Obat Rasional dan 8 Indikator Pentingnya.
https://www.ifk.dinkes-kotakupang.web.id/artikel/info-
kesehatan/penggunaan-obat-rasional-dan-8-indikator-pentingnya.html
Mahyuni, A., Pradita, A., & Jannah, R. (2015). Hubungan Umur, Paritas Dan
Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di Ruang
Bersalin Di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2013.
Jurnal Kesehatan Indonesia, 5(3), 23–29.
Mekonnen, B. D., Ayalew, M. Z., & Tegegn, A. A. (2021). Rational drug use
evaluation based on world health organization core drug use indicators
in ethiopia: A systematic review. In Drug, Healthcare and Patient Safety
(Vol. 13, pp. 159–170). Dove Medical Press
Ltd.https://doi.org/10.2147/DHPS.S311926
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Permenkes Nomor
180/Men.Kes/Per/IV/85 Tentang Makanan Daluwarsa. Jakarta: Menteri
Kesehatan RI.
Waluyo, Y. W., Athiyah, U., & Rochmah, T. N. (2019). Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Pengelolaan Obat Publik di Instalasi Farmasi Kabupaten
(Studi di Papua Wilayah Selatan). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
13(1), 94–101. https://repository.unair.ac.id/77655
50
LAMPIRAN
Lampiran 1. PKPA Dinas Kesehatan Provinsi