Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEKER
DINAS KESEHATAN PROVINSI
JAWA TENGAH

Tanggal 07 Desember – 08 Desember 2023

DISUSUN OLEH :
Estried Ananda Mustina (20102300039)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKUTAS FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

Tanggal 07 Desember – 08 Desember 2023

Disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Preseptor

(apt. Aries Badrus Sholeh, M.Farm Ind.) (Dra.Wahyu Indah Widowati, Apt)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi
Universitas Islam Sultan Agung

(Dr. apt., Naniek Widyaningrum, M.Sc)

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat, taufik
serta hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan dan kemampuan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Dinas Kesehatan Provinsis Semarang pada tanggal 07 Desember 2023
sampai dengan 08 Desember 2023 dengan lancar tanpa hambatan. Shalawat serta
salam kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa
kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang berderang seperti saat ini.
Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Prodi Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Islam Sultan Agung Semarang dengan tujuan agar setiap
calon Apoteker mendapatkan pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai
apotek yang merupakan salah satu tempat pengabdian profesi apoteker. Dalam
pelaksaan dan pembuatan laporan pastinya penulis tidak dapat bekerja secara
individual tanpa adanya bantuan do’a dan bimbingan dari pihak lain. Dengan
demikian, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar-
besarnya dengan setulus hati kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan jalan kemudahan disetiap urusan
hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan dan penyusunan
laporan PKPA dengan baik.
2. Bapak Dr. Gunarto, SH., M.H, selaku Rektor Universitas Islam Sutan Agung
Semarang.
3. Ibu Dr. apt. Rina Wijayati, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung.
4. Prof. Dr. apt. Suwaldi Martodiharjo., M.Sc selaku pembina Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Sultan Agung.
5. Ibu Dr. apt. Naniek Widyaningrum, M. Sc. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

ii
6. apt. Aries Badrus Sholeh., M.Farm.Ind., selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini.
7. Dra.Wahyu Indah Widowati, Apt selaku preseptor PKPA dan Apoteker
penanggung jawab di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
8. Seluruh staff di Dinas Kesehatan Provinsi, yang telah menerima dan membatu
selama pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker.
9. Kedua orang tua saya, terimakasih atas kasih sayang, doa, semangat dan
dukungan yang tiada hentinya.
10. Teman-teman Apoteker Angkatan 8, terimakasih atas dukungan dan kerjasama
selama ini.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki, selama pelaksanaan PKPA dalam penulisan laporan ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis membuka diri untuk
segala saran dan kritik yang membangun guna perbaikan.
Penulis berharap semoga laporan praktek kerja ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang farmasi. Besar harapan
penulis, semoga ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh di Dinas Kesehatan
Provinsi dapat berguna, semoga laporan ini dapat menjadi salah satu bentuk ibadah
penulis dan dapat memberi manfaat bagi para pembaca pada umumnya serta bagi
perkembangan Dinasa Kesehatan Provinsi selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Semarang, 12 Desember 2023
Penulis

(Estried Ananda Mustina)

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
PORTOFOLIO MAHASISWA .......................................................................................... 6
PKPA DINAS KESEHATAN ............................................................................................ 6
MATERI PKPA DINKES .................................................................................................. 6
MATERI PKPA .......................................................................................................... 6
MINGGU KE-1 .................................................................................................................. 7
BUKTI SASBEL 1. ....................................................................................................... 8
BUKTI SASBEL 2. ..................................................................................................... 10
BUKTI SASBEL 3. ..................................................................................................... 12
BUKTI SASBEL 4. ..................................................................................................... 14
Berdasarkan peraturan gubenur Jawa Tengah Nomor 43 Tahun 2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah meliputi : ............ 14
BUKTI SASBEL 5. ..................................................................................................... 19
MINGGU KE-2 ................................................................................................................ 21
BUKTI SASBEL 1. ..................................................................................................... 22
BUKTI SASBEL 2. ..................................................................................................... 27
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sesuai bagian seksi farmasi dan alat kesehatan
memiliki beberapa program khusus seperti : ................................................................ 27
BUKTI SASBEL 3. ..................................................................................................... 34
BUKTI SASBEL 4. ..................................................................................................... 37
BUKTI SASBEL 5. ..................................................................................................... 40
BUKTI SASBEL 6. ..................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 48
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 1
Lampiran 1. Tugas CAPA ............................................................................................ 1
Lampiran 2. Inspeksi Diri ............................................................................................ 1
Lampiran 4. Trand Analisis ......................................................................................... 1
Lampiran 5. Cek NIE Obat.......................................................................................... 1
Lampiran 6. Recall OBH Berlico................................................................................. 1
Lampiran 7. Pemeliharaan AC dan Genset................................................................ 1

iv
v
PORTOFOLIO MAHASISWA
PKPA DINAS KESEHATAN

MATERI PKPA DINKES

MATERI PKPA

MATERI SASARAN BELAJAR HARI/TANGGAL


PELAKSANAAN
Struktur 1. Mahasiswa mampu
Organisasi menginterpretasikan struktur
Dinas organisasi
Kesehatan 2. Mahasiswa mampu
Provinsi menginterpretasikan peran
apoteker dalam struktur
organisasi di Dinas Kesehatan
Provinsi
Struktur 3. Mahasiswa mampu
organisasi menginterpretasikan peran
seksi Apoteker dalam struktur
kefarmasian organisasi seksi kefarmasian dan
dan perbrkalan kesehatan (farkalkes)
perbekalan
kesehatan
(farkalkes)
Ruang 4. Mahasiswa mampu
lingkup setiap menginterpretasikan ruang
bagian di lingkup setiap bagian di Dinas
Dinas Kesehatan Provinsi
Kesehatan
Provinsi
Tupoksi pada 5. Mahasiswa mampu
seksi menginterpretasikan Tupoksi
kefarmasian pada seksi kefarmasian dan
dan perbekalan kesehatan (farkalkes)
perbekalan di Di Dinas Kesehatan
kesehatan
(farkalkes) di
Di Dinas
Kesehatan

6
MINGGU KE-1

MATERI SASARAN BELAJAR HARI/TANGGAL


PELAKSANAAN
Struktur 1. Mahasiswa mampu Kamis, 7 Desember
Organisasi menginterpretasikan struktur 2023
Dinas organisasi
Kesehatan 2. Mahasiswa mampu Kamis, 7 Desember
Provinsi menginterpretasikan peran 2023
apoteker dalam struktur
organisasi di Dinas Kesehatan
Provinsi
Struktur 3. Mahasiswa mampu Kamis, 7 Desember
organisasi menginterpretasikan peran 2023
seksi Apoteker dalam struktur
kefarmasian organisasi seksi kefarmasian dan
dan perbekalan kesehatan (farkalkes)
perbekalan
kesehatan
(farkalkes)
Ruang 4. Mahasiswa mampu Kamis, 7 Desember
lingkup setiap menginterpretasikan ruang 2023
bagian di lingkup setiap bagian di Dinas
Dinas Kesehatan Provinsi
Kesehatan
Provinsi
Tupoksi pada 5. Mahasiswa mampu Kamis, 7 Desember
seksi menginterpretasikan Tupoksi 2023
kefarmasian pada seksi kefarmasian dan
dan perbekalan kesehatan (farkalkes)
perbekalan di Di Dinas Kesehatan
kesehatan
(farkalkes) di
Di Dinas
Kesehatan

