Anda di halaman 1dari 85

KAJIAN MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMILIHAN REKTOR IDAMAN DAN SELURUH


PERMASALAHANNYA

ALIANSI SUARA UNDIP


DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................................................................... 1


Pendahuluan.................................................................................................. 2
Keterlibatan Mahasiswa dalam Pemilihan Rektor Undip 2024-2029 ................ 3
International Undegraduate Program (IUP) .................................................... 5
Sarana Prasarana ......................................................................................... 13
Rumah Ibadah ............................................................................................ 48
Uang Kuliah Tunggal .................................................................................. 59
Relevansi Kebijakan Kaderisasi ................................................................... 66
Program Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU) .......................................... 72
Kawasan Terbatas Merokok (KTM) ............................................................. 77
Revitalisasi Sekolah Vokasi......................................................................... 82
Kesimpulan ................................................................................................. 84

1
PENDAHULUAN

“Kekuasaan cenderung untuk merusak, dan kekuasaan absolut akan merusak secara
mutlak.”

-John Dalberg Acton-

Pada dasarnya, setiap warga negara berhak untuk mendapatkan fasilitas pendidikan
yang layak dan sejahtera. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 28C ayat 1
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berbunyi “Setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan……” sehingga pemerintah
berkewajiban untuk memberikan fasilitas pendidikan yang layak, salah satunya Pendidikan
Tinggi. Pendidikan Tinggi sendiri, berfungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan nilai-nilai Humaniora yang ditujukan guna mencapai
kesejahteraan bangsa, hal tersebut sebagaimana tercantum pada Pasal 4 Undang Undang
Pendidikan Tinggi. Untuk itu, diperlukan sebuah pemimpin yang dapat membawa Pendidikan
tinggi memenuhi tanggung jawabnya sebagai wadah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Universitas Diponegoro, merupakan salah satu institusi Pendidikan tinggi yang terletak
di Provinsi Jawa Tengah, yang mana pada tahun ini diselenggarakan pemilihan Rektor baru.
Kembali dipertanyakan, apakah calon rektor yang akan menjabat selama 1 periode
kepengurusan, dapat membenahi berbagai permasalahan yang terjadi di Undip yang dipimpin
oleh Rektor sebelumnya. Karena dalam keberjalanan saat ini, nyatanya masih banyak
permasalahan yang menyangkut kesejahteraan mahasiswa, terutama mengenai Sumbangan
Pembangunan Institusi dan Uang Kuliah Tunggal yang seringkali mengalami kenaikan.
Kenaikan SPI dan UKT menunjukkan ketidakkonsistenan Undip dalam mewujudkan Rencana
Strategis tahun 2020-2024. Pada Bagian Analisis Lingkungan Strategis, salah satu ancaman
yang tercantum, tepatnya pada poin kedua, adalah Liberalisasi Pendidikan tinggi.1 Artinya
Undip akan berupaya untuk menghindari keuntungan sebanyak-banyaknya dari sektor
Pendidikan tinggi.2 Bukan malah menciptakan bentuk upaya menghindari hal tersebut,
Universitas justru kerap kali menaikkan biaya dalam ranah pendidikan terkhusus SPI dan UKT.

1
Rencana Strategis Universitas Diponegoro 2020-2024, hal 40.
2
BEM REMA UPI, 2020, “Liberalisasi Pendidikan di Perguruan Tinggi:Pendidikan Bagi yang Mampu”,
http://bem.rema.upi.edu/liberalisasi-pendidikan-di-perguruan-tinggi-pendidikan-bagi-yang-mampu/,
diakses 25 Februari 2023.

2
Keterlibatan Mahasiswa dalam Pemilihan Rektor Undip 2024-2029

Universitas Diponegoro merupakan lembaga institusi pendidikan perguruan tinggi


negeri yang unik dan kompleks. Bersifat unik karena memiliki ciri- ciri yang tidak dimiliki
oleh kampus lain. Bersifat kompleks karena organisasi ini memiliki banyak dimensi yang
saling berkaitan dan saling menentukan. Karena sifatnya yang kompleks menyebabkan
organisasi ini harus memiliki tingkat koordinasi yang tinggi. Hal ini diatur berdasarkan
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Negeri (Permenristekdikti) Nomor
19 Tahun 2017 dan Nomor 21 Tahun 2018, tahapan pengangkatan rektor perguruan tinggi
negeri dimulai dengan penjaringan bakal calon oleh senat. Pada tahap pertama ini dihasilkan
sedikitnya 4 nama bakal calon rektor. Tahapan kedua adalah penyaringan calon. Bakal calon
yang dihasilkan dari tahap sebelumnya akan menyampaikan visi, misi, dan program kerja
berbentuk rencana strategis dalam rapat senat terbuka.
Selanjutnya, senat akan mengadakan rapat untuk menetapkan bakal calon rektor dan
menyampaikannya kepada menteri. Rapat senat kedua ini dapat dihadiri oleh pejabat
kementerian yang ditunjuk oleh menteri. Pejabat tersebut memiliki hak untuk bertanya namun
tidak memiliki hak suara. Setelah mengantongi nama calon rektor, menteri akan melakukan
penelusuran rekam jejak. Apabila terdapat calon rektor yang memiliki rekam jejak buruk, maka
dilakukan proses penjaringan ulang/ penyaringan ulang. Tahapan yang ketiga ini yakni
pemilihan calon rektor. Pemilihan ini dilakukan dalam rapat senat yang dihadiri oleh anggota
senat dan menteri dengan ketentuan :
● Menteri memiliki 35% hak suara dari total pemilih; dan
● Majelis Wali Amanat memiliki 65% hak suara dan masing-masing unsur memiliki hak
suara yang sama.
Berdasarkan Peraturan Majelis Wali Amanat UNDIP No. 4 Tahun 2016 Pasal 5 Ayat
(1) menjelaskan bahwa anggota MWA berasal dari 10 (sepuluh) unsur yaitu Menteri,
Gubernur, Rektor, Ketua Senat Akademik, Masyarakat, Alumni, Profesor Undip, Dosen Undip
bukan Profesor, Tenaga Kependidikan, dan Mahasiswa 3 . Untuk persyaratan umum yang harus
dipenuhi dalam mendaftar bakal calon rektor, yakni jabatan minimal lector kepala,
berpendidikan minimal strata 2 (S2), dan berusia maksimal 60 tahun. Secara definitif tugas
utama rektor ialah menciptakan UNDIP sebagai kampus yang mengabdi pada kepentingan
masyarakat Indonesia, bukan kepentingan golongan oportunis pragmatis. Masih menjadi

3
Peraturan Majelis Wali Amanat UNDIP No. 4 tahun 2016 Pasal 5 ayat (1)

3
pertanyaan dalam benak kami mengenai keterlibatan mahasiswa dalam pemilihan rektor ini.
Karena setiap kebijakan atau perubahan yang terjadi di Undip mempunyai dampak yang besar
untuk mahasiswanya. Mungkin permasalahan ini telah terjawab dengan kebijakan yang
menyatakan suara mahasiswa telah diwakilkan oleh MWA-UM sebagai perwakilan
mahasiswa.
Saat ini rangkaian pemilihan rektor UNDIP 2024 akan dilaksanakan mulai bulan
Februari 2023 yang dimana kegiatan ini seharusnya dilaksanakan pada tahun 2024. Tentu hal
ini menimbulkan banyak spekulasi di kalangan mahasiswa. Dilansir resmi melalui undip.ac.id,
Sekretaris Panitia Pemilihan Rektor (P2R) UNDIP Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum.
menjelaskan hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada rektor yang nantinya
terpilih untuk mempersiapkan diri dan memahami lingkup tugas serta tanggung jawab rektor
UNDIP bersama rektor saat ini. Sangat amat membosankan mendengar alibi yang disampaikan
secara singkat tanpa transparansi yang jelas dari suatu sumber yang tidak adaptif perihal
kesejahteraan mahasiswa. Dalam persoalan ini sangat diwajarkan apabila mahasiswa tidak
memiliki kepercayaan terhadap birokrasi yang menaungi dalam institusi pendidikan tinggi.
Tidak menjadi hal yang mustahil jika suara mahasiswa dapat berpengaruh dan memiliki andil
terutama dalam pemilihan rektor sekarang. Besar harapan agar almamater tercinta menjadi
Institusi Pendidikan yang dapat berjalan secara demokratis dan bersih serta dapat mencetak
generasi emas guna mengharumkan nusa dan bangsa.

4
International Undergraduate Program (IUP)

1. SARANA PRASARANA IUP


Fasilitas pendidikan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Ketersediaan
sarana dan prasarana akan menunjang kegiatan akademik dan non-akademik mahasiswa
serta mendukung proses belajar mengajar yang kondusif. Fasilitas dalam perkuliahan
sangatlah penting khususnya fasilitas yang disediakan untuk mahasiswa International
Undergraduate Program (IUP) harus optimal dan mampu menopang seluruh kegiatan
perkuliahan. Seperti yang kita ketahui bahwa UKT yang dibayarkan oleh mahasiswa
International Undergraduate Program (IUP) sangat berbeda jika dibandingkan dengan
UKT yang dibayarkan oleh mahasiswa reguler. Tentu dengan perbedaan UKT yang lebih
tinggi seharusnya fasilitas yang disediakan harus layak untuk pelaksanaan kegiatan belajar
dan mengajar oleh mahasiswa International Undergraduate Program (IUP).
Tidak hanya fasilitas Pendidikan saja akan tetapi terkait administrasi, dari pihak
International Office (IO) Undip tidak menginformasikan kepada International Office (IO)
masing-masing fakultas terkait pendaftaran dan berkas yang harus dipersiapkan untuk
mahasiswa yang ingin mendaftar International Undergraduate Program (IUP), dalam hal
tersebut International Office (IO) fakultas masih bingung hal apa yang perlu dibantu untuk
mahasiswa yang ingin mendaftar International Undergraduate Program (IUP). Hal
selanjutnya yaitu pendampingan dan pemfasilitasan mengenai pembuatan visa ataupun
paspor yang seharusnya dibantu oleh International Office (IO) namun semenjak awal
Covid-19 hingga saat ini mahasiswa yang harus mengurusnya secara mandiri.

2. UANG KULIAH TUNGGAL (UKT) IUP


Sebagaimana kita ketahui, penentuan UKT bagi mahasiswa sarjana maupun vokasi
diatur dalam Pasal 5 Permendikbud Nomor 25 Tahun 2020 yang berbunyi:
(1) BKT sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (3) merupakan dasar penetapan besaran
UKT oleh PTN pada setiap Program Studi.
(2) BKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri melalui:
a. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi bagi universitas dan institut; atau
b. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi bagi politeknik dan akademi komunitas.
Apabila merujuk kepada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 81/E/KPT/2020 tentang Biaya Kuliah Tunggal Pada Perguruan Tinggi Negeri

5
Berbentuk Universitas dan Institut, tidak terdapat nominal BKT yang dibuat untuk
program kelas internasional. Hingga saat ini belum ada peraturan yang secara khusus
mengatur penentuan besaran UKT bagi mahasiswa IUP. Penentuan nominal UKT
mahasiswa kelas internasional dikembalikan kepada pihak universitas penyelenggara
program. Maka timbul pertanyaan “Apa acuan penentuan UKT bagi mahasiswa kelas
internasional yang ada saat ini?” Tidak adanya dasar yang secara eksplisit mengatur hal
ini beresiko menyebabkan pihak birokrat kampus serta merta menentukan besaran UKT
tanpa peruntukan yang jelas.
Sementara itu, UKT mahasiswa baru IUP tahun 2022 yang ada di Undip mengacu
pada Keputusan Rektor Universitas Diponegoro nomor 528/UN7.P/HK/2022. Secara
umum seluruh prodi mendapatkan UKT Rp20.000.000 kecuali Prodi Hukum (untuk
mahasiswa luar negeri) senilai Rp25.000.000 dan Prodi Biologi, Kimia, dan Sastra Inggris
yang masing-masing senilai Rp15.000.000. Besaran UKT IUP secara lengkap dapat dilihat
melalui tabel di bawah ini:

Jika dikomparasikan dengan program kelas internasional di Universitas Gadjah Mada yang
tertuang didalam Surat Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor

6
6949/UN1.P/KPT/HUKOR/2021 tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Rektor
Universitas Gadjah Mada Nomor 515/UN1.P/KPT/HUKOR/2021 tentang Uang Kuliah
Tunggal dan Biaya Pendidikan Universitas Gadjah Mada Tahun Akademik 2021/2022,
pembayaran program kelas internasional di Universitas Gadjah Mada (UGM) dibagi
menjadi 2, yaitu pembayaran untuk warga Negara Indonesia Kelas IUP dan juga Warga
Negara Asing Kelas IUP, sementara itu di Universitas Diponegoro (Undip) Pembayaran
Warga negara Asing yang mengambil kelas IUP hanya ada di prodi Hukum tidak semua
prodi yang terdapat IUP, hal ini perlu dipertanyakan Apakah IUP Undip belum mampu
menunjukan daya saing dan eksistensinya kepada mahasiswa asing? Dalam nominal UKT,
Undip memang terlihat lebih murah tetapi perlu diketahui juga bahwa UGM tidak
memberikan beban SPI kepada calon mahasiswa. Informasi selengkapnya sebagai berikut.

7
3. STUDENTS EXCHANGE
Program kelas internasional identik dengan tersedianya program students exchange.
Student exchange dirancang agar mahasiswa dapat merasakan langsung pengalaman
berkuliah di universitas mitra luar negeri serta memperoleh transfer ilmu sesuai program
studi yang dipilih. Undip dituntut mampu menyediakan pilihan universitas luar negeri
yang berkualitas secara luas untuk dapat menyediakan opsi yang beragam bagi mahasiswa
IUP. Dengan besaran UKT yang telah dijelaskan sebelumnya, apakah Undip sudah mampu
menyediakan opsi mitra universitas secara luas?. Berikut komparasi mitra universitas luar
negeri pada Undip dan UGM yang diambil dari 2 sampel program studi yang sama:

Program Studi Universitas Universitas Mitra

Dong Ah University
Undip
Curtin University

Queen Mary University of London

University of Groningen

University of Leeds

University of Birmingham

De La Salle College of Saint Benilde

Univerdad Pontificia Comillas

Sungkyunkwan University

Korea University

UGM Utrecht University


Administrasi Publik
University of Melbourne

University of Agder

University of the Philippines Manila

8
Undip Leiden University-Belanda
Hukum
Flinders University- Australia

Erasmus University Rotterdam, The


Netherlands

University of Utrecht, The Netherlands

University of Groningen, The Netherlands

University of Adelaide, Australia

Charles Darwin University, Australia

University of Toulouse 1 Capitole, France

SciencesPo Institut d’Etudes Politiques


UGM
Paris, France

Leiden University, the Netherlands

Shanghai Jiaotong University, China

University of South Carolina, United States

Dari 2 sampel diatas secara eksplisit menyatakan bahwa mitra kerja Undip dengan
Perguruan Tinggi luar negeri masih tergolong sedikit sehingga berimplikasi jikalau
beberapa universitas yang terdapat kendala, maka dikhawatirkan mahasiswa tidak dapat
melaksanakan program students exchange dan dengan sedikitnya pilihan universitas
tempat students exchange, mahasiswa sangat-sangat terbatas dalam memilih universitas
yang diinginkan. hal ini diperparah dengan keluhan sebagian mahasiswa IUP yang
menyatakan bahwa program students exchange tidak berjalan sebagaimana mestinya yang
tidak semua mahasiswa IUP mendapatkan fasilitas students exchange, serta terdapat
mahasiswa kelas internasional yang menyatakan program students exchange malah
diarahkan untuk mengikuti program Indonesian International Student Mobility Awards
(IISMA) yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek di program Kampus Merdeka.

9
Bahkan di dalam Program students exchange ini masih terdapat laporan mahasiswa bahwa
mereka hanya diberikan brosur saja dan menyerahkan students exchange kepada masing-
masing individu mahasiswa IUP. Hal ini tentunya merupakan sebuah permasalahan,
mengingat program ini bukan seperti program pembelajaran reguler Undip yang lain, maka
perlu persiapan yang lebih maksimal dan lebih matang. Dilain hal, program ini diperparah
dengan adanya mahasiswa IUP yang berkeluh kesah mengenai belum jelasnya prosedur
administrasi program ini.
Menurut pasal 8 ayat (3) Peraturan Rektor nomor 28 tahun 2020, secara jelas
menyatakan bahwa “Kelas Internasional dapat diselenggarakan sepenuhnya oleh
universitas dan/atau bekerja sama dengan universitas mitra di luar negeri yang memiliki
reputasi internasional yang setara dengan Undip dan terakreditasi di Negara.” Tetapi
pada kenyataannya beberapa program IUP yang masih belum melaksanakan program ini
dikarenakan belum sesuainya kurikulum di Undip dengan kampus luar negeri yang dituju,
tentu hal tersebut berimplikasi pada pemberian gelar ganda dari program IUP ini.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwasannya keberjalanan International
Undergraduate Program (IUP) di Universitas Diponegoro masih belum maksimal.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bidang Harmonisasi Kampus BEM
Undip semua fakultas di Universitas Diponegoro yang memiliki kelas International
Undergraduate Program (IUP) juga memiliki masalah pada Student Exchange ini. Program
Exchange ini masih belum jelas dan masih banyak problematikanya. Dalam pengurusan
Visa ataupun Paspor awalnya dibantu oleh International Office (IO) Akan tetapi, karena
adanya Pandemi Covid-19 maka mahasiswa yang akan mengikuti Student Exchange harus
mengurusnya dengan mandiri, seharusnya International Office dalam hal diatas
mendampingi mahasiswa tersebut agar kemudian mereka tidak kebingungan mengenai
permasalahan ini. Program Student Exchange ini juga masih menyesuaikan kurikulum
pembelajaran yang ada di Universitas Diponegoro dengan fakultas yang menjadi tujuan
program exchange itu sendiri. Kemudian apabila ditinjau dalam Pasal 8 ayat (5) Peraturan
Rektor tersebut disebutkan bahwa “Kelas internasional yang diselenggarakan
berdasarkan kerja sama dengan universitas mitra di luar negeri dapat memberikan gelar
ganda (double degree) dari Undip dan dari universitas mitra di luar negeri.” Namun,
pada kenyataannya gelar ganda tersebut hanya diberikan kepada Mahasiswa IUP Fakultas
Ekonomika dan Bisnis saja. Hal tentu saja merupakan penyimpangan karena
ketidaksesuaian antara peraturan tersebut dengan kenyataan yang ada.

10
4. PROBLEMATIKA DOSEN PENGAJAR IUP
Hal selanjutnya yang menjadi permasalahan di dalam kelas International
Undergraduate Program (IUP) Universitas Diponegoro bahwasannya mengenai
kompetensi Bahasa Inggris dosen, masih terdapat beberapa kendala dikarenakan masih
banyaknya dosen yang belum bisa dan kurang fasih menggunakan bahasa inggris pada saat
perkuliahan. Hal ini tentu menjadi masalah dikarenakan, apabila dosen program IUP ini
masih belum fasih menggunakan bahasa inggris, maka pembelajaran dengan mahasiswa
IUP yang seharusnya menggunakan bahasa inggris secara rutin, tentunya akan kurang
maksimal dan dikhawatirkan mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang berbeda
dengan penjelasan yang dosen berikan. Seharusnya, dosen yang mengampu dalam
matakuliah di Program IUP ini harus memiliki kemampuan bahasa inggris yang baik,
karena sudah disinggung sebelumnya bahwa program ini harus dipersiapkan secara
matang, tidak hanya fasilitas pendidikan saja, akan tetapi kualitas tenaga pengajar pun juga
harus dimaksimalkan.
Bahkan, melihat dari pasal 8 ayat (2) Peraturan Rektor nomor 28 tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2020 tentang Peraturan Akademik
Bidang Pendidikan Program Sarjana Universitas Diponegoro, secara jelas menyatakan
bahwa “Kelas internasional adalah program sarjana yang diselenggarakan dengan
menggunakan Bahasa Inggris atau bahasa lain yang dipersyaratkan sebagai bahasa
pengantar.”
Sehingga secara jelas bahwa apa yang dilakukan oleh Undip tidak sesuai dengan
Peraturan Rektor tersebut. Realitanya, masih terdapat beberapa program IUP Undip yang
dosennya masih belum menggunakan bahasa inggris atau bahasa pengantar lainnya pada
pembelajaran IUP ini. Tentunya ini merupakan suatu problematika bagi mahasiswa yang
berkuliah di Program IUP. Seharusnya, pihak kampus memberikan fasilitas atau pelatihan
terhadap dosen-dosen IUP tersebut, agar bisa fasih dan lancar menggunakan bahasa inggris
dalam perkuliahannya. Dari pihak kampus juga bisa melakukan upgrading yang
diperuntukkan untuk dosen, harapannya agar dosen lama bisa terupgrade dari segi
kompetensi terutama kemampuan bahasa inggris.

11
REKOMENDASI
Dengan adanya permasalahan ini dan atas dasar yang kami rumuskan diatas maka
kami mengajukan rekomendasi antara lain:
1. Transparansi penetapan UKT mahasiswa jalur IUP
2. Optimalisasi mutu pendidikan baik dari segi kualitas dosen pengajar agar sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan maupun sarana prasarana perkuliahan mahasiswa IUP.
3. Optimalisasi program students exchange baik dari segi mitra kerjasama yang perlu
diperluas maupun dari segi prosedur administrasinya.
4. Menjamin bahwa mahasiswa IUP juga dapat mengajukan dan mendapatkan penyesuain
UKT sebagaimana termaktub di dalam pasal 45 ayat (5) Peraturan Rektor nomor 9
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Rektor Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Mahasiswa Baru Universitas
Diponegoro
5. Membuka dan menyediakan mekanisme penyesuain penurunan UKT kepada
mahasiswa IUP sebagaimana yang termaktub di dalam poin b ayat (4) pasal 9
Permendikbud nomor 25 Tahun 2020 tentang Standar Satuan Biaya Operasional
Pendidikan Tinggi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
6. Melakukan penyelarasan informasi antara birokrasi tingkat universitas dan juga
fakultas mengenai administrasi yang bersinggungan dengan program IUP
7. Memberikan informasi terkini secara lengkap serta melakukan pendampingan secara
berkelanjutan terkait kegiatan yang berkaitan dengan program IUP.

12
SARANA PRASARANA

Analisis Permasalahan
Fasilitas adalah suatu sarana untuk memudahkan kegiatan atau pekerjaan guna
memperlancar acara tertentu. kualitas fasilitas adalah kunci persaingan antar lembaga.
Salah satu lembaganya yakni pendidikan tinggi dan yang menjadi target pemakainya
adalah mahasiswa. Salah satu amanat yang tercantum didalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga ketika di korelasikan di perguruan tinggi salah
satu sarana yang dapat menunjang kesejahteraan mahasiswa adalah fasilitas yang baik.
Dalam pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 menyatakan bahwa
“Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kecerdasan Mahasiswa.” Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk menyediakan
fasilitas guna menunjang pembelajaran dan minat bakat mahasiswa. Kualitas fasilitas
tersebut harus terjamin dengan baik sebagai bentuk keseriusan universitas dalam
memberikan fasilitas terbaik kepada mahasiswa.
Namun, jika melihat realita di lapangan masih banyak sarana prasarana yang
lingkungan Universitas Diponegoro yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.
Ketentuan ini terdapat di dalam pasal 38 ayat (2) yang berbunyi “Bangunan Perguruan
Tinggi harus memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
keamanan, serta dilengkapi dengan instalasi listrik yang berdaya memadai dan instalasi,
baik limbah domestik maupun limbah khusus, apabila diperlukan.”
Sehingga apabila suatu sarana prasarana di Kampus tidak sesuai dengan ketentuan
tersebut dapat diadukan kepada birokrat kampus karena hal ini adalah hak kita sebagai
mahasiswa untuk mendapatkan fasilitas tersebut, dan kampus bertentangan ketentuan
tersebut.
Berbicara mengenai sarana prasarana, Universitas Diponegoro masih banyak sekali
pekerjaan rumah yang harus diperbaiki. Kami mendapatkan data dari beberapa fakultas
yang mengeluhkan bahwa sarana prasarana yang mereka dapatkan saat ini tak sesuai yang
diharapkan. Berikut data ketidaklayakan sarana prasarana di berbagai fakultas/ sekolah
Universitas Diponegoro.

13
1. Sekolah Vokasi
a. Kampus Erlangga
Lahan parkir yang tidak memadai

Pada kampus erlangga sendiri terdapat 4 jurusan soshum dimana jumlah


mahasiswa kampus erlangga ini terhitung sangat banyak. Dengan banyaknya
mahasiswa yang ada di kampus airlangga tentunya banyak juga kendaraan pribadi
yang dibawa oleh mahasiswa untuk mobilitas mereka, namun banyaknya kendaraan
pribadi yang ada ini berbanding terbalik dengan kondisi lahan parkir di kampus
erlangga yang sangatlah minim. Lahan parkir pada kampus erlangga ini tidak dapat
menampung kendaraan mahasiswa sepenuhnya sehingga banyak mahasiswa
Sekolah Vokasi yang parkir di luar kampus atau di parkir pascasarjana. Lahan
parkir yang ada di Sekolah Vokasi ini hanya mampu menampung kendaraan pribadi
berupa sepeda motor saja.

b. Musholla

14
Mushola pada kampus Erlangga kondisinya terlalu sempit untuk menampung
mahasiswa Sekolah Vokasi yang akan melaksanakan ibadah, sehingga hal ini
menyebabkan antrian yang panjang juga saat mahasiswa ingin melaksanakan
ibadah. Mushola kampus erlangga ini sendiri terletak pada lantai 2, posisi tempat
untuk mengambil wudhu pun cukup jauh dan disana airnya tidak dapat menyala
sehingga mengharuskan mahasiswa Sekolah Vokasi turun ke lantai 1 untuk
mengambil air wudhu. Keterbatasan ini juga yang akhirnya menyebabkan
mahasiswa Sekolah Vokasi terpaksa melakukan ibadah pada mushola
pascasarjana yang dimana wilayah tersebut sudah bukan lingkungan Sekolah
Vokasi. Dan untuk peralatan sholat yang tersedia bagi mahasiswa di mushola
kampus Erlangga ini juga sangat minim.

c. Laboratorium Komputer
Vokasi merupakan pendidikan dimana seharusnya menekankan kegiatan
praktek dibandingkan teori, bahkan seharusnya dalam pelaksanaan pendidikan
vokasi ini 70%nya berupa praktik, namun pada realitanya di kampus Erlangga ini,
laboratorium komputer sebagai penunjang kegiatan praktek (terutama bagi prodi
Akuntansi Perpajakan) ini masih sangat kurang memadai, banyak komputer yang
tidak berfungsi dengan baik, dan aplikasi aplikasi yang seharusnya dibutuhkan
mahasiswa untuk kegiatan praktek pun tidak dapat diakses sehingga hal ini
menyebabkan mahasiswa diharuskan membawa laptop pribadi dan membeli
aplikasi sendiri untuk menunjang kegiatan praktek.

d. Klinik
Sekolah Vokasi di kampus Erlangga masih belum memiliki ruangan klinik
yang seharusnya di setiap sekolah itu wajib memiliki klinik untuk mengantisipasi
kemungkinan hal hal yang tak terduga bisa terjadi bila mahasiswa sakit ringan
untuk mencegah sakit yang lebih parah.

15
e. Kantin

Kantin yang berada di kampus Erlangga ini kurang mencukupi untuk


menampung 40 orang, padahal seperti yang kita tahu jika di kampus erlangga
sendiri terdapat 4 jurusan dan ribuan mahasiswa dan tentunya kantin ini sangat
kurang memadai untuk menampung begitu banyak mahasiswa SV yang ada di
kampus Erlangga.

f. Toilet

16
Toilet pada kampus Erlangga ini tidak terdapat pembatas antara toilet yang untuk
pria dan untuk perempuan, dan tentunya hal ini sangat menjadi keresahan bagi
mahasiswa Sekolah Vokasi yang ada di kampus Erlangga, karena kita tahu kita tidak
bisa menduga-duga jika terjadi sesuatu hal yang tidak kita inginkan seperti
kekerasan seksual yang bisa terjadi dimanapun dan kapanpun, dan wanita pun
memiliki batas aurat yang menjadi kepercayaannya dalam agama. Kondisi air toilet
pada kampus Erlangga ini pun juga sering tidak keluar.
g. Kampus RPM Pleburan
Bangunan yang tidak layak

Di kampus RPM Pleburan ada beberapa gedung yang memang harus


dirobohkan karena membahayakan mahasiswa yang sedang melakukan KBM,
bahkan masih ada ruangan yang masih dipakai untuk praktikum tetapi kondisi
ruangan tersebut kurang safety dikarenakan keadaan plafon dan kontruksi yang
rawan untuk jatuh atau roboh.
Jalan atau lorong menuju kelas terutama kelas yang ada pada gedung pojok
kiri RPM kondisinya juga membahayakan bagi mahasiswa yang melewatinya
karena konstruksi yang rapuh, pada Gedung C juga terdapat plafon yang sudah
jebol bahkan ada beberapa lantai yang menonjol. Dan pada tahun 2018 ada

17
mahasiswa RPM yang tertiban plafon sehingga mengharuskan korban untuk
dijahit kepalanya.
Peralatan keamanan untuk praktikum
Peralatan safety / keamanan bagi mahasiswa RPM yang melakukan praktek
masih sangat kurang, bahkan untuk kotak P3K pun juga kurang dan banyak obat
yang sudah expired.

h. Kampus Tembalang
Laboratorium
Pada kampus Tembalang terdapat gedung laboratorium yang diruntuhkan,
namun sampai sekarang masih belum ada kejelasan mengenai kapan gedung
tersebut akan dibangun kembali. Dengan hal ini juga menyebabkan beberapa
Program Studi seperti TRKI, TRO, TRKP hanya menggunakan satu lab dan di
dalam lab tersebut sarana dan prasarananya kurang memadai seperti ruangan
gedung yang tidak sebanding dengan peralatan besar dan juga satu kelas dengan
kelas lain sering berbenturan dan bahkan sempat beberapa kali tidak jadi
melaksanakan praktikum karena lab sedang digunakan.

Gedung Program Studi Teknik Infrastruktur Sipil dan Perencanaan Arsitektur


Pada Program Studi Teknik Infrastruktur Sipil dan Perencanaan Arsitektur,
pada penjurusan Arsitektur bangunan gedung yang digunakan untuk kegiatan
perkuliahan digabung dengan S1 Teknik Arsitektur. Padahal mahasiswa arsitektur
menginginkan pembelajaran berada di gedung Sekolah Vokasi karena arsitektur
merupakan bagian dari Sekolah vokasi. Gedung yuang digunakan oleh penjurusan
arsitektur merupakan gedung bekas S2 ataupun S3 yang mana sarana di gedung
tersebut kurang layak untuk digunakan.

Pelaksanaan praktikum batal akibat keterbatasan laboratorium


Ruang laboratorium pada kampus tembalang ini masih sangat kurang padahal
untuk vokasi sendiri sangat membutuhkan ruang praktikum, dengan kurangnya
ruang lab ini menyebabkan beberapa kelas bertabrakan sehingga diantara kelas
tersebut ada yang tidak jadi melakukan praktikum.

18
Peralatan keamanan untuk praktikum
Untuk alat safety bagi kegiatan praktek masih kurang, dan alat alat kegiatan
praktikum masih harus di update bahkan pada prodi Teknologi Rekayasa Otomasi
mahasiswa diminta untuk membawa barang yang seharusnya sudah tersedia di
laboratorium.

i. Kesimpulan sarana prasarana Sekolah Vokasi


● Sarpras mengenai pendukung KBM di kelas seperti proyektor, kabel HDMI, dan
LCD masih kurang dan ada beberapa yang rusak. Banyak AC yang tidak
berfungsi dengan baik bahkan mati sehingga hal ini sangat mengganggu
kenyamanan mahasiswa maupun dosen dalam kegiatan belajar mengajar.
● Sekolah Vokasi masih belum mempunyai auditorium, padahal seluruh prodi di
Sekolah Vokasi ini sangat membutuhkan ruangan yang besar untuk menampung
seluruh prodi dalam melaksanakan kegiatan kegiatan yang ada.

2. Fakultas Pertanian dan Peternakan


Kantin

Kantin FPP merupakan tempat usaha komersial yang ruang lingkup


kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk mahasiswa/i FPP. Kantin
memiliki banyak manfaat diantaranya yakni sebagai tempat makan, istirahat,
bersantai, berbincang, dan lainnya. Dari dokumentasi di atas dapat dilihat ukuran
kantin yang kurang memadai apabila dibandingkan dengan jumlah mahasiswa/I
FPP, lokasi kantin yang berdekatan dengan kandang ayam juga menunjukkan
bahwa letaknya kurang strategis dan juga kurang higienis sehingga diperlukan
perbaikan dengan memperhatikan kondisi, struktur,dan lokasi bangunan.

19
Musholla

Mushola merupakan tempat beribadah mahasiswa/I muslim FPP yang


diharapkan kerapihan dan kebersihannya untuk memberi kenyamanan bagi
mahasiswa/i muslim yang ada di FPP saat sedang beribadah. Dari dokumentasi
diatas terlihat bahwa mushola kurang terawat dari segi kebersihan dan kurangnya
fasilitas yang dibutuhkan dalam menunjang mahasiswa/i untuk beribadah. Alat
shalat yang mulai berdebu, lantai yang kotor, keran wudhu yang sedikit, ruangan
shalat yang terbilang sempit, dan AC yang perlu diperbaiki.
Toilet

Kamar mandi/WC merupakan salah satu fasilitas yang harus terjaga


kebersihan dan kelengkapan fasilitasnya karena kamar mandi yang tidak bersih
dan tidak terawat akan menumbuhkan bakteri serta virus yang dapat
membahayakan kesehatan mahasiswa. Dari dokumentasi di atas, dapat terlihat

20
bahwa kamar mandi kekurangan perlengkapan penting seperti sabun, tempat
sampah di dalam kamar mandi, serta kurangnya perawatan untuk lantai yang licin.
Selain itu, kerak juga terdapat di beberapa bagian lantai kamar mandi.

Papan Mading

Majalah Dinding atau biasa disingkat menjadi Mading merupakan media


komunikasi yang memberikan informasi penting seputar FPP yang ditempel di
dinding. Prasarana yang disediakan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas
mahasiswa/i di FPP dan mengupdate informasi yang ada agar mahasiswa/i di FPP
lebih uptodate. Namun akibat pandemic yang cukup lama membuat mading
menjadi tidak terurus dan dapat dilihat dari dokumentasi yang didapat bahwa
papan mading sudah usang dan tidak terawat sehingga perlu adanya perbaikan
atau pembaharuan.

Gazebo dan tempat desinfektan

21
Gazebo merupakan salah satu tempat tujuan bagi mahasiswa yang ingin
berkumpul untuk berdiskusi, mengerjakan tugas, beristirahat dan bersantai,
maupun menunggu untuk pergantian kelas. Namun akibat jarang sekali digunakan
dan kurangnya perawatan yang dilakukan dapat dilihat dari dokumentasi yang
didapat bahwa gazebo yang dibangun dari kayu tersebut telah rusak dan rapuh
sehingga perlu adanya perbaikan atau pembaruan agar tidak membahayakan
mahasiswa.
Pemberlakuan alat desinfektan merupakan bentuk pencegahan terhadap
virus covid-19 yang menjadi permasalahan utama di pandemi yang sedang
terjadi.Namun seiring berjalannya waktu alat desinfektan yang dibuat ini telah
terlihat terbengkalai dan tidak terawat sehingga perlu adanya perbaikan maupun
pembaruan untuk kenyamanan dan keamanan bersama.

Lahan parkir

Paving block merupakan salah satu produk konstruksi yang biasa


digunakan untuk perkerasan jalan, halaman, trotoar dan lainnya. Dalam
pembuatannya paving block menggunakan susunan bahan seperti beton yaitu
semen, agregat (pasir) dan air. Paving block ini menjadi produk konstruksi yang
digunakan untuk jalanan dan halaman yang ada di FPP, namun karena kurangnya
perawatan dapat dilihat dari dokumentasi yang didapat bahwa dibutuhkan
pembersihan pada jalan di parkiran, halaman depan aula, dan tempat-tempat di
FPP yang menggunakan paving block karena dapat dilihat terdapat banyak lumut
yang membuat jalannya menjadi licin dan dapat membahayakan mahasiswa/i.
Lahan parkiran mulai kusam dan adanya beberapa paving block yang sudah
22
pecah/bolong, akan lebih baik jika dilakukan perbaikan dan diperbaharui.

Ruang duduk

Kursi parkiran yang biasa digunakan duduk masyarakat FPP baik itu mahasiswa
dan lain lain. Sudah beberapa bulan rusak tidak dibenahi oleh birokrasi, penting untuk
segera dibenahi dikarenakan Sudah sangat tidak layak untuk digunakan kemudian
menjadi tempat lalu lalang mahasiswa,dosen maupun tamu yang berasal dari luar FPP.

Kesimpulan sarana prasarana FPP


1. Perlu ditambahkan kapasitas Kantin dan dijauhkan dari kandang.
2. Kamar Mandi yang harus selalu dijaga kebersihannya dan perlu ditambahkan. sabun
dan sejenisnya.
3. Manding perlu diperbaiki.
4. Gazebo perlu diperbaiki.
5. Parkiran yang perlu diperbaiki dan dibersihkan dari lumut.

23
3. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Ruang kelas reguler

Ruang Kelas Reguler di Gedung A

Ruang Kelas Reguler di Gedung B

Ruang Kelas Reguler di Gedung C

Dalam gambar di atas menunjukkan kondisi dari tiap-tiap kelas yang ditempati
oleh mahasiswa reguler yang ada di gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) meliputi gedung A, gedung B, dan gedung C. Kondisi dari setiap ruang kelas

24
ini berbeda tiap gedung. Dapat dilihat bahwa gedung A memiliki ruang kelas yang
cukup berbeda dengan ruang kelas lain yang ada di gedung B dan C. Perbedaannya
terdapat pada penggunaan kursi lipat yang masih versi lama dengan warna hitam dan
putih, hal ini sangat berbeda apabila ditinjau dari kursi ruang kelas gedung B dan C.
Pun dari bentuk ruang kelas masih cenderung terkesan lama dengan penempatan
jendela dan penggunaan gordennya. Hal ini ditambah lagi dengan tidak adanya monitor
dan layar touchscreen sebagai alat untuk share screen materi pembelajaran –digantikan
oleh proyektor– sehingga share screen materi bersifat manual, diperparah dengan
terlihatnya titik-titik yang menunjukkan adanya plafon yang menguning akibat
kebocoran air hujan. Hal ini jauh berbeda dengan ruang kelas di gedung B yang sudah
modern dilihat dari adanya pc di meja dosen, monitor dan layar touch screen sebagai
alat untuk share screen materi pembelajaran. Ruang kelas di gedung B dinilai sebagai
ruang yang lengkap dan lebih layak apabila dibandingkan dengan ruang di gedung A.
Kursi mahasiswa pun telah diganti dengan kursi orange sebagai identitas FISIP.
Sedangkan apabila kita meninjau kondisi ruang kelas di gedung C, tidak jauh
berbeda dengan ruang kelas gedung B namun titik perbedaan terdapat pada tidak adanya
monitor dan layar touch screen sebagai alat untuk share screen materi pembelajaran,
sama seperti pada ruang kelas di gedung A. Hal ini menunjukkan ada kesenjangan yang
terjadi di antara ruang kelas pada gedung A, B, dan C.

Ruang kelas IUP

Berdasarkan foto di atas, dapat dilihat bahwa ruang kelas IUP yaitu ruang A 302
dan A 309 terbilang cukup luas dan nyaman sebagai tempat pelaksanaan perkuliahan.
Kursi dan meja yang terdapat di ruang kelas IUP tersebut juga dalam kondisi baik serta
seating arrangement yang ada di ruangan tersebut sudah tertata rapi. Kemudian,
menurut mahasiswa/i IUP AC yang ada di kedua ruangan tersebut juga dingin dan

25
projector sebagai penunjang perkuliahan juga clear. Namun, terdapat beberapa keluhan
dari mahasiswa/i IUP, yaitu terkait dengan AC yang terkadang suhunya terlalu rendah
sehingga membuat ruangan kelas tersebut menjadi sangat dingin ditambah lagi tidak
adanya remote AC di ruang kelas yang membuat mahasiswa/i tidak bisa mengatur suhu
AC di ruang kelas mereka. Lalu, berdasarkan foto di atas, di ruang kelas tersebut juga
tidak ada layar projector.

Kantin

Setelah melakukan survey kepada teman-teman Orang’e FISIP, ada beberapa


keluhan yang dirasakan terhadap sarana dan prasarana di kantin FISIP. Yang pertama
adalah lingkungan kantin yang cenderung kotor, kurang rapi, dan juga gelap, serta
kapasitasnya yang terlalu kecil untuk mahasiswa FISIP yang banyak. Selain itu,
peralatan makan yang disediakan juga kurang bersih, dan juga bangku yang terdapat di
kantin kurang bersih dan jaraknya dengan meja terlalu jauh. Sehingga agak
menyulitkan mahasiswa pada saat ingin menyantap makanan. Untuk masalah
kebersihan juga perlu diperhatikan, seperti pada air kamar mandi keruh dan terkadang
tidak mengalir dan juga jumlah tempat sampah yang kurang banyak.

Lahan parkir

26
Pada parkiran belakang/parkiran mahasiswa FISIP, hanya ada beberapa poin
yang dikeluhkan oleh teman-teman Orang’e FISIP. Yang paling sering dikeluhkan
adalah tangga menuju parkiran yang kurang simetris dan terdapat tangga yang terlalu
tinggi jaraknya, serta pada tangga yang berbentuk spiral pijakannya terlalu kecil
sehingga menyulitkan dalam memijak dan beresiko jatuh. Terkadang ada paving di
parkiran yang tidak rata dikarenakan akar pohon, sehingga sedikit menyulitkan apabila
akan parkir di sekitar tempat yang tidak rata. Dan yang terakhir ada beberapa spot yang
banyak terdapat pasir kerikil yang dapat mengakibatkan mahasiswa terpeleset.

Ruang kesehatan
Untuk ruang kesehatan sebenarnya sudah cukup baik. Tetapi dalam
kelengkapan alat kesehatan yang kurang memadai dan penataan ruang belum tentu rapi
jadi barang-barang diletakkan secara sembarangan, sehingga masih kurang sedap untuk
dipandang. Hal ini juga menimbulkan ketidaknyamanan apabila terdapat seseorang
yang dirawat di ruangan tersebut.

Auditorium

27
Auditorium yang ada di FISIP sebenarnya sudah masuk ke dalam kategori
cukup baik. Dalam ruangan tersebut terdapat beberapa fasilitas seperti monitor, AC,
Mikrofon, kursi yang semuanya dapat berfungsi dan ditata dengan baik sehingga
mempengaruhi sudut pandang yang bagus. Selain itu, lebar dan panjang ruangan juga
cukup luas sehingga dapat menampung orang dengan kapasitas banyak.

Ruang sekre

Ruang sekre diperuntukkan bagi organisasi mahasiswa yang ada di FISIP seperti
BEM FISIP, HMPS Ilmu Komunikasi, HMPS Ilmu Pemerintahan, HMPS Administrasi
Publik, HMPS Administrasi Bisnis, dan HMPS Hubungan Internasional. Tiap ormawa
memiliki ruangannya sendiri-sendiri.
Ruang Sekre BEM FISIP berukuran lebih besar dibanding dengan Ruang Sekre
HMPS lain. Setiap ormawa bebas untuk mendesain serta mendekorasi ruangannya.
Kebanyakan di Ruang Sekre hanya tersedia tikar untuk duduk serta meja maupun rak
kecil untuk meletakkan barang-barang. Fasilitas yang ada di Ruang Sekre masih sangat
minim terutama tidak adanya kipas/ AC di dalam ruangan sehingga menjadikan ruangan
terasa pengap. Kemudian minimnya rak-rak penyimpanan sehingga barang-barang
yang ada tergeletak berserakan di lantai yang menyebabkan kesan berantakan.
Namun, sangat disayangkan kebanyakan Ruang Sekre sangat kotor, banyak
sampah bekas makanan dan minuman, maupun sampah kertas berserakan di lantai.
Kemudian kebersihan lantai juga masih kurang. Tidak adanya alat kebersihan dan
tempat sampah disetiap ruangan membuat mahasiswa malas untuk membersihkan
ruangan serta membuang sampah pada tempatnya.

