Disusun oleh:
Ade Tri Wela, S.Farm 1841012021 Hasnah Septia Y, S.Farm 1841012042
Apsari Anindita W, S.Farm 1841012015 Ike Supriwardi, S.Farm 1841012043
Arief Chandra A, S.Farm 1841012041 Irma Permatasari, S.Farm 1841013006
Atriani Marselly, S.Farm 1841012039 Ivan Pratama, S.Farm 1841012004
Aulia Reihan, S.Farm 1841012033 Luqyana Putri, S.Farm 1841012072
Citra Husna J, S.Farm 1841012022 Nur Bayti, S.Farm 1741012262
Darwin B. Sanjaya, S.Farm 1841013009 Putri Pratiwi, S.Farm 1741012235
Dian Sellina Virda, S.Farm 1841013004 Usi Wulandari, S.Farm 1841012034
Erin Shabrina, S.Farm 1841013015 Widya Astuty, S.Farm 1841013011
Fenny Damayanti, S.Farm 1841012065 Winda Zulmai P, S.Farm 1841012075
Fetty Hidayatul U, S.Farm 1841012058 Winesfin Refti, S.Farm 1841013014
Fitri Amita, S.Farm 1841012068 Yan Hendrika, S.Farm 1841013010
Geby Orlance, S.Farm 1841013005 Yesi Fitri Yeni, S.Farm 1841012056
Genia Karolina S, S.Farm 1841013013 Yossi Primadini, S.Farm 1841012032
Hani Hazarani, S.Farm 1841012035 Zahra Hajjil Baiti, S.Farm 1841012014
Bismillahirrahmanirrahim
Laporan akhir ini ditujukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas
Farmasi Universitas Andalas, Padang. Selesainya penulisan laporan akhir ini tidak
terlepas dari dukungan, doa, dan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan motivasi
selama kegiatan PKPA.
2. Ibu Prof. Dr. Fatma Sri Wahyuni, S.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.
3. Ibu Deni Noviza, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
4. Bapak dr. Khairul, Sp.M selaku Direktur Utama dan Ibu Dra. Trizayenni,
M.Sc., Apt selaku Wadir Penunjang dan SDM RSUD Dr. Achmad Mochtar,
Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas dan perizinan untuk kegiatan
PKPA.
5. Bapak Drs. Safitri, M.Si., Apt selaku Pembimbing I sekaligus Kepala Instalasi
Farmasi RSUD Dr. Achmad Mochtar, Bukittinggi yang telah memberikan
fasilitas dan bimbingan selama PKPA.
iii
6. Bapak Prof. Dr. Surya Dharma, MS., Apt selaku pembimbing II yang telah
memimbing penulis selama kegiatan PKPA.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran atas ketidaksempurnaan laporan akhir ini. Semoga laporan akhir ini dapat
bermanfaat dikemudian hari dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua. Aaamiiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
4.1.3 Unit Produksi Kemoterapi ............................................... 41
4.1.4 Apotek BPJS.................................................................... 42
4.1.5 Ruang Konsultasi Obat/Konseling .................................. 43
4.1.6 Penyuluhan Kefarmasian ................................................. 45
4.2 Bangsal Anak .............................................................................. 45
4.3 Bangsal Interne ............................................................................ 48
4.4 Bangsal Neuro ............................................................................. 49
4.5 Pembahasan ................................................................................. 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 57
5.1 Kesimpulan.................................................................................. 57
5.2 Saran ............................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................. 61
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 28. Blanko resep dan etiket di RSAM .......................................... 74
Gambar 29. Resep rawat jalan di RSAM yang memiliki kolom skrining
resep ........................................................................................ 75
Gambar 30. Pemberian konseling oleh seorang mahasiswa PKPA ........... 76
Gambar 31. Formularium RSAM di ruang konseling ................................ 76
Gambar 32. Penyuluhan tentang “DAGUSIBU” oleh kelompok 2 dan
“Obat dengan Penggunaan Khusus” oleh kelompok 3 ........... 77
Gambar 33. Lemari penyimpanan infus di bangsal anak-NICU ................ 78
Gambar 34. Rak penyimpanan obat injeksi individual dose dan box
pembuangan spuit, vial, dan ampul sisa ................................. 78
Gambar 35. Rak penyimpanan obat per oral individual dose .................... 79
Gambar 36. Kotak penyimpanan alkes untuk bangsal anak-NICU............ 79
Gambar 37. Alat Sumetzberger untuk mengantarkan obat, protap,
maupun keperluan lainnya ...................................................... 80
Gambar 38. Catatan pemantauan penggunaan insulin pen di bangsal
interne ..................................................................................... 81
Gambar 39. BST oleh kelompok 2 ............................................................. 81
Gambar 40. Case study di bangsal interne ................................................. 82
Gambar 41. Lemari penyimpanan obat individual dose dan alat
kesehatan (half floor stock) .................................................... 83
Gambar 42. Paket individual dose di bangsal neuro .................................. 83
Gambar 43. Protap penggunaan Herbeser dengan syringe pump .............. 84
Gambar 44. Visite bersama dokter, ners, farmasi, dan gizi di bangsal
neuro ....................................................................................... 84
Gambar 45. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) di
bangsal neuro .......................................................................... 85
Gambar 46. Lembar evaluasi dan pemantauan pasien HCU ...................... 85
Gambar 47. Catatan pemberian dan pemantauan obat pasien .................... 86
Gambar 48. Edukasi dalam pemberian obat pulang dan rekonsiliasi obat
untuk pasien rawat inap di bangsal neuro............................... 86
Gambar 49. Form rekonsiliasi obat dan catatan edukasi untuk pasien
rawat inap ............................................................................... 87
Gambar 50. Review pemantauan harian pasien oleh apoteker di bangsal
neuro ....................................................................................... 87
ix
Gambar 51. Kartu Instruksi Obat (KIO) .................................................... 88
Gambar 52. Trolly emergency .................................................................... 88
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
tidak dapat dipisahkan dai sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
berorintasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit tidak terlepas dari adanya peran seorang
apoteker. Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki
pendidikan, keterampilan, dan keahlian di bidang farmasi serta memiliki hak dalam
menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian. Peran apoteker menjadi penting guna
mewujudkan pelayanan kefarmasian yang ideal dengan melakukan pelayanan
kefarmasian yang berorientasi kepada pasien (patient oriented).
