0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
480 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang keserakahan dan ketakutan sebagai sifat dasar manusia yang dapat mendorong perilaku tidak etis dalam pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis, seperti moral hazard, kecurangan, dan pengendalian diri yang gagal. Regulasi dibutuhkan jika etika tidak dilaksanakan.
Dokumen tersebut membahas tentang keserakahan dan ketakutan sebagai sifat dasar manusia yang dapat mendorong perilaku tidak etis dalam pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis, seperti moral hazard, kecurangan, dan pengendalian diri yang gagal. Regulasi dibutuhkan jika etika tidak dilaksanakan.
Dokumen tersebut membahas tentang keserakahan dan ketakutan sebagai sifat dasar manusia yang dapat mendorong perilaku tidak etis dalam pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis, seperti moral hazard, kecurangan, dan pengendalian diri yang gagal. Regulasi dibutuhkan jika etika tidak dilaksanakan.
Nama : Nur Heri Purwanto Nim : B12.2017.03538 Kelp. : B12.6.8 (2 sks) KESERAKAHAN DAN KETAKUTAN Pembahasan Konon, kebutuhan makan seseorang itu bertingkat-tingkat. Tahap pertama tercermin dalam pertanyaan: "Besok apa makan" Belum pasti, bisa makan, bisa tidak. Tahap kedua, pertanyaan: "Besok makan apa?" Ada kepastian tentang makan. Yang jadi masalah adalah alternatif makan yang dipilih. Tahap ketiga: "Besok makan siapa?" (Anonim, disitir oleh Soemarso, 2002: 37). GREED AND FEAR
Keserakahan dan ketakutan (greed and fear) yang
merupakan sifat dasar manusia mendorong orang untuk berperilaku tidak etis (unethical behaviour). Perilaku ini tercermin dalam tindakan moral hazard yang mereka lakukan. Kecurangan (fraud) adalah akhir dari perilaku tidak etis yang dihasilkan oleh suatu pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan yang didasarkan atas peridaku tidak etis dapat mengakibatkan terjadinya pelanggaran etika atau pelanggaran hukum. Pelanggaran etika berakibat diberikannya sanksi sosial. Pelanggaran hukunm dapat berupa pelanggaran pidana atau pclanggaran perdata. PENGENDALIAN DIRI Walaupun tindakan yang mencerminkan perilaku tidak etis dapat disebabkan oleh pengaruh dari luar, tetapi, pada intinya, munculnya tindakan itu tetap diakibatkan oleh dorongan dari dalam diri seseorang. Tentu saja, kemunculan tersebut setelah melalui proses pengambilan keputusan yang didasarkan atas hati nurani dan rasionalitas. Nilai-nilai moralitas atau norma termasuk dalam pertimbangan hati nurani. la adalah constraints (batasan) dalam rangka pengendalian diri (self control). Sementara itu, rasionalitas lebih mengacu pada logika dan sistematika yang dikaitkan dengan tujuan pengambilan keputusan. Perilaku tidak etis mencerminkan gagalnya pengendalian diri. REGULASI
Jika etika tidak dilaksanakan atau organisasi yang
bersangkutan tidak mampu mengatur diri sendiri, subjek- subjek tentang etika dapat diambil alih dengan cara regulasi. KESERAKAHAN DALAM BISNIS
Upaya perluasan, penguasaan pasar, dan insentif yang
diperoleh, yaitu laba abnormal, membuat para pebisnis berlomba-lomba untuk meraihnya. Ini adalah asal mula dari sifat serakah. Keserakahan merupakan penyebab dari hilangnya pengendalian diri => sikap tidak etis. LABA ABNORMAL
Laba abnormal sebagai pemicu keserakahan merupakan konsep
yang abstrak dan subjektif. Tidak ada ketentuan yang jelas dan tegas untuk mendefinisikan abnormalitas. Selain aspek pengertian (unsur apa), abnormalitas dapat berkaitan dengan cara memperolchnya (unsur bagaimana), dan bersinggungan dengan dari siapa bagian sumber daya ekonomi yang ingin dialihkan (unsur siapa). Oleh karena itu, pengendalian diri dalam bidang bisnis berhubungan dengan apa, bagaimana, dan dari siapa laba abnormal diperoleh dan diperuntukkan. MORAL HAZARD
MORAL HAZARD TERJADI APABILA DALAM
SUATU TRANSAKSI, SALAH SATU PIHAK MELAKUKAN TINDAKAN YANG MEMENGARUHI PENILAIAN PIHAK LAIN ATAS TRANSAKSI TERSEBUT DAN PIHAK LAIN TIDAK DAPAT MEMONITOR/MEMAKSA SECARA SEMPURNA (kreps, 1990:577). KECURANGAN FRAUD
Praktik curang, tanpa memedulikan kepentingan
(hak)orang lain,adalah ciri dari keserakahan Dasarnya adalah egoisme (selfishness). Motifnya adalah penipuan. Artinya, praktik curang memang dengan sengaja dilakukan untuk merugikan orang lain demi keuntungan diri sendiri. Praktik curang dapat dilakukan di setiap tahap kegiatan usaha. Mulai dari penetapan tujuan dalam mendirikan usaha, selama proses menghasilkan produk, sampai saat melakukan pemasaran dan penjualan. PENGAMBILAN KEPUTUSAN BISNIS
Kegiatan usaha dilakukan oleh orang melalui kepatusan-
keputusan yang mereka lakukan. Hasil kegiatan usaha adalah akibat dari keputusan-keputusan tersebut. Tentu saja, setiap keputusan usaha harus mengacu pada tujuan pendirian usaha yang bersangkutan, Namun, karakter dan motif pribadi pengambil kepatusan dapat memengaruhi proses dan hasilnya. Keserakahan dan ketakutarn dapat muncul dari orang-orang yang melaksanakan usaha sehinggo tercermin dalam keputusan- keputusan yang mereka buat.