NIM : 856734623
Kelas : 1B
Mata Kuliah : Pembelajaran PKn di SD
Tanggal : 17 Oktober 2020
Tutor : Drs. Suharno, M.Si
Jawaban:
1. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tahap-tahap penerapan moral menurut Kohlberg, menurut Kohlberg perkembangan seseorang ada
3 level yaitu pra konvensional, konvensional, dan pasca konvensional. Konvensional berasal dari
bahasa latin konvinire yang berarti menyesuaikan.
1. Pada level Pra Konvensional, seseorang menilai perihal yang baik dan buruk berdasarkan
faktor-faktor diluar dirinya, seperti hubungan sebab-akibat, ganjaran dan hukuman, serta yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Level ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu, orientasi hukuman
dan kepatuhan, orientasi minat pribadi.
a. Pada tahap pertama yakni orientasi hukuman dan kepatuhan, seseorang menilai baik
buruknya suatu perilaku berdasarkan rasa takut terhadap hukuman, misalnya, seorang anak
merasa benar apabila ia mematuhi perkataan orang tuanya dan merasa bersalah apabila
melanggar perintah orang tuanya, penalaran moral seperti itu, pertama-tama didasari oleh
kesadaran, bahwa ia tidak patuh ia akan mendapatkan hukuman yang menimbulkan rasa
sakit dan perasaan tidak nyaman. Disana tampak bahwa sikap egosentrisme sangat menonjol.
Seseorang pertama-tama melakukan kebaikan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari
sakitnya hukuman, ia belum sampai pada pemahaman, bahwa berbuat baik itu akan memberi
manfaat positif dan juga bagi orang lain.
b. Pada tahap kedua yaitu orientasi minat pribadi, prinsip job desc berlaku. Seseorang
melakukan perbuatan baik, pertama-tama, akan mengharap imbalan, ia sudah menyadari
bahwa orang lain juga punya kepentingan dan keinginan yang sama dengan dirinya, oleh
karena itu perbuatan baik dapat digunakan sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan
keuntungan dari orang lain. Sebagai contoh kita bisa melihat perilaku anak-anak kecil yang
baru mau disuruh melakukan sesuatu ketika diiming-imingi hadiah yang menarik. Jadi
seseorang ditahap ini bisa saja kelihatan sangat baik tapi sebenarnya maksud utama dari
perbuatan baiknya itu adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
2. Pada level Konvensional, seseorang mulai menyesuaikan sikapnya dengan harapan orang-orang
tertentu atau dengan tertib sosial yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Ia mulai keluar dari
sikap egois yang mementingkan diri sendiri dan mulai melihat kebahagiaan dan kenyamanan orang
lain sebagai sesuatu yang patut diperjuangkan. Disini seseorang juga mulai menaruh orientas tata
tertib sosial atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Level ini dibagi kedalam 2 tahap
yaitu orientasi anak baik dan orientasi hukum dan ketertiban.
c. Pada tahap ketiga yaitu orientasi anak baik, seseorang menganut prinsip bahwa saya
adalah anak baik, karena telah mengetahui ada baiknya melakukan seperti itu. Perilaku yang
baik adalah perilaku yang menyenangkan orang lain , membantu orang lain dan sesuai
dengan yang diharapkan orang lain. Oleh karena itu, ia akan selalu berusaha mematuhi
norma-norma dalam kelompoknya agar tidak merasa malu dan bersalah . Disini unsur setia
kawan dan loyalitas dalam kelompok sangat di unggul-unggulkan. Hal ini terbiasa terjadi
misalnya, dalam kelompok-kelompok remaja atau abg, biasanya anak-anak remaja lebih
memilih untuk berbohong demi melindungi temannya dari pada dianggap penghianat oleh
kelompoknya.
d. Pada tahap ke empat yaitu orientasi hukuman dan ketertiban makna kelompok diperluas.
Seseorang mulai menyadari bahwa diluar kelompok lokal seperti keluarga, teman sebaya,
teman sekolah, organisasi-organisasi, himpunan-himpunan, dan sebagainya . Masih ada
kelompok yang lebih luas seperti, suku bangsa, agama, dan negara. Yang menyadari bahwa
bahwa dirinya adalah bagian dari kelompok yang lebih besar itu, dan dengan demikian
memiliki kewajiban untuk menaati hukum yang berlaku. Penekanannya adalah mematuhi
hukum secara mutlak agar ketertiban sosial agar terjamin. Kebanyakan orang dewasa sudah
berada ditahap ini.
3. Pada level Pasca Konvensional, hidup baik mulai dipandang sebagai tanggung jawab pribadi
atas dasar prinsip-prinsip yang dianut dalam batin. Disini seseorang mulai menyadari bahwa
hukum tidak dapat diterima secara mentah-mentah hukum bukanlah sesuatu yang harus ditaati
secara mutlak melainkan sesuatu yang terlebih dahulu harus melalui proses penilaian-penilaian
berdasarkan prinsip yang muncul didalam hati nurani. Level ini juga dibagi menjadi dua tahap
yaitu, kontrak sosial egalistis dan prinsip etika universal.
e. Pada tahap kelima, yaitu kontrak sosial egalistis segi hukum masih ditekankan namun,
seseorang belum menyadari bahwa sesuatu hukum tertentu bekum tentu bisa diterapkan
dalam seluruh segi kehidupan manusia. Disini orang mulai berpikir bahwa hukum itu dapat
diubah dan disesuaikan dengan konteks atau situasi yang ada sejauh dapat memberi suatu
manfaat sosial atau demi kepentingan dan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, dapat
diselenggarakan persetujuan demokratis kontrak sosial dan konsensus bebas agar tercapai
kesepakatan baru.
f. Pada tahap keenam yaitu, orientasi pada prinsip hati nurani yang berlaku universal,
seseorang mulai menyadari bahwa didalam lubuk hatinya sebenarnya terdapat prinsip-
prinsip yang berlaku universal. Prinsip-prinsip yang berlaku universal tersebut adalah
prinsip-prinsip yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat kemanusiaan, seperti prinsip
keadilan, ketulusan dalam membantu orang lain, persamaan hak manusia dan hormat nilai
suatu kehidupan. Prinsip-prinsip iti bersifat universal karena dapat diberlakukan di setiap
situasi, tempat, saman dan segala aspek manusia. Seseorang yang berbeda oad tahap ini,
mengatur tingkah laku dan penilaian moralnya berdasarkan hati nurani pribadi yang berlaku
secara universal tersebut. Ia akan mengalami penyesalan yang mendalam ketika melanggar
prinsip-prinsip hati nurani tersebut. Hati nurani itu sendiri adalah suatu proses kognitif yang
menghasilkan perasaan dan pengaitan secara rasional berdasarkan pandangan moral atau
sistem nilai seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa bagi Kohlberg, hujum tertinggi adalah prinsip hati nurani yang berlaku
universal, sayangnya prinsip-prinsip itu tidak selalu dimiliki. Oleh karena itu dibutuhkan kepekaan
hati nurani yang sangat besar ketika menghadapi sosialitas atau persoalan-persoalan. Prinsip-
prinsip ini seringkali bertentangan dalam aturan-aturan yang ada dalam masyarakat tertentu,
bukan pertama-tama karena egoisme pribadi atau mencari keuntungan pribadi melainkan karena
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta hormat terhadap martabat sesamanya.
A. Keterkaitan Antara Pendidikan Kewarganegaraan dan IPS serta Bagaimana Keterkaitan itu
Terjadi
PKn dan IPS secara historis memiliki keterkaitan yang kuat. Bidang studi PKn menurut
Kurikulum tahun 1994 diberi nama bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan adalah
bagian dari bidang studi IPS. Bidang studi PKn pengajarannya erat kaitannya dengan Pancasila dan
UUD 1945 dan hal-hal yang menyangkut warga negara serta pemerintahan. Adapun disiplin
Geografi, Ekonomi, dan Sejarah menjadi bidang studi IPS.
Drs. Suharno, M. Si