Tujuan umum dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah:
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian berupa asuhan
kefarmasian (Pharmaceutical Care) dan manajemen farmasi.
b. Memahami dasar ilmu farmasi dan aplikasinya dalam penanganan pasien.
c. Mendapatkan standar kompetensi klinik yang memuaskan dalam
memberikan pelayanan farmasi kepada pasien dan keluarganya.
d. Mengerti dan menghargai latar belakang sosial budaya pasien dan
lingkungannya dalam perencanaan asuhan kefarmasian pasien termasuk
pengelolaan jangka panjang dan follow up nya.
e. Menerapkan dan menjunjung tinggi etika farmasi sebagai suatu tata nilai yang
harus dimiliki dalam rangka membangun profesionalisme dikemudian hari.
2
f. Mengupayakan penggunaan pengetahuan yang diperlükan dalam pemecahan
masalah sebagai pemicu dalam menanamkan prinsip belajar sepanjang hayat.
Tujuan khusus dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah:
a. Mampu melakukan pengkajian dan mendapatkan riwayat kasus khususnya
dalam penggunaan obat secara memuaskan dari pasien maupun dari data
rekam medik.
b. Mampu melakukan analisis dari data pemeriksaan fisik, data laboratorium,
dan data pemeriksaan penunjang lainnya yang ada, untuk digunakan sebagai
acuan dalam penggunaan obat.
c. Mampu mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi farmasi dalam
berbagai hal yang berhubungan dengan obat (Drug Related Problem) dalam
penanganan suatu penyakit.
d. Untuk setiap pasien yang diamati, mahasiswa mampu membuat database
subjektif dan objektif yang dibutuhkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
masalah terkait pengobatan (medication related-problem).
e. Mampu mendokumentasikan secara baik aktivitas asuhan kefarmasian yang
telah dilakukan sesuai format yang ditentukan.
f. Mampu memberi pendidikan tentang obat kepada pasien dan mampu
merespon secara cepat, singkat dan akurat terhadap pertanyaan terkait
informasi atau konsultasi obat.
g. Mampu mengimplementasikan manajemen kefarmasian dalam hal
perbekalan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
3
1.4 Waktu dan Tempat
4
BAB 2
5
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit dapat
dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya:
b. Berdasarkan pengelolaan
- Rumah Sakit Publik
Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik
yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah
dan pemerintah daerah tidak dapat dialihkan menjadi rumah sakit
privat.
Rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan
setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
Rumah sakit pendidikan ditetapkan oleh menteri setelah
berkoordinasi dengan menteri yang membidangi urusan pendidikan.
6
Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang
menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam
bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Dalam
penyelenggaraan rumah sakit pendidikan dapat dibentuk jejaring
rumah sakit pendidikan.
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas A paling sedikit meliputi:
a. Pelayanan medik, paling sedikit terdiri dari:
- Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat)
jam sehari secara terus menerus.
- Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah dan obstetri dan ginekologi.
- Pelayanan medik spesialis penunjang meliputi pelayanan anestesiologi,
radiologi, patologi klinik, patologi anatomi dan rehabilitasi medik.
- Pelayanan medik spesialis lain meliputi pelayanan mata, telinga hidung
tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
7
kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan
kedokteran forensik.
- Pelayanan medik subspesialis meliputi pelayanan subspesialis di bidang
spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan
ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi,
urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan gigi mulut.
- Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut meliputi pelayanan bedah
mulut, konservasi/ endodonsi, periodonti, orthodonti, prosthodonti,
pedodonsi dan penyakit mulut.
b. Pelayanan kefarmasian, meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik.
c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan, meliputi asuhan keperawatan
generalis dan spesialis serta asuhan kebidanan.
d. Pelayanan penunjang klinik, meliputi pelayanan bank darah, perawatan
intensif untuk semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi, sterilesasi
instrumen dan rekam medik.
e. Pelayanan penunjang nonklinik, meliputi pelayanan laundry/ linen, jasa
boga/ dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang,
ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah, sistem
penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik dan pengelolaan air
bersih.
f. Pelayanan rawat inap.
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit meliputi:
a. Pelayanan medik, paling sedikit terdiri dari:
- Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 jam sehari secara
terus menerus.
- Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah dan obstetri dan ginekologi.
- Pelayanan medik spesialis penunjang meliputi pelayanan anestesiologi,
radiologi, patologi klinik, patologi anatomi dan rehabilitasi medik.
8
- Pelayanan medik spesialis lain, paling sedikit berjumlah 8 pelayanan dari
13 pelayanan yang meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan,
syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa,
paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran
forensik.
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
d. Pelayanan penunjang klinik
e. Pelayanan penunjang nonklinik
f. Pelayanan rawat inap
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas C paling sedikit meliputi:
a. Pelayanan medik paling sedikit terdiri dari:
- Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat)
jam sehari secara terus menerus.
- Pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar, medik gigi
mulut, kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana.
- Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah dan obstetri dan ginekologi.
- Pelayanan medik spesialis penunjang meliputi pelayanan anestesiologi,
radiologi dan patologi klinik.
- Pelayanan medik spesialis lain.
- Pelayanan medik subspesialis.
- Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut paling sedikit berjumlah 1
(satu) pelayanan.
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
d. Pelayanan penunjang klinik
e. Pelayanan penunjang nonklinik
f. Pelayanan rawat inap
9
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas D paling sedikit meliputi:
a. Pelayanan medik paling sedikit terdiri dari:
- Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat)
jam sehari secara terus menerus.
- Pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar, medik gigi
mulut, kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana.
- Pelayanan medik spesialis dasar paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat)
pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi pelayanan penyakit
dalam, kesehatan anak, bedah dan/ atau obstetri dan ginekologi.
- Pelayanan medik spesialis penunjang, meliputi pelayanan radiologi dan
laboratorium.
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
d. Pelayanan penunjang klinik
e. Pelayanan penunjang nonklinik
f. Pelayanan rawat inap
10
bahan medis habis pakai, dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut
harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan peralatan. Apoteker
bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di rumah sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan
perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat dan
keamanannya.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan
kefarmasian.
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai meliputi:
a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan,
berdasarkan:
- Formularium dan standar pengobatan/ pedoman diagnosa dan terapi
- Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang telah ditetapkan
- Pola penyakit
- Efektifitas dan keamanan
- Pengobatan berbasis bukti
- Mutu
- Harga
- Ketersediaan di pasaran
11
b. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu.
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
e. Penyimpanan
Setelah barang diterima di instalasi farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/ menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/ pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu.
Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian di unit pelayanan.
12
g. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penarikan dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan dilakukan oleh
BPOM atau pabrikan asal. Rumah sakit harus mempunyai sistem pencatatan
terhadap kegiatan penarikan.
h. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Pengendalian dapat dilakukan oleh instalasi farmasi harus bersama dengan
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di rumah sakit.
i. Administrasi
13
c. Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien.
d. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/ atau
keluarganya.
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah
terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional dan menyajikan informasi obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
14
i. Dispensing sediaan steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk
dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari
terjadinya kesalahan pemberian obat.
15
- Mampu mela19kukan evaluasi penggunaan obat didasari pertimbangan
ilmiah dengan pendekatan berbasis bukti
16
- Mampu menjamin mutu sediaan farmasi sesuai standar & ketentuan
perundang-undangan
17
h. Mampu melakukan komunikasi efektif
18
j. Memilki landasan ilmiah dan peningkatan kompetensi diri
19
BAB 3
20
bahwa RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai Rumah Sakit Klas B
Pendidikan. Berdasarkan Perda Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat nomor 4
tahun 1997 ditetapkan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittingi sebagai Unit
Swadana Daerah. Pada tahun 2016 terjadi jumlah peningkatan tempat tidur
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 306 tempat tidur menjadi 340 tempat tidur.
21
a. Penyelenggaraan pelayanan medis
b. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medik dan non medik
c. Penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan
d. Penyelenggaraan pelayanan rujukan
e. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
g. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan
a. Motto
- Empati - Integritas
- Bijak
b. Visi
c. Misi
22
3.4 Sarana dan Prasarana RSAM
3.4.1 Fasilitas
h. Laboratorium
3.4.2 Peralatan
2
3.4.3 Jenis Pelayanan
- Anak - Kardiologi
- Mata - Pulmonologi
b. Pelayanan Subspesialistik
- Onkologi
- Bedah Digestive
2
- Patologi Anatomi - Farmasi
- Gizi
2
BAB 4
PELAKSANAAN PKPA
Rumah sakit umum kelas B merupakan rumah sakit umum yang memiliki
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 5 (lima) spesialis dasar, 5
(lima) spesialis penunjang medik, paling sedikit 8 (delapan) pelayanan dari 13 (tiga
belas) spesialis lain, paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dan pelayanan
medik spesialis gigi dan mulut paling sedikit berjumlah 3 (tiga) pelayanan (Menkes
RI, 2014).
2
Apoteker untuk meningkatkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan
pelayanan kefarmasian secara komprehensif.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Dr. Achmad Mochtar terdiri atas
3
penyimpanan bahas medis habis pakai, labor, alat kesehatan dan gas medis. Gudang
obat dan alkes dikepalai oleh seorang apoteker yaitu Santi Youlanda, S.Farm, Apt
dan dibantu oleh 4 orang asisten apoteker, 2 orang tenaga administrasi, dan 1 orang
prakarya.
a. Pemilihan
b. Perencanaan
4
oleh Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit sebelum dilakukan pemesanan
obat. Perencanaan barang di RSUD Dr. Achmad Mochtar menggunakan
sistem analisa Pareto atau dikenal juga dengan analisa ABC (Always, Better,
Control).
c. Pengadaan
5
dan gas medis, dan yang lainnya dalam pengadaan reagen dan Bahan Medis
Habis Pakai, serta Alat Kesehatan.
Pengadaan RSUD Dr. Achmad Mochtar dilakukan dalam dua sistem, yaitu:
1. Sistem e-purchasing
Pemesanan oleh
Persetujuan
pejabat pengadaan Entry data melalui
Penyedia (Industri
berdasarkan e-purchasing
Farmasi)
perencanaan
Setelah disetujui,
Permintaan Hasil persetujuan
PBf yang ditunjuk
persetujuan dari diberitahu ke
penyedia akan
PPK pemesan
mengirimkan barang
Diterima dan
diperiksa oleh Barang disimpan di
Barang datang
panitia penerima Gudang
barang
Didistribusikan ke
apotek-apotek yang
ada di RS
6
2. Sistem manual (pemesanan langsung)
PBF mengirim
Pemesan membuat
barang yang Barang datang
SP ke PBF
dipesam
Diterima dan
Barang disimpan di
diperiksa oleh Tim
gudang
Penerima Barang
7
d. Penerimaan
Faktur ditanda
Barang disimpan Serah terima barang
tangani oleh panitia
di gudang ke gudang
penerima barang
e. Penyimpanan
8
pencatatan faktur. Kegiatan ini dilakukan sebagai proses verifikasi faktur
sebelum faktur dibayarkan.
f. Distribusi
- Apotek rawat inap, yaitu apotek yang memberikan pelayanan pada pasien
rawat inap meliputi: apotek Cindua Mato, apotek IGD, apotek Ambun
Suri, apotek Kebidanan, apotek OK, apotek Jantung dan apotek Sentral
- Apotek rawat jalan dan rawat inap, yaitu apotek yang memberikan
pelayanan pada pasien rawat jalan dan rawat inap adalah apotek IGD.
9
apotek. Pada kenyataannya, proses distribusi obat sering dilakukan tidak
sesuai jadwal dan permintaan dari apotek kadang tidak langsung di entri ke
komputer.
10
Formularium Nasional. Dalam Formularium Nasional telah dijelaskan SOP
pemberian obat berdasarkan diagnosa dan batasan pemberiannya.
Untuk Pasien rawat jalan dengan penyakit kronis dan obat kemoterapi
dilayani untuk satu bulan yang meliputi:
- Obat untuk 23 hari: ditagih terpisah untuk obat kronis dan obat
kemoterapi
- Obat untuk 7 hari.
Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan untuk obat bukan racikan
adalah 30 menit, sedangkan obat racikan selama 1 jam. Namun, biasanya
setelah lewat jam 12.00 WIB, waktu tunggu pelayanan bertambah sekitar 15-
30 menit lebih lama. Hal ini disebabkan karena ketidakcukupan jumlah
tenaga dengan resep obat yang masuk.
Dalam hal pemusnahan resep dari awal era BPJS belum ada dilakukan
pemusnahan karena masih dibutuhkannya resep ketika klaim BPJS.
Sedangkan sebelum adanya era BPJS. Idealnya pemusnahan resep dilakukan
setiap 3 tahun sekali.
11
Sejak bulan Desember 2015, instalasi farmasi mempunyai tugas baru,
yaitu melakukan pencampuran obat kemoterapi. Pencampuran obat
kemoterapi dilakukan di dalam ruangan khusus di Ambun Suri lantai 2.
Pengobatan pasien kanker baik di apotek rawat inap maupun di apotek rawat
jalan harus menggunakan protokol kemoterapi yang bertujuan untuk
mencocokkan kesesuaian obat yang digunakan pasien dengan aturan pakai
yang berlaku.
Penyerahan obat
Pengecekan obat Penyiapan obat
ke pasien
Telaah resep
Konfirmasi Penyiapan
Resep masuk dan hitung
harga ke pasien obat
harga obat
12
Apotek
Resep/KIO Penyiapan
Copy resep BLUD/BPJS/
dari bangsal obat/alkes
IGD/Ambun Suri
2. Menyocokkan jumlah obat yang tersedia dengan kartu stok, untuk melihat
ketersediaan obat yang tertinggal dengan obat yang keluar.
4. Mengisi kartu stok untuk obat yang baru datang dan obat yang keluar serta
mengisi buku amprahan.
13
1. Mengamati dan mempelajari bagaimana sistem penyimpanan di gudang alkes.
Pada gudang alkes, barang disimpan berdasarkan kestabilan suhu (termolabil),
volume (barang yang berukuran besar disimpan ditempat beralas khusus), dan
harga.
2. Melihat dan mempelajari apa saja yang disimpan di gudang alkes, diantaranya
adalah:
- Bahan medis habis pakai (BMHP) seperti spuit, masker, handscone, dan
lain-lain.
3. Membantu petugas menyimpan dan melakukan pencatatan pada kartu stok dan
buku faktur.
1. Posisi gudang yang terpisah antara gudang obat dan gudang alat kesehatan.
3. Keterbatasan tenaga kerja di gudang membuat petugas harus bekerja ekstra dan
lembur.
14
(IFRS) dilakukan apabila produk obat/sediaan farmasi tersebut tidak tersedia secara
komersial dan bertujuan lebih menguntungkan jika diproduksi oleh rumah sakit.
Bagian produksi RSUD Dr. Achmad Mochtar dipimpin oleh Drs. Safitri,
M.Si, Apt dan dibantu oleh dua orang tenaga kefarmasian. Proses produksi yang
dilakukan hanya terbatas pada sediaan yang akan didistribusikan pada lingkungan
Rumah Sakit. Sediaan yang diproduksi merupakan sediaan-sediaan nonsteril.
Produksi non steril meliputi produksi kapsul teofilin-salbutamol (TS) dalam dua
dosis yaitu teofilin 125 mg + salbutamol 1 mg (TS1) dan teofilin 125 mg +
salbutamol 2 mg (TS2), H2O2 3%, lanolin 10%, karbo gliserin, bedak kocok dan
larutan pk kristal. Kegiatan produksi dilakukan oleh personalia produksi
berdasarkan pemesanan dari gudang obat.
Staf produksi di RSUD Dr. Achmad Mochtar terdiri dari dua orang tenaga
kefarmasian antar bagian yaitu Idra Okta Syafita, Amd.Farm., dan Aldo Riko K,
Amd.Farm. Proses produksi yang dilakukan hanya terbatas pada sediaan yang akan
didistribusikan pada lingkungan rumah sakit, dan dibuat berdasarkan referensi dari
formularium rumah sakit yang disetujui oleh BPJS. Sediaan yang diproduksi oleh
bagian produksi hanya sediaan non-steril. RSAM tidak memproduksi lagi sediaan
cair (seperti OBH, OBP) serta tidak melakukan produksi sediaan steril, dikarenakan
kalkulasi dana untuk pembuatan lebih mahal dibandingkan membeli langsung
dalam bentuk sediaan jadi. Adapun produksi non-steril, meliputi produksi kapsul
teofilin - salbutamol (TS) dalam dua dosis yaitu teofilin 125 mg - salbutamol 1 mg
dan teofilin 125 mg - salbutamol 2 mg, H2O2 3%, salep lanolin 10%, tetes telinga
karbogliserin, dan bedak kocok. Kegiatan produksi dilakukan oleh personalia
15
produksi berdasarkan atau tergantung permintaan dari gudang obat yang artinya
tidak memiliki jadwal khusus.
Kendala lainnya adalah terkait meja di ruang produksi yang terkena cahaya
matahari langsung pada pagi hari, sehingga jika dilakukan produksi sediaan pada
pagi hari dapat berpotensi terjadinya kerusakan bahan dan/atau sediaan. Selain itu,
temperatur ruangan tidak terjaga sehingga memungkingkan terjadinya perubahan
sifat fisiko kimia obat.
16
4.1.3 Unit Produksi Kemoterapi
17
pencampuran, kondisi penyimpanan, dan jam expired. Rata-rata obat kemoterapi
memiliki masa expired tidak lebih dari 24 jam. Seetelah obat selesai diracik, maka
obat akan dibawa ke ruang kemoterapi di lantai 1 (Unit Produksi Kemoterapi dan
Unit Produksi Non-Steril berada di lantai 2), sehingga stabilitas dan penggunaan
obat kemoterapi dapat dipantau langsung.
Apotek BPJS merupakan apotek sentral yang khusus melayani resep pasien
peserta BPJS baik yang rawat inap maupun rawat jalan. Pasien harus membawa
SEP (Surat Elegabilitas Peserta) yang didapatkan dari BPJS. Apotek BPJS IFRS
Achmad Mochtar dikepalai oleh seorang apoteker dan dikelola oleh 9 orang tenaga
teknis kefarmasian.
18
bangsal yang mengantar resep dan menjemput obat dan/atau alkes ke apotek. Setiap
obat sebelum diserahkan kepada pasien akan dilakukan double check untuk
menghindari kesalahan pemberian obat. Adapun program Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) digunakan untuk perbandingan tarif real dan
tarif yang dibayar BPJS untuk menghindari kerugian.
19
Ruang konseling terletak antara Apotek BLUD yang melayani pasien rawat
jalan umum dan Apotek BPJS melayani pasien BPJS baik rawat jalan ataupun rawat
inap. Di dalam dan luar ruangan konseling terdapat banyak informasi mengenai
obat-obatan dalam bentuk cetak seperti brosur, leaflet dan poster yang ditempel di
dinding dan kaca ruangan.
20
4.1.6 Penyuluhan Kefarmasian
Bangsal anak adalah ruangan rawat inap untuk pasien-pasien yang berumur
1 bulan – 15 tahun. Kepala SMF Bangsal Anak-NICU adalah dr. Rahmi Yetti, Sp.A
dan terdapat 3 dokter lainnya yaitu dr. Lidya Aswati, Sp.A, M.Biomed; dr. Liza
Fitria, Sp.A, M.Biomed; dan dr. Fitria Rahmadani, Sp.A, M.Biomed. Kepala
ruangan di bangsal ini bernama Ns. Susi Dewi Yanti, S.Kep. Selain itu, terdapat
ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) yang merupakan ruangan khusus di
rumah sakit, untuk merawat bayi baru lahir sampai usia 30 hari yang mana
memerlukan pengobatan dan perawatan khusus di bawah pemantauan tim dokter.
Dokter yang bertugas disini adalah dr. Rahmi Yetti, Sp.A dan dr. Lidya Aswati,
Sp.A, M.Biomed. Adapun apoteker yang bertanggung jawab di satelit farmasi
bangsal anak dan bayi adalah Defi Oktafia, S.Si, M.Farm.Klin, Apt sedangkan
asisten apoteker yang bertugas adalah Fitria Sari, Amd.Farm.
Penyiapan obat di bagian anak dan bayi melalui Satelit farmasi di bangsal
anak. Satelit farmasi bertugas menyediakan kebutuhan obat dan alkes berdasarkan
distribusi unit dose. Tugas satelit farmasi dibangsal ini juga merangkap untuk
memenuhi kebutuhan obat dan alat kesehatan di bangsal perinatologi. Adapun
tahap-tahap penyiapan obat untuk pasien di bangsal anak adalah sebagai berikut:
1. Obat-obatan (oral, topikal maupun injeksi) dan alkes masing-masing
pasien yang diresepkan oleh dokter dicatat dalam kartu instruksi obat
(KIO) serta juga pada catatan pemberian dan pemantauan obat pasien.
Pencatatan ini dilakukan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab
21
di depo farmasi ini. Setelah obat diresepkan, maka asisten apoteker
akan membuat copy resep, yang akan ditebus di apotek IGD. Copy
resep untuk pasien BPJS berwarna kuning dan untuk pasien umum
berwarna abu-abu.
3. Setelah itu penulisan untuk etiket obat. Pada etiket obat akan dibuatkan
nama pasien, frekuensi penggunaan obat, jam untuk menkonsumsi obat
dan perintah khusus lainnya. Obat pada bangsal anak ini kebanyakan
dibuat dalam bentuk puyer karena dosis yang beredar dipasaran tidak
semuanya sama dengan dosis permintaan dokter.
Kegiatan di bangsal anak berlangsung selama 2 minggu yakni dari hari senin
hingga Kamis (07.30-14.30 WIB), Jumat (07.30-11.30 WIB) dan Sabtu (07.30-
22
13.00 WIB). Pada setiap bangsal di bagi menjadi beberapa kelompok kecil. Adapun
kegiatan yang dilakukan mahasiswa selama di bangsal anak adalah:
1. Mengikuti visite bersama dokter, perawat, apoteker/ TTK, dan ahli gizi.
7. Menyerahkan obat oral pemakaian pagi atau siang hari ke pasien atau
keluarga pasien diserta pemberian informasi obat (PIO) dan memastikan
bahwa pasien telah meminum obatnya.
11. Melakukan case report study atas kasus yang diberikan oleh preseptor
(dokter).
23
juga bertanggung jawab diruangan NICU, sehingga apabila terjadi kondisi
gawat darurat pada waktu bersamaan yaitu di anak dan NICU, maka tenaga
kefarmasian akan kewalahan untuk bertindak.
Pada bangsal ini terdapat ruangan kelas terapi (I, II, dan III), ruangan
intensif (HCU), ruangan USG, ruangan endoskopi, ruangan perawat, dan ruangan
dokter. Ruangan tersebut terdapat pada lantai tiga dan lantai empat.
24
asisten apoteker rmenyiapkan obat oral, injeksi, alat kesehatan untuk pasien sesuai
dengan interval waktu pemberian berdasarkan Kartu Instruksi Obat (KIO).
25
dari ruangan ICU (Intensif Care Unit). Bangsal neurologi termasuk ke dalam
instalasi non bedah yang dikepalai oleh dr. Hj. Yunita, Sp.PD, FINASIM. Terdapat
dua orang dokter spesialis syaraf yang bertanggung jawab di bangsal neurologi
yaitu dr. Amilus Ismail, Sp.S selaku kepala SMF Bagian Saraf dan dr. H. Edi
Nirwan, Sp.S, M.Biomed. Bangsal neurologi memiliki 1 orang kepala ruangan, 1
orang Apoteker, 1 orang tenaga teknis kefarmasian, 1 orang ahli gizi, dan beberapa
orang perawat.
Ruangan yang terdapat di bangsal neurologi terdiri dari ruang kelas biasa
(kelas I, II dan III), ruang semi intensif (HCU), ruang EEG (Electro
Encephalogram), nurse station, ruang istirahat perawat, dan ruang dokter. Bangsal
neurologi tidak memiliki satelit farmasi sehingga perbekalan farmasi untuk pasien
bangsal neurologi dipasok dari satelit ICU. Masing-masing pasien yang dirawat di
bangsal neurologi memiliki kotak obat yang diletakkan di lemari nurse station.
Setiap hari, petugas farmasi dari satelit ICU mengisi kotak obat tersebut dengan
obat-obat injeksi yang diterima pasien pada hari itu. Obat oral dalam bentuk Unit
Doses Dispensing (UDD) untuk pagi dan malam diletakkan di kotak obat di meja
perawat. Sedangkan obat siang, langsung diberikan kepada pasien oleh petugas
farmasi. Untuk kejadian emergensi, terdapat troli emergensi di dalam ruang HCU.
Pasien yang baru dirawat inap harus melakukan rekonsiliasi obat untuk
mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Mahasiswa PKPA akan langsung
melakukan rekonsiliasi langsung kepada pasien atau keluarga pasien. Lembar
26
rekonsiliasi yang diisi mencakup keterangan alergi obat, obat yang dibawa pasien
dari IGD atau poliklinik. Ketika akan pulang juga dilakukan rekonsisliasi yang
berisi obat-obatan yang dibawa pulang oleh pasien.
f. Membantu asisten apoteker dalam menyiapkan obat oral, injeksi dan alkes
untuk pasien sesuai dengan sistem unit dose dispensing.
27
h. Melakukan case report study pada kasus yang dibimbing oleh dokter
preseptor. Tujuan persentasi kasus bersama dokter ditiap bangsal adalah
untuk mengkaji permasalahan obat yang terdapat selama terapi.
4.5 Pembahasan
28
Selama praktek di RSUD Achmad Mochtar, mahasiswa apoteker
ditempatkan di IFRS dan bangsal dengan sistem rolling kelompok setiap 2 minggu.
Bagian IFRS mahasiswa ditempatkan pada bagian produksi, gudang obat & gudang
alat kesehatan, apotek BPJS, dan konseling obat. Sedangkan di bagian pelayanan
farmasi klinis yaitu peran apoteker di ruangan/bangsal pada Bangsal Anak,
Penyakit Dalam, dan Neurologi. Kegiatan yang dilakukan selama di bangsal
meliputi visite baik bersama dokter maupun visite mandiri, rekonsiliasi obat,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Bed
Side Teaching (BST), dan case study.
29
kesehatan. Pada saat penerimaan obat, dicek spesifikasi barang yang meliputi nama
obat, jumlah, bentuk sediaan, kekuatan dosis, nomor batch, tanggal expire dan
kesesuaian dengan surat pesanan.
30
menyiapkan dan mencek obat sebelumnya sehingga perawat hanya tinggal
memberikan obat sesuai waktu pemberian.
Kegiatan visite dilakukan setiap hari yang dilakukan oleh dokter diikuti oleh
perawat, apoteker dan ahli gizi, tetapi kegiatan ini juga tidak semuanya diikuti oleh
apoteker. Ada yang hanya dilakukan oleh TTK di beberapa bangsal. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan jumlah apoteker di RSAM. Apoteker pada setiap
bangsal juga bertugas untuk mengisi Form Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT) setiap harinya. Catatan ini berisi hasil pemeriksaan, analisis,
dan tindak lanjut yang dituliskan dengan format Subjektif, Objektif, Assesment, dan
Planning (SOAP). Catatan ini berisi tentang obat yang digunakan, monitoring efek
31
samping yang terjadi, rekomendasi obat, dan kemungkinan interaksi obat yang
dapat terjadi. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi juga diisi oleh dokter,
perawat, dan ahli gizi.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) dapat dilakukan kapan saja dan pada siapa
saja, tidak hanya terbatas saat visite/hanya kepada pasien. PIO juga dilakukan jika
ada pasien yang bertanya kepada apoteker terkait obat/efek obat yang dirasakan,
juga dapat dilakukan terhadap tenaga kesehatan lain di RS. Selain itu, PIO juga bisa
dilakukan di ruang konseling obat yang berada di antara apotek BPJS dan apotek
BLUD yang difokuskan untuk pasien rawat jalan, namun belum ada apoteker tetap
yang berada di ruang konsultasi sehingga ruang konsultasi diisi hanya saat ada
mahasiswa apoteker yang praktek di RSAM atau saat kepala IFRS berada di ruang
konsultasi. Di ruang konsultasi ini juga diberikan konseling untuk pasien-pasien
tertentu. Kendalanya dalam melakukan kosneling adalah pasien terkadang ragu
masuk ruang konsultasi karena tidak tau pelayanan konsultasi tersebut gratis dan
tidak dipungut biaya. Selain itu, pasien kurang tertarik walaupun sebenarnya ada
yang ingin ditanyakan terkait obat yang didapatkan, sehingga disarankan untuk
ditulis keterangan lebih jelas di depan ruang konsultasi, dan saran ini juga sudah
disampaikan pada apoteker di apotek BPJS.
32
kejadian dan hebatnya efek samping obat, meminimalkan resiko kejadian reaksi
obat yang tidak dikehendaki dan mencegah terulangnya reaksi obat yang tidak
dikehendaki.
Selama praktek di RSAM dapat diamati apa saja peran apoteker di RSAM
baik dalam bidang manajerial maupun pelayanan farmasi klinis yang keduanya
saling terkait sehingga perlu dioptimalkan di kedua aspek agar profesi apoteker
tidak lagi dipandang sebelah mata dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik
untuk pasien serta bisa membantu mempercepat penyembuhan pasien dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
33
BAB 5
5.1 Kesimpulan
34
5.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. 2016. Laporan Kinerja Tahun 2016.
Siregar, CJP. 2013. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
36
Lampiran 1. Struktur organisasi RSAM
2
Lampiran 2. Denah RSAM
3
Tabel 1. Indeks denah RSAM
4
Lampiran 3. Daftar nama dan tupoksi apoteker di RSAM
JABATAN DAN
NO NAMA APOTEKER
PEMBAGIAN KERJA
9 APJ Ambun Suri lt.3-4 (Interne) Novi Oktaria, S.Farm, M.Farm., Apt
10 APJ Ambun Suri lt.1-2 (Bedah) Refli Eko Febrianto, S.Farm., Apt
5
Lampiran 4. Foto dokumentasi kegiatan PKPA di gudang farmasi
6
Gambar 11. Refrigerator di gudang untuk penyimpanan obat CCP
7
Gambar 13. Stiker High Alert dan LASA
8
Gambar 15. Lembar SP untuk kebutuhan laboratorium klinik
9
Gambar 17. Contoh lelang terbuka secara online untuk pengadaan Cytotoxic Drug Safety Cabinet
10
Lampiran 5. Foto dokumentasi kegiatan PKPA di unit produksi non-steril
11
Lampiran 6. Foto dokumentasi kegiatan PKPA di unit produksi kemoterapi
Gambar 21. Box perantara untuk mentransfer obat dan spuit kemoterapi antara
ruang racik kemo dan ruang persiapan
12
Gambar 23. Proses peracikan obat kemoterapi
Gambar 24. Etiket obat kemoterapi yang ditempel di botol infus NaCl 0,9%
13
Gambar 25. Protap pemberian obat kemoterapi dari dokter
14
Lampiran 7. Foto dokumentasi kegiatan PKPA di apotek BPJS
Gambar 28. Blanko resep dan etiket di RSAM (putih untuk pasien rawat jalan,
abu-abu untuk copy resep, kuning untuk satelit/depo bangsal)
15
Gambar 29. Resep rawat jalan di RSAM yang memiliki kolom skrining resep
16
Lampiran 8. Foto dokumentasi kegiatan PKPA di ruang konseling
17
Lampiran 9. Foto dokumentasi kegiatan penyuluhan kefarmasian
18
Lampiran 10. Foto dokumentasi kegiatan PKPA di bangsal anak
Gambar 34. Rak penyimpanan obat injeksi individual dose dan box
pembuangan spuit, vial, dan ampul sisa
19
Gambar 35. Rak penyimpanan obat per oral individual dose
20
Lampiran 11. Foto dokumentasi kegiatan PKPA di bangsal interne
21
Gambar 38. Catatan pemantauan penggunaan insulin pen di bangsal interne
22
Gambar 40. Case study di bangsal interne
23
Lampiran 12. Foto dokumentasi kegiatan PKPA di bangsal neuro
Gambar 41. Lemari penyimpanan obat individual dose dan alat kesehatan
(half floor stock)
24
Gambar 43. Protap penggunaan Herbeser dengan syringe pump
Gambar 44. Visite bersama dokter, ners, farmasi, dan gizi di bangsal neuro
25
Gambar 45. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) di bangsal neuro
26
Gambar 47. Catatan pemberian dan pemantauan obat pasien
Gambar 48. Edukasi dalam pemberian obat pulang dan rekonsiliasi obat untuk
pasien rawat inap di bangsal neuro
27
Gambar 49. Form rekonsiliasi obat dan catatan edukasi untuk pasien rawat inap
Gambar 50. Review pemantauan harian pasien oleh apoteker di bangsal neuro
28
Gambar 51. Kartu Instruksi Obat (KIO)
29