Ruang perpustakaan

28
Perpustakaan FISIP Undip ini sudah termasuk kedalam kategori baik.
Didalamnya terdapat berbagai buku referensi dengan berbagai tema, juga terdapat
banyak skripsi dari angkatan terdahulu sebagai bahan referensi mahasiswa. Selain itu
terdapat beberapa fasilitas penunjang lain seperti komputer untuk mengisi daftar hadir
mahasiswa, loker barang, kursi dan meja yang lengkap dengan stop kontak, AC, fire
extinguisher, toilet, dan ruang referensi.

Toilet
Toilet Pria Gedung B, C, dan D

29
Ruang Toilet Gedung B, C, dan D interior dan isinya hampir sama, namun
perbedaan ada pada gedung D yang memiliki sekat pembatas antara urinoir satu dengan
yang lainnya, pada umumnya toilet pada gedung B,C dan D bersih karena setiap hari
dibersihkan oleh cleaning service di FISIP. Namun terdapat kekurangan di gedung ini,
antara lain: Airnya yang sangat keruh dan berbau berbeda dengan air di gedung A,
pengunci pintu yang rusak dan tidak tersedianya sabun untuk membersihkan setelah
buang air. Di gedung D juga tidak tersedia sabun untuk cuci tangan, toilet di gedung D
juga lantainya berkerak mungkin harus diganti untuk menghilangkannya.

Toilet Wanita Gedung B, C, D tampak dalam gambar berikut ini:


Toilet Gedung B

Toilet Gedung C

30
Toilet Gedung D

Dapat dilihat dari foto, bahwa Toilet Gedung B, C, dan D rata-rata interior dan
isinya hampir sama. Untuk kebersihannya setiap hari sebenarnya sudah dibersihkan
oleh cleaning service dan disediakan sabun cuci tangan di setiap toilet wanita, akan
tetapi masih ada banyak kekurangan dari fasilitas yang telah disediakan ini.
Kekurangan toilet wanita:

1. Air yang dihasilkan dari keran cukup keruh dan berbau, berbeda dengan Toilet di
Gedung A yang menghasilkan air jernih.
2. Lantai kamar mandi, bak keramik, kloset memiliki kerak sehingga terlihat kotor.
3. Pintu kayu depan kamar mandi juga kurang tertutup, mahasiswa menyarankan untuk
mengganti dengan pintu yang bisa ditutup full.
4. Di dalam kamar mandi tidak disediakan gantungan untuk menggantungkan tas atau
semacamnya, sehingga itu mempersulit mahasiswa yang sedang membawa tas tapi
31
bingung akan digantungkan kemana tasnya.

Fasilitas air minum gratis

Dapat dilihat dari foto, bahwa FISIP telah menyediakan dispenser guci air
minum sebanyak 4 buah, dengan penempatan di sisi kanan dan kiri lobi masing-masing
2 buah. Menurut survey yang telah dilakukan secara langsung, air yang di keluar dari
dispenser sangat kecil sehingga butuh waktu lama untuk mengisi air ke botol secara
penuh, hal tersebut membuat orang-orang harus sabar menunggu dan antri lumayan
lama. Ada masukan juga dari mahasiswa untuk air mineral sebaiknya menggunakan
merk Aqua yang tentu rasanya dan kejernihannya terjamin.

Lift

32
Lift di gedung FISIP terdapat dua buah yaitu lift di antara gedung B dan C di
tengah gedung, dan di Gedung A di sebelah kiri gedung pada dasarnya lift nya masih
baik kondisinya, mungkin karena masih baru. Tetapi dari pendapat beberapa mahasiswa
lift ini masih kurang kapasitasnya, mahasiswa harus menunggu hingga 2 kloter naik
dan turun untuk dapat menaiki lantai selanjutnya. Lift juga terkadang berbunyi decit
saat kapasitas di dalam lift penuh.

Rumah Ibadah

Berdasarkan foto foto masjid yang berada di FISIP UNDIP saat ini, dapat dilihat
jika tampak dari depan mesjid harus diperbaharui dengan di cat ulang karena banyak
sekali noda noda di dinding masjid kemudian tampak lantai 1 terdapat tempat untuk
menyimpan mukena dan sajadah sudah harus diganti dan ditata dengan rapi. Kemudian
untuk lantai 2 memang sudah terlihat cukup rapi namun kurang tempat untuk menaruh
mukena dan sajadah. Kemudian untuk ac atau pendingin ruangan juga perlu ditambah
lagi, mengingat jika banyak orang di dalam, sangat jadi gerah dan pengap. Jadi lebih
baik di atas juga diberikan tempat untuk menyimpan alat ibadah serta menambah ac.
Kemudian untuk lantai 1 sendiri perlu dilengkapi lagi seperti al-quran supaya lebih
lengkap.

33
Kemudian untuk tempat wudhu, di rasa kran air wudhu nya kurang banyak
sehingga perlu di tambah lagi supaya mengurangi antrian yang panjang dan mengejar
mata kuliah selanjutnya. Kemudian untuk tempat sholat wanita, perlu untuk dilengkapi
gorden atau penutup di jendela supaya tidak terlihat dari luar dan terjaga aurat serta
privacynya, jadi perlu nya di tambah gorden. Tempat wudhu sendiri juga harus di
perbaharui mulai dari kran air hingga tampilan luar dan dalam nya, bisa di cat kembali
supaya terlihat lebih bersih dan segar. Dan untuk ditambah lagi tempat wudhu nya.
Secara keseluruhan, evaluasi untuk rumah ibadah memang cukup banyak, namun
memang cukup banyak dirasakan bahwa masjid FISIP terlalu kecil dan jika
memungkinkan bisa untuk di perbesar kembali, mengingat banyak sekali mahasiswa
yang beragama islam di FISIP UNDIP.

Kesimpulan
1. AC atau pendingin ruangan di tambah.
2. Di bangun kembali tempat wudhu pria dan wanita.
3. Ditambah gorden penutup di jendela untuk wanita supaya aurat dan privasi wanita
terjaga.
4. Di cat kembali secara keseluruhan.
5. Di tambah lemari untuk menaruh alat ibadah.
6. Ditambah Al-Quran.
7. Jika memungkinkan diperbaharui secara keseluruhan dengan diperbesar atau
memperluas masjid.
8. Diberikan lampu untuk menerangi masjid jika malam.

4. Fakultas Psikologi
Lahan parkir
Lahan parkir yang terdapat di Fakultas Psikologi masih belum dapat digunakan
dengan optimal dikarenakan penggunaan lahan parkir motor di belakang gedung yang
masih dipenuhi dengan barang-barang yang tidak terpakai, seperti nama gedung
Fakultas Psikologi, kayu, papan tulis, proyektor, meja, kursi, dsb. Hal tersebut
mengakibatkan kurangnya lahan parkir kendaraan roda dua bagi sebagian mahasiswa
psikologi, terutama saat jam padat perkuliahan. Terkait parkiran mobil, banyak
mahasiswa pengguna kendaraan roda empat tidak mendapatkan parkiran yang layak,
hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya mahasiswa yang parkir di sepanjang jalan
34
Fakultas Ekonomika dan Bisnis hingga Fakultas Psikologi. Selain itu, adanya blind spot
dan kurangnya penerangan serta pengawasan di sekitar jalan Fakultas Psikologi
menimbulkan perasaan tidak aman dan nyaman bagi mahasiswa Psikologi.
Hal ini dibuktikan dengan kejadian beberapa bulan silam dimana sebuah mobil
milik salah satu mahasiswa Psikologi hampir dibobol oleh seorang oknum yang tidak
bertanggung jawab. Oknum tersebut juga terlihat beberapa kali memantau situasi dari
pohon dekat jalan Fakultas Psikologi. Kejadian ini kemudian segera diatasi oleh pihak
fakultas, hanya saja akan lebih baik jika ada tindakan preventif sehingga kejadian
seperti ini tidak terulang kembali. Permasalahan selanjutnya adalah parkiran psikologi
yang terbilang kurang luas untuk menampung pengguna kendaraan dikala sedang
diadakannya kegiatan, seperti adanya kegiatan Magenta Market Day pada 10 November
2022 yang mengakibatkan penggunaan lahan parkir dosen dialihfungsikan untuk
kegiatan sehingga parkiran dosen dialokasikan ke parkiran mahasiswa yang
menyebabkan kurangnya lahan bagi masyarakat Fakultas Psikologi, terutama
mahasiswa. Beberapa permasalahan yang sudah dijabarkan di atas dirasa tidak sesuai
dengan UKT dan SPI yang sudah diberikan karena hingga saat ini belum terdapat lahan
parkir yang aman dan nyaman bagi mahasiswa Psikologi.

Kantin
Kantin fakultas Psikologi juga menjadi concern bagi mahasiswa Psikologi,
dimana fasilitas dari kantin Fakultas Psikologi masih dirasa kurang, seperti terbatasnya
jumlah meja dan kursi yang terdapat di kantin, mengingat jumlah mahasiswa Psikologi
yang terbilang cukup banyak. Kemudian tidak adanya kanopi penghubung antara
gedung Fakultas Psikologi dengan kantin, yang cukup dirasa menyulitkan mahasiswa
ketika mereka ingin kembali ke kelas, terutama dalam kondisi hujan. Beberapa kali
terlihat mahasiswa harus berlarian dari kantin menuju gedung saat sedang hujan karena
jam perkuliahan yang akan segera dimulai kembali.
Selain kurangnya fasilitas dan kanopi penghubung, juga terdapat kurangnya
wastafel atau tempat cuci tangan di sekitar kantin Fakultas Psikologi. Hal ini
menunjukkan kurangnya sanitasi pada wilayah Fakultas Psikologi, terutama pada
wilayah kantin. Selain kurangnya fasilitas yang telah disebutkan, penempatan kantin
Fakultas Psikologi juga terbilang cukup riskan. Kantin Fakultas Psikologi berada di
sebelah gardu listrik dan dikelilingi oleh lahan tanah milik Fakultas Psikologi yang
cukup tinggi. Hal ini menjadi kekhawatiran karena kantin sendiri merupakan tempat
35
produksi, distribusi, dan konsumsi makanan, yang dimana terdapat unsur air di
dalamnya, sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan konslet pada gardu listrik di
sebelahnya.
Kemudian struktur tanah yang terdapat pada sekeliling kantin hanya berupa
tanah tinggi yang tidak bertingkat, sehingga dikhawatirkan jika terjadi hujan dengan
intensitas yang tinggi secara terus menerus, akan menyebabkan perubahan struktur
tanah yang dapat mengakibatkan bencana bagi wilayah Fakultas Psikologi, terutama
kantin.

E-Library
Selama masa perkuliahan online, fakultas juga menyediakan fasilitas
perpustakaan daring (E-Library). Sosialisasi terkait cara penggunaan, hingga
pembuatan akun untuk mahasiswa pun juga sudah dilakukan. Namun, sampai saat ini
dapat dilihat bahwa atensi mahasiswa terkait pengadaan E-Library ini masih minim dan
banyak mahasiswa yang kurang memanfaatkan E-Library ini terlebih untuk sarana
penunjang keberjalanan perkuliahan. Mereka masih memanfaatkan sumber-sumber lain
untuk menunjang perkuliahan mereka. Untuk meningkatkan atensi dan minat
mahasiswa terhadap fasilitas ini, fakultas perlu memberi sosialisasi berupa infografis
dan/atau melalui agenda/kegiatan sosialisasi tentang E-Library. Selain itu, fakultas juga
dapat bekerjasama dengan lembaga kemahasiswaan untuk infografis sosialisasi
maupun jaringan komunikasi terbaru terkait E-Library ini.

FASILITAS AIR ISI ULANG


Fasilitas air isi ulang masih dikatakan kurang optimal di lingkungan Fakultas
Psikologi, hal ini sesuai dengan keadaan lapangan dimana penyediaan fasilitas air isi
ulang di Fakultas Psikologi hanya tersedia di lantai enam dan tujuh. Hal ini
menyebabkan akses yang sulit untuk dijangkau oleh mahasiswa karena harus naik ke
lantai enam atau tujuh terlebih dahulu untuk mengisi air. Selain itu, sesuai dengan IKU
Renstra 53: Ketersediaan Fasilitas Pendukung, tercantum bahwa dalam
mengembangkan sarana dan prasarana, baik universitas maupun fakultas harus
mengikuti standarisasi prasarana, salah satunya adalah UI Green Metric yang
menekankan pada kampus hijau dan pelestarian lingkungan sehingga seharusnya
pemerataan fasilitas air isi ulang dapat dilakukan agar setiap lantai di Fakultas Psikologi
terutama pada lantai yang memiliki ruang kelas, seperti lantai 2, 3 dan 4 memiliki
36
fasilitas air isi ulang. Kemudian, informasi terkait fasilitas air isi ulang sebaiknya lebih
dimasifkan kembali agar mahasiswa bisa turut serta mengurangi pemakaian plastik
dalam upaya menciptakan lingkungan kampus hijau dan melestarikan lingkungan.

RUANG GEDUNG
Jumlah ruang yang terdapat pada Fakultas Psikologi masih dikatakan kurang
dapat mengakomodir kebutuhan mahasiswa Psikologi dikarenakan jumlah kelas dan
jumlah mahasiswa tiap angkatan tidak sebanding, hal ini dibuktikan dengan adanya data
angkatan dimana jumlah mahasiswa tiap angkatan berkisar 350-360 mahasiswa, namun
untuk kelas sendiri hanya terdapat sekitar 20 kelas (10 kelas pada lantai 2 dan 10 kelas
pada lantai 3) bagi mahasiswa Sarjana Psikologi. Kurangnya jumlah kelas pada
Fakultas Psikologi tidak hanya berdampak pada keperluan akademik, namun juga
berdampak pada keperluan kegiatan Lembaga Kemahasiswaan yang terdapat pada
Fakultas Psikologi. Hal ini dibuktikan dengan adanya bentrok jadwal yang dialami oleh
Lembaga Kemahasiswaan dan Akademik terkait penggunaan kelas. Selain kurangnya
jumlah kelas yang terdapat pada Fakultas Psikologi, ruang unit kesehatan juga tidak
terdapat pada wilayah Fakultas Psikologi. Hal ini juga menjadi keresahan bagi
mahasiswa yang nantinya membutuhkan pertolongan pertama jika mengalami
permasalahan kesehatan. Saat ini, hanya terdapat Kotak P3K yang tersedia di setiap
lantai Fakultas Psikologi, di samping itu kotak P3K yang tersedia juga tidak memiliki
obat-obatan yang lengkap sebagai langkah penanganan pertama.

BUS KAMPUS
Rute bus kampus yang belum menjangkau ke seluruh fakultas, salah satunya
adalah Fakultas Psikologi, menyebabkan tidak semua mahasiswa Undip dapat
memanfaatkan fasilitas tersebut. Rute ke fakultas Psikologi, Jam Operasional, Rambu
bis di lingkungan Fakultas.

Kesimpulan sarana prasarana FPsi


1. Diperlukan kanopi di parkiran dan menyingkirkan barang-barang yang di lahan
parkir.
2. Pengoptimalan kantin di Fakultas Psikologi.
3. Sosialisasi keberadaan E-Library.
4. Optimalisasi fasilitas air isi ulang gratis.
37
5. Penyertaraan ruang kelas di Fakultas Psikologi dengan jumlah mahasiswanya.
6. Penjangkauan rute bus kampus untuk mobilitas mahasiswa.

