Anda di halaman 1dari 38

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG PEMERINTAHAN
DI
PUSKESMAS KECAMATAN KERAMAT JATI
PERIODE 08 – 24 JANUARI 2020

DISUSUN OLEH:
Arif Mustakim S.Farm 1904026013

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Seseorang tidak
bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika berada dalam kondisi tidak sehat,
sehingga kesehatan merupakan modal setiap individu untuk meneruskan
kehidupannya secara layak (Menkes RI 2019). Sistem kesehatan nasional yang
selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan
oleh semua komponen bangsa indonesia secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pengelolaan kesehatan dilaksanakan melalui SKN secara berjenjang di pusat dan
daerah dengan memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang
kesehatan (Presiden Republik Indonesia 2012).
Komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN ini
dikelompokkan menjadi beberapa subsistem, salah satunya yaitu upaya kesehatan.
Subsistem upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang setingi-tingginya. Upaya kesehatan ini dilaksanakan secara
berjenjang dimulai dengan pelayanan kesehatan primer yang menjadi lini pertama
pengobatan bagi masyarakat. Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai
salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer / pertama meliliki
peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya
kesehatan (Presiden Republik Indonesia 2012).
Apoteker memiliki tugas dan fungsi sebagai penanggungjawab pelayanan
kefarmasian di puskesmas, baik dalam pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) maupun pelayanan kefarmasian klinik (Menkes RI
2016). Salah satu tugas Apoteker dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
adalah melakukan pencatatan dan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/
kota. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan apoteker di puskesmas antara lain
Laporan Penggunaan Obat Rasional (POR), ketersediaan obat dan vaksin, data
penggunaan obat generik, laporan pemakaian dan laporan permintaan obat
(LPLPO), data yanfar (pelayanan kefarmasian) data Agent of Change (AoC).

2
Mengingat pentingnya peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
puskesmas maka dilakukan kegiatan praktik kerja profesi apoteker (PKPA) di
puskesmas kecamatan kramat jati. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
memberikan gambaran nyata kondisi pelayanan kefarmasian di puskesmas dan
meningkatkan ketrampilan dalam melakukan pelayanan kefarmasian di
puskesmas. Selain itu mahasiswa juga diminta untuk mengambil data pelaporan di
puskesmas kecamatan kramat jati untuk kemudian dievaluasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan PKPA di puskesmas kecamatan kramat jati jakarta timur
antara lain :
a. Mengetahui tugas apoteker di puskesmas kecamatan kramat jati
b. Mengetahui data laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) di
puskesmas kecamatan kramat jati dari rekapitulasi LPLPO periode bulan
Januari 2019-Desember 2019
c. Mengetahui data persentase (%) pemakaian obat generik di puskesmas
kecamatan kramat jati periode bulan Januari 2019-Desember 2019
d. Mengetahui data Yanfar di puskesmas kecamatan kramat jati periode bulan
Januari 2019-Desember 2019
e. Mengetahui standar pelayanan kefarmasian di puskesmas mengenai
pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinis.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam menjalankan tugasnya,
puskesmas di wilayah kerjanya menjalankan fungsi (Menkes RI 2014) :
a. Penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM)
b. Penyelenggaraan upaya kesehatan perseorangan (UKP)
2.3 Kategori Puskesmas
Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang
puskesmas, puskesmas dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja
yaitu:
a. Puskesmas kawasan perkotaan
b. Puskesmas kawasan pedesaan
c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
2.4 Sumber Daya Puskesmas
Sumber daya yang dimiliki puskesmas dapat berupa prasarana dan
manusia atau ketenagaan. Puskesmas harus memiliki prasarana yang paling
sedikit terdiri atas sistem penghawaan (ventilasi), sistem pencahayaan, sistem
sanitasi, sistem kelistrikan, sistem komunikasi, sistem gas medik, sistem proteksi
petir, sistem proteksi kebakaran, sistem pengendalian kebisingan, sistem

4
transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai, kendaraan
puskesmas keliling dan kendaraan ambulans (Menkes RI 2014)
Sumber daya manusia puskemas terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga
non kesehatan. Tenaga kesehatan setidaknya terdiri dariu dokter, dokter gigi,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Tenaga non
kesehatan antara lain, tenaga ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi dan kegiatan operasional lain di puskesmas.
2.5 Struktur Organisasi Puskesmas
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang
puskesmas, organisasi puskesmas setidaknya terdiri dari :
1. Kepala puskemas yang merupakan seorang tenaga kesehatan dan
bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di puskesmas
2. Kepala sub bagian tata usaha
3. Penanggungjawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat
4. Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium
5. Penanggungjawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
Organisasi puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/ kota
berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas.
2.6 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian di puskesmas harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi dan wewenang untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian (menteri kesehatan republik indonesia, 2014). Menurut peraturan
menteri kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di
puskesmas, pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 kegiatan yaitu
kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP), serta
pelayanan farmasi klinik. Setiap kegiatan pelayanan kefarmasian, baik kegiatan
pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP maupun pelayanan farmasi klinik harus
dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional yang ditetapkan oleh kepala
puskesmas.

5
2.6.1 Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di
Tujuan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan BMHP yang
efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan (Menkes RI 2016) kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
meliputi :
2.6.1.1 Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk
mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan BMHP yang
mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan
meningkatkan efisiensi penggunaan obat. Proses seleksi sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangakn pola penyakit,
pola konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan farmasi
dan rencana pengembangan (Menkes RI 2016).
Proses seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai juga harus
mengacu pada daftar obat esensial nasional (DOEN) dan formularium nasional.
Proses perencaan kebutuhan sediaan farmasi pertahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO).
Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten / kota akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan sediaan farmasi puskesmas di wilayah kerjanya,
menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu
kekosongan obat, buffer stok, serta menghindari stok berlebih (Menkes RI 2016).
2.6.1.2 Permintaan sediaan farmasi dan BMHP
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas, sesuai dengan
perencaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas

6
Kesehatan Kabupaten/ kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan pemerinyah daerah setempat (Menkes RI 2016).
2.6.1.3 Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP
Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP merupakan suatu kegiatan dalam
menerima sediaan farmasi dan BMHP dari instalasi farmasi kabupaten/ kota atau
hasil pengadaan puskesmas secara mandirisesuai dengan permintaan yang telah
diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan farmasi yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat dan mutu (Menkes RI 2016). Tenaga kefarmasian
wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi dan BMHP yang
diserahkan yaitu mencakup jumlah kemasan/ peti, jenis dan jumlah sediaan
farmasi, bentuk sediaan farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO,
ditandatangani oleh tenaga kefarmasian dan diktahui oleh kepala Puskesmas
(Menkes RI 2016).
