Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN :
1. Perbedaan moralitas ketaatan hukum pada level pra konvensional, konvensional, dan pasca
konvensional beserta dengan contohnya adalah :
Tingkat I : Pra-konvensional. Pada level ini, seseorang menilai perihal yang baik dan buruk
berdasarkan faktor-faktor di luar dirinya, seperti hubungan sebab-akibat, ganjaran dan hukuman, serta
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Level ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu, “orientasi
hukuman dan kepatuhan” serta “orientasi minat pribadi”. Tahap pertama : orientasi hukuman dan
kepatuhan. Ciri moralitas pada tahap ini adalah apapun yang pada akhirnya mendapat pujian atau
dihadiahi adalah baik, dan apapun yang pada akhirnya dikenai hukuman adalah buruk. Seseorang
menilai baik buruknya suatu perilaku berdasarkan rasa takut terhadap hukuman, misalnya seorang anak
merasa benar apabila ia mematuhi perkataan orangtuanya dan merasa bersalah apabila melanggar
perintah orang tuanya, penalaran moral seperti itu, pertama-tama didasari oleh kesadaran, bahwa ia
tidak patuh ia akan mendapatkan hukuman yang menimbulkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman.
Disana tampak bahwa sikap egosentrisme sangat menonjol. Seseorang pertama-tama melakukan
kebaikan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari sakitnya hukuman, ia belum sampai pada
pemahaman, bahwa berbuat baik itu akan memberi manfaat positif dan juga bagi orang lain. Pada
tahap kedua yaitu orientasi minat pribadi, prinsip job desc berlaku. Seseorang melakukan perbuatan
baik, pertama-tama, akan mengharap imbalan, ia sudah menyadari bahwa orang lain juga punya
kepentingan dan keinginan yang sama dengan dirinya, oleh karena itu perbuatan baik dapat digunakan
sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain. Sebagai contoh kita bisa
melihat perilaku anak-anak kecil yang baru mau disuruh melakukan sesuatu ketika diiming-imingi
hadiah yang menarik. Jadi seseorang ditahap ini bisa saja kelihatan sangat baik tapi sebenarnya maksud
utama dari perbuatan baiknya itu adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Tingkat II : Konvensional. Pada level ini seseorang mulai menyesuaikan sikapnya sesuai dengan
harapan orang-orang tertentu atau sesuai dengan tertib sosial yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Tidak lagi mementingkan diri sendiri tetapi mulai melihat kebahagiaan dan kenyaman orang lain
sebagai sesuatu yang patut diperjuangkan. Pada level ini, seseorang mulai menaruh orientasi tata tertib
sosial atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Level ini dibagi ke dalam 2 tahap yaitu :
“Orientasi kesepakatan timbal balik” (orientasi anak baik) serta “orientasi hukum dan ketertiban”.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Tahap ketiga orientasi kesepakatan timbal balik (orientasi anak baik), ciri utama moralita pada tahap
ini adalah bahwa sesuatu hal yang dipandang baik dengan pertimbangan untuk memenuhi anggapan
orang lain baik atau karena memang disepakati. Hal ini terbiasa terjadi misalnya, dalam kelompok-
kelompok remaja atau abg, biasanya anak-anak remaja lebih memilih untuk berbohong demi
melindungi temannya dari pada dianggap penghianat oleh kelompoknya. Pada tahap ke empat yaitu
orientasi hukuman dan ketertiban makna kelompok diperluas. Seseorang mulai menyadari bahwa diluar
kelompok lokal seperti keluarga, teman sebaya, teman sekolah, organisasi-organisasi, himpunan-
himpunan, dan sebagainya . Masih ada kelompok yang lebih luas seperti, suku bangsa, agama, dan
negara. Yang menyadari bahwa bahwa dirinya adalah bagian dari kelompok yang lebih besar itu, dan
dengan demikian memiliki kewajiban untuk menaati hukum yang berlaku. Penekanannya adalah
mematuhi hukum secara mutlak agar ketertiban sosial agar terjamin. Kebanyakan orang dewasa sudah
berada ditahap ini.
Tingkat III : Pasca konvensional. Pada level Pasca Konvensional, hidup baik mulai dipandang sebagai
tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip-prinsip yang dianut dalam batin. Disini seseorang mulai
menyadari bahwa hukum tidak dapat diterima secara mentah-mentah hukum bukanlah sesuatu yang
harus ditaati secara mutlak melainkan sesuatu yang terlebih dahulu harus melalui proses penilaian-
penilaian berdasarkan prinsip yang muncul didalam hati nurani. Level ini juga dibagi menjadi dua tahap
yaitu, kontrak sosial egalistis dan prinsip etika universal. Pada tahap kelima, yaitu kontrak sosial
egalistis segi hukum masih ditekankan namun, seseorang belum menyadari bahwa sesuatu hukum
tertentu bekum tentu bisa diterapkan dalam seluruh segi kehidupan manusia. Disini orang mulai
berpikir bahwa hukum itu dapat diubah dan disesuaikan dengan konteks atau situasi yang ada sejauh
dapat memberi suatu manfaat sosial atau demi kepentingan dan kesejahteraan umum. Oleh karena itu,
dapat diselenggarakan persetujuan demokratis kontrak sosial dan konsensus bebas agar tercapai
kesepakatan baru. Pada tahap keenam yaitu, orientasi pada prinsip hati nurani yang berlaku universal,
seseorang mulai menyadari bahwa didalam lubuk hatinya sebenarnya terdapat prinsip-prinsip yang
berlaku universal. Prinsip-prinsip yang berlaku universal tersebut adalah prinsip-prinsip yang
menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat kemanusiaan, seperti prinsip keadilan, ketulusan dalam
membantu orang lain, persamaan hak manusia dan hormat nilai suatu kehidupan. Prinsip-prinsip iti
bersifat universal karena dapat diberlakukan di setiap situasi, tempat, saman dan segala aspek manusia.
Seseorang yang berbeda oad tahap ini, mengatur tingkah laku dan penilaian moralnya berdasarkan hati
nurani pribadi yang berlaku secara universal tersebut. Ia akan mengalami
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

penyesalan yang mendalam ketika melanggar prinsip-prinsip hati nurani tersebut. Hati nurani itu sendiri
adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan perasaan dan pengaitan secara rasional berdasarkan
pandangan moral atau sistem nilai seseorang.

2. Contoh tuntunan perilaku yang sesuai dengan konsep, nilai, moral dan norma dari materi ensesial yang
ada ialah :
(1) Konsep :
 Kompetensi Dasar :
1.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan desa dan pemerintahan
kecamatan
1.2 Menggambarkan struktur organisasi desa dan pemerintahan kecamatan
 Materi Esensial : Memahami sistem pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan.
Hal yang ditanamkan :
 Nilai : Kesadaran akan pentingnya lembaga pemerintahan.
 Moral : Perduli terhadap pemerintahan desa; perduli terhadap pemerintahan kecamatan.
 Norma : Berkomunikasi santun dengan unsur pemerintah setempat; mematuhi aturan yang
berlaku pada pemerintah desa dan kecamatan setempat.
(2) Konsep :
 Kompetensi Dasar :
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan
internasional.
4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.
 Materi Esensial : Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.
Hal yang ditanamkan :
 Nilai : Kepekaan terhadap kehidupan global; kesadaran akan nilai budaya tradisional; sikap
selektif dalam mengadopsi produk asing.
 Moral : Sikap kosmopolit; kesadaran saling ketergantungan secara global.
 Norma : Kesadaran akan peran penting misi kebudayaan ke luar negeri.
BUKU JAWABAN UJIAN

UNIVERSITAS TERBUKA

3. Contoh RPP tematik yang bermuatan PKn menggunakan model pembelajaran PKn
berbasis portofolio kelas V yakni :

Anda mungkin juga menyukai