Dibuat oleh Diperiksa & Disetujui


oleh

Tgl : Tgl :

7
BUKTI SASBEL 1.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan struktur organisasi
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)

Struktur organisasi merupakan sebuah kerangka kerja formal organisasi


yang dengan kerangka kerja tugas-tugas pekerjaan dibagi – bagi, dikelompokan,
dan dikordinasikan, dan beberapa pakar ahli lainya mengatakan bahwa struktur
organisasi ini sangat penting keberadaanya karena struktur organisasi ini
menjelaskan kedudukan, tugas, dan fungsi dialokasikan didalam organisasi.
Berikut struktur organisasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah:

Gambar 1.1 Struktur Organisasi

8
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi

9
BUKTI SASBEL 2.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan peran apoteker dalam struktur organisasi
di Dinas Kesehatan Provinsi
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)

Peraturan gubernur Nomor 58 Tahun 2016 menerbitkan tugas pokok dan


fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :
1) Tugas Pokok Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Membantu gubernur melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesehatan
yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan
kepada daerah
2) Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
- Perumusan kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya
kesehatan.
- Pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya
kesehatan
- Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta
sumber daya kesehatan
- Pelaksanaan dan pembinaan administrasi, dan kesekretariatan kepada
seluruh unit kerja di lingkungan Dinas.
- Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai
tugas dan fungsinya.

10
Visi
Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari
“(tetep) mboten korupsi, mboten ngapusi”
Misi

1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyup


untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Memperluas reformasi birokrasi melalui penguatan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
3. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan memperkuat basis
ekonomi rakyat dan membuka ruang usaha baru.
4. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya
dan mencintai lingkungan.

11
BUKTI SASBEL 3.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan peran Apoteker dalam struktur organisasi
seksi kefarmasian dan perbrkalan kesehatan (farkalkes).
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)

Sebagaimana diatur dalam pasal 87 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah


Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Jawa Tengah, Tugas Pokok Program Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan
adalah sebagai berikut:
1. Tugas Sumber Daya Kefarmasian
Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan dan manajemen informasi kesehatan.

2. Fungsi Sumber Daya Kefarmasian


a) Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang kefarmasian, makanan
minuman dan perbekalan kesehatan
b) Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang sumber daya manusia
kesehatan.
c) Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang manajemen informasi
kesehatan.
d) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

12
3. Tupoksi seksi farmanin & perbekes
1. Menyiapkan bahan perumusan kenijakan teknis di bidang kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbrkalan kesehatan
2. Menyiapkan bahan pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang kafarmasian, makanan, minuman dan perbekalan kesehatan.
3. Menyiapkan bahan penyusunan standar operasional kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah
4. Menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan layanan kafarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah.
5. Menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah.
6. Menyiapkan bahan rekomendasi teknis ijin perdagangan besar farmasi
cabang dan cabang penyalur alat kesehatan (serta UKOT).
7. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan.

13
BUKTI SASBEL 4.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan ruang lingkup setiap bagian di Dinas
Kesehatan Provinsi
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)

Berdasarkan peraturan gubenur Jawa Tengah Nomor 43 Tahun 2021 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah meliputi :
1) Kepala Dinas memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
- Membantu gubernur melaksanakan urusan pemerintahan bidang
kesehatan yang menjadi kewenangan daerah
- Perumusan kebijakan di Bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan
dan Pengendalan Penyakit, Pelayanan Kesehatan serta Sumber Daya
Kesehatan
- Pelaksanaan kebijakan di Bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan
dan Pengendalan Penyakit, Pelayanan Kesehatan serta Sumber Daya
Kesehatan
- Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di Bidang Kesehatan Masyarakat,
Pencegahan dan Pengendalan Penyakit, Pelayanan Kesehatan serta
Sumber Daya Kesehatan;
- Pelaksanaan dan pembinaan administrasi, dan kesekretariatan kepada
seluruh unit kerja di lingkungan Dinas; dan
- Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai
tugas dan fungsinya.

2) Sekertariat memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut :


- Melaksanakan penyiapan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan Dinas.
- Penyiapan bahan koordinasi kegiatan di lingkungan Dinas;
- Penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program dan
kegiatan di lingkungan Dinas;
14
- Penyiapan bahan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, hukum, keuangan,
kerumahtanggaan, aset, kerja sama, kehumasan, kearsipan dan
dokumentasi di lingkungan Dinas;
- Penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan penataan organisasi dan
tata laksana di lingkungan Dinas;
- Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan sistem pengendalian intern
pemerintah dan pengelolaan informasi;
- Penyiapan bahan pengelolaan barang milik/kekayaan Daerah dan
pelayanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Dinas;
- Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di lingkungan Dinas; dan
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

3) Bidang Kesehatan Masyarakat memiliki Tugas dan Fungsi sebagai


berikut :
- Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta pelaporan di Bidang Kesehatan
Keluarga dan Gizi, Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dan Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga.
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Kesehatan Keluarga dan
Gizi;
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olah Raga
- Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

15
4) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit memiliki Tugas dan
Fungsi sebagai berikut :
- Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Surveilens
dan Imunisasi, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular serta
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa.
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Surveilens dan Imunisasi
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa
- Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5) Bidang Pelayanan Kesehatan memiliki Tugas dan Fungsi sebagai


berikut :
- Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang pelayanan
kesehatan primer dan kesehatan tradisional, pelayanan kesehatan
rujukan, standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan.
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Pelayanan Kesehatan
Primer dan Kesehatan Tradisional;
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Pelayanan Kesehatan
Rujukan

16
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Standarisasi Pelayanan dan
Jaminan Kesehatan
- Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6) Bidang Sumber Daya Kesehatan memiliki Tugas dan Fungsi sebagai


berikut :
- Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan Bidang Kefarmasian,
Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan, Sumber Daya Manusia
Kesehatan dan Manajemen Informasi Kesehatan.
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Kefarmasian, Makanan
Minuman dan Perbekalan Kesehatan
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Sumber Daya Manusia
Kesehatan;
- Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di Bidang Manajemen Informasi
Kesehatan;
- Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

17
7) UPT Dinas memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut :
- Melaksanakan tugas teknis operasional dan atau tugas teknis penunjang
tertentu di lingkungan Dinas dapat dibentuk UPT Dinas.

8) Rumah Sakit daerah sebagai Unitb Organisasi Bersifat Khusus


(UOBK) memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut :
- Melaksanakan tugas teknis operasional dan atau tugas teknis penunjang
tertentu di lingkungan Dinas dapat dibentuk UPT Dinas

18
BUKTI SASBEL 5.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan Tupoksi pada seksi kefarmasian dan
perbekalan kesehatan (farkalkes) di Di Dinas Kesehatan.
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)

Sebagaimana diatur dalam pasal 87 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah


Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Jawa Tengah, Tugas Pokok Program Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan
adalah sebagai berikut:
1. Tugas Sumber Daya Kefarmasian
Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan dan manajemen informasi kesehatan.

2. Fungsi Sumber Daya Kefarmasian


a) Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang kefarmasian, makanan
minuman dan perbekalan kesehatan
b) Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang sumber daya manusia
kesehatan.
c) Penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang manajemen informasi
kesehatan.
d) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

19
3. Tugas seksi farmanin & perbekes
Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan bidang kefarmasian,
makanan munuman dan perbekalan kesehatan.

4. Fungsi seksi farmanin & perbekes


1. Menyiapkan bahan perumusan kenijakan teknis di bidang kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbrkalan kesehatan
2. Menyiapkan bahan pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang kafarmasian, makanan, minuman dan perbekalan kesehatan.
3. Menyiapkan bahan penyusunan standar operasional kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah
4. Menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan layanan kafarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah.
5. Menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan skala daerah.
6. Menyiapkan bahan rekomendasi teknis ijin perdagangan besar farmasi
cabang dan cabang penyalur alat kesehatan (serta UKOT).
7. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,
makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan.

20
MINGGU KE-2

MATERI SASARAN BELAJAR HARI/TANGGAL


PELAKSANAAN
Program 1. Mahasiswa mampu Jumat,8 Desember
kesehatan menginterpretasikan Program-program 2023
dinkes di Dinas Kesehatan Provinsi
provinsi
2. Mahasiswa mampu Jumat,8 Desember
menginterpretasikan Program khusus 2023
yang ada pada Dinas Kesehatan
Provinsi sesuai bagian seksi farmasi
dan alat kesehatan.
Good 3. Mahasiswa mampu melakukan Jumat,8 Desember
procurement perhitungan perencanaan pengadaan 2023
practice dalam serangkaian GPP di Dinkes
Provinsi menggunakan beberapa
metode
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Jumat,8 Desember
parameter yang dipertimbangkan di 2023
perencanaan pengadaan dalam
serangkaian GPP di Dinkes Provinsi
menggunakan beberapa metode
Studi kasus 5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Jumat,8 Desember
permasalahan dan menganalisis kasus permasalahan 2023
regulasi di regulasi di bawah kewenangan Dinas
bawah Kesehatan Provinsi
kewenangan 6. Mahasiswa dapat memberikan solusi Jumat,8 Desember
Dinas terhadap permasalahan yang terjadi 2023
Kesehatan berdasarkan regulasi terkait
Provinsi

Dibuat oleh Diperiksa & Disetujui


oleh

Tgl : Tgl :

21
BUKTI SASBEL 1.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan Program-program di Dinas Kesehatan
Provinsi.
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)

Program - Program di Dinas Kesehatan Provinsi meliputi :


1. Sarana Pelayanan Kefarmasian
2. Kegiatan Gema Cermat
- Program Indonesia Sehat
▪ Paradigma Sehat → Program :
- Promotif – preventif sebagai landasan pembangunan
kesehatan
- Pemberdayaan masyarakat
- Keterlibatan lintas sektor
▪ Penguatan Yankes → Program :
- Peningkatan Akses terutama pada FKTP
- Optimalisasi Sistem Rujukan
- Peningkatan Mutu
▪ JKN → Program:
- Benefit
- Sistem pembiayaan: asuransi – asas gotong royong
- Kendali Mutu & kendali biaya
- 3 Fokus Prioritas Kesehatan
1. Eliminasi TB
- Penggunaan (waktu menelan obat, dosis)
- Penyimpanan obat
- Pengamatan mutu obat di rumah (organoleptis)
2. Imunisasi
- Menjamin keterseisaan vaksin
- Memberikan edukasi
- Melaporkan vaksin yang tidak memenuhi syarat & KIPI

22
3. Stunting
- Tablet Tambah Darah vitain & mineral
- Obat Kecacingan
- Pemberian PMT
3. Sarana Produksi Sediaan Farmasi
4. Program Produksi Alkes dan PKRT
5. Sarana Distribusi Kefarmasian
6. Program Makanan dan Minuman
1) Pengaturan Pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan


kebutuhan pangan merupakan hak asasi setiap insan, sehingga
pemerintah berkewajiban untuk menyediakan pangan secara cukup
setiap waktu, bermutu, bergizi, beragam, dan aman, dengan harga yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sumber daya manusia yang
berkualitas merupakan unsur penting yang perlu diprioritaskan dan
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh
kualitas pangan yang dikonsumsinya. Sistem ketersediaan dan
keamanan pangan perlu untuk perlindungan bagi produsen maupun
konsumen (masyarakat). (Prof. Dr. Ir. Anni Faridah, 2018).
Keamanan Pangan merupakan salah satu faktor penting dalam
penyelenggaraan sistem Pangan. Penyelenggaraan Keamanan Pangan
bertujuan agar negara dapat memberikan perlindungan kepada rakyat
untuk mengonsumsi Pangan yang aman bagi kesehatan dan keselamatan
jiwanya. Untuk menjamin Pangan yang tersedia aman dikonsumsi
maka penyelenggaraan Keamana Pangan harus diterapkan di sepanjang
Rantai Pangan, mulai dari tahap produksi (budi daya), pemanenan,
pengolahan, penyimpanan, distribusi, peredaran hingga sampai di
tangan konsumen. Kegiatan atau proses produksi untuk menghasilkan
Pangan yang aman dikonsumsi di sepanjang Rantai Pangan dilakukan
melalui penerapan persyaratan Keamanan Pangan.
23
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Pangan
serta makin maju dan terbukanya dunia perdagangan baik domestik
maupun antar negara akan membawa dampak pada semakin
beragamnya jenis Pangan yang beredar dalam masyarakat baik yang
diproduksi di dalam negeri maupun yang berasal dari impor. Pangan
yang dikonsumsi masyarakat pada dasarnya melalui suatu mata rantai
proses yang meliputi produksi, penyimpanan, pengangkutan,peredaran
hingga tiba di tangan konsumen. Agar keseluruhan mata rantai tersebut
memenuhi persyaratan Keamanan Pangan, Mutu Pangan, dan Gizi
Pangan, maka perlu diwujudkan suatu sistem pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan yang efektif di bidang Keamanan Pangan dalam bentuk
Peraturan Pemerintah tentang Keamanan Pangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol2
tentang Pangan. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan, mengatur mengenai Pengawasan, sebagaimana dinyatakan
padaPasal 108 ayat:
(1) Dalam melaksanakan Penyelenggaraan Pangan, Pemerintah
berwenang melakukan pengawasan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


terhadappemenuhan:
a) Ketersediaan dan/atau kecukupan Pangan Pokok yang aman,
bergizi, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat; dan
b) Persyaratan Keamanan Pangan, Mutu Pangan, dan Gizi
Pangan serta persyaratan label dan iklan Pangan.
(3) Pengawasan terhadap:
Ketersediaan dan/atau kecukupan Pangan Pokok
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan
oleh lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang Pangan;

a) Persyaratan Keamanan Pangan, Mutu Pangan, dan Gizi

24
Pangan, serta persyaratan label dan iklan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, untuk Pangan Olahan,
dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan;
dan
b) Persyaratan Keamanan Pangan, Mutu Pangan, dan Gizi
Pangan, serta persyaratan label dan iklan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, untuk Pangan Segar,
dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pangan.
(4) Pemerintah menyelenggarakan program pemantauan, evaluasi,
dan pengawasan secara berkala terhadap kegiatan atau proses
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau Peredaran
Pangan oleh Pelaku Usaha Pangan.
Peraturan Pemerintah ini disusun untuk menyelenggarakan
Keamanan Pangan yang terpadu sepanjang Rantai Pangan, berbasis
analisis risiko, transparansi, ketertelusuran produk. harmonisasi standar,
pertanggung jawaban, keterpaduan antarotoritas kompeten, konsisten,
dan tidak berpihak. Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Pangan segar Pangan segar adalah pangan yang belum


mengalami pengolahan. Pangan segar dapat dikonsumsi
langsung atau tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku
pengolahan pangan. Beberapa pangan segar yang biasa
dikonsumsi langsung adalah buah-buahan, susu, dan beberapa
sayuran (timun, selada, terong, kacang panjang, dll).
2) Pangan olahan Pangan olahan adalah makanan atau minuman
hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu,
dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh: roti, mie, nasi,
pisang goreng dan sebagainya. Pangan olahan dapat dibedakan
menjadi pangan olahan siap saji dan tidak siap saji.
25
a) Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang
sudah diolah dan siap disajikan untuk sewaktu-waktu
dikonsumsi di tempat usaha atau di luar tempat usaha.
b) Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman
yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih
memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat
dimakan atau diminum, seperti tempe, nugget, kornet, dan
lain-lain. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 86
Tahun 2019 Tentang Keamanan Pangan)
2) Produksi dan Peredaran Makanan

Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan,


menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas,
mengemas kembali, dan atau mengubah bentuk Pangan. (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 86Tahun 2019 Tentang Keamanan
Pangan)
Proses produksi pangan yang baik perlu memperhatikan
berbagai aspek. Enam prinsip higiene sanitasi makanan menyangkut
kebersihan alat-alat, cara penyimpanan, cara pengolahan, cara
penyimpanan dingin, cara pengangkutan, serta cara penyajian makanan.
Berbagai kriteria proses pengolahan pangan yang baik telah diturunkan
menjadi indikator-indikator spesifik dalam Cara Produksi Pangan yang
Baik (CPPB) dalam peraturan Menteri Perindustrian dengan
mempertimbangkan Good Manufacturing Practice (GMP) dan Hazard
Analysis and Critical Control Points (HACCP). Cara produksi pangan
yang baik (CPPB) adalah pedoman yang menjelaskan bagaimana
memproduksi panganagar aman, bermutu, dan layak untuk dikonsumsi.
(putri, September 2020).
7. Program Narkotik, Psikotropik, dan zat adiktif (NAPZA)
8. Program Obat Tradisional dan Kosmetika.
9. Program Sentra Informasi Keracunan Provinsi.

26
BUKTI SASBEL 2.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan Program khusus yang ada pada Dinas
Kesehatan Provinsi sesuai bagian seksi farmasi dan alat kesehatan.
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sesuai bagian seksi farmasi dan alat
kesehatan memiliki beberapa program khusus seperti :
1. Program Unggulan yang terdiri dari :
- SPM Kesehatan Daerah Provinsi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 terdiri dari :
1) Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan
Akibat Bencana dan/atau Berpotensi Bencana Provinsi
a. Standar Jumlah dan Kualitas barang dan/atau jasa seperti :
- Obat-obatan dan bahan medis habis pakai
- Makanan tambahan / pendamping untuk kelompok
rentan (MP asi, MP ibu hamil, pemberian makanan untuk
bayi dan anak (PMBA)
- Kelengkapan pendukung kesehatan perseorangan
(Hydine Kit dan Family Kit)
b. Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber daya Manusia
Kesehatan
- Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan
kesehatan 24 jam dalam beberapa shift yang terdiri dari :
dokter umum, perawat, dan bidan
- Kebutuhan SDM Kesehatan untuk pengiriman tim
penanggulangan krisis kesehatan meliputi: dokter,
perawat, bidan, Tenaga kesehatan masyarakat terlatih di
bidang (surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan
lingkungan, kesehatan reproduksi, dll), Tenaga
Kesehatan yang memiliki kemampuan dalam
penanganan kesehatan jiwa, Apotekerdan/atau asisten
27
apoteker, dan tenaga penyuluh/promosi kesehatan.
2) Pelayanan Kesehatan Bagi penduduk pada kondisi kejadian luar
biasa provinsi
a. Standar Jumlah dan Kualitas barang dan/atau Jasa
- Alat Perlindungan Diri (APD)
- Profilaksis/vitamin/obat/vaksin
- Alat Pemeriksaan Fisik (stetoskop, termometer, tensi,
senter, test diagnosis cepat)
- Alat dan bahan pengambilan spesimen (tabung, pot,
media, amies, dll)
- Wadah pengiriman spesimen (Specimen carrier)
- Tempat sampah biologis
- Formulir (form penyelidikan epidemiologi, form/lembar
KIE alat tulis yang diperlukan
b. Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber Daya Manusia
Kesehatan
- Diluar Fasilitas layanan kesehatan dilakukan oleh tim
Gerak Cepat Provinsi (sesuai SK Dinkes Provinsi) yang
terdiri dari : dokter, tenaga kesehatan masyarakat yang
mempunyai kemampuan di bidang epidemiologi,
kesehata lingkungan, entomologi, tenaga laboratorium,
tenaga penyuluh/promosi kesehatan, petugas yang
terlibat dalam pelaksanaan penyelidikan epidemiologi
disesuaikan dengan jenis KLB yang terjadi.
- Di fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari: dokter
(umum dan spesialis), perawat, petugas radiologi,
petugas laboratorium, dll.
- RSTD (Rumah Sakit Tanpa Dinding)
▪ Akses terbuka rumah sakit untuk masyarakat
▪ Membangun sisitem rujuk balik paripurna dan terpadu →
Pelayanan kelompok populasi berisiko tinggi secara paripurna

28
dan terpadu
▪ Membina dan berkolaborasi dengan fasyenkes primer dalam
upaya promotif dan preventif
▪ Perluasan dan realisasi aksi emergency sistem melalui 119 →
transfer of knowledge kepada fasyankes primer, masyarakat,
keluarga / perorangan.
a) Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Tanpa Dinding
1. Sasaran
- RSUD dan RSJD Provinsi Jawa Tenngah serta seluruh
RSUD Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
2. Ruang Lingkup Pedoman
▪ Konsep RSTD di rumah sakit
▪ Manajemen strategi, kebijakan dan operasional
▪ Penyelenggaraan
▪ Kemitraaan
▪ Monitoring dan evaluasi
▪ Pembinaan dan pengawasan
▪ Indikator keberhasilan program RSTD
3. Batasan Program
▪ Manajemen strategi, kebijakan dan operasional
▪ Upaya promotif dan preventif
▪ Fokus pada program prioritas kesehatan Jawa Tengah
▪ Sasaran adalah individu dan kelompok, baik sehat
maupun sakit
▪ Kegiatan diselenggarakan Pra-Rs, intra RS dan Pasca Rs
▪ Melibatkan peran aktif mitra kesehatan
▪ Memiliki tolak ukur keberhasilan
4. Kemitraan
1. Peran Lintas Sektor
▪ .Dukungan komitmen yang diwujudkan dalam
bentuk dukungan regulasi/kebijakan

29
▪ Dukungan perencanaan, anggaran sarana dan
parsarana;
▪ Dukungan pengembangan kapasitas sumber daya
manusia
▪ Pembinaan dan membangun jejaring;
▪ Penggalian potensi resiko kesehatan
▪ Dukungan promosi kesehatan, penggerakkan
pemberdayaan dan pastisipasi masyarakat
▪ Dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Unsur-unsur Lintas Sektor
▪ Unsur Pemerintah
▪ Unsur Swasta atau dunia usaha
▪ Unsur LSM dan organisasi massa
▪ Unsur Organisasi Profesi
- 5 NG (JATENG GAYENG NGINCENG WONG METENG)
Jateng gayeng nginceng wong meteng memiliki tujuan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi dimana terdapat 4 fase yang meliputi :
1. Fase Sebelum Hamil
2. Fase Hamil
3. Fase Persainan
4. Fase Nifas
Adapun Transformasi layanan primer pada 5 ng (Jateng Gayeng
Nginceng Wong Meteng) :
- Transformasi Layanan Pri9mer merupakan pilar pertama dalam
transformasi kesehatan Indonesia, dimana dalam penerapannya
memiliki fokus memperkuat aktivitas promotif preventif untuk
menciptakan lebih banyak orang sehat, memperbaiki skrining
kesehatan serta meningkatkan kapasitas layanan primer.
- Pada pelaksanaannya, fokus utama tersebut dapat dijabarkan
menjadi 4 hal, diantaranya adalah:
- Edukasi Penduduk, Yaitu dengan melakukan penguatan peran

30
kader, kampanye, dan membangun gerakan, menggunakan
platform digital dan tokoh masyarakat.
- Pencegahan Primer, hal ini dilakukan dengan melakukan
penambahan imunisasi rutin menjadi 14 antigen dan perluasan
cakupan di seluruh Indonesia.
- Pencegahan Sekunder, yaitu dengan melakukan skrining 14
penyakit penyebab kemaian tertinggi di tiap sasaran usia,
skrining, stunting, & peningkatan ANC untuk kesehatan ibu dan
bayi
- Meningkatkan Kapasitas dan Kapabilitas Layanan Primer,
dengan melakukan revitalisasi network dan standarisasi layanan
di Puskesmas, posyandu, dan kunjungan Rumah.
- JOTO (JOGO TONGGO)
Pembentukan satgas jogo tonggo bersadarakan intruksi gubernur
Jawa Tengah Nomor : 1/2020. Maksud dari pembentukan jogo tonggo
yaitu melaksanakan penanganan COVID-19 bersama-sama melalui
gerakan gotong dan pemberdayaan masyarakat secara terstruktur,
sistematis, dan menyeluruh, dengan memeperhatikan :
- Kesehatan warga
- Kondusivitas lingkungan, pencegahan konflik
- Kondisi ekonomi, kepastian pemenuhan pangan, bahan pokok
- Kekuatan kearifan lokal, potensi geografis dan lingkungan
JOGO TONGGO merupakan jejaring gotong royong masyarakat
semesta dimana bertujuan untuk membangun sinergi antara aspek
kesehatan, pemberdayaan & kekuatan sosial potensi masyarakat. Prinsip
kerja satgas jogo tonggo terdiri dari 5 yaitu : kemanusiaan, goyong –
royong, melibatkan semua pihak, non permanen saat kondisi darurat,
dan transparan. Adapun empat bidang satgas jogo tonggo dimana
berperan aktif dalam pencegahan COVID-19 dengan optimalisasi
sejumlah kegiatan di dalam lingkup masyarakat sehari – hari yaitu :
bidang kesehatan, bidang ekonomi, bidang sosial keamanan, bidang

31
hiburan.
Adapun Tugas satuan Tugas Kesehatan Jogo Tonggo meliputi :
1. Mendata setiap orang yang keluar masuk desa terkait dengan
indikator serangan covid-19
2. Membantu petugas kesehatan membawa orang yang
teridentifikasikan sebagai Pasien PDP/ Suspect ke RS rujukan
3. Menyarankan ODP/Probable dan OTG/Comfirm untuk
menjalankan karantina mandiri dan menyarankan yang sehat untuk
hati-hati dan waspada
4. Menanyakan ke petugas kesehatan (Puskesmas) untuk memastikan
siapa saja waga RW yang berstatus sebagai OTG/Confirm,
ODP/Probable dan PDP/Suspect setiap hari di Up date statusnya
5. Memastikan lokasi trategis tempat cuci tangan pakai sabun, jadual,
ketertiban warga RW keluar rumah wajib memakai masker, jaga
jarak fisik antar warga 1,5-2 meter
6. Mendorong praktek hidup bersih dan sehat (makanan dan minuman
seimbang, olahraga, mandi teratur, lingkungan bersih dan istirahat
cukup)
7. Berkoordinasi dengan Petugas Kesehatan Desa untuk pemeriksaan
lebih lanjut, dan jika dinilai ada warga dalam kondisi darurat Satgas
Kesehatan Jogo Tonggo langsung membawa pasien ke fasilitas
kesehatan terdekat

32
2. Program Prioritas Kesehatan meliputi :
- AKI/AKB
- Stunting
Melakukan Pemberian Informasi :
1. Tablet penambah darah
2. Obat kecacingan
3. Pemberian PMT
- Eliminasi HIV/AIDS
- Eliminasi TBC
Melakukan edukasi tentang :
1. Penggunaan (waktu menelan obat, dosis)
2. Penyimpanana obat
3. Pengamatan mutu obat di rumah (organoleptis → warna, bau, rasa)
- Eliminasi Malaria
- P2 dan PTM
- Kesling
- UHC
- Integrasi Layanan Primer

33
BUKTI SASBEL 3.
Mahasiswa mampu melakukan perhitungan perencanaan pengadaan dalam
serangkaian GPP di Dinkes Provinsi menggunakan beberapa metode
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)

Good procurement practice di Dinkes Provinsi menggunakan beberapa metode


Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan meliputi :
1. Perencanaan dan Pemilihan
- Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran → KEPMENKES RI NOMOR
HK.01.07/MENKES/1970/2022 TENTANG PERUBAHAN ATAS
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
HK.01.07/MENKES/6485/2021 TENTANG FORMULARIUM
NASIONAL
- Pemilihan Sediaan Farmasi berdasarkan :
1. Formularium Nasional
2. DOEN (Daftar Obat Essensial Nasional)
3. Ketersediaan di E-Katalog
- Metode Perencanaan
1. Konsumsi (berdasarkan penggunaan tahun lalu)
2. Epidemiologi (Berdasarkan Pola Penyakit)
- Langkah – Langkah Perencanaan
- Tim Perencanaan terpadu
- Verifikasi dan kompilasi data
- Penyesuaian stok, buffer dan kecukupan anggaran
- Dokumen Perencanaan Obat

34
2. Pengadaan
Pengadaan obat di Dinas Kesehatan Jawa Tengah dilakukan untuk
pemenuhan stok obat untuk kebutuhan 1 tahun kedepan + 4 bulan
1. Permintaan ke Kemenkes RI
- Obat Program
- Obat buffer Pelayanan Kesehatan Dasar
- Vaksin
- Logistik Vaksinasi
2. Pengadaan Mandiri
- Metode :
1. E-Purcasing
Jika obat tersedia dalam daftar E-katalog
2. Pengadaan lainnya
Pengadaaan langsung lelang jika obat tidak tersedia dalam daftar E-
Katalog
- Kriteria Pengadaan
1. Obat dan BMHP → Harus memiliki ijin edar BPOM/Kemenkes
2. Penyedia Obat → Harus memiliki Izin Perdagang Besar Farmasi
3. Penyedia Alkes → Harus memiliki Izin penyalur alat kesehatan
3. Penerimaan
Langkah – Langkah Penerimaan :
1. Sumber Penerimaan
2. Cek dokumen
3. Cek Obat
4. Verifikasi
5. Obat diterima

35
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap
sediaan farmasi yang diterima agar: aman, terhindar dari kerusakan
fisik/kimia, dan mutu terjamin. Adapun tujuan dari penyimpanan supaya
mutu sediaan farmasi yang tersedia dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Adapun hal – hal yang perlu dipertimbangkan
:
- Bentuk dan jenis sediaan
- Suhu dan kelembapan
- Mudah/tidak terbakar
- Narkotika dan Psikotropika
- Terhindar dari kontaminasi
5. Pendistribusian
Distribusi merupakan pengeluaran dan pengiriman Sediaan Farmasi
dan Alkes dari satu tempat ke tempat lain dengan memenuhi persyaratan
baik teknis maupun administratif untuk memenuhi ketersediaan jenis dan
jumlah obat
6. Pencatatan dan Pelaporan
1. Buku Penerimaan
2. Buku Pengeluaran
3. Kartu Stok
4. Laporan Stok Opname
5. Rekonsiliasi Distribusi dengan Dinkes Kab/Kota

36
BUKTI SASBEL 4.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi parameter yang dipertimbangkan di
perencanaan pengadaan dalam serangkaian GPP di Dinkes Provinsi menggunakan
beberapa metode
(Dapat berupa Foto maupun pengerjaan tugas)

Good procurement practice di Dinkes Provinsi menggunakan beberapa


metode Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan meliputi :
2. Perencanaan dan Pemilihan
- Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran → KEPMENKES RI NOMOR
HK.01.07/MENKES/1970/2022 TENTANG PERUBAHAN ATAS
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
HK.01.07/MENKES/6485/2021 TENTANG FORMULARIUM
NASIONAL
- Pemilihan Sediaan Farmasi berdasarkan :
4. Formularium Nasional
5. DOEN (Daftar Obat Essensial Nasional)
6. Ketersediaan di E-Katalog
- Metode Perencanaan
7. Konsumsi (berdasarkan penggunaan tahun lalu)
8. Epidemiologi (Berdasarkan Pola Penyakit)
- Langkah – Langkah Perencanaan
- Tim Perencanaan terpadu
- Verifikasi dan kompilasi data
- Penyesuaian stok, buffer dan kecukupan anggaran
- Dokumen Perencanaan Obat

37
9. Pengadaan
3. Permintaan ke Kemenkes RI
- Obat Program
- Obat buffer Pelayanan Kesehatan Dasar
- Vaksin
- Logistik Vaksinasi
4. Pengadaan Mandiri
- Metode :
3. E-Purcasing
Jika obat tersedia dalam daftar E-katalog
4. Pengadaan lainnya
Pengadaaan langsung lelang jika obat tidak tersedia dalam daftar E-
Katalog
- Kriteria Pengadaan
4. Obat dan BMHP → Harus memiliki ijin edar BPOM/Kemenkes
5. Penyedia Obat → Harus memiliki Izin Perdagang Besar Farmasi
6. Penyedia Alkes → Harus memiliki Izin penyalur alat kesehatan
10. Penerimaan
Langkah – Langkah Penerimaan :
6. Sumber Penerimaan
7. Cek dokumen
8. Cek Obat
9. Verifikasi
10. Obat diterima

38
11. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap
sediaan farmasi yang diterima agar: aman, terhindar dari kerusakan
fisik/kimia, dan mutu terjamin. Adapun tujuan dari penyimpanan supaya
mutu sediaan farmasi yang tersedia dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Adapun hal – hal yang perlu dipertimbangkan
:
- Bentuk dan jenis sediaan
- Suhu dan kelembapan
- Mudah/tidak terbakar
- Narkotika dan Psikotropika
- Terhindar dari kontaminasi
12. Pendistribusian
Distribusi merupakan pengeluaran dan pengiriman Sediaan Farmasi
dan Alkes dari satu tempat ke tempat lain dengan memenuhi persyaratan
baik teknis maupun administratif untuk memenuhi ketersediaan jenis dan
jumlah obat
13. Pencatatan dan Pelaporan
6. Buku Penerimaan
7. Buku Pengeluaran
8. Kartu Stok
9. Laporan Stok Opname
10. Rekonsiliasi Distribusi dengan Dinkes Kab/Kota

39
BUKTI SASBEL 5.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis kasus permasalahan
regulasi di bawah kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi.
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)

Regulasi di bawah kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi telah di atur


dalam peraturan perundang – undangan antara lain:
1. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3. PP No.72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
4. PP No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
5. PP No.5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perijinan Berusaha Berbasis
Resiko
6. Peraturan Kepala BPOM RI No. 25 Tahun 2021 tentang Penetapan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang baik
7. Peraturan Kepala BPOM RI No. 14 Tahun 2021 tentang Sertifikasi Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang baik
8. Permenkes RI No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat
Tradisional
9. Permenkes RI No.14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan
Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor
Kesehatan
10. Pergub Jateng No.39 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan PTSP di
Provinsi Jateng.
Adapun beberapa macam jenis permasalahan regulasi di bawah
kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi antara lain :
1) Permasalahan Legalitas Izin UKOT
- Pindah lokasi/alamat usaha tidak dilaporkan
- Ganti aktifitas usaha tidak dilaporkan (misal : jadi bengkel, warung, dll)
- Tidak operasional/tutup tidak dilaporkan
- Perubahan & penambahan lay-out bangunan tidak dilaporkan
40
2) Permasalahan Legalitas Izin Tenaga Farmasi
- Tidak memiliki penanggung jawab teknis (keluar & tidak segera diganti)
- Pergantian penanggung jawab teknis tidak dilaporkan
- Masa belaku STRA /STRTTK atau SIPA/SIKTTK telah habis
3) Permasalahan Legalitas Izin Edar/No.Registrasi OT
- Tidak memiliki izin edar/nomor registrasi
- Masa berlaku izin edar/nomor registrasi telah habis
- Izin edar/nomor registrasi fiktif/palsu
4) Permasalahan Penerapan CPOTB
- Bangunan : bangunan dan sistem tata usaha kurang memadai
- Peralatan : peralatan terbatas dan belum terkalibrasi
- Sanitasi dan hygiene : kontaminasi serbuk dengan serbuk lain maupun
dengan personal, peralatan yang kurang bersih
- Pengawasan mutu : pengujian ALT/AKK tidak memenuhi syarat
- Dokumentasi : SOP dan dokumen sistem manajemen mutu tidak
lengkap
Contoh Tindak Lanjut Permasalahan Kasus Pada UKOT
No. Nama Sarana Jenis Tindak Lanjut
Kasus / Pelanggaran
1. CV. Kembang a. Tidak memiliki PJT Diberikan sanksi
Wijaya, Cilacacap b. PJT mengundurkan diri dan
Penghentian
belum didapatkan pengganti
Sementara
Kegiatan (PSK)
berkoordinasi
dengan Balai
Besar POM di
Semarang
2. CV. Djawi, a. Tidak memiliki PJT Diberikan sanksi
Cilacap b. PJT mengundurkan diri dan
Penghentian
belum didapatkan pengganti
Sementara
Kegiatan (PSK)

41
berkoordinasi
dengan Balai
Besar POM di
Semarang
3. PT. Dami a. Pabrik di Semarang sering Dilakukan
Sariwana, mengalami kebanjiran
Pencabutan Izin
Semarang b. Permintaan sendiri untuk
penutupan UKOT karena UKOT
pabrik pindah ke
Tanggerang

42
BUKTI SASBEL 6.
Mahasiswa dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi
berdasarkan regulasi terkait.
(Dapat berupa foto maupun pengerjaan tugas)

Solusi Terhadap Permasalahan


No . Kendala Solusi
1. Dalam perizinan OSS RBA tidak ada Dilakukan sosialisasi kepada
kewajiban untuk penyesuaian/ UKOT untuk melakukan
pembaharuan izin sehingga sifatnya penyesuaian/ pembaharuan
“sukarela” (hanya dilakukan jika ada izin melalui OSS RBA
perubahan izin, misalnya : ganti PJT,
pindah lokasi, tambah gudang, dll)
2. Penilaian dalam penerapan CPOTB Pemantauan laporan hasil
merupakan kewenangan BPOM penerapan CPOTB dari
RI/BBPOM di Semarang sehingga Dinkes BPOM RI/BBPOM di
Provinsi Jateng tidak dapat melakukan Semarang (tembusan surat)
intervensi kegiatan secara langsung → intervensi kegiatan secara
tidak langsung (tindak lanjut
rekomendasi melaui
pemberian sanksi,
pertemuan, pembekalan, dll)

STUDI KASUS
No . Kendala Solusi
1. Temuan Jajaran Satuan Narkoba (Satnarkob) Polres
Permasalahan Indramayu menciduk enam tersangka pengedar
narkoba. Para tersangka mengedarkan narkoba pada
bulan Ramadhan dengan modus sistem tempel,
menjual langsung maupun COD. Dari tangan
tersangka, polisi mengamankan bukti berupa paket
sabu seberat 5,18 gram, ganja kering seberat 75,97

43
gram, Tramadol sebanyak 5.550 butir, dan
Hexymer 2.978 butir. Barang bukti lain yang
diamankan berupa timbangan, alat hisap (bong),
dan beberapa telepon genggam untuk komunikasi
dan transaksi saat mengedarkan narkoba
Landasan Regulasi UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Hukum dan UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
Tindakan a. Para tersangka dijerat Pasal 111 dan atau Pasal
Perbaikan 112 dan atau 114 UU RI Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika dengan ancaman paling lama 20
tahun penjara dan minimal lima tahun penjara
b. Para tersangka juga dijerat Pasal 196 dan atau
Pasal 197 UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dengan ancaman hukuman 10 sampai 15
tahun penjara c. Barang bukti disita dan diamankan
oleh pihak kepolisian dan jajarannya
Tindakan a. Dinkes Provinsi bersinergi dengan BNN dan
Pencegahan jajaran kepolisian untuk melakukan upaya
Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).
b. Upaya P4GN dalam bidang pencegahan dengan
peningkatan kampanye publik tentang bahaya
penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika
melalui kegiatan sosialisasi P4GN dan tes urine
dalam setiap pelaksanaan kegiatan Generasi
Berencana (GenRe).
c. Upaya P4GN dalam bidang pemberantasan
dengan pembersihan tempat dan kawasan rawan
peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

44
melalui pengumpulan dan validasi informasi terkait
tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika
d. Upaya P4GN dalam bidang rehabilitasi dengan
peningkatan kapasitas dan aksebilitas layanaan
rehabilitasi korban penyalahgunaan narkotika
melalui penyelenggaraan layanan rehabilitasi sesuai
Standar Nasional Rehabilitasi
2. Temuan BBPOM di Semarang Musnahkan Ribuan
Permasalahan Kosmetik Ilegal dalam Intensifikasi Pengawasan
Kosmetik
Landasan Regulasi a. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan
Hukum b. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
c. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Persyaratan Teknis
Bahan Kosmetika.
d. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2021 Tentang
Sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetika Yang Baik
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tahun 2010 Izin
Produksi Kosmetika.
Tindakan Melakukan pembinaan serta pengawasan pada 54
Perbaikan sarana distribusi kosmetik yang saat ini terdaftar
baik di klinik kecantikan, toko/swalayan/grosir dan
di pasar tradisional agar tidak menjual produk
kometika yang tidak memenuhi syarat salah satunya
adalah tidak adanya nomor izin edar dari BPOM.
Tindakan Sosialisasi kepada masyarakat sebagai konsumen,
Pencegahan agar selalu waspada terhadap peredaran produk

45
kosmetik illegal dengan cara melakukan
pengecekan legalitas produk / kebenaran Nomor
Ijin Edar (NIE) melalui Aplikasi BPOM Mobile
atau melewati link resmi BPOM :
https://cekbpom.pom.go.id/
3. Temuan Dinkes Kabupaten Tangerang Segel 2 Apotek yang
Permasalahan Tidak Berizin di Rajeg
Landasan Regulasi 1. Peraturan Menteri Kesehatan No 9 Tahun 2017
Hukum Tentang Apotek
2. Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/Menkes/SSK/X/2022
Tindakan Melakukan pembinaan dan pengawasan yang rutin
Perbaikan terhadap sarana kefarmasian khususnya kepada
pemilik sarana pelayanan kefarmasian yang bukan
apoteker untuk taat pada hukum dan perundang-
undangan yang berlaku terkait pelayanan
kefarmasian. Sehingga diharapkan mutu dan
keamanan obat yang beredar dapat terjamin bagi
masyarakat.
Tindakan a. Diperlukannya sosialisasi dan edukasi yang baik
Pencegahan tentang pendirian apotek sesuai perundang -
undangan yang berlaku.
b. Menghimbau kepada masyarakat untuk selalu
memilah dan memilih sarana kefarmasian yang
berizin serta cek selalu kemasan izin label dan juga
tanggal kadaluarsa produk obat.
4. Temuan Produksi skincare palsu dan obat tetes mata yang
Permasalahan bercampur dengan zat kimia tanpa izin edar yang
beredar di Semarang.
Landasan Regulasi 1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 Pasal 197

46
Hukum yang berisi tentang “setiap orang yang dengan
sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan atau alkes yang tidak memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dapat dikenakan pidana
penjara paling lama 15 tahun dan denda paling
banyal 1,5 miliar.
2. Perka BPOM RI No. 18 tahun 2016 terntang
pedoman teknis pengawasaan iklan kosmetika pada
pasal 2 kosmetika hanya dapat diiklankan setelah
mendapat izin edar berupa notifikasi dari Kepala
Badan
Tindakan Melakukan pengawasan yang dilakukan terhadap
Perbaikan industri kosmetika, importer kosmetika, usaha
perorangan / badan usaha yang melakukan kontrak
produksi dengan industri kosmetika yang telah
memiliki izin produksi, sarana distribusi dan sarana
penjualan melalui media elektronik.
Tindakan Dengan berpedoman dengan aspek yang ada pada
Pencegahan CPKB. Selain berpedoman dengan CPKB, jika
pelanggaran terjadi dikenai sanksi administratif
berupa peringatan tertulis, larangan mengedarkan
kosmetik dan penarikan.

47
DAFTAR PUSTAKA

A. Pritasari, S. Faida, S. Z. (2012). Efektivitas Program P4GN Terhadap


Pencegahan Penyalahgunaan Napza. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2),
144–150. Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Nju/Index.Php/Kemas%0afaktor
ACODANA. (2021). Public Drug Plans.
https://acodana.ca/resources/understanding-drug-
coverage/drugplans/public- drug-plans/
Avdhony, R. 2012. Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di
Kabupaten Tegal Tahun 2012. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
https://repository.ump.ac.id/view/creators/AFDHONY=3ARIVKI=3A=3A
. html
BNN. (2019). Buku P4GN Pemberdayaan Masyarakat. Https://Medium.Com/.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018 (2018) ‘Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa tengah’, Dinkes Jawa Tengah, (September), pp. 1–219. Available at:
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profile2004/bab5.htm.
Https://Medium.Com/@Arifwicaksanaa/Pengertian-Use-Case-A7e576e1b6bf
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2011). Modul Penggunaan Obat


Rasional. https://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/modul-
penggunaan-obat-rasional/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 189/MENKES/SK/III/2006 tentang Kebijakan
Obat Nasional. Menteri Kesehatan RI. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tentang Cara Produksi Pangan yang Baik

48
untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta : BPOM.
Kobun, J. (2018, July 26). Penggunaan Obat Rasional dan 8 Indikator Pentingnya.
https://www.ifk.dinkes-kotakupang.web.id/artikel/info-
kesehatan/penggunaan-obat-rasional-dan-8-indikator-pentingnya.html
Mahyuni, A., Pradita, A., & Jannah, R. (2015). Hubungan Umur, Paritas Dan
Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di Ruang
Bersalin Di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2013.
Jurnal Kesehatan Indonesia, 5(3), 23–29.
Mekonnen, B. D., Ayalew, M. Z., & Tegegn, A. A. (2021). Rational drug use
evaluation based on world health organization core drug use indicators
in ethiopia: A systematic review. In Drug, Healthcare and Patient Safety
(Vol. 13, pp. 159–170). Dove Medical Press
Ltd.https://doi.org/10.2147/DHPS.S311926
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Permenkes Nomor
180/Men.Kes/Per/IV/85 Tentang Makanan Daluwarsa. Jakarta: Menteri
Kesehatan RI.

Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2010 tentang Prekusor. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makaanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekusor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30. (2017). tentang Pedagang Besar Farmasi.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Stadar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1191/MENKES/PER/VIII/2010. Tahun 2010. Tentang Penyaluran Alat
Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang
49
Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Klinik
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta
Permenkes No 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan NarkotikaUndang-
Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
Permenkes RI No. 86. (2019). Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan.
Permenkes RI No. 033. (2012). tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
PKBPOM. (2017). Tentang Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 2019 Tentang
Apotek

Towakit, J. (2014). Pedoman Pelaksanaan P4GN Melalui Peran Serta Kepala


Desa/Lurah Di Tingkat Desa/Kelurahan. 02, 155–160.
Undang-Undang 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
Undang-Undang 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Waluyo, Y. W., Athiyah, U., & Rochmah, T. N. (2019). Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Pengelolaan Obat Publik di Instalasi Farmasi Kabupaten
(Studi di Papua Wilayah Selatan). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
13(1), 94–101. https://repository.unair.ac.id/77655

World Health Organization. (2004). Promoting rational use of medicines. Geneva.


https://www.who.int/activities/promoting-rational-use-of-medicines

50
LAMPIRAN
Lampiran 1. PKPA Dinas Kesehatan Provinsi

Lampiran 2. PKPA Dinas Kesehatan Provinsi

Lampiran 3. Penyimpanan Obat di Gudang

Lampiran 4. Trand Analisis


Lampiran 5. Cek NIE Obat
Lampiran 6. Recall OBH Berlico
Lampiran 7. Pemeliharaan AC dan Genset

Anda mungkin juga menyukai