5. Fakultas Sains dan Matematika


Ditinjau dari kondisi saat ini, sarana dan prasarana penunjang perkuliahan luring
dan daring dirasa masih perlu diperbaiki dan dikembangkan. Sarana dan prasarana
penunjang untuk perkuliahan secara daring seperti SSO, SIAP, dan aplikasi perkuliahan
lainnya tidak stabil dan sulit aksesibilitasnya. Adapun dalam kegiatan perkuliahan yang
dilaksanakan secara luring penuh pada saat ini ternyata masih terdampak oleh sulitnya
aksesibilitas dari aplikasi penunjang perkuliahan (selalu dalam posisi memuat atau
proses memuatnya sangat lama). Terkait sarana dan prasarana perkuliahan secara luring
perihal kondisi fisik yang ada di Fakultas Sains dan Matematika seperti ruang kelas,
laboratorium, lingkungan sekitar FSM masih dalam proses perbaikan. Pada saat ini,
beberapa sarana dan prasarana penunjang perkuliahan sedang dalam tahap
pengembangan (renovasi). Namun, beberapa instrumen minor masih belum ada
perubahan, seperti jumlah steker/colokan listrik, kondisi mesin pendingin ruangan
(AC), proyektor dan pelengkapnya, dan lain-lain.
Penghimpunan keresahan dilakukan dengan beberapa cara, antara lain adalah
survei forum sowan departemen, dan forum FSM Gathering. Berdasarkan hasil survey,
keresahan yang ada dikategorikan menjadi dua, yaitu sarana dan prasarana perkuliahan
luring dan daring. Untuk topik terkait sarana dan prasarana perkuliahan secara daring,
poin keresahan yang ada antara lain adalah aplikasi SSO yang merupakan sebuah sistem
terintegrasi yang menghubungkan civitas akademika Undip dengan beberapa sumber
daya dan fasilitas IT yang disediakan oleh Universitas Diponegoro. Beberapa keluhan
yang diberikan mengenai SSO oleh mahasiswa FSM antara lain adalah permasalahan
pada aksesibilitas dan juga kestabilannya. Selain itu, terkait ketersediaan aplikasi SSO
pada App Store, aplikasi SSO hingga saat ini hanya tersedia pada Play Store. Hal
tersebut sangat disayangkan karena melihat dari populasi mahasiswa di FSM Undip ini,
tidak seluruhnya menggunakan Android. Hal tersebut membuat aksesibilitasnya lebih
sulit dan lambat pada mahasiswa pengguna App Store karena harus membuka aplikasi
SIAP dengan browser. Kedua, terkait fasilitas penunjang pembelajaran yaitu peralatan
laboratorium. Harapan dari teman-teman mahasiswa FSM untuk peralatan pendukung
yang ada di laboratorium FSM sekiranya dapat dilengkapi dan juga peralatan yang
sudah ada dilakukan peninjauan mengenai kelayakannya. Beberapa mahasiswa FSM
38
merasa peralatan yang ada sudah tidak layak digunakan dan juga bahan-bahan yang
tersedia di laboratorium sudah masuk dalam masa kadaluarsa. Rasanya diperlukan
quality control terhadap kelengkapan peralatan laboratorium karena alat-alat
laboratorium pastinya akan berpengaruh terhadap keberhasilan praktikum yang
dilakukan. Terakhir, terkait instrumen dasar yang ada di ruang kelas maupun
laboratorium, dirasa diperlukan adanya quality control secara berkala untuk kursi,
proyektor, dan ubin karena beberapa sudah tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Berdasarkan forum sowan departemen yang sudah dilakukan, poin keresahan
yang ada antara lain adalah terkait kondisi lapangan parkir yang dirasa cukup berbahaya
karena dipenuhi oleh lumut sehingga licin. Lalu, terkait keberadaan kelengkapan
fasilitas penunjang protokol kesehatan seperti hand sanitizer dan sabun cuci tangan pada
kran injak yang sudah ada pada beberapa titik di FSM Undip.
Berdasarkan forum FSM Gathering yang sudah dilakukan, diperoleh beberapa
poin keresahan dari mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika. Poin keresahan yang
ada antara lain adalah terkait kondisi laboratorium yang dirasa masih jauh dari standar
umum. Pada forum disampaikan bahwa terdapat pendanaan dari pihak universitas untuk
laboratorium sebesar 10 miliar yang nantinya akan dimanfaatkan untuk perbaikan
maupun melengkapi kebutuhan laboratorium di FSM Undip ini. Namun, perihal
keberadaan steker di area Fakultas Sains dan Matematika ini perlu ditambah jika
ditinjau dari jumlah yang ada pada saat ini dan kebutuhan nya. Kemudian, terkait
kondisi renovasi yang ada di FSM ini prosesnya akan selesai pada akhir tahun ini.
Terkait kondisi pada lapangan parkir yang berlumut hingga saat ini masih ditemukan
solusi terbaik. Terkait pengoprasian kantin kembali baru akan dilakukan ketika PPKM
sudah dicabut sepenuhnya, hal ini dilakukan upaya memperhatikan protokol kesehatan
yang ada. Untuk, perihal peminjaman sepeda FSM masih dalam proses pengajuan alur
pengajuan izin ke UPA Universitas Diponegoro. Kemudian, terkait alur administrasi
(pengajuan berkas, peminjaman ruang, surat rekomendasi, dan lain-lain) yang dirasa
perlu untuk dikembangkan alurnya agar lebih efektif dan terstruktur.

Berikut beberapa poin rekomendasi terkait sarana dan prasarana yang ada di
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro:

39
Perkuliahan secara daring
Perbaikan dan pengembangan pada sistem pendukung perkuliahan daring yaitu
system SSO Undip dan segala derivatnya untuk dipermudah aksesibilitasnya dan
pengajuan kembali aplikasi SIAP di IOS.

Perkuliahan secara luring


1. Pengadaan peralatan laboratorium yang memadai.
2. Peningkatan kualitas pada instrumen dalam ruang belajar mengajar (keberadaan
steker, kondisi AC/ mesin pendingin) dalam upaya penyesuaian kebutuhan.
3. Pembersihan lapangan parkir dari lumut.
4. Pemberlakuan deadline seluruh renovasi yang sedang berjalan di FSM (pembuatan
nota kesepakatan).
5. Pengoprasian kembali kantin yang ada di FSM.

6. FPIK (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)


Sama halnya dengan fakultas lain FPIK juga tidak luput dari permasalahan
sarpras. FPIK sebagai perwajahan Undip dalam riset keilmuan maritim tidak
selayaknya mendapatkan fasilitas tidak memadai. Berdasarkan data keresahan
mahasiswa di FPIK dan inspeksi secara langsung di lapangan didapati beberapa fasilitas
yang dinilai masih belum layak diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Alat laboratorium tidak lengkap dan memadai, bahkan terdapat alat
laboratorium yang rusak. Untuk menunjang pengembangan riset di FPIK baik
untuk kepentingan kontestasi riset dan skripsi diperlukan alat laboratorium yang
lengkap agar dapat memfasilitasi mahasiswa FPIK pada ranah riset. Namun hal
ini pada kenyataannya bertentangan dengan temuan yang didapati dilapangan,
dimana mahasiswa FPIK yang sedang melakukan penelitian skripsi kerapkali
menggunakan fasilitas riset diluar lingkungan FPIK yang mengharuskan
mahasiswa untuk mengeluarkan biaya lebih, karena alat laboratorium di FPIK
sendiri tidak memadai. Selain itu alat laboratorium juga dinilai tidak dapat
mendukung secara keseluruhan kegiatan praktikum pada mata kuliah tertentu,
ini juga diperparah dengan alat laboratorium yang rusak terkadang jadwal
pelaksanaan praktikum sering molor dan tidak efektif serta efisien. Hal ini
sangat disayangkan karena peralatan praktikum merupakan bagian dari
komponen biaya operasional perkuliahan yang ditanggung oleh UKT
40
mahasiswa, tetapi melihat kondisi ini maka sudah sangat wajar timbul presepsi
selama ini UKT yang dibayarkan oleh mahasiswa di FPIK tidak teralokasi
dengan baik kepada kebutuhan layanan pendidikan di FPIK.
2. Jaringan internet yang tidak menjangkau seluruh kawasan di FPIK juga
menghambat kegiatan belajar mengajar di FPIK. Wifi Undip Connect dan
Undip Open hanya dapat digunakan pada dua kawasan gedung saja yakni
gedung A (dekanat) dan gedung E, sedangkan pada gedung-gedung lain juga
digunakan sebagai ruang kelas yang artinya di sana ada kegiatan belajar
mengajar dimana dibutuhkan jaringan internet untuk menunjang perkuliahan,
ditambah lagi pada era digital trend pola kegiatan belajar mengajar dengan
mengeksplorasi bahan-bahan belajar dari Internet sangat dibutuhkan.

7. Fakultas Teknik
Sebagai salah satu Universitas “Ternama” di Indonesia yang hendak meraih
predikat World Class University, seharusnya bisa mengakomodasi kebutuhan sosial
dan meminimalisir tingkat stres akademik mahasiswanya dengan peningkatan fasilitas
ruang komunal yang ada di lingkungan FT Undip. Namun, jika menelisik pada fasilitas
ruang komunal yang ada di Fakultas Teknuk Undip seperti, Taman Teknik, Masjid
Teknik, Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) FT, dan tempat parkir yang ada masih
terdapat banyak kekurangan yang dirasakan oleh mahasiswa FT Undip.
Terkait kurangnya kapasitas lahan parkir di beberapa departemen seperti Teknik
Geodesi, Teknik Perkapalan, Teknik Komputer, dan Teknik Lingkungan membuat
lapangan yang seharusnys steril dari kendaraan harus menjadi parkiran guna
menampung kendaraan pada parkiran GKB, serta kondisi lahan yang licin akibat lumut.
Masih kurangnya kelengkapan fasilitas terkait tempat duduk, gazebo, jaringan internet,
dan pencahayan di Taman teknik. Terkait masid teknik dan PKM FT, dari mahasiswa
menginginkan perluasan pada fasilitas tersebut agar lebih dapat menampung kegiatan
non akademik serta kegiatan ibadah di masjid teknik untuk civitas akademik muslim di
FT Undip.
Kekurangan pada fasilitas ruang komunal di FT Undip secara tidak langsung
dapat mengurangi tingkat interaksi sosial antar civitas akademika dan dapat
meningkatkan tingkat stres akademik mahasiswanya. Meskipun “Kenyamanan”
merupakan hal yang subjektif, namun bisa menjadi suatu fakta jika banyak orang yang
merasakan hal yang sama. Menurut Wijayanti (2003) ada beberapa faktor yang
41
mempengaruhi mahasiswa memanfaatkan ruang komunal untuk melakukan kegiatan
berinteraksi sosial, sebagai berikut:
1. Dekat (kurang lebih 25 m) dengan ruang yang dituju.
2. Tempat yang teduh, terletak di dalam suatu bangunan, terhalang sinar
matahari, hujan, dan angin kencang baik secara langsung maupun tidak
langaung.
3. Tempat terbuka dengan dinding pada 1 sisi atau 2 sisi
4. Tempat yang kosong
5. Tempat yang dapat digunakan untuk duduk dengan nyaman
6. Bebas, tidak terhalang melihat ke arah tempat parkir
7. Bebas, tidak terhalang melihat ke arah kehadiran dosen
8. Kemudahan mendapatkan informasi
Stres akademik yang ada memiliki dampak negatif, stress sendiri menurut
Lazarus (Lumongga, 2009) dapat bersifat negatif (distres) yang menjadikan mahasiswa
malas mengerjakan tugas perkuliahan, malas mengikuti perkuliahan dan kehilangan
motivasi untuk mengerjakan laporan praktikum, menunda dalam pengerjaan skripsi dan
adanya keinginan untuk tidak melanjutkan mengerjakan skripsi. Hal ini tentu secara
tidak langsung berdampak pada cita-cita luhur seperti yang disebutkan sebelumnya.
Sehingga di Fakultas Teknik Undip diharapkan :
1. Adanya transparansi keuangan terkait pembangunan dan pemeliharaan sarana
prasarana di Fakultas Teknik.
2. Perbaikan Masjid Teknik agar dapat menampung lebih banyak mahasiswa
muslim dalam beribadah serta sarana prasarana yang memadai seperti alat
ibadah
3. Renovasi PKM FT menjadi lebih luas untuk menampung lebih banyak
kapasitas mahasiswa dalam melakukan kegiatan non akademik
4. Perbaikan parkiran mulai dari paving block yang sudah dipenuhi lumut dan
licin yang akan membahayakan keselamatan mahasiswa
5. Perawatan parkiran yang aman dan nyaman serta dibuatkan atap agar
kendaraan tetap terparkir dalam keadaan teduh terkhusus motor
6. Perawatan Taman Teknik untuk tempat yang lebih nyaman, bersih dan asri
serta dilengkapi fasilitas Gazebo, pencahayaan dan jaringan internet yang
memadai.

42
Menurut Moenir (2006) Sarana adalah segala jenis peralatan yang berfungsi
sebagai alat utama atau alat langsung untuk mencapai tujuan, misalnya ruang kelas,
laboratorium, tempat sampah, dan lain lain sedangkan prasarana adalah seperangkat
alat yang berfungsi secara tidak langsung untuk mencapai tujuan, misalnya keadaan
lingkungan sekitar ruang kelas. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung
tentunya dapat memudahkan dalam mencapai tujuan. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dalam keberlangsungan kegiatan pembelajaran sendiri tentunya
diperlukan sarana dan pra sarana yang mendukung. Sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran sendiri telah diatur kriterianya dalam
Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Nomor 51 tahun 2018 pasar 7 ayat 2(g) yang dimana didalamnya berisi sarana dan
prasarana yang harus dipenuhi yaitu ruang kuliah, ruang dosen, ruang administrasi,
ruang perpustakaan, ruang labolatorium, dan jumlah buku per program studi. Tetapi
dalam realisasinya masih ada sarana dan prasarana yang belum sesuai ketentuan, saat
dilakukan survei kelas di Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro salah satu
kelasnya memiliki luas 52,88 meter (7,5 m x 7,05 m), tetapi dalam satu kelas tersebut
ditempati 55 orang.
Kemudian berdasarkan survei melalui googleform yang disebarkan di setiap
fakultas terdapat beberapa keresahan yang dirasakan oleh para mahasiswa mengenai
fasilitas yang ada di dalam ruang kelas yang pertama yaitu AC (Air Conditioner), LCD
proyektor dan mikrofon yang ada di beberapa ruang kelas mengalami kendala,
kemudian ruang kelas yang tidak kedap suara menimbulkan kebisingan terhadap ruang
kelas lain, kemudian ketidakmerataan fasilitas yang didapatkan di setiap departemen
menyebabkan kecemburuan antar departemen, contohnya yaitu penggunaan kursi kayu
di jurusan Teknik Sipil, dan adanya televisi interaktif di jurusan Perencanaan Wilayah
dan Kota. Beranjak dari ruang kelas, dengan berdasarkan data hasil form dan survei
langsung juga terdapat keresahan pada ruang laboratorium, yang pertama yaitu belum
adanya pengingat akan K3 di beberapa departemen, yang dimana K3 sendiri sangat
penting saat keberjalanan praktikum.
Kemudian alat alat yang ada di laboratorium kebanyakan sudah usang sehingga
saat melakukan kegiatan praktikum tidak menghasilkan hasil yang tidak akurat, bahkan
ada beberapa alat yang tidak bisa digunakan lagi. Hal ini juga termasuk tidak memenuhi
43
standart yang ditetapkan dalam peraturan Permenristekdikti no 51 tahun 2018 pasal 2(g)
yang dimana dalam pasal tersebut tertulis telah tersedia sarana yang terdiri atas ruang
laboratorium, komputer, dan sarana praktikum dan atau penelitian sesuai dengan
kebutuhan setiap program studi, tetapi dalam realitanya alat-alat tersebut beberapa tidak
akurat dan tidak bisa digunakan lagi.

8. Fakultas Kedokteran
Kedokteran Umum
- Beberapa kelas kapasitas tempat duduknya masih kurang sehingga tidak semua
mahasiswa mendapatkan tempat duduk. Hal ini sudah sempat disampaikan oleh pihak
prodi tapi sampai sekarang masih blm ada penambahan kursi.
SOLUSI: bisa ditambahkan kursi di kelas sesuai dengan jumlah mahasiswa yang ada,
karena apabila kami mengambil kursi dari kelas lain kadang tidak diperbolehkan
- Permasalahan air yang sering mati terutama di gedung B sehingga mahasiswa
kesulitan apabila ingin menggunakan fasilitas kamar mandi.
SOLUSI: Pihak kampus lebih memperhatikan saluran air karena cukup mengganggu
terutama jika mahasiswa ingin ke kamar mandi maupun sholat

Kedokteran Gigi
- Kekurangan dosen. Dosen di kedokteran gigi terbilang sedikit. Dengan sedikitnya
jumlah dosen dan harus mengajar di preklinik dan klinik membuat dosen kewalahan.
Banyak jadwal matkul yang di reschedule dan belum tahu kapan akan diadakannya.
Selain itu, di pskg juga mengundang beberapa dosen dari kedokteran umum namun
banyak dosen yang me resche jadwal dan belum bisa memberikan matkul.
SOLUSI : menambah jumlah dosen sehingga dosen bisa terbagi antara preklinik dan
klinik.
- Kurangnya fasilitas terutama untuk koas. Fasilitas sarana prasarana di pskg dianggap
sangat kurang. Terdapat beberapa alat yang belum disediakan. Kurangnya fasilitas
sarana prasarana ini juga dialami oleh kakak kakak koas sehingga mereka mengalami
sedikit kesulitan ketika melakukan requirement.
SOLUSI: menambah alat untuk keperluan praktikum dan koas
- RSGM → sarana mahasiswa koass KG untuk studi (praktik), sedangkan di Undip
masih gabung dengan lab sentral dan itu cuma satu lantai di lantai 4 sehingga masih
bergabung dengan adanya kelas dari S1 yang dosennya juga mengajar di coass.
44
Keperawatan
- Keperawatan jepara yang masih menunggu proses renovasi bangunan selesai,
sehingga perkuliahan dilaksanakan secara online dg sistem blok. Beberapa mahasiswa
keperawatan Jepara mengeluhkan tentang sistem blok yang dilaksanakan karena masih
butuh penyesuaian. Jika nantinya sudah fix ada di Jepara, maka masih perlu
mempertimbangkan tentang ketersediaan dosen, sarpras, alat lab, organisasi
mahasiswa, dan kebutuhan lainnya di Jepara.
Solusi: sementara ini dapat menjalankan kegiatan perkuliahan blok dulu, sambil
kedepannya diskusi dg pihak dosen

- Keperawatan yang belum menyediakan unit kesehatan, ruang laktasi, dan fasilitas
untuk difabel.
Solusi: Disediakan fasilitas atau alternatif dari masalah tersebut

- Penggunaan lift yang sebenarnya masih rancu karena mahasiswa seharusnya berhak
juga menggunakannya. Tapi alasannya pernah disampaikan kaprodi ke kesma yaitu
terkait dengan biaya listrik yang mahal.
Solusi: mungkin kedepannya bisa disosialisasikan alasan mengapa mahasiswa tidak
diperkenankan menggunakan lift supaya clear. Selama ini lift masih bisa digunakan
mahasiswa jika dari lantai 1-5 dan keperluan darurat lainnya kedepannya bisa diskusi
lagi dengan dosen.

Gizi
- Prodi gizi belum menyediakan unit kesehatan sehingga jika mahasiswa sakit akan
kesulitan untuk beristirahat
Solusi: Disediakan fasilitas UKS yang memadai dengan memaksimalkan ruangan
yangsekiranya ada

Farmasi
- PSPA (Program Studi Profesi Apoteker) Masih belum ada kejelasan dan masih proses.
Adapun beberapa syarat yg masih kurang seperti lab, dosen/pengajar (masih sedikit) +
ada dosen yg ingin melanjutkan s3 jadi berkurang lg, administrasi. Jika ada mahasiswa/i
yg ingin melanjutkan profesi apakah masih dengan MoU atau melalui tes seleksi. Jika
mahasiswa/i yg tidak melanjutkan profesi akan disetarakan sebagai D3 farmasi
45
Solusi atau rekomendasi : sudah sampai tahap mana mengenai keberjalanan pspa.
Bentuk kerjasama jika ada mahasiswa farmasi ingin mendaftar apoteker ke universitas
lain. Apakah masih menggunakan mou atau ada proses seleksi lainnya?

- Mahasiswa/i yg sudah mengikuti lomba akademik maupun non akademik yg sudah


meraih juara terapi tidak mendapatkan reward sama sekali dari prodi. Contoh seperti
kedokteran umum, ada mahasiswa yg lolos PIMNAS bebas ujian tugas akhir, FT dan
FSM memberikan bonus insentif uang kpd peraih juara lomba non akademik
Solusi: diharapkan dari prodi dapat membantu atau mengapresiasi mahasiswa yang
sudah berjuang untuk lomba

- Kaprodi menyampaikan kekurangan dosen, lab terkait, dan apotek kependidikan.


Butuh denah yang cukup untuk mendirikan. Perlu pembangunan gedung dan lantai baru
untuk mengantisipasi lab yang kurang

- SDM dosen→ profesi apoteker masih kekurangan dosen, di tahun 2022 ada kebijakan
rektor bahwa pengangkatan dosen dibatasi, menghambat keberjalanan dari tiap prodi
karena dibatasi. Sudah ada dana namun tinggal menanti kebijakan dari rektor apakah
boleh bisa mengangkat dosen baru, apakah dari rektor baru memiliki kebijakan baru
terkait hal ini?

9. Fakultas Kesehatan Masyarakat


1. Jalanan sepanjang FEB - FPP kurang pencahayaan dan tidak rata sehingga
membahayakan pengguna motor/mobil. Begitupun dengan parkiran belakang dan
samping FKM yang juga kurang pencahayaan
2. Banjir di depan pintu masuk antara FK - FKM
3. Jaringan sinyal yang buruk di beberapa titik seperti di gedung D, ruang B202, wifi
sulit connect (hanya terhubung di beberapa titik fakultas saja dan tidak menyeluruh)
4. Fasilitas sepeda fkm undip yang tidak bisa digunakan lagi
5. Tangga pinggir Gedung B yang tidak ada penutupnya sehingga licin ketika dilewati
dan rawan membuat orang terpeleset. Ini berkaitan dengan keamanan warga FKM
sendiri
6. Peraturan Rektor No. 11 tahun 2015 mengenai FKM KTR - Plang KTR paten di
dalam FKM masih belum ada, masih sebatas stiker2 yg ditempel secara mandiri oleh
Bidang Sospol BEM FKM
7. Parkiran motor yang kurang luas dan selalu overload
8. kurang luasnya jangkauan bis undip dan terlalu lama beda waktu tiap2 busnya hampir
1 jam

46
9. Penggunaan ruangan pada gedung G yang tidak sesuai dengan kapasitasnya, AC tidak
bekerja, tidak ada ventilasi
10. TEMPAT IBADAH MAHASISWA DI FKM
 tidak ada tempat ibadah/ruangan khusus bagi mahasiswa non muslim untuk
beribadah, mereka masih memakai ruang kelas biasa untuk beribadah
((harapannya bisa disediakan minimal ruangan khusus untuk beribadah yang
lebih layak))
 pun musholla fkm sendiri masih kurang nyaman untuk dipakai beribadah krn
masih sangat sumpek

Rekomendasi Sarana Prasarana secara keseluruhan


Melihat berbagai persoalan yang ada terutama di bagian sarana prasarana, kami
merekomendasikan kebijakan kepada pemangku jabatan Universitas Diponegoro
sebagai berikut.
1. Memperbaiki sarana prasarana yang dikeluhkan oleh mahasiswa.
2. Membangun fasilitas penunjang kegiatan mahasiswa yang dibutuhkan.
3. Merawat sarana prasarana, baik kebersihan ataupun kerapian di setiap tempat
di Universitas Diponegoro.

47
RUMAH IBADAH

Tinjauan Filosofis
Pancasila merupakan philosofische grondslag atau fundamen filsafat yang diharapkan
dapat menjadi pedoman negara Indonesia dalam menjalani kehidupan baik bermasyarakat
maupun berbangsa, di mana pada sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” bahwa
bangsa ini dalam keberjalanannya harus mengutamakan nilai ketuhanan. Kemudian, dalam
batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya
disebut UUD NRI 1945) Pasal 28e ayat (1) tertera bahwa “Setiap orang berhak memeluk agama
dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,
serta berhak kembali.” hal ini menegaskan bahwa negara melindungi setiap warga negara untuk
beragama dan beribadat sesuai dengan agamanya.
Baik dari Pancasila dan juga UUD NRI 1945, keduanya tersisip nilai-nilai ketuhanan
yang membuktikan dalam penyelenggaraan negara ini berdasarkan prinsip religius. Akan
tetapi, penerapannya di lingkungan pendidikan khususnya di tingkat universitas belum
mengutamakan nilai religius ini dalam pengadaan rumah ibadah untuk seluruh civitas
akademika dengan keberagaman agama.

Tinjauan Yuridis
1. Instrumen Internasional HAM
Hak Asasi Manusia adalah hak dan kebebasan fundamental bagi semua orang, tanpa
memandang kebaNgsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis, ras, agama, bahasa atau
status lainnya. Pada realitanya, manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah
dianugerahi hak-hak dasar berupa hak asasi, untuk kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian di
dunia. Hal ini telah didukung secara internasional dalam instrumen berikut:
● Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
DUHAM berisikan dasar dari hak asasi manusia dan kebebasan dasar
serta pedoman dasar untuk seluruh pencapaian bangsa secara universal dengan
terjaminnya penghormatan dan pengakuan hak-hak dan kebebasan yang
disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada pasal 3
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

48
kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia. 4 Selanjutnya pada Pasal 18
DUHAM menerangkan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan menganut
atau memilih agama atau kepercayaan serta melaksanakan keyakinannya dalam
kegiatan ibadah, pasal tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam Pasal 28E
UUD NRI 1945 yang membahas tentang kebebasan beragama.
● The International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)
International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik) yang disingkat menjadi
ICCPR. Terdapat tujuan dari ICCR itu sendiri yakni tercapainya cita-cita
manusia yang agar merasakan kebebasan sipil dan politik. 5 Pada 28 Oktober
2005, Indonesia turut meratifikasi.

2. Konstitusi
Secara umum, seluruh negara yang menerapkan prinsip demokrasi konstitusional,
memiliki undang-undang dasar yang mana sering disebut juga sebagai konstitusi dalam arti
sempit. Dalam hal ini, konstitusi memiliki fungsi sebagai pembatas kekuasaan pemerintah
sehingga dalam menyelenggarakan kekuasaannya, pemerintah tidak dapat sewenang-wenang
yang mana berimplikasi pada terjaminnya hak-hak warga negara. Indonesia sendiri memiliki
konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar NRI 1945 sebagai suatu hukum dasar tertulis atau
konstitusi negara yang menjadi dasar dan sumber dari peraturan-peraturan lain atau perundang-
undangan lain yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-Undang Dasar NRI 1945 yang telah menjadi hukum dasar dan sumber dari
segala peraturan lainnya sudah seharusnya mengatur terkait dengan HAM yang mutlak dimiliki
oleh setiap orang tanpa terkecuali, termasuk hak bagi setiap orang untuk dapat menjalankan
ibadahnya dan kebebasan memeluk agama di Indonesia. Hal ini tergambar pada beberapa pasal
di dalam UUD NRI 1945 yang mengatur terkait dengan hak beragama bagi setiap orang.
Beberapa ketentuan tersebut, antara lain:

No. Pasal Konstitusi Isi

4
United Nations. “Universal Declaration of Human Rights” https://www.un.org/en/about-us/universal-
declaration-of-human-rights diakses 4 Maret 2023.
5
Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A
(XXI) pada tanggal 16 Desember 1966, terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi, dan aksesi.

49
1. Pasal 28C (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.**)

2. Pasal 28E (1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.**)
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.**)

3. Pasal 28H (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.** )

(2) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan


pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah.** )

4. Pasal 28I (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan

50
apapun.** )

(2) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan


pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah.** )

5. Pasal 29 (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk


untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

6. Pasal 31
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.****)

3. Peraturan Perundang-Undangan
Definisi Peraturan perundang-undangan menurut UU No. 12 Tahun 2011 adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam Peraturan Perundang-undangan. Dalam urusan penyediaan tempat ibadah multi agama
di lingkungan kampus, terdapat beberapa undang-undang yang dapat mendukung rencana
tersebut. Termulai dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia,
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi dan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Sebagai perwujudan hal tersebut sekaligus sebagai pengakuan resmi negara
terhadap HAM para penduduk Indonesia secara nyata, maka dibuatlah Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagai perangkat perlindungan
bagi HAM di Indonesia yang juga bertujuan untuk mencegah akan pelanggaran HAM.
Dalam hal kebebasan bagi para penduduk untuk menjalankan ibadahnya yang
mana hal tersebut adalah salah satu penghormatan terhadap nilai keagamaan sebagai

51
hak asasi manusia, UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, mengatur
beberapa ketentuan yang menyebutkan terkait hal tersebut. Berikut beberapa
ketentuannya, antara lain:

No. Undang-Undang Isi


Nomor .29 Tahun
1999

1. Pasal 4 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak


kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh
siapapun.

2. Pasal 9 (1) Setiap orang berhak tenteram, aman, damai, bahagia,


sejahtera lahir dan batin.

3. Pasal 12 Setiap orang berhak atas perlindungan bagi


pengembangan pribadinya, untuk memperoleh
pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan
kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia,
bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.

