Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Kata pendidikan merupakan istilah  yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum
dengan  konteks pemahaman  yang bervariasi, dari yang abstrak sampai dengan yang kongkrit
praktis. Hal ini terjadi karena operasionlisasi pendidikan sebagai suatu konsep yang kurang
menyeluruh ditambah dengan praktek-praktek pendidikan yang terdefinisikan secara sempit
misalnya mempadankan pendidikan dengan sekolah atau lembaga-lembaga lainnya yang
dianggap sejenis.
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dinamakan perguruan
tinggi, yang dapat berbentuk akademi, politeknik, institut atau universitas. Selain dikategorikan
berdasarkan program/disiplin ilmu yang dikelolanya, pendidikan tinggi profesional. Pendidikan
tinggi akademik lebih mengutamakan peningkatan mutu dan memperluas wawasan ilmu
pengetahuan. 

Hasil pendidikan yang berupa sarjana-sarjana dalam berbagai bidang dan keahlian
berkiprah di dalam masyarakat/lingkungan tersebut. Bila masyarakat/lingkungannya merasa
bahwa keterlibatan pada sarjana tersebut banyak membantu meningkatkan lingkungan, misalnya,
maka hasil proses pendidikan tersebut mempunyai hasil guna dan nilai positif. Oleh sebab itu,
beberapa peraturan yang mendukung pendidikan tinggi di indonesia yang sudah menjadi bagian
dari sistem, dibelajarkan, agar dapat mengetahui perkembangan dan terapan peraturan tersebut.

PERAN PERGURUAN TINGGI

Lingkungan Perguruan Tinggi dimanapun berada,  sedang mengalami perubahan yang


sangat cepat, secara global perubahan terlihat dalam bentuk berkembangnya masyarakat
informasi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam situasi yang demikian
penguasaan ilmu pengetahuan oleh individu dan atau organisasi akan menjadi prasyarat dan
modal dasar bagi upaya pengembangan diri dan organisasi dalam situasi yang makin kompetitif.

Dalam masyarakat yang demikian setiap orang dan atau organisasi terpaksa dan dipaksa
untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan jika ingin tetap hidup dan
berkembang. Keadaan yang demikian menurut Prof. Sularso, Guru Besar ITB, disebabkan oleh
cepatnya perubahan kebutuhan kompetensi perorangan maupun organisasi  dalam dunia yang
penuh perubahan dan persaingan.

Kondisi yang demikian merlukan respon proaktif dari seluruh lapisan masyarakat,
terlebih-lebih lagi Perguruan Tinggi sebagai center of excellence  jelas harus
melakukan repositiong dalam konteks lingkungan eksternal melalui upaya restructuring internal
yang terencana dengan baik (well-planned), dilaksanakan dengan baik (well-actuated), dan
dievaluasi dengan baik secara berkesinambungan (well evaluated/controlled) dalam bingkai
semangat continous updating.

Dari sudut pandang filosofis, Perkembangan Iptek yang sangat cepat, telah makin
mengokohkan faham pemikiran Pragmatisme-utilitarianisme, dimana segala sesuatu cenderung
dilihat daru sudut manfaat dan kegunaan praktis bagi kehidupan, keadaan ini telah
mengakibatkan pemahaman dan orientasi pendidikan mengalami pragmatisasi, dimana
sebelumnya pendidikan lebih dilihat secara ideal sebagai upaya untuk mendewasakan manusia
melalui tranmission of culture, value, and Norm tanpa atau kurang memperhatikan dampak
praktisnya atau lebih khusus dampak ekonomi bagi kehidupan masyarakat.
Keadaan yang demikian menjadikan tuntutan masyarakat terhadap pendidikan/lembaga
pendidikan termasuk Perguruan Tinggi mengalami pergeseran dari tuntutan yang sifatnya idealis
ke arah tuntutan yang lebih praktis-pragmatis. Namun demikian nampaknya akan sangat bijak
apabila pergeseran tersebut dilihat sebagai gerak bandul dengan dua ujung, dimana yang satu
sama sekali tidak menafikan yang lain, idealisme tidak dianggap sebagai pengekang
pragmatisme, dan pragmatisme tidak dianggak akan menghapus pemahaman ideal tentang
pendidikan.

Untuk mengantisipasi dan merespon hal tersebut di atas, diperlukan upaya-upaya untuk
memampukan Perguruan Tinggi menjadi pelopor dalam pembinaan dan pengembangan
Sumberdaya manusia yang terintegrasi guna memenuhi (1) kebutuhan warga masyarakat yang
berorientasi ideal atas pendidikan, melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya
spirit akademik yang dinamis, serta dapat menjadi wahana sosialisasi nilai-nilai, norma, dan
sikap mandiri, dan (2) kebutuhan masayarakat yang berorientasi pragmatis melalui kesiapan
mendidik manusia yang dapat terserap oleh dunia usaha sesuai spesifikasinya masing-masing.

Semua itu secra fundamental akan berpengaruh pada bagaimana proses pembelajaran di
Perguruan Tinggi diselenggarakan, dan untuk ketepatan merespon maka pemahaman mengenai
trend modus Pembelajaran perlu dicermati agar Pendidikan di Perguruan Tinggi dapat tetap
berperan dan mampu menjangkau berbagai kelompok masyarakat yang membutuhkannya.

 Perkembangan Modus Pembelajaran


Belakangan ini modus atau cara pembelajaran nampak telah banyak mengalami
pergeseran/perubahan sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang memungkinkan
penggunaan cara-cara baru dalam pembelajaran, terlebih lagi dengan makin intensnya Dunia
Usaha menyelenggarakan pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional Sumberdaya
manusia yang dimilikinya. Adapun trend pembelajaran yang terjadi menurut Sularso dapat
diidentifikasi dari fenomena berikut :
1. Globalisasi Pembelajaran
2. Desentralisasi fungsi pembelajaran
3. Pembelajaran seumur hidup
Globalisasi pembelajaran terjadi akibat perkembangan teknologi khususnya teknologi
informasi yang sangat cepat, sumber-sumber belajar menjadi sangat terdistribusi, banyak orang
dapat mengakses sumber-sumber pengetahuan secara interaktif melalui jaringan internet,
disamping itu para pakar secara individu maupun organisasi dapat menjual kepakarannya dalam
paket-paket pembelajaran tanpa perlu tatap muka secara langsung. Keadaan ini jelas berakibat
makin terdesentralisasinya fungsi pembelajaran, lembaga pendidikan formal termasuk perguruan
Tinggi tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, bahkan kalangan industri/dunia
usaha pun banyak melakukan kegiatan pembelajaran dengan sangat profesional sesuai dengan
berkembangnya keperluan menciptakan Learning organization
Keadaan tersebut menjadikan Lembaga Pendidikan (baca Perguruan Tinggi) menghadapi
kompetitor yang tangguh, mengingat pesatnya kemajuan yang terjadi telah menumbuhkan
kesadaran perlunya belajar secara terus menerus, sebab jika tidak maka keusangan akan menjadi
konsekwensi nyata dan format-format pendidikan reguler yang diselenggarakan hanya secara
konvensional akan mudah ketinggalan mengingat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

           Mendinamiskan Praktek pembelajaran


Trend pembelajaran sebagaimana diungkapkan di atas, nampaknya perlu direspon dengan
tepat, meski perlu segera disadari bahwa ketepatan respon perlu juga memperhatikan local
genius sebagai ibu dimana Perguruan Tinggi/lembaga pendidikan itu berada (ini sesuai dengan
faham post-modernisme yang salah satu prinsipnya adalah deconstructionisme). Namun yang
jelas upaya-upaya untuk terus mendinamiskan proses pembelajaran merupakan suatu keharusan
meskipun banyak sekali variabel kendala yang mesti diatasi guna mencapai variabel tujuan yakni
kemampuan lembaga pendidikan/Perguruan Tinggi untuk tetap berperan dan tetap dapat menjadi
leading sector dalam kehidupan manusia.
Dalam hubungan ini apa yang telah dilakukan di Amerika (tidak harus diikuti tapi perlu
difikirkan dan dianalisis kemungkinannya) yang menggunakan prinsip-prinsip
pembelajaran (The seven principles for good practice in undergraduate education) dimana
Lembaga Pendidikan/Perguruan tinggi  dalam proses pembelajaran sebaiknya
mempertimbangkan seven principles  yaitu :
1. mendorong kontak antara mahasiswa dan dosen (di luar kelas)
2. mendorong kerjasama antar mahasiswa
3. mendorong belajar aktif
4. memberikan umpan balik segera
5. menekankan waktu dan tugas
6. mengkomunikasikan ekspektasi tinggi
7. menghormati bakat yang berbeda-beda
prinsip-prinsip tersebut memang tidak dapat dianggap formula jitu dalam mendinamisasikan
proses pembelajaran dan pendidikan pada umumnya namun paling tidak sebagai bahan untuk
dipertimbangkan nampaknya sangat perlu.

 Penutup

Pendidikan merupakan kesatuan dari sub-sub sistem pendidikan. Interaksi fungsional antar
sub sistem pendidikan dinamakan proses pendidikan. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan
memperoleh masukan dari lingkungan (supra sistem), dan memberikan hasil/keluaran bagi supra
sistem tersebut.

Hasil pendidikan merupakan indikator efektivitas dan efisiensi proses pendidikan. Dari hasil
pendidikan, sistem pendidikan memperoleh umpan balik terhadap cara kerja dan proses
pendidikan yang sudah berjalan. Umpan balik tersebut digunakan oleh sistem pendidikan sebagai
masukkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pendidikan. 

Pendekatan sistem juga dapat diterapkan untuk melihat Sistem pendidikan nasional
Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia yang
Pancasila dan utuh sebagai komponen utama dalam pembangunan bangsa. Selain itu, pendekatan
sistem juga sangat tepat untuk digunakan dalam menelaah sistem Pendidikan tinggi di Indonesia.
Upaya mendinamisasikan proses pembelajaran di Perguruan Tinggi memang memang
merupakan hal yang penting, tingkat kepentingannya dalam kontek peran perguruan tinggi
sangat tergantung kepada unsur-unsur lain jang menjadi sub sistem Perguruan Tinggi, seperti
kualitas Tenaga dosen, fasilitas fisik, iklim akademik yang dinamis serta jaringan komunikasi
global/sisteminformasi berbasis teknologi, yang semua itu terbingkai dalam suatu budaya
organisasi perguruan tinggi yang berorientasi masa depan.

Sarjana-sarjana dalam berbagai bidang ilmu dan keahlian merupakan keluaran sistem
pendidikan tinggi, setelah mereka berhasil melalui proses interaksi fungsional antara mahasiswa,
dosen, dan kurikulum dalam suatu lembaga perguruan tinggi. Dengan memahami pendekatan
Sistem, Subsistem, maupun Supra sistem, maka dapat dipahami pula semua hal yang terkait
dengan Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia, dari kaidah, aturan, komponen, hingga cara
mengevaluasi khususnya yang terkait dengan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Hal ini tidak
saja terkait dengan efektivitas proses pembelajaran, akan tetapi juga terkait dengan mutu
pendidikan yang telah diberikan.

Opsional :
Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Tinggi

Selain perundangan yang berlaku, juga ada beberapa peraturan pemerintah yang terkait dengan sistem
pendidikan nasional, antara lain :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 13 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
2. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup Standar Nasional Pendidikan :

1. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu.
2. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
3. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan , dan keterampilan.
4. Standar pendidik adalah tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
5. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
6. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan.
7. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
8. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
9. Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.
10. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
c. Standar Nasional Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal,
nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) terbaru sebagai perubahan atas PP No. 19 Tahun 2005. PP
tersebut adalah PP No. 32 Tahun 2013.

 4. Peraturan Menteri

Permenristekdikti, Nomor 44 Tahun 2015.

Beberapa perundangan dan peraturan pemerintah pengganti undang-undang, Sistem pendidikan di


Indonesia juga harus mengikuti peraturan menteri terkait, dalam hal ini yang berlaku sejak tahun 2015
yang berkaitan dengan pendidikan tinggi adalah adanya Peraturan Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi,
yaitu Permenristek, Nomor 44 Tahun 2015. Permenristek No.44 tahun 2015, merupakan salah satu
peraturan baru tentang standar Nasional Pendidikan Tinggi. Pada perundangan ini, merupakan petunjuk
baru tentang Standar Nasional Pendidikan tinggi setelah pemisahan antara Kementerian Pendidikan dan
kebudayaan dengan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. Hal ini disesuaikan dengan Nomenklatur
yang berlaku saat ini. Dengan perundangan baru tersebut, maka setiap penyelenggara pendidikan tinggi
wajib untuk mengikuti apa yang telah ditentukan dalam perundangan tersebut, antara lain :

1. Perundangan ini harus dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
2. Perundangan ini menjadi dasar untuk pemberian izin pendirian perguruan tinggi dan ijin
pembukaan program studi.
3. Menjadikan dasar penyelenggaraan pembelajaran berdasarkan kurikulum pada program studi.
4. Menjadikan dasar penyelenggaraan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
5. Menjadikan dasar pengembangan dan penyelenggaraan sistem penjaminan mutu internal.
6. Menjadikan dasar penetapan kriteria sistem penjaminan mutu eksternal melalui akreditasi.
Permenristekdikti Nomor 44 tahun 2015 ini, merupakan perundangan baru dengan memberikan
ketentuan mengenai Standar Nasional Pendidikan, yang terdiri dari :

1. Standar Kompetensi lulusan


2. Standar isi pembelajaran.
3. Standar proses pembelajaran.
4. Standar penilaian pembelajaran
5. Standar dosen dan tenaga kependidikan.
6. Standar sarana dan prasarana pembelajaran.
7. Standar pengelolaan pembelajaran.
8. Standar pembiayaan pembelajaran. 

Anda mungkin juga menyukai