Anda di halaman 1dari 3

3 KEJAHATAN BIROKRASI KAMPUS

Kampus idealnya, merupakan tempat berkembangnya segala bentuk pengetahuan. Diskusi-


diskusi kecil di sudut kampus, di dalam ruang kuliah, bahkan di kantin menjadi tempat dimana
gagasan diadu dan terus dikembangkan. Iklim yang penuh khasanah intelektual tersebut menjadi
fenomena yang tak terlepas dari semua unsur yang hidup dan beraktivitas di dalam kampus. Di
sana ada mahasiswa, dosen, birokrasi kampus dan beberapa orang yang menggantungkan hidupnya
sebagai pegawai atau pekerja. Dalam perspektif konstruktivisme, proses transaksi ide-ide
perubahan dan gagasan yang revolusioner dari mahasiswa terbentuk dari interaksinya dengan
semua elemen yang ada di dalam kampus. Kemudian ada beberapa hal yang kemudian dianggap
mengancam keberlangsungan tersebut diantaraya adalah :

1. Tidak ada Transparansi Anggaran Kampus


UU nomor 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi, otonomi pengolaan perguruan tinggi
harus mengedepankan prinsip akuntabilitas, transparansi, nirlaba. Transparansi dan
akuntabilitas adalah semangat yang dibawa dalam UU Pendidikan Tinggi Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal 78 dalam UU Pendidikan Tinggi menyebut tentang
akuntabilitas perguruan tinggi. Salah satu bentuk akuntabilitas dan transparansi tersebut adalah
Perguruan Tinggi (PT) harus melaporkan kegiatan kampus baik akademik maupun non
akademik. Bila perguruan tinggi transparan dan akuntabel sudah otomatis penyelenggaran
pendidikan menjadi lebih baik dan bermutu. Namun semangat transparansi dan akuntabilitas
ini belum sepenuhnya terlihat di Universitas Borneo Tarakan. Masih banyak persoalan
anggaran sampai detik ini yang menjadi polemik di kalangan mahasiswa Hal ini dapat dilihat
dari ketidaktahuan mahasiswa tentang persoalan Anggaran kampus terlebih lagi permintaan
beberapa pimpinan ormawa yang selalu meminta untuk pihak kampus untuk transparan tidak
digubris oleh pihak pimpinan kampus salah satu contohnya adalah dalam pelaksanaan PKKMB
2018. Hal lain yang menjadi pertanyaan adalah dana kegiatan UKM dan Ormawa yang ada di
lingkup UBT yang tidak diserap di tiap periode kepemimpinan dilarikan entah kemana sehingga
perlu adanya transparan baik disampaikan secara rapat terbuka pimpinan UBT dan ketua ketua
lembaga di lingkup UBT dan juga penyampaian melalui media sosial resmi UBT. Belum lagi
berbicara tentang pengimplementasian pembayaran UKT mahasiswa yang tiap tahunnya
meningkat sehingga munculnya komersialis Pendidikan, UKT yang seharusnya dapat diserap
dengan menikmati fasilitas pembelajaran dan ruang kelas yang nyaman justru tidak mengalami
perubahan dari tahun ke tahun, pertanyaannya sederhana kemana UKT mahasiswa dilarikan ?
Justru untuk menjawab persoalan tersebut pihak birokrasi harus memberikan transparansi
pengimplementasian UKT mahasiswa.

2. Hak hak mahasiswa dikebiri


Mahasiswa, sebagai salah satu unsur terpenting dalam kehidupan kampus, tentu
memiliki hak untuk terlibat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di
kampus. Hak yang dimaksud bukan hanya dimaknai bahwa mahasiswa berhak mendapatkan
pendidikan yang layak dengan ruangan belajar yang nyaman, wc yang tidak tersumbat, atau
perpustakaan yang penuh dengan referensi yang menyegarkan. Tapi, mahasiswa juga berhak
untuk terlibat dalam merumuskan kebijakan yang mendukung dalam peningkatan kualitas
intelektual, serta terlibat dalam mentransformasikan dan memperbarui sistem pendidikan yang
diterapkan agar sesuai dengan konteks zaman. Singkatnya, mahasiswa sebagai bagian dari
kampus menjadi pelaku aktif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang mencerahkan
dan mencerdaskan. Namun hal berbeda terjadi di Universitas Borneo Tarakan mulai dari
dibatasinya kegiatan mahasiswa di malam hari, pelarangan mahasiswa berambut gondrong
untuk yang terdaftar di beberapa beasiswa sehingga perlu adanya gerakan legalisasi Gondrong
kampus, Mahasiswa selalu diancam DO/ Skors ketika menyampaikan kritik yang dianggap
tidak pro terhadap birokrasi Kampus, pembatasan hak mahasiswa yang tinggal di Rumah Susun
(RUSUN) UBT dengan diberikannya Batasan waktu untuk menikmati fasilitas kampus yang
memang disiapkan untuk mahasiswa rantau.

3. Kurangnya dukungan Pihak Birokrasi Terhadap Kegiatan Mahasiswa Internal maupun


Eksternal Kampus

Mahasiswa sebagai aktor aktif dalam segala kegiatan kampus di internal maupun
eksternal yang outputnya akan meningkatkan elektabilitas kampus terhadap masyarakat dan
kampus lain namun sangat disayangkan birokrasi kampus di universitas borneo Tarakan malah
memprsulit segala kegiatan yang akan di laksanakan oleh beberapa Lembaga kampus seperti

Sulitnya menemukan Staf-staf Kepala bagian Biro sehingga segala jenis administrasi
kegiatan mahasiswa menjadi terhambat terlebih lagi pencairan anggaran kegiatan Mahasiswa
selalu dicairkan pada saat injury time yang justru berdampak pada kegiatan tersebut sementara
salah satu indikator naiknya akreditasi kampus adalah dari keaktifan ormawa berkegiatan dan
mengikuti konsolidasi konsolidasi Nasional dan hal lain yang perlu diperhatikan adalah
dibatasinya kegiatan mahasiswa dengan persoalan Anggaran yang terbatas sementara di lain
sisi pihak pihak birokrasi selalu melakukan dinas Luar. Ditambah lagi dengan kurangnya mutu
pelayanan Administrasi BAKK UBT, sebagai contoh pemberian informasi mengenai
administrasi Mahasiswa baru yang disampaikan melalui akun pribadi bukan melalu akun resmi
UBT hal ini sungguh sangat disayangkan karna akan berdampak terhadap stigma Mahasiswa
Baru terhadap pelayanan Administrasi UBT itu sendiri.

Penulis

Departemen Kajian & Aksi Strategi

BEM Universitas Borneo

Anda mungkin juga menyukai