4. Pasal 22 (1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-


masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
(2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang
memeluk agamanya dan kepercayaannya itu.

5. Pasal 71 Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati,


melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi

52
manusia yang diatur dalam Undang-undang ini,
peraturan perundang-undangan lain, dan hukum
internasional tentang hak asasi manusia yang diterima
oleh negara Republik Indonesia

UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau UU


Sisdiknas memberikan pengertian mengenai pendidikan dalam pasal 1 ayat (1) yang
berbunyi, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.”. Pelaksanaan pendidikan nasional juga dilandaskan atas nilai Pancasila dan
UUD NRI 1945 yang bersumber dari nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan turut
mengikuti perkembangan zaman.
Dalam konteks penyediaan ruang atau tempat ibadah bagi multi agama di lingkungan
pendidikan ditemukan beberapa ketentuan yang berhubungan di antaranya adalah sebagai
berikut:

No. UU No.20 Tahun Isi


2003 tentang
Sistem Pendidikan
Nasional

1. Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi


mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

53
2. Pasal 4 (1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

3. Pasal 35 (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,


proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala.

4. Pasal 36 (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang


pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan:
a. peningkatan iman dan takwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi,kecerdasan, dan minat peserta
didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
h. agama;
i. dinamika perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

UU Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Menurut UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, Pendidikan
Tinggi juga memiliki amanat untuk untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjunjung tinggi

54
nilai-nilai agama. Pendidikan tinggi dalam menyelenggarakan satuan pendidikan
nasional perlu memperhatikan nilai agama. Salah satu bentuk upaya yang dapat
dilakukan untuk memperlengkapi mahasiswa agar dapat memiliki kekuatan spiritual
keagamaan adalah dengan menyediakan ruang atau tempat beribadah bagi masing-
masing agama di lingkungan kampus.

No. UU No.12 Tahun Isi


2012 tentang
Pendidikan Tinggi

1. Pasal 3
Pendidikan Tinggi berasaskan:

a. Kebenaran ilmiah;

b. Penalaran;

c. Kejujuran;

d. Keadilan;

e. Manfaat;

f. Kebajikan;

g. Tanggung jawab;

h. Kebhinekaan; dan
Keterjangkauan.

2. Pasal 5 Pendidikan Tinggi bertujuan:


a. berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa;

3. Pasal 6 Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan prinsip:

a. Pencarian kebenaran ilmiah oleh Sivitas


Akademika;

55
b. Demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai agama, nilai budaya,
kemajemukan, persatuan, dan kesatuan bangsa;
c. Pengembangan budaya akademik dan
pembudayaan kegiatan baca tulis bagi Sivitas
Akademika;
d. Pembudayaan dan pemberdayaan bangsa yang
berlangsung sepanjang hayat;
e. Keteladanan, kemauan, dan pengembangan
kreativitas Mahasiswa dalam pembelajaran;
f. Pembelajaran yang berpusat pada Mahasiswa
dengan memperhatikan lingkungan secara
selaras dan seimbang;
g. Kebebasan dalam memilih Program Studi
berdasarkan minat, bakat, dan kemampuan
Mahasiswa
h. Satu kesatuan yang sistematik dengan sistem
terbuka dan multimakna;
i. Keberpihakan pada kelompok Masyarakat
kurang mampu secara ekonomi; dan
j. Pemberdayaan semua komponen Masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan Pendidikan Tinggi.

4. Pasal 8 (2) Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Sivitas Akademika melalui pembelajaran dan/atau
penelitian ilmiah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

56
Dalam Pasal 5 Undang-Undang ini juga telah jelas disebut bahwa Pendidikan Tinggi
memiliki tujuan yakni potensi mahasiswa dapat berkembang agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Pasal 8
Ayat (2) UU Pendidikan Tinggi secara jelas mengatakan bahwa Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang dilakukan oleh Sivitas Akademika melalui pembelajaran
dan/atau penelitian ilmiah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia. Pasal 6 huruf b UU ini juga
menyebutkan Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan prinsip demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai
budaya, kemajemukan, persatuan, dan kesatuan bangsa. Berkaca pada realita yang ada di
lingkup Universitas Diponegoro, dapat dilihat bahwa masih ditemukan ketidakadilan dalam
konteks penyediaan tempat atau ruang ibadah multi agama. Tidak semua agama mendapatkan
kesempatan dan fasilitas atau ruang khusus untuk menjalankan peribadatannya dengan
nyaman. Banyak diantaranya harus menjalankan ibadah di dalam ruang kelas dengan
konsekuensi tempat yang terbatas, harus menyesuaikan sampai jam mata kuliah ruang kelas
tersebut selesai atau bahkan harus mencari tempat peribadatan di luar kampus. Belum lagi
sulitnya perizinan untuk menggunakan fasilitas yang ada di lingkungan Undip menambah
daftar bukti, bahwa ketidakadilan dalam penyediaan ruang atau tempat ibadah masih terjadi di
Undip.
Mengenai regulasi pendirian rumah atau tempat ibadah di lingkungan Perguruan Tinggi
saat ini belum ada. Jika dilihat, banyak Perguruan Tinggi yang hanya mendirikan tempat ibadah
bagi agama mayoritas saja, sedangkan bagi agama lain yang pemeluknya masih sedikit hingga
saat ini belum disediakan fasilitas rumah ibadah. Namun bukan berarti hal tersebut dapat
menjadi alasan tidak disediakannya fasilitas rumah ibadah, karena seperti yang sudah diuraikan
pada bagian atas bahwasannya hak untuk beragama dan beribadah merupakan bagian dari
HAM yang tidak dapat dihilangkan, dan pemerintah termasuk Perguruan Tinggi wajib
mendukung dan memberikan fasilitas ataupun ruang yang nyaman untuk keberlangsungan
peribadatan bagi masing-masing agama. Kehadiran berbagai tempat ibadah di kampus tidak
hanya spiritualitas semata, namun juga dapat memberikan wawasan keberagaman antar
mahasiswa yang berbeda agama. Upaya ini dapat meningkatkan pemahaman interreligius dan
semangat kebhinekaan Indonesia.
Universitas Diponegoro selaku badan publik juga perlu menyadari dan segera
memenuhi hak mahasiswanya dalam beribadah dengan menyediakan fasilitas berupa ruang
57
ibadah khusus bagi mahasiswa multiagama. Pemerintah juga harus berpartisipasi aktif untuk
mendorong dan mengatur perguruan tinggi agar dapat menyediakan fasilitas ibadah bagi semua
agama melalui pembentukan peraturan. Sebab hingga hari ini, kompleks tempat ibadah di
dalam kampus yang merupakan salah satu bentuk dari pertanggungjawaban pemenuhan hak
badaniah belum diatur . Berbicara mengenai pembangunan ruang atau tempat ibadah, perlu
diperhatikan juga bahwasannya pembangunan ruang atau tempat ibadah tidak berhenti sampai
pembangunan gedung saja, dibutuhkan juga persiapan seksama mengenai teknis pelaksanaan
di rumah ibadah yang dibangun. Sehingga nantinya di setiap tempat atau ruang ibadah terdapat
pemimpin agama yang bertanggung jawab dalam memimpin ibadah yang sesuai dan sejalan
dengan nilai-nilai toleransi berbangsa dan bernegara di negara Bhineka Tunggal Ika.

Perspektif Sosiologis
Bidang Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM FH Undip telah beberapa kali
melakukan komunikasi dan koordinasi dengan UKM-F Kerohanian di tingkat fakultas
berkenaan dengan urgensi pengadaan rumah ibadah di lingkungan kampus.

58
UANG KULIAH TUNGGAL (UKT)

Pendidikan merupakan kunci utama dari kemajuan suatu bangsa, sampai saat ini
pendidikan masih menjadi aktor dengan peranan paling penting yang menunjang kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM), hal ini selaras dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang
pada pembukaan UUD 1945 yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Amanat ini merupakan
tanggung jawab seluruh komponen bangsa termasuk Universitas Diponegoro sebagai satu dari
sekian institusi penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia. Namun rasa-rasanya pendidikan
tinggi dapat dikatakan masih sulit untuk dijangkau oleh masyarakat terutama kelas menengah
kebawah, hal ini dapat kita lihat dari angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di
Indonesia yakni hanya 31,16%. Jika dibandingkan dengan negara lain angka ini termasuk
kecil, seperti Malaysia dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) mencapai 43% persen dan
Singapura mencapai 91%. Secara empiris fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah besarnya biaya pendidikan tinggi, padahal jika dikembalikan kepada cita-cita
bangsa Indonesia seharusnya pendidikan mampu dijangkau oleh seluruh masyarakat tidak
terkecuali masyarakat dengan ekonomi kelas menengah ke bawah. Kanibalisasi pendidikan
tinggi juga diperburuk setelah Indonesia memutuskan untuk mengikatkan diri dengan World
Trade Organization (WTO) sejak 1994. Hubungan antara WTO dengan otonomi perguruan
tinggi di Indonesia dapat dijelaskan dari masuknya Indonesia ke dalam perjanjian General
Agreement on Trade in Services (GATS) yang merupakan salah satu perjanjian dagang dalam
WTO. Dalam kesepakatan GATS, penyediaan jasa pendidikan (education service) merupakan
salah satu dari 12 sektor jasa lainnya yang diliberalisasi.

Rasionalisasi konkret untuk menggambarkan liberalisasi pendidikan tinggi adalah


model keberjalanan PTN-BH yang melekat pada Universitas Diponegoro sejak tahun 2015.
PTN Badan Hukum adalah Perguruan Tinggi Negeri yang didirikan oleh Pemerintah yang
berstatus sebagai badan hukum publik yang otonom. Keberadaan PTN-BH dijamin pada UU
Dikti No. 12 Tahun 2012 sebagai regulasi pengganti dari UU BHP yang sebelumnya dibatalkan
pasca uji materiil di MK karena beberapa pasal pada UU BHP menuai protes dari sejumlah
pihak dengan titik berat permasalahan PTN badan hukum karena dianggap memperbesar
peluang timbulnya neoliberalisasi pendidikan tinggi di Indonesia. Namun pada kenyataanya
hal tersebut kembali muncul pada UU Dikti No.12 Tahun 2012. Memahami PTN-BH pada
dasarnya tidak buruk secara keseluruhan, mengingat dengan konsep PTN-BH ini pemerintah

59
mendorong perguruan tinggi untuk mencari dana pemasukan tambahan diluar dana layanan
pendidikan dan APBN dengan tujuan perguruan tinggi dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat agar dapat menempuh pendidikan tinggi. Hal ini tertuang pada UU No. 12 Tahun
2012 Pasal 65 ayat (3) dan (4) yang berbunyi :

(3) PTN badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki: a). kekayaan awal
berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah; b). tata kelola dan pengambilan
keputusan secara mandiri; c). unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi;
d). hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel; e). wewenang mengangkat
dan memberhentikan sendiri Dosen dan tenaga kependidikan; f). wewenang mendirikan badan
usaha dan mengembangkan dana abadi; dan g).wewenang untuk membuka,
menyelenggarakan, dan menutup Program Studi.

(4) Pemerintah memberikan penugasan kepada PTN badan hukum untuk menyelenggarakan
fungsi Pendidikan Tinggi yang terjangkau oleh Masyarakat.

Berdasarkan isi pasal tersebut sudah jelas bahwasanya PTN-BH dituntut untuk mampu
menjalankan layanan pendidikan tinggi yang terjangkau oleh Masyarakat dengan pemberian
wewenang kepada PTN-BH agar dapat mendirikan dan mengelola badan usaha sendiri sebagai
salah satu sumber pendanaan universitas. Lebih jauh lagi pemasukan dana PTN-BH juga diatur
secara lebih rigit lagi dalam PP No. 8 Tahun 2020 atas perubahan PP No. 26 Tahun 2015
dimana terdapat dua jenis pemasukan universitas, yaitu :

1. APBN yang diberikan dalam bentuk bantuan pendanaan PTN-BH (BPPTN-BH) dan
bentuk lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPPTN-BH sendiri
digunakan untuk mendanai beberapa komponen biaya diantaranya:

a. Biaya operasional

b. Biaya dosen

c. Biaya tenaga pendidikan

d. Biaya investasi

e. Biaya pengembangan

2. Non-APBN yang bersumber dari selain APBN sebagaimana yang dimaksud pada poin
satu diantaranya dengan sumber sebagai berikut :

a. Masyarakat

60
b. Biaya pendidikan

c. Pengelolaan dana abadi

d. Usaha PTN-BH

e. Kerja sama tridharma Perguruan Tinggi

f. Pengelolaan kekayaan PTN-BH

g. Pinjaman

Secara empiris, konsep PTN-BH merupakan proyeksi dari model corporate university
karena PTN-BH menjalankankan dua fungsi sekaligus yakni sebagai pemberi layanan
pendidikan (public goods) dan sebagai penyelenggara bisnis yang bersifat komersil. Meskipun
PTN-BH terlihat begitu mandiri dengan diberikannya hak otonom agar lebih leluasa untuk
mencari dana pemasukan lain diluar biaya layanan pendidikan, dengan harapan PTN-BH dapat
menjadi perguruan tinggi yang lebih merakyat dalam artian dapat dijangkau oleh seluruh
masyarakat. Akan tetapi hal ini justru berkebalikan dengan kondisi yang sebenarnya, terutama
yang terjadi di PTN-BH Universitas Diponegoro. Pemasukan dana Undip sampai saat ini masih
mengandalkan biaya layanan pendidikan dalam hal ini adalah UKT dan SPI dibandingkan
dengan dana pemasukan dari usaha milik Undip. Hal ini dibuktikan dengan data laporan
keuangan Undip tahun 2021.

Sumber : Laporan Keauangan Undip Tahun 2021 (Audited), ppid.undip.ac.id

Merujuk pada laporan keuangan tersebut dapat dipastikan bahwasanya Undip masih
belum mampu menjalankan fungsi sebagai PTN-BH dalam hal mencari dana pemasukan yang
bersumber dari usaha milik PTN-BH. Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwasanya
pendapatan Undip yang bersumber dari layanan pendidikan (UKT&SPI) sebesar 994 miliar

61
lebih bahkan hamper menyentuh satu triliun, sedangkan pendapatan dari usaha dan bisinis
milik Undip serta pendapatan lainnya hanya 253 miliar lebih. Berdasarkan hal tersebut maka
selaras dengan kejadian yang sedang terjadi di Undip beberapa tahun kebelakang, yakni
kenaikan UKT pada tahun 2020 yang kemudian disusul dengan kejadian yang kerap kali terjadi
saat ini yaitu peliknya penyesuaian UKT di Universitas Diponegoro.

Rangkaian penyesuaian UKT merupakan agenda rutin yang diselanggarakan oleh


Undip di setiap semester, sebagai bentuk pengadaptasian regulasi yang diatur pada
Permendikbud No. 25 Tahun 2020 Pasal 9 ayat (4) yang menyatakan bahwasanya mahasiswa
dapat mengajukan keringanan UKT ketika mengalami pernurunan kondisi ekonomi. Langkah
Undip dalam menyikapi regulasi ini yaitu dengan membuat teknis penyesuaian UKT dengan
melibatkan unsur birokrasi dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok kerja penetapan
UKT di setiap Fakultas/Sekolah yang biasa dikenal dengan POKJA UKT. Sejak akhir tahun
2021 rangkaian penetapan dan penyesuaian UKT di Undip telah terkomputerisasi dengan
sistem yang berbasis website, dengan gambaran sebagai berikut :

Melihat sistem penyesuaian UKT yang seolah-olah terlihat sistematis, efektif, dan
efisien karena telah terkomputerisasi tetapi pada kenyataannya tidak, jika diperhatikan pada
bagan di atas, mahasiswa harus mengajukan pembukaan akses terlebih dahulu untuk dapat
mengunggah berkas yang disyaratkan melalui web UKT, dimana jika ditinjau lebih lanjut,
secara empiris, rangkaian ini dapat menimbulkan penumpukan pengajuan pembukaan akses
(crowded), sehingga berpotensi terjadi human error oleh PIC Fakultas yang menyebabkan
mahasiswa gagal melakukan penyesuaian UKT seperti halnya yang terjadi di Fakultas
Peternakan dan Pertanian (FPP) pada rangkaian penyesuaian semester genap kemarin, yakni
terdapat 226 mahasiswa yang tidak mendapatkan akses ke- web UKT. Sistem yang cenderung
berbelit ini juga diperburuk dengan jadwal rangkaian penyesuaian UKT yang terlalu singkat.
Permasalahan ini membuat timbulnya presepsi bahwa Undip mendesain sistem yang
sedemikian rupa untuk menjaga pemasukan utama nya agar tidak menurun yakni UKT
mahasiswa. Selain sitem yang cukup menyulitkan, Undip juga membentuk POKJA UKT
sebagai tim penetapan UKT untuk menilai kelayakan golongan UKT yang sesuai secara
kuantitatif dan kualitatif. Seperti yang sebelumnya sudah dibahas POKJA UKT terdiri dari
unsur birokrasi dan mahasiswa di setiap Fakultas/Sekolah. Berdasarkan hasil wawancara unsur
mahasiswa yang menjadi bagian dari POKJA UKT didapati kejadian yang lagi-lagi
menggambarkan kekhawatiran Undip akan kehilangan pemasukan utamnya, dimana unsur

62
mahasiswa yang notabene berpihak kepada mahasiswa dengan tetap menerapkan prnsip
keadilan selalu memberikan rekomendasi pertimbangan keringanan UKT kepada mahasiswa
yang benar-benar membutuhkan tetapi selalu mendapatkan berbagai macam alasan yang tidak
berdasar dari unsur birokrasi fakultas untuk menolak keringanan yang diajukan. Hal ini dapat
dilihat pula pada pengajuan beberapa mahasiswa untuk dilakukan peninjauan kembali agar
lolos penyesuaian UKT pasca rangkaian penyesuaian kepada Wakil Rektor II Undip yang
kerapkali diajukan oleh pihak-pihak terkait.

Berdasarkan data yang didapatkan, penyesuaian UKT semester Genap pada November
tahun lalu diikuti oleh 5000 mahasiswa lebih yang tersebar di seluruh Fakultas/Sekolah.
Membeludaknya mahasiswa Undip yang mengajukan penyesuaian UKT dapat dipahami
dengan logika berfikir yang cukup sederhana. Penyesuaian dilakukan karena adanya
ketidaksesuaian dalam hal ini adalah golongan UKT yang didapatkan mahasiswa saat pertama
kali diterima di Universitas Diponegoro tidak sesuai dengan kondisi ekonomi yang sebenarnya,
sehingga melakukan pengajuan penyesuaian UKT.

Besaran UKT yang dibayarkan setiap semester di Undip adalah untuk memenuhi
sebagian dari BKT basis dengan komponen Biaya Langsung (BL) dan Biaya Tidak Langsung
(BTL)dengan formulasi sebagai berikut:

63
Berdasarkan formulasi tersebut dapat dipahami bahwasanya mahasiswa melalui UKT
membiayai sebagaian BKT pada komponen Biaya Langsung (BL), sedangkan sisanya
ditanggung oleh pemerintah dan sektor-sektor penerimaan PTN-BH lain yang diwajibkan
untuk mencari dana pemasukan lainnya, sebagaimana diatur pada Pasal 11 PP No. 26 Tahun
2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Badan Hukum. Namun jika
kita kembali melihat Laporan Keuangan Undip Tahun 2021 dengan UKT sebagai tumpuan
pemasukan Undip, secara empiris, UKT terlihat juga menanggung sebgaian dari komponen
biaya lain yang seharusnya bukan menjadi tanggungan mahasiswa melalui UKT. Pun demikian
trend kenaikan UKT di Universitas Diponegoro pada tahun 2020 yang selaras dengan
penetapan UKT yang kurang objektif dan tidak berkeadilan juga berpotensi menimbulkan
adanya anomali prinsip subsidi silang UKT yang tidak proporsional. Maka dari itu dengan
permasalahan yang terlanjur seperti ini dan melihat pula total pemasukan Undip sebesar satu
triliun lebih dengan komposisi yang mendominasi adalah pemasukan dari UKT, sudah
sepatutnya dipertanyakan jika masih adanya fasilitas serta sarana dan prasarana yang kurang
memadai di lingkungan Universitas Diponegoro.

Undip dengan status PTN-BH sebagai penyelenggara pendidikan tinggi tidak


sepenuhnya berjalan dengan mulus. Berbagai kecacatan proyeksi penyelenggaraan pendidikan
di Undip terutama kaitannya pada biaya layanan pendidikan sangat menggambarkan adanya
praktik komersialisasi, privatisasi, dan liberalisasi pendidikan tinggi, dimana Undip yang
tadinya harus fokus untuk melakukan pengembangan layanan pendidikan juga berfokus pada
pasar koorporasi untuk melakukan investasi, menjalankan usaha dan bisnis. Keputusan Undip
untuk mengubah status dari PTN-BLU menjadi PTN-BH merupakan suatu keputusan yang
patut dipertanggungjawabkan dengan berbagai resiko yang ada yaitu tuntutan untuk mencari
dana pemasukan Universitas dari masyarakat diluar dana layanan pendidikan. Bukan kemudian
ketika Undip kesulitan atau gagal menjalankan fungsi sebagai PTN-BH, mahasiswa menjadi
korban dan dibebankn sebagai penanggung komponen biaya-biaya penyelanggaran pendidikan
yang ada.

Berdasarkan seluruh penjabaran masalah-masalah pada bahsan sebelumnya, maka


dapat ditarik beberapa kesimpulan serta rasionalisasinya pada momentum Pemilihan Rektor
Universitas Diponegoro Periode 2024-2029 sebagai keharusan dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut. Pertama, calon rektor harus mampu mengoptimalkan dana pemasukan
Undip melalui usaha dan bisnis milik Undip ataupun sumber pemasukan lainnya diluar UKT

64
sesuai aturan perundang-undangan. Kedua memberikan sistem penetapan penyesuaian UKT
yang berbasis keadilan dengan prinsip proporsional, rasional, dan sesuai dengan fakta yang ada
(objektif). Ketiga, melakukan optimalisasi subsidi silang UKT yang lebih proporsional.
Keempat tidak membuat keputusan perihal kenaikan UKT. Kelima, memberikan transparansi
pengelolaan keuangan Undip sebagai acuan informasi publik dalam rangka memonitoring
aliran dana dsri UKT yang mereka bayarkan. Terakhir, calon rektor yang nantinya menjabat di
PTN-BH Universitas Diponegoro harus mampu membuat semua pemasukan dana universitas
dengan prinsip nirlaba yang ideal, dalam artian semua pemasukan Undip harus kembali lagi ke
Undip yang difokuskan pada pengembangan layanan pendidikan, sebagaimana yang telah
diatur pada UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

65
RELEVANSI KEBIJAKAN KADERISASI

Latar Belakang

Ekspektasi yang tinggi dan besarnya tanggung jawab menjadikan gelar sebagai
mahasiswa dipandang sebagai suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Pengertian mahasiswa
tidak bisa diartikan kata per kata, merujuk pada pasal 13 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, “(1) Mahasiswa sebagai anggota
Sivitas Akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam
mengembangkan potensi diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi,
dan/atau profesional. (2) Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara aktif
mengembangkan potensinya dengan melakukan pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah,
dan/atau penguasaan, pengembangan, dan pengamalan suatu cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi untuk menjadi ilmuwan, intelektual, praktisi, dan/atau profesional yang
berbudaya. Berbagai peran pun disandang pula oleh mahasiswa, di antaranya:
1) Direct of Change, mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung karena memiliki
sumber daya manusia yang banyak.
2) Agent of Change, mahasiswa merupakan agen penggerak perubahan dari suatu kondisi.
3) Iron Stock, mahasiswa akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan.
4) Moral Force, mahasiswa merupakan cerminan dan teladan moral bagi masyarakat.
5) Social Control, mahasiswa merupakan pengontrol kehidupan sosial.
Universitas Diponegoro adalah salah satu bagian dari institusi pendidikan di Indonesia
yang merupakan tempat pembelajaran yang ideal bagi calon-calon pemimpin bangsa. Sebagai
sebuah Institusi pendidikan, sistem pembinaan kemahasiswaan di Universitas Diponegoro
harus dilakukan secara menyeluruh, baik dari aspek hardskill maupun softskill. Coates (2006)
dalam Sugianto (2012) menyebutkan bahwa hard skills merupakan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya,
sementara soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
(interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills)
yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Kedua kemampuan ini harus
dikembangkan dengan seimbang, oleh karenanya di samping pengembangan hard skills yang
utamanya dijalankan saat kegiatan akademik, kaderisasi dan kegiatan kemahasiswaan dianggap
mampu menjadi pendukung bagi mahasiswa dalam mengembangkan soft skills yang dimiliki.

66
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaderisasi atau pengaderan didefinisikan sebagai
proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader sendiri juga
didefinisikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam
pemerintahan, partai, dan sebagainya. Secara umum, kaderisasi adalah proses pendididkan
jangka panjang untuk pengoptimalan potensi-potensi kader dengan cara mentransfer dan
menanamkan nilai-nilai tertentu. Dalam lingkung Undip, proses kaderisasi bertujuan agar
anggota baru memahami visi dan misi lulusan mahasiswa Undip serta siap untuk berkiprah di
dunia kampus maupun pasca kampus. Pengemassan teknis pelaksanaan kaderisasi di setiap
fakultas dan sekolah memang berbeda-beda karena tergantung dari kebutuhan masing-masing,
namun disesuiakan dengan norma dan etika yang berlaku.
Proses kaderisasi akan mengikuti perkembangan zaman sesuai kebutuhan dan tuntutan
kondisi yang ada. Meski pengemasan teknis pelaksanaan kaderisasi di setiap program studi
berbeda karena menyesuaikan kebutuhan, tetapi tetap diperlukan adanya keselarasan agar
prosesnya dapat berjalan teratur dan berpegang teguh pada norma dan etika yang berlaku.
Karenanya, pedoman kaderisasi yang memuat standar, prinsip, dan batasan tertentu perlu
disusun agar pelaksanaan kaderisasi tetap pada koridornya serta dapat mencetak kualitas kader
dengan standar minimal yang sama. Di tingkat universitas telah diatur ketentuan umum
mengenai pedoman tersebut, tetapi penjelasan pedoman yang lebih detail di tingkat fakultas
dirasa perlu agar penerapannya lebih mudah dan efektif karena menyesuaikan kondisi di
Fakultas serta Sekolah pada umumnya dan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) pada
khususnya.

PEMBAHASAN MASALAH
Berdasarkan Surat Edaran dekanat Fakultas Teknik dan Sekolah Vokasi menyatakan
pelarangan keras mengenai keberjalanan kaderisasi dengan alasan perpeloncoan yang
berparameter subjektifitas birokrasi secara sepihak. Berikut bukti konkret mengenai pelarangan
kaderisasi dalam lingkup fakultas dan sekolah.

67
68
69
70
Berdasarkan Surat Edaran diatas menunjukan ketidakjelasan mengenai parameter
perpeloncoan dalam ranah kaderisasi. Kaderisasi itu sendiri merupakan sebuah wadah untuk
pengembangan dan perkembangan kualitas mahasiswa guna meningkatkan softskill yang
kedepannya akan sangat dibutuhkan baik dari segi akademik maupun non akademik. Namun
amat sangat disayangkan dengan terbitnya Surat Edaran seperti ini akan sangat menghambat
pergerakan mahasiswa dalam ranah kaderisasi guna mencapai tujuan UNDIP yang
COMPLETE.
Dalam lampiran SE diatas juga dijelaskan mengenai sanksi yang akan didapat oleh
pihak-pihak ormawa ketika melakukan hal-hal yang dianggap “perpeloncoan”. Sanksi yang
akan dijatuhkan pun terhitung sangat otoriter dimana terdapat ancaman drop out untuk
mahasiswa yang melakukan perpeloncoan dan ancaman dibekukannya ormawa tingkat jurusan
apabila melanggar hal tersebut. Hal ini menjadi statement yang kontradiktif dengan kebijakan
yang menyatakan bahwa keberjalanan kaderisasi tingkat fakultas dan sekolah menjadi
tanggung jawab dari Bidang KPSDM BEM Fakultas dan kaderisasi tingkat jurusan menjadi
tanggung jawab Bidang PSDM Himpunan Mahasiswa 6 .
Faktor lain yang menyebabkan ketidaksesuaian ini salah satunya karena buku pedoman
kaderisasi dan kurikulum yang ada belum menjawab keterbutuhan mahasiswa secara
keseluruhan. Kurikulum dan pedoman ini belum terselesaikan dikarenakan kurangnya ruang
dialog yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan kaderisasi sehingga permasalahan
kaderisasi yang ada di tingkat fakultas tidak dapat terselesaikan secara optimal. Hal ini pun
berpengaruh kepada pelaksanaan teknis kaderisasi di tingkat fakultas maupun program studi
yang masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlu dibuat sebuah Key Performance
Indicator dan petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis kaderisasi sesuai dengan program
kerja dan output program tersebut. Hal lainnya yang menjadikan ketidaksesuaian kaderisasi di
Sekolah Vokasi semakin melebar adanya perbedaan pemahaman mengenai kaderisasi antara
elemen mahasiswa dan birokrasi yang mengakibatkan adanya pembatasan dalam proses
pelaksanan program kerja kaderiasasi sehingga output kaderisasi tidak tercapai secara
maksimal.

6
Peraturan Senat Mahasiswa No. 6 tahun 2018 pasal 1
71
REKOMENDASI
JANGKA PENDEK
Pengesahan Buku Biru Panduan Kaderisasi sebagai pedoman untuk pelaksanaan
kaderisasi yang ada di tingkat Universitas hingga Tingkat Program Studi.

JANGKA PANJANG
Urgensi keterlibatan mahasiswa dalam penetapan kebijakan kaderisasi dinilai sangat
penting karena mahasiswa memiliki peran yang besar sebagai kader maupun
pengkader.

PROGRAM STUDI DILUAