Anda di halaman 1dari 3

Tugas ke-1

Nama : Ni Kadek Febry Jelita Wulandari


NIM : 2111031240
Kelas : 1N

1. 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu


1) Kematangan/kedewasaan
Kedewasaan atau kematangan merupakan faktor penting dalam
perkembangan intelektual. Kedewasaan ini berupa perkembangan sistem
saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan manifestasi fisik lainnya
mempengaruhi perkembangan intelektual.
2) Pengalaman fisik
Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstraksi
berbagai sifat fisik benda-benda. Bila seorang anak menjatuhkan sebuah
benda dan menemukan bahwa benda itu pecah maka ia sudah
terlibatdalam proses abstraksi sederhana atau abstraksi empiris.
Pengalaman itu disebut pengalaman fisik untuk membedakannya dengan
pengalaman logika-matematika, tetapi secara paradoks pengalaman fisik
ini selalu melibatkan asimilasi pada struktur-srtruktur logika-matematika.
Pengalaman fisik ini meningkatkan perkembangan intelektual anak
karena observasi benda-benda itu membuat timbulnya pikiran yang lebih
kompleks.
3) Pengalaman sosial
Pengalaman sosial diperoleh anak melalui interaksi sosial dalam bentuk
pertukaran pendapat dengan lain, percakapan dengan teman, perintah
yang diberikan, membaca, atau bentuk lainnya. Pengalaman sosial
dijadikan landasan untuk mengembangkan konsep-konsep mental seperti
kerendahan hati, kejujuran, etika, moral, dan sebagainya.
4) Keseimbangan
Keseimbangan merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat fungsi
kognitif yang semakin tinggi, keseimbangan dicapai melalui asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi menyangkut pemasukan informasi dari luar
(lingkungan) dan menggabungkannya dalam bagan konsep yang ada
pada otak anak. Akomodasi menyangkut modifikasi bagan konsep untuk
menerima bahan dan informasi baru.
2. Perbedaan perkembangan fisik laki-laki dan perempuan

No Perkembangan fisik laki-laki Perkembangan fisik perempuan


1 Testis dan penis membesar Mengalami menstruasi
2 Otot membesar Otot mengencang dan padat
3 Tumbuh tinggi lebih lambat Tumbuh tinggi lebih cepat
walaupun nantinya laki-laki
cenderung lebih tinggi
4 Tumbuh kumis dan rambut Tumbuh rambut dikemaluan dan ketiak
ditempat tertentu seperti tetapi tidak banyak
kemaluan dan ketiak
5 Dada membidang Payudara membesar
6 Otot mulai terbentuk Panggul membesar
7 Suara berat dan tumbuh jakun Suara melengking
8 Massa tubuh cenderung lebih Massa tubuh cenderung lebih besat
ringan

3. Tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg yaitu


1) Pra-Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya benar pada anak-
anak, walaupun orang dewasa juga dapat memandukan penalaran dalam
tahap ini. Seseorang yang benar dalam tingkat pra-konvensional menilai
moralitas dari suatu aksi berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-
konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan
murni melihat diri dalam wujud egosentris.
 Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada
konsekuensi langsung dari aksi mereka yang dirasakan sendiri.
Sebagai contoh, suatu aksi diasumsikan salah secara moral bila orang
yang memainkannya dihukum. Lebih keras hukuman diberikan
diasumsikan lebih salah aksi itu.
 Tahap dua menduduki kedudukan apa untungnya buat saya, perilaku
yang benar diartikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran
tahap dua kurang memandukan perhatian pada kebutuhan orang lain,
hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap
kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan
kugaruk juga punggungmu”. Dalam tahap dua perhatian kepada
oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat
intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat
pra-konvensional, berlainan dengan kontrak sosial (tahap lima),
sebab semua aksi dilaksanakan untuk menanggapi kebutuhan diri
sendiri saja.
2) Konvensional
Pada level Konvensional, seseorang mulai menyesuaikan sikapnya dengan
harapan orang-orang tertentu atau dengan tertib sosial yang berlaku dalam
masyarakat tertentu. Ia mulai keluar dari sikap egois yang mementingkan
diri sendiri dan mulai melihat kebahagiaan dan kenyamanan orang lain
sebagai sesuatu yang patut diperjuangkan. Disini seseorang juga mulai
menaruh orientas tata tertib sosial atau norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
 Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki
peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau
ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut
merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang
dimilikinya. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu aksi
dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam wujud hubungan
interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa
terimakasih, dan golden rule.
 Dalam tahap empat, yaitu penting untuk mematuhi hukum,
keputusan, dan konvensi sosial karena bermanfaat dalam memelihara
fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih
dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam
tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi.
Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang
salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang dapat
melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga
benar kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila
seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga
celaan diproduksi menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini
karena memisahkan yang buruk dari yang patut.
3) Pasca-Konvensional
Pada level Pasca Konvensional, hidup baik mulai dipandang sebagai
tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip-prinsip yang dianut dalam batin.
Disini seseorang mulai menyadari bahwa hukum tidak dapat diterima secara
mentah-mentah hukum bukanlah sesuatu yang harus ditaati secara mutlak
melainkan sesuatu yang terlebih dahulu harus melalui proses penilaian-
penilaian berdasarkan prinsip yang muncul didalam hati nurani. Level ini
juga dibagi menjadi dua tahap yaitu, kontrak sosial egalistis dan prinsip etika
universal.
 Pada tahap kelima, yaitu kontrak sosial egalistis segi hukum masih
ditekankan namun, seseorang belum menyadari bahwa sesuatu
hukum tertentu bekum tentu bisa diterapkan dalam seluruh segi
kehidupan manusia. Disini orang mulai berpikir bahwa hukum itu
dapat diubah dan disesuaikan dengan konteks atau situasi yang ada
sejauh dapat memberi suatu manfaat sosial atau demi kepentingan
dan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, dapat diselenggarakan
persetujuan demokratis kontrak sosial dan konsensus bebas agar
tercapai kesepakatan baru.
 Pada tahap keenam yaitu, orientasi pada prinsip hati nurani yang
berlaku universal, seseorang mulai menyadari bahwa didalam lubuk
hatinya sebenarnya terdapat prinsip-prinsip yang berlaku universal.
Prinsip-prinsip yang berlaku universal tersebut adalah prinsip-prinsip
yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat kemanusiaan seperti
prinsip keadilan, ketulusan dalam membantu orang lain, persamaan
hak manusia dan hormat nilai suatu kehidupan. Prinsip-prinsip iti
bersifat universal karena dapat diberlakukan di setiap situasi, tempat,
saman dan segala aspek manusia. Seseorang yang berbeda pada tahap
ini, mengatur tingkah laku dan penilaian moralnya berdasarkan hati
nurani pribadi yang berlaku secara universal.

4. Pengertian imitasi adalah suatu tindakan atau proses sosial dimana seseorang
meniru orang lain, baik dari sikap, penampilan fisik, tingkah laku, gaya hidup,
dan apa-apa saja yang dimiliki oleh orang lain. Contohnya yaitu seorang balita
meniru apapun yang diucapkan oleh orang tuanya dan seorang anak meniru
adegan kekerasan yang ditayangkan di suatu acara di televisi.

Anda mungkin juga menyukai