2.6.1.5 Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP
Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan BMHP secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan subunit/ satelit farmasi puskesmas dan jaringannya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi
subunit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap,
UGD dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang
diterima (floorstock) pemberian obat persekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan
cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floorstock) (Menkes RI 2016).
2.6.1.6 Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan dilakukan untuk sediaan farmasi dan BHMP
yang tidak dapat digunakan lagi. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ ketentuan peraturan perundan-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap

7
memberikan laporan kepada kepala BPOM. Penarikan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yanag izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahaan dilakukan untuk sediaan farmasi dana BMHP bila produk tidak
memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengeahuan dan
dicabut izin edarnya (Menkes RI 2016).
2.6.1.7 Pengendalian sediaan farmasi dan BMHP
Pengendalian sediaan farmasi dan BMHP adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yanag diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan
atau kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian
perseediaan, pengendalian penggunaan dan penanganaan sediaan farmasi hilang
(Menkes RI 2016).
2.6.1.8 Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP, baik yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit
pelayanan lainnya. Tujuan dilakukannya pencatatan dadn pelaporan adalah
sebagai bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP telah dilakukan,
sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian dan sumber ddata
untuk pembuatan laporan (Menkes RI 2016).
2.6.1.9 Pemantauaan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
Pemantauan dana evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk mengendalikan dan menghindari
terjadinya kesalahan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan, memperbaiki secara terus
menerus pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP, dan memberikan penilaian
terhadap capaian kinerja pengelolaan (Menkes RI 2016).
2.6.2 Pelayanan Farmasi Klinik
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di puskesmas, pelayanan farmasi klinik yang

8
dilakukan di puskesmas meliputi pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan
informasi obat (PIO), konseling, visite pasiem (khusus puskesmas rawat inap),
monitoring efek samping obat (MESO), pemantauan terapi obat (PTO) dan
evaluasi penggunaan obat.
2.6.2.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Persyaratan admnistrasi meliputi :
Kegiatan yang dilakukan antara lain menganalisis laporan efek samping
obat, mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping obat, mengisi formulir monitoring efek samping obat (MESO), serta
melakukan pelaporan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
2.6.2.2 Pemantauan Terapi Obat
Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di puskesmas, pemantauan terapi obat (PTO)
merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi
obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan
efek samping. Kriteria pasien yang perlu diberikan PTO antara lain anak-anak dan
lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, menerima obat lebih dari lima jenis, adanya
multidiagnosis, pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati, menerima obat
dengan indeks terapi sempit, serta pasien yang menerima obat yang sering
diketahui menyebabkan reaksi obat yang merugikan.
2.6.2.3 Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi pengunaan obat merupakan kegiatan untuk mengevaluasi
penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Tujuan
dilakukannya evaluasi penggunaan obat adalah untuk mendapatkan gambaran
pola penggunaan obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara berkala
untuk penggunaan obat tertentu (Menkes RI 2016).

9
2.7 Sumber Daya Kefarmasian di Puskesmas
Penyelenggaraan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas salah
satunya harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian. Menurut
peraturan menteri kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas, sumber daya kefarmasian yang harus terdapat di
puskesmas adalah sumber daya manusia serta sarana dan prasarana.

10
BAB III
Tinjauan Khusus
3.1 Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Puskesmas kecamatan kramat jati awalnya didirikan pada tahun 1950
menempati gedung yang berada di jalan RS Polri. Selanjutnya puskesmas tersebut
sesuai dengan kebijakan pemda DKI untuk meningkatkan standar gedung
puskesmas kecamatan dengan luas bangunan 1500 m2 dan gedung yang lama
tersebut dirasakan tidak memadai lagi untuk menampung aktifitas kegiatan
pelayanan, maka didirikan gedung berlantai tiga, terletak di jalan raya Inpres
No.48 Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati.
Pengoperasian gedung baru sejak tanggal 4 juni 1997. Namun, sejak
keluarnya pergub DKI jakarta nomor 173 tahun 2015 yang menyatakan bahwa
beberapa Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Kramat Jati. Maka puskesmas
kecamatan kramat jati terhitung sejak tanggal 1 April 2015, berpindah tempat ke
Puskesmas Kramat Jati II di jalan RS Polri dikarenakan gedung tersebut menjadi
rumah sakit umum kelas D.
Selama periode transisi ini, rumah bersalin, poli metadon, poli IMS, poli
TB untuk sementara tetap melakukan pelayanan di gedung rumah sakit umum
kelas D dikarenakan keterbatasan tempat di puskesmas kecamatan kramat jati.
Puskesmas kramat jati memindahkan pelayanan rumah bersalin ke sebelah
puskesmas kelurahan cawang dan membuka kembali layanan 24 jam. Namun
karena lokasi yang kurang memungkinkan untuk perluasan gedung, kembali
dibangun pada tahun 2016 dengan luas 4000m² dan mulai beroperasi sejak tanggal
28 Agustus 2017.
3.2 Lokasi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Puskesmas kecamatan kramat jati terletak di Jl. Kerja Bakti rt002 rw 010,
kramat jati kota Jakarta Timur daerah khusus ibukota Jakarta,13510.
3.3 Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Visi dari puskesmas kecamatan kramat jati adalah “Kramat Jati Sehat
Paripurna”. Adapun misi dari Puskesmas Kecamatan Kramat Jati adalah sebagai
berikut :

11
1. Memberikan pelayanan prima
2. Meningkatkan kompetensi SDM
3. Meningkatkan sarana dan prasarana
4. Meningkatkan peran serta lintas sektoral
5. Memberdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat
6. Melakukan perbaikan yang berkelanjutan
3.4 Puskesmas Kelurahan
Puskesmas kecamatan kramat jati membawahi 8 puskesmas kelurahan:
1. Puskesmas Kelurahan Cawang
2. Puskesmas Kelurahan Cililitan
3. Puskesmas Kelurahan Kramat Jati I
4. Puskesmas Kelurahan Batu Ampar
5. Puskesmas Kelurahan Balai kambang
6. Puskesmas Kelurahan Kampung Tengah
7. Puskesmas Kelurahan Dukuh
3.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.
Fasilitas yang digunakan untuk pelayanan kesehatan di puskesmas
kecamatan kramat jati terdiri dari 22 fasyankes. Dimana fasyankes tersebut terdiri
dari poli Umum, pelayanan 24 jam, poli lansia, poli keswa, poli gigi, poli KB, poli
KIA, poli TB, poli gizi, poli HIV/IMS,poli MTBS, pemeriksaan KEUR/
Kesehatan, poli PKPR,poli methadon, poli imunisasi, poli IVA, poli PTM/DM,
Poli haji, laboratorium,poli sanitasi, rumah bersalin dan farmasi.

12
BAB IV
METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat
Pengambilan data laporan pelayanan kefarmasian (yanfar), laporan
penggunaan dan permintaan obat (LPLPO), penggunaan obat generik dilakukan
secara langsung di puskesmas Kecamatan Kramat Jati pada saat berlangsungnya
PKPA Januari 2020. Data yang diambil yaitu pada bulan Januari 2019-Desember
2019.
4.2 Metode Pengkajian
Metode yang digunakan untuk mengevaluasi laporan Yanfar, penggunaan
obat generik, LPLPO dan standar pelayanan kefarmasian adalah dengan
membandingkan hasil yang diperoleh dengan literatur. Evaluasi dilakukan
terhadap laporan Yanfar, LPLPO, penggunaan obat generik dan standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas kecamatan kramat jati bulan Januari 2019-Desember
2019. Tahapan dalam evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan evaluasi laporan yanfar, LPLPO, penggunaan obat generik dan
standar pelayanan kefarmasian di puskesmas kecamatan kramat jati Januari
2019-Desember 2019
2. Membandingkan hasil evaluasi dengan literatur
3. Mendapatkan kesimpulan perbandingan antara hasil dengan literatur.
Melakukan evaluasi laporan yanfar, LPLPO, penggunaan obat generik dan
standar pelayanan kefarmasian di puskesmas kecamatan kramat jati

13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pemilihan, Perencanaan dan Pengadaan
`````````Perencanaan obat puskesmas kecamatan Kramat Jati digunakan untuk
memenuhi kebutuhan obat selama setahun di puskesmas kecamatan kramat jati
dan 7 puskesmas kelurahan di bawahnya. Oleh sebab itu, perencanaan dilakukan
dalam satu kali selama setahun melalui pembuatan RKO (Rencana Kebutuhan
Obat). Proses perencanaan dilakukan secara bottomup yakni dimulai dari bawah
(puskesmas kelurahan) ke atas (puskesmas kecamatan). Sehingga RKO ini
berisikan kebutuhan obat untuk puskesmas kecamatan `kramat jati dan 8
puskesmas kelurahan di bawahnya.
Pemilihan obat dan jumlahnya dalam RKO berdasarkan pada
pertimbangan data volume penggunaan obat di tahun sebelumnya, rata-rata
penggunaan obat setiap bulannya dan sisa stok obat hingga tanggal 31 desember
di tahun sebelumnya. Semua data ini dapat dilihat melalui LPLPO (lembar
penggunaan dan lembar permintaan obat). Selain itu pemilihan ini juga
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas seperti dokter, dokter gigi
dana bidan serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobaatan. Dalam
membuat RKO se-kecamatan kramat jati, tiap puskesmas kelurahan akan
mengajukan RKO kepadda apoteker penanggung jawab perencanaan di
puskesmas kecamatan Kramat Jati.
RKO dari seluruh puskesmas kelurahan ini kemudian di analisa dengan
melihat data LPLPO masing-masing puskesmas di tahun sebelumnya. Analisa
RKO ini bertujuan untuk menghindari permintaan obat tidak sesuai, baik itu
berlebihan atau kekurangan. Permintaan obat yang berlebih akan menyebabkan
kerugian kaarena dikhawatirkan stok obat tidak habis hingga batas expired date
obat tersebut. Jika data RKO dari seluruh puskesmas di kecamatan Kramat Jati
diketaahui nilai RPO (Rencana penggunaan obat) seluruh puskesmas di
kecamatan Kramat Jati.
Terdapat dua macam RKO yang dibuat oleh puskesmas kecamatan kramat
jati yaitu RKO Fornas (formularium nasional) dan RKO non fornas. RKO fornas

14
berisikan obat-obatan dan BHMP yang terdapat dalam fornas FKTP (Fasilitas
kesehatan tingkat pertama), sedangkan RKO non fornas berisikan obat-obatan
yang tidak terdapat dalam FKTP. Alasan penggunaan obat-obatan yang tidak
terdapat dalam FKTP. Alasan penggunaan obat-obatan non fornas di puskesmas
kecamatan Kramat Jati adalah karena permintaan dokter yang terbiasa meresepkan
obat tersebut serta kebutuhan pasien.
Pengajuan RKO fornas oleh puskesmas kecamatan Kramat Jati dilakukan
dengan cara mengisi data RKO fornas yang telah dibuat sebelumnya ke dalam
formulir RKO dalam format excel yang dapat diunduh pada sistem e-monev. Data
yang perlu diisi oleh puskesmas adalah data pada kolom data sisa stok obat hingga
31 desember, data rata-rata penggunaan obat perbulan dan rencana pengadaan.
Sehingga secara otomatis diketahui berupa RKO dari tiap obat, jika nilai RKO
berbeda dengan nilai rencana pengadaan, maka perlu diberi keterangan yang
menyebabkan perbedaan nilai tersebut.
Formulir RKO yang sudaha terisi sesuai dengan kebutuhan perencanaan
puskesmas kecamatan kramat jati ini kemudian diunggah pada sistem e-monev
untuk kemudian diverifikasi oleh suku dinas kesehatan jakarta timur, dinas
kesehatan provinsi Jakarta timur dan kementerian kesehatan Republik Indonesia
secara berurutan.
Jika RKO puskesmas kecamatan Kramat Jati tidak diverifikasi atau ditolak
oleh suku dinas kesehatan jakarta timur, dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta,
ataupun kementerian kesehatan republik indonesia, maka puskesmas kecamatan
kramat jati harus meninjau kembali data RKO yang sudah dibuat. Data RKO
dapat ditolak jika diketahui terdapat data yang tidak rasional dibandingkan dengan
LPLPO tahun sebelumnya. Sebagai contoh, puskesmas kramat jati merencanakan
obat X yang dari LPLPO diketahui tidak digunakan di tahun sebelumnya., maka
permintaan seperti ini dapat ditolak. Oleh sebab itu, apoteker perencanaan
puskesmas kramat jati perlu menuliskan keterangan bahwa obat sebelumnya tidak
dibutuhkan namun sekarang dibutuhkan. Data RKO yang sudah diverifikasi dan
diterima pada sistem e-monev kemudian dijadikan dasar dalam melakukan
pengadaan obat-obatan fornas. Tujuan penggunaan sistem e-monev ini adalah

15
untuk memudahkan kementerian kesehatan republik indonesia dalam
memonitoring jumlah kebutuhan obat secara nasional.
Sedangkan untuk RKO non-fornas dibuat secara manual oleh apoteker
penanggung jawab perencanaan obat di puskesmas kecamatan kramat jati dengan
cara membandingkan data RKO yang diajukan tiap puskesmas kelurahan dengan
data LPLPO dari tiap puskesmas tersebut di tahun sebelumnya. RKO non-fornas
bersama dengan obat program dan vaksin diajukan ke suku dinas kesehatan
jakarta timur yang selanjutnya ditujukan kepada dinas kesehatan. Untuk
pengadaan narkotika dan psikotropika, proses pengadaannya kurang lebih sama
seperti obat umumnya. Jika narkotika dan psikotropika yang diinginkan terdapat
dalam fornas maka pengadaan sama seperti obat fornas, namun jika tidak terdapat
dalam fornas maka pengadaan dilakukan seperti obat non fornas.
Setelah dilakukan perencaan, langkah selanjutnya adalah merealisasikan
perencaan tersebut melalui pengadaan. Pengadaan di puskesmas kecamatan
kramat jati dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu pengadaan melalui katalog
elektronik (e-catalog), lelang dan pembelian langsung. (PL). Katalog elektronik
adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis
dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah (Menkes
RI 2014). Pengadaan melalui sistem e-catalog digunakan untuk obat-obatan yang
terdaftar dalam fornas yang sebelumnya sudah direncanakan dalam RKO Fornas.
Namun untuk obat narkotika dan psikotropika yang diadakan melalui e-
catalogue, apoteker tetap harus membuat surat pesanan narkotika dan
psikotropika secara manual untuk memudahkan pelaporan setiap bulannya. Surat
pesanan narkotika dan psikotropika terdiri dari rangkap empat. Satu lembar surat
pesanan asli dan dua lembar salinan surat pesanan sebagai arsip di apotek, satu
surat pesanan hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotika
misal pemesanan pethidin injeksi satu surat pesanan dan pemesanan kodein satu
surat pesanan juga, begitu juga untuk item narkotika lainnya. sedangkan
pemesanan psikotropika menggunakan surat pesanan dan juga boleh memesan ke
berbagai PBF.

16
Sedangkan kelemahan dari sistem e-catalogue yaitu kurangnya koordinasi
antara pabrik dengan PBF sehingga terkadang PBF tidak tahu jika ada barang
yang harus diantar. Pengadaan obat-obatan non fornas dipuskesmas kecamatan
kramat jati dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu pembelian langsung atau lelang.
Lelang dilakukan jika nilai obat yang dibutuhkan cukup besar sehingga melalui
lelang darapkan puskesmas dapat memperoleh PBF yang dapat menekan harga
pembelian obat dengan pemberian diskon dan lainnya.
Pengadaan obat-obatan non fornas dengan nilai di bawah 200 juta
dilakukan dengan cara pembelian langsung melalui PBF tanpa pelelangan.
Apoteker akan menunjuk langsung PBF mana yang dipilih sebagai penyalur obat
sehingga apoteker harus memilih PBF resmi dan terpercaya. Untuk obat program
dan vaksin pengadaannya gratis oleh kementerian kesehatan republik Indonesia.
Puskesmas kecamatan kramat jati hanya perlu membuat surat permintaan kepada
suku dinas kesehatan Jakarta timur berisikan nama obat program yang dibutuhkan
beserta jumlahnya. Dalam melakukan pengadaan obat program TB-MDR,
puskesmas kecamatan kramat jati mengajukan surat permintaan kepada rumah
sakit persahabatan sebagai penyalur resmi yang ditunjuk oleh kementerian
kesehatan republik indonesia sedangkan untuk obat program ruwatan metadon,
puskesmas kecamatan kramat jati mengajukan surat permintaan kepada rumah
sakit fatmawati sebagai penyalur resmi yang ditunjuk oleh kementerian kesehatan
republik indonesia. Surat pesanan ini dibuaat oleh apoteker penanggung jawab
pengadaan obat, pemesanan obat dapat dilakukan kapan saja dan tidak ada jarak
waktu tertentu.
5.2 Penyimpanan dan penditribusian
Barang yang sudah dipesan baik melalui e-catalogue ataupun secara
langsung akan diterima oleh Apoteker penanggungjawab gudang obat di
puskesmas kecamatan kramat jati selanjutnya dicocokkan antara barang yang
mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan
surat pesanan. Jika semua telah sesuai dan telah dibuat faktur penerimaan barang,
maka barang disimpan di gudang induk. Gudang induk yang terdapat di

17
puskesmas kecamatan Kramat Jati merupakan gudadng yang berisikan stok obat
puskesmas kecamatan Kramat Jati dan 7 puskesmas kelurahan di bawahnya.
Gudang induk ini belum dikatakan memenuhi standar ruang penyimpanan
obat dan BMHP menurut peraturan menteri kesehatan (PMK) nomor 74 tahun
2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas. Hal ini terlhat dari
adanya beberapa syarat ruang penyimpanan yang belum terpenuhi seperti
penyimpanan obat dan BMHP yang belum disusun secara teratur. Hal ini dapat
disebabkan karena keterbatasan sarana gudang di puskesmas kecamatan kramat
jati dan dijadakaan sebaggai tempat penyimpanaan sementara sebelum obat
didistribusikan ke puskesmas tiap kelurahan dan apotek pelayanan di puskesmas
kecamatan kramat jati. Obat-obatan dari gudang induk ini kemudian
didistribusikan ke puskesmas kelurahan melalui penagjuan formulir permintaan
obat dari puskesmas kelurahan kepada apoteker penanggungjawab gudang induk.
Pendistribusian ke puskesmas kelurahan dilakukan secara bertahap biasanya satu
kali dalam sebulan, hal ini karena keterbatasan ruang gudang dan apotek di
puskesmas kelurahan sehingga hanya dapat menyimpan kebutuhan obat untuk
sebulan. Selain itu, pasien di puskesmas kelurahan yang sedikit sehingga
perputaran obat cukup lambat menyebabkan permintaan obat satu bulan sekali
dirasa cukup. Namun jika kurang dari satu bulan obat sudah habis, maaka
pendistribusian obat tetapi bisa dilakukan dengan tetap mengajukan formulir
permintaan kepada apoteker penanggungjawab gudang induk. Pendistribusian
obat dari gudang induk ke gudang obat puskesmas kecamatan kramat jati juga
dilakukan secara bertahap yaitu satu minggu sekali. Hal ini karena keterbatasan
ruangan di gudang obat puskesmas kecamatan kramat jati yang hanya mampu
menyimpan sedikit obat. Selain itu dengan tingginya perputaran obat di apotek
puskesmas kecamatan kramat jati, menyebabkan permintaan obat ke gudang
induk menjadi lebih sering dibandingkan puskesmas kelurahan. Gudang
penyimpanan obat puskesmas kecamatan kramat jati sudah sesuai dengan standar
penyimpanan obat menurut PMK no 74 tahun 2016. Penyimpanan obat
berdasarkan pada sistem FEFO (first expired first out) dengan membagi obat
menjadi beberapa kelompok berdasarkan bentuk sediaanya, yaitu bentuk sediaan

18
yaitu solid, semi solid dan likuid. Dari penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan
ini kemudian diurutkan lagi secara alfabetis.
Terdapat juga label berwarna yang ditempel pada setiap obat, berguna
untuk mengetahui tahun ED obat tersebut. Warna merah untuk ED tahun berjalan,
warna kuning untuk ED 1 tahun setelah waktu berjalan, warna hijau untuk ED 2
tahun setelah tahun berjalan, warna pink untuk ED 3 tahun setelah tahun berjalan
dan warna biru untuk ED 4 tahun setelah tahun berjalan. Obat-obatan LASA
(look a like sound a like) diberi stiker dan di jeda penyimpanannya diantara dua
jenis obat. Terdapat pendingin ruangan untuk mencegah kerusakan obat saat
penyimpanan, dimana suhu ruangan ini diukur menggunakan termometer ruangan
yang suhunya diukur setiap hari dan dicatat dalam kartu kendali suhu. Terdapat
juga lemari pendingin untuk menyimpan obat-obatan termolabil seperti
suppositoria dan vaksin, suhu dijaga antara 2-8°C. Suhu diperiksa setiap hari dan
dicatat pada kartu kendali suhu. Lemari narkotika dan psikotropika yang terdapat
dalam gudang obat puskesmas kecamatan kramat jati sudah sesuai dengan standar
berdasarkan PMK no 3 tahun 2015 yaitu lemari terbuat dari bahan yang kuat dan
tidak mudah dipindahkan , mempunyai dua buah kunci berbeda yang dikuasai
oleh apoteker penanggungjawab dan pegawai lain yang dikuasakan, serta
diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. Setiap barang di
gudang memiliki kartu stok yang berguna untuk mengendalikan penggunaan dan
menghindari kehilangan atau kekurangan stok barang. Setiap barang yang masuk
dan keluar gudang harus segera dicatat pada kartu stok. Dari gudang obat ini
kemudian obat didistribusikan ke apotek pelayanan umum puskesmas kecamatan
Kramat Jati dan poli tindakan serta poli bersalin. Tidak semua poli mendapatkan
distribusi obat, hal ini karena pelayanan obat di puskesmas kecamatan kramat jati
menggunakan satu pintu yaitu hanya melalui apotek pelayanan yang tersedia
sehingga obat-obatan yang didistribusikan ke poli hanya obat-obatan untuk
tindakan seperti vaksin dan ringer lactat.
Terdapat 3 apotek pelayanan di puskesmas kecamatan kramat jati yaitu
apotek pelayanan umum yang melayani obat-obatan umum, apotek pelayanan
penyakit menular dan apotek pelayanan untuk terapi rumatan metadon. Alur

19
pendistribusian obat ke apotek pelayanan penyakit menular dan apotek pelayanan
terapi rumatan metadon berbeda dengan alur distribusi obat ke apotek pelayan
umum. Pendistribusian obat OAT, ARV dan TB-MDR langsung diberikan kepada
apotek pelayanan tanpa melalui penyimpanan di gudang obat. Selain itu karena
pasien yang menggunakan obat-obatan ini tidak banyak dan sudah diketahui
jumlahnya maka penyimpanan cukup dilakukan di apotek saja.
5.2 Pencatatan dan Pelaporan
5.2.1 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) merupakan
laporan bulanan yang dilaporkan oleh puskesmas kecamatan Kramat Jati kepada
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. LPLPO memuat beberapa informasi,
diantaranya :
a. Stok awal, penerimaan, pemakaian dan stok akhir dari tiap jenis obat pada
masing-masing unit pelayanan kesehatan/ puskesmas perbulan.
b. Persentase ketersediaan obat terhadap total pemakaian seluruh unit
pelayanan kesehatan/puskesmasa.
c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat secara periodik.
Data LPLPO ini merupakan hasil rekapitulasi data LPLPO puskesmas
kecamatan kramat jati dan 7 puskesmas kelurahan di kecamatan kramat jati.
Setiap bulannya puskesmas kelurahan mengirimkan data LPLPO kepada
puskesmas kecamatan kramat jati. Setelah data diterima, puskesmas kecamatan
merekapitulasi data miliknya dan 7 puskesmas kelurahan di bawahnya. Hasil
rekapitulasi ini kemudiaa dikirim kepada seksi Sumber Daya Kesehatan bagian
farmakmin (farmasi makanan dan minuman) suku dinas kesehatan Jakarta Timur
melalui email dalam bentuk microsoft excel yang formatnya telah ditentukan oleh
kementerian kesehatan republik indonesia. Suku dinas kesehatan jakarta timur
kemudian merekapitulasi LPLPO yang diterima.
Terdapat 2 jenis LPLPO yang dibuat oleh puskesmas kecamatan Kramat
Jati, yaitu LPLPO untuk obat-obatan yang terdapat dalam fornas (formularium
nasional) dan LPLPO untuk obat-obatan non fornas. Melalui LPLPO ini maka
dapat diketahui data penggunaan dan sisa stok obat perbulan, sehingga ddapat

20
dijadikan dasar permintaan obat oleh puskesmas kelurahan dan pemesanan obat
kembali oleh puskesmas kecamatan. Selain itu dengan adanya LPLPO maka dapat
dibandingkan antara stok akhir obata dengan bukti fisik obat apakah sesuai atau
tidak, sehingga ketidaksesuaian dapat ditelusuri dan dijadikan dasar dalam
pengendalian penggunaan obat di puskesmas.
Mahasiswa praktik diberi tugas untuk mengambil daata LPLPO periode
Januari 2019-Desember 2019. Berdasarkan data LPLPO ini diketahui 10 jenis
obat yang paling banyak digunakan di puskesmas se kecamatan kramat jati pada
bulan Januari 2019- Maret 2019 yaitu :

Tabel 5.1 Data pemakaian 10 obat fornas terbanyak di puskesmas


kecamatan kramat jati periode Januari-Maret 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN


1 Parasetamol tab 500 mg 217.155
2 Klorfeniramin maleat tab 4 mg 126.559
3 Deksametason tab 0,5 mg 91.503
4 Vitamin B kompleks 84.807
5 Amoksisilin tab 500 mg 76.316
6 Asam askorbat (Vit C) 50 mg 74.489
7 Kalsium laktat (kalk) tab 500 mg 67.398
8 Sianokobalamin (vitamin B12) 50 mcg 66.171
9 Vit B6 63.387
10 Amlodipin 10 mg 61.133

21
Gambar 5.1 Diagram batang pemakaian 10 obat fornas terbanyak di
Puskesmas kecamatan kramat jati periode Januari 2019 – Maret 2019

10 Pemakaian obat fornas terbanyak bulan


Januari 2019-Maret 2019
250,000

200,000

150,000

100,000

50,000

Tabel 5.2 Data pemakaian 10 obat fornas terbanyak di puskesmas


kecamatan kramat jati periode April 2019 - Juni 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN


1 Parasetamol tab 500 mg 107.780
2 Amlodipin tab 10 mg 88.384
3 Sianokobalamin (vitamin B12) 50 mcg 86.305
4 Asam askorbat (Vit C) 50 mg 80.211
5 CTM 4 mg 65.420
6 Amoksisilin tab 500 mg 63.987
7 Vitamin B complex 61.444
8 Kalsium laktat (kalk) tab 500 mg 57.390
9 Vitamin B6 45.740
10 Metformin 500 mg 41.300

22
Gambar 5.2 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di
Puskesmas kecamatan kramat jati periode April 2019 - Juni 2019

10 pemakaian obat fornas terbanyak


April 2019-Juni 2019
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0

Tabel 5.3 Data pemakaian 10 obat fornas terbanyak di puskesmas


kecamatan kramat jati periode Juli 2019-September 2019

No NAMA OBAT PEMAKAIAN


1 Parasetamol tab 500 mg 123.112
2 Vitamin B kompleks 98.547
3 Amlodipin tab 10 mg 98.100
4 CTM 4 mg 87.794
5 Amoksisilin tab 500 mg 82.559
6 Vitamin B6 80.977
7 Kalk 500 mg 78.197
8 Vitamin B12 77.923
9 Deksametason tab 0,5 mg 76.476
10 Metformin 500 mg 65.507

23
Gambar 5.3 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di
Puskesmas kecamatan kramat jati periode Juli 2019-September
2019

10 Pemakaian obat fornas terbanyak


Juli 2019-September 2019
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0

Tabel 5.4 Data pemakaian 10 obat fornas terbanyak di puskesmas


kecamatan kramat jati periode Oktober 2019-Desember 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN


1 Parasetamol tab 500 mg 108.247
2 Amlodipin tab 10 mg 84.012
3 Vitamin B kompleks 77.419
4 CTM 4 mg 76.039
5 Amoksisilin tab 500 mg 69.670
6 Kalsium laktat (kalk) tab 500 mg 65.438
7 Vitamin B12 65.346
8 Vitamin C 250 mg 63.328
9 Vitamin B6 59.855
10 Vitamin C 250 mg 59.751

24
Gambar 5.4 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di
Puskesmas kecamatan Kramat Jati periode Oktober-Desember
2019

10 Pemakaian obat fornas terbanyak


Oktober 2019-Desember 2019
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa 10 obat terbanyak yang


digunakan di puskesmas kramat jati periode Januari 2019 - Desember 2019
didominasi oleh parasetamol 500 mg tablet sebanyak 556.294 tablet. Parasetamol
banyak diresepkan oleh dokter gigi untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit gigi
karena lebih kecil beresiko mengiritasi lambung. Selain itu parasetamol juga
digunakan sebagai penurun demam pada pasien anak ataupun dewasa. Obat yang
paling banyak digunakan selanjutnya yaitu klorfeniramini maleat sebanyak
598.589 tablet. Obat ini biasa diresepkan oleh dokter untuk mengobati gejala
alergi, flu dan batuk.
Penggunaan vitamin di puskemas kecamatan kramat jati juga dapat
dikatakan cukup tinggi pada periode Januari 2019 - Desember 2019, dimana
vitamin B12, vitamin B kompleks dan vitamin C termasuk ke dalam 10 jenis obat
yang digunakan. Vitamin B12, vitamin B kompleks, dan kalk banyak diresepkan
di poliklinik DM untuk mengobati keluhan kesemutan pada pasien dan sebagai
penguat tulang. Sementara di poliklinik KIA banyak meresepkan vitamin C.

25
Tabel 5.5 Data pemakaian 10 obat non fornas terbanyak di puskesmas
kecamatan Kramat Jati periode Januari- Maret 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN


1 Gliseril guaiakolat 100 mg 94.141
2 Sianokobalamin (vitamin B12) tab 50 mcg 78.338
3 Setiap tablet tambah darah 58.305
4 Ambroksol Tablet 30 Mg 22.006
5 Calortusin/dmp kombinasi 16.802
6 Cefadroxil 500 mg 8.466
7 Piroksikam Tablet 10 Mg 7.917
8 Antalgin Tablet 500 Mg 3499
9 Cefixim 100 mg kapsul 3.463
10 Erythromicin 500 mg kaplet 2.405

Gambar 5.5 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di


Puskesmas kecamatan Kramat Jati periode Januari-Maret 2019

100,000
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0 Series1

26
Tabel 5.6 Data pemakaian 10 obat non fornas terbanyak di puskesmas
kecamatan Kramat Jati periode April-Juni 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN


1 Sianokobalamin (vitamin B12) tab 50 mcg 70621
2 Gliseril guaiakolat 100 mg 66461
3 Setiap tablet tambah darah 59317
4 Ambroksol Tablet 30 Mg 47523
5 Ketokonazol tablet 14067
6 Cefixim 100 mg kapsul 13187
7 Cefadroxil 500 mg 10434
8 Papaverin 40 mg tablet 7992
9 Erythromicin 500 mg kaplet 4080
Gambar 5.6 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di
Puskesmas kecamatan Kramat Jati periode April-Juni 2019

80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
Series2
0

27
Tabel 5.7 Data pemakaian 10 obat non fornas terbanyak di puskesmas
kecamatan Kramat Jati periode Juli-September 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN


1 Gliseril guaiakolat 100 mg 99.686
2 Setiap tablet tambah darah 66.731
3 Sianokobalamin (vitamin B12) tab 50 mcg 58.837
4 Ambroksol Tablet 30 Mg 37.796
5 Cefadroxil 500 mg 13.929
6 Asam Folat 1 mg 13.249
7 Piroksikam Tablet 10 Mg 12.345
8 Amoxylin 250 mg 12.340
9 Papaverin 40 mg tablet 3862
G10 Lincomycin 500 MG 3.644
a
Gambar 5.7 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di
Puskesmas kecamatan Kramat Jati periode Juli-September 2019

100,000
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000 Series2
0

28
Tabel 5.8 Data pemakaian 10 obat non fornas terbanyak di puskesmas
kecamatan Kramat Jati periode Oktober-Desember 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN


1 Setiap tablet tambah darah 103.988
2 Sianokobalamin (vitamin B12) tab 50 mcg 57.826
3 Gliseril guaiakolat 100 mg 41.048
4 Amoxylin 250 mg 37.979
5 Ambroksol Tablet 30 Mg 23.600
6 Asam Folat 1 mg 17.706
7 Piroksikam Tablet 10 Mg 9.009
8 Cefadroxil 500 mg 8.826
9 Antalgin Tablet 500 Mg 2047
10 Papaverin 40 mg tablet 701

Gambar 5.8 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di


Puskesmas kecamatan Kramat Jati periode Oktober-Desember 2019

120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
Series2
0

29
Tabel 5.9 Data pemakaian 10 obat non fornas terbanyak di puskesmas
kecamatan Kramat Jati periode Januari 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN

1 Gliseril guaiakolat 100 mg 35.207


2 Setiap tablet tambah darah 33.653
3 Sianokobalamin (vitamin B12) tab 50 mcg 25.524
4 Calortusin/dmp kombinasi 8.684
5 Piroksikam Tablet 10 Mg 6.018
6 Cefadroxil 500 mg 5.248
7 Amoxylin 250 mg 4.341
8 Asam Folat 1 mg 3.414
9 Ambroksol Tablet 30 Mg 3.079
10 Papaverin 40 mg tablet 1669

Gambar 5.9 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di


Puskesmas kecamatan kramat jati periode Januari 2019

40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0 Series1

30
Tabel 5.12 Data pemakaian 10 obat non fornas terbanyak di
puskesmas kecamatan Kramat Jati periode Februari 2019

NO NAMA OBAT PEMAKAIAN

1 Sianokobalamin (vitamin B12) tab 50 mcg 29.893


2 Gliseril guaiakolat 100 mg 27.177
3 Ambroksol Tablet 30 Mg 18.336
4 Setiap tablet tambah darah 16.064
5 Calortusin/dmp kombinasi 9.446
6 Amoxylin 250 mg 5.634
7 Asam Folat 1 mg 5.372
8 Cefadroxil 500 mg 4.893
9 Piroksikam Tablet 10 Mg 4.782
10 Griseofulvin 125 mg tablet 2.652

Gambar 5.12 Diagram batang pemakaian 10 obat terbanyak di


Puskesmas kecamatan Kramat Jati periode Februari 2019

30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
Series1
0

31
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa 10 obat non fornas terbanyak
didominasi oleh obat gliceril guaiacolat 100 mg sebanyak 363.720 tablet. Gliceril
guaiacolat digunakan untuk meredakan batuk pada pasien. Pemakaian terbanyak
kedua adalah tablet tambah darah, tablet penambah darah sebagai nutrisi pada
kehamilan dan mencegah anemia pada ibu hamil. Kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat menyebabkan pendarahan saat persalinan dan merupakan salah satu
penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Oleh sebab itu, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 88 tahun 2014 yang mewajibkan pemberian tablet
tambah darah pada ibu hamil.
5.2.2 Laporan data penggunaan obat generik di puskesmas kecamatan
kramat jati Jakarta Timur periode Januari 2019-Desember 2019
Rata-rata persentase penggunaan obat generik di Puskesmas Kecamatan
Kramat Jati Jakarta Timur periode Januari 2019-Desember 2019 dapat dilihat
pada gambar 5.13.

Laporan obat generik Januari-Desember 2019


99.5

99

98.5
Persentase

98

97.5

97

96.5

Bulan

Dari gambar diatas rata-rata penggunaan obat generik perbulannya sudah


diatas 95%. Jika mengacu pada standar pelayanan minimal bidang kesehatan yang
mengharuskan penulisan resep obat generik 100% di sarana pelayanan kesehatan
milik pemerintah di mana penggunaan obat generik merupakan satu keharusan

32
bagi sektor pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah, nilai tersebut masih
cukup mendekati standar minimal. Namun jika dikaitkan dengan sistem
pengadaan di era JKN sekarang yang mengacu pada formularium nasional
(fornas) persentase penggunaan obat generik juga dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan obat generik yang ada di e-catalog.
5.2.3 Laporan data pelayanan kefarmasian (YanFar)
Tabel 5.13 Data pelayanan kefarmasian di puskesmas kecamatan
Kramat Jati periode Januari-Maret 2019.

Jumlah
Jumlah
Nama Puskesmas Lembar Jumlah
Lembar
Resep Apoteker
Resep /hari
/Bulan

Puskesmas Kec.
Kramat Jati
Januari 2019 11.251 363 2
Februari 2019 12.493 446 2
Maret 2019 13.174 387 2

April 2019 10.274 342 2

Mei 2019 9.589 309 2

Juni 2019 8.379 279 2

Juli 2019 8.637 279 2

Agustus 2019 10.178 328 2

September 2019 9.594 320 2

Oktober 2019 9.761 315 2

November 2019 9.276 309 2

Desember 2019 10.221 330 2

Rata-rata 10.235 333 2

Puskesmas kecamatan Kramat Jati melaporkan data pelayanan


kefarmasian setiap bulannya kepada suku dinas kesehatan jakarta setiaap

33
bulannya. Data pelayanan kefarmasian ini berisikan data jumlah resep perbulan,
jumlah apoteker serta tenagaa kefarmasian di puskesmas kecamatan kramat jati
sehingga diketahui jumlah beban kerja apoteker dan tenaga kefarmasian
dibandingkan dengan jumlah resep.
Berdasarkan data pada tabel 5.13 diketahui rata-rata resep perhari periode
Januari 2019- Desember 2019 yaitu 333 resep perhari dan jumlah apoteker
sebanyak 2 orang di puskesmas kecamatan kramat jati. Berarti beban kerja
apoteker perhari adalah 326 resep perhari. Hasil ini tidak sesuai jika dibandingkan
dengan PMK no 74 ahun 2016 yang menyatakan bahwa beban kerja apoteker di
puskesmas seorang apoteker untuk 50 pasien perhari, ketidaksesuaian ini
menyebabkan apoteker tidak maksimal dalaam melakukan tugas dan fungsi
apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian sesuai deengana standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas.
Tugas apoteker yang belum maksimal ini dapat dilihat dari apoteker yang
belum melakukan pemberian informasi obat (PIO) kepada seluruh pasien dan
masih dibantu oleh Tenaga teknis kefarmasian (TTK). Terlebih lagi beban kerja
apoteker bukan hanya farmasi klinis namun juga pengelolaan perbekalan farmasi
dan bahan medis habis pakai (BMHP). Jadi sangat diperlukan penambahan tenaga
apoteker di puskesmas kecamatan kramat jati.
5.3 Pelayanan farmasi klinis
5.3.1 Pengkajian dan pelayanan resep
Alur pelayanan resep di apotek puskesmas kecamatan kramat jati sudah
dilakukan secara sistem komputer e-puskesmas walaupun baru sebagian. Dari
poliklinik JKN1, JKN2 dan lansia sudah dapat mencetaak resep secara otomatis
sehingga dapat menghindari kesalahan petugas dadlam membaca resep
dikarenakan tulisan dokter yang sulit untuk dibaca. Untuk resep dari poli lainnya
masih ditulis oleh dokter. Setelah resep diterima lalu dilakukan pengkajian resep
berupa kajian adaministrasi, farmasetik dan klinis. Pengkajian yang dilakukan
sudah sesuai dengan PMK no 74 tahun 2016 tentang standar pellayanan
kefarmasian di puskesmas. Apabila ditemukan ketidak sesuaian di resep atau obat
yang kosong maka resep tersebut dikonfirmasi kembali kepada dokter melalui

34
layanan telepon. Kemudian obat disiapkan dan diberi etiket, petugas yang
melakukan dispensing obat melakukan paraf pada kolom yanag tersedia. Setelah
itu dilakukan pengecekan kembali oleh orang yang berbeda dengana
menyesuaikan obat dengan resep. Saat pengecekan terakhir kolom verifikasi resep
harus diisi, aspek yang tercantum yaitu : benar pasien, benar jenis, benar dosis,
benar waktu pemberian, benar rute pemberian dan benar dokumentasi.
5.3.2 Monitoring efek samping obat (MESO) dan Evaluasi penggunaan obat
(EPO).
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon tubuh terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan paada manusia dengan tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi, atau
memodifikasi fungi fisiologis. EPO merupakan kegiatan untuk mengevaluasi
penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (Menkes RI 2016).
Apoteker di puskesmas kecamatan Kramat Jati belum melakukan MESO dan EPO
kepada pasien, hal ini karena jumlah pasien belum sebanding dengan jumlah
apoteker yang ada.
5.3.3 Pemantauan Terapi Obat (PTO)
PTO merupakan proses yang memastikan bahwa seoran pasien
mendapatkan terapi obat yanag efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi
dan meminimalkan efek samping (Menkes RI 2016). PTO sudah dilakukan di
puskesmas kecamatan kramat jati tapi sebatas pada pasien TB-MDR dan rumatan
metadon. Pasien TB-MDR dan rumatan metadon diminta untuk datang ke
puskesmas untuk meminum obat dan dipantau langsung petugas sehingga tidak
ada dosis yang terlewat dan meningkatkan kepatuhan. Akan tetapi petugas PTO
dalam hal ini masih belum tetap, kadang dibantu oleh TTK, Dokter atau perawat
karena keterbatasan tenaga apoteker.
5.3.4 Pelayanan informasi obat (PIO)
Pelayanan informasi obat sudah dilakukan oleh apoteker di puskesmas
kecamatan kramat jati baik kepada dokter, perawat ataupun pasien/masyarakat.
Salah satu bentuk yang sudah dilakukan adalah penyuluhan DAGUSIBU kepada

35
pasien/masyarakat yang bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat
tentang cara mendapatkan,menggunakan,menyimpan dan membuang obat dengan
tepat.
5.3.5 Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pada pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien
rawat jalan, rawat inap dan keluarga pasien. Di puskesmas kecamatan kramat jati
konseling belum dilakukan secara optimal karena ruangan yang belum memadai
daan keterrbatasan tenaga apoteker.
5.3.6 Visite pasien (khusus puskesmas rawat inap)
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri dan bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi dan lain-lain. Di puskesmas kecamataan Kramat Jati Jakarta
Timur termasuk ke dalam tipe puskesmas non perawatan atau non rawat inap
karena hanya menyediakan tempat rawat inap untuk pasien setelah menjalani
persalinan normal, maka kegiatan visite pasien tidak dilaksanakan.

36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Apoteker di puskesmas kecamatan kramat jati bertanggungjawab dalam
kegiatan manajerial berupa pengelolaan perbekalan farmasi dan BMHP
serta kegiatan pelayanan farmasi klinis.
b. Berdasarkan data LPLPO puskesmas kecamatan kramat jati bulan
periode Januari 2019 - Desember 2019 diketahui untuk obat fornas
penggunaan terbanyak adalah parasetamol tablet 500 mg sedangkan
untuk obat non fornas adalah gliceryl guaiacolat 100 mg.
c. Berdasarkan data penggunaan obat generik di puskesmas kecamatan
kramat jati periode Januari 2019 - Desember 2019 diketahui rata-rata
persentase diatas 95% sudah mendekati standar 100%.
d. Berdasarkan data pelayanan kafarmasian di puskesmas kecamatan kramat
jati periode Januari 2019 - Desember 2019 diketahui rata-rata resep
perhari yaitu 333 lembar resep perhari dengan 2 orang apoteker, sehingga
diketahui beban kerja apoteker belum sesuai dengan PMK no 74 tahun
2016.
e. Pengelolaan perbekalan farmasi dan BMHP serta pelayanan farmasi
klinis belum seluruhnya dilakukan sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas dikarenakan masih kekurangan tenaga
apoteker.
6.2 Saran
Perlu adanya penambahan tenaga Apoteker di puskesmas kecamatan
kramat jati. Hal ini agar apoteker dapat bekerja dengan beban kerja yang cukup
sesuai dengan PMK no 74 tahun 2016 sehingga seluruh kegiatan kefarmasian
baik manajerial maupun klinis yang belum dilaksanakan apoteker dapat
terlaksana.

37
Daftar Pustaka

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor


36 tahun 2009 tentang kesehatan. Jakarta : Presiden Republik
Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia
nomor 72 tahun 2012 tentang sistem kesehatan kesehatan nasional.
Jakarta : Presiden Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. 2013. Peraturan Presiden Republik Indonesia
nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta :
Presiden Republik Indonesia
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 75 tahun 2014 tentang puskesmas. Jakarta : Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan
daan pelaporan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 4 Tahun 2019 Tentang Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

38

Anda mungkin juga menyukai