Anda di halaman 1dari 9

SIWARATRI

• Ni Luh Putu Dilla Chanda Widyadnyani


(202233122008)
• Ni Putu Septiari ( 202233122010)
Nama • Ni Luh Putu Arista Agustia Putri (202233122011)

Anggota • Kadek Siska Dewi ( 202233122018)


• Ni Putu Lisa Wijayanti ( 202233122026)
• I Gusti Agung Ayu Putri Mahadewi (202233122030)
• A.A. Gede Arya Krisna Widya Guna ( 202233122032)
PENGERTIAN
Siwaratri berasal dari kata “siwa” dan “ratri”, dalam bahasa Sansekerta Siwa berarti baik
hati, memberikan harapan, membahagiakan dan suka memaafkan, Siwa juga adalah sebuah
nama kehormatan manifestasi Tuhan yaitu Dewa Siwa yang berfungsi sebagai pelebur atau
pemrelina. Sedangkan Ratri dalam bahasa berarti malam atau kegelapan, sehingga jika
diartikan Siwaratri berarti pelebur kegelapan untuk menuju jalan terang.
MAKNA
makna dari hari suci Siwaratri adalah malam perenungan suci, malam dimana kita
bisa mengevaluasi dan instropeksi diri atas perbuatan atau dosa-dosa selama ini,
sehingga pada malam ini kita memohon kepada Sang Hyang Siwa yang juga sedang
melakukan payogan agar diberikan tuntunan agar bisa keluar dari perbuatan dosa
tersebut. Pada saat malam itulah umat melakukan pendekatan spiritual kepada Siwa
untuk menyatukan atman dengan paramatman. Tidak sedikit yang memaknai bahwa
pada malam Siwaratri ini juga dianggap sebagai malam peleburan dosa, sehingga
perbuatan dosa manusia bisa lebur dengan melakukan brata semadi dan pemujaan
terhadap Sang Hyang Siwa. Pemaknaan seperti ini tidak lepas dari kisah Lubdaka
yang ditulis oleh Empu Tanakung, kitab atau lontar tersebut mengisahkan kehidupan
seorang pemburu binatang yang memiliki banyak dosa karena membunuh binatang
yang tidak bersalah.
Sejarah Siwaratri tidak lepas dari kisah Lubdaka yang ditulis Empu Tanakung. Dikisahkan, seorang
pemburu binatang memiliki banyak dosa karena membunuh binatang tak bersalah. Suatu malam ia
terpaksa bermalam di hutan sambil berdiam diri di atas pohon agar tidak tidur dan terjatuh. Tanpa dia
sadari, malam itu adalah hari Siwaratri.Sambil bermalam, ia menyesali semua perbuatannya membunuh
binatang tak bersalah dan berjanji dalam hati untuk tidak melakukannya lagi. Setelah meninggal, arwah
sang pemburu binatang dimasukkan ke neraka. Pada waktu itu, muncullah Dewa Siwa yang
membebaskan sang pemburu binatang. Pasukan Cikrabala yang bertugas membawa pemburu ke neraka
mempertanyakan hal tersebut.

Dewa Siwa menjelaskan sang pemburu telah menebus


dosa-dosanya dengan begadang semalaman dan menyesali perbuatannya sehingga berhak mendapat
pengampunan. Kisah itu pun menggambarkan Hari Raya Siwaratri, yakni malam peleburan dosa.

SEJARAH
APLIKASI&
Pengaplikasian dan hubungan hari raya siwaratri dalam
kehidupan dilakukan untuk mengurangi hawa nafsu
contohnya melakukan Brata siwaratri seperti : Mona Brata

HUBUNGAN
yang artinya pengendalian dalam kata-kata, kemudian ada
Upawasa yaitu pengendalian dalam hal makan dan minum,
lalu yang terakhir ada Jagra yang artinya pengendalian
tidur atau dalam keadaan jaga semalam suntuk hingga

HARI RAYA menjelang pagi disertai melakukan pemujaan kepada Siwa


sebagai pelebur kepapaan.
Jadi Semua manusia memiliki kesalahan atau kepapaan

SIWARATRI yang meraka lakukan tanpa mereka sadari, karena


dibelengu oleh nafsu-nafsu indrianya/raganya. Jadi sangat
dianjurkan bagi Umat Hindu untuk melakukan Bratha
Siwaratri sehari sebelum Purnamaning sasih Kepitu. Yang
tujuannya mengurangi kepapaan dan nafsu-nafsu indria
yang dimiliki oleh manusia.
SESI TANYA JAWAB
Perayaan Siwa Ratri adalah salah satu bentuk ritual Hindu
yang mengajarkan kita untuk selalu memelihara kesadaran
diri agar terhindar dari perbuatan dosa dan papa. Jadi

KESIMPULAN
Malam Siwaratri bukanlah malam peleburan dosa,
melainkan peleburan kepapaan dari kelemahan sifat-sifat
manusia. Semua manusia memiliki kepapaan, karena
dibelengu oleh nafsu-nafsu indrianya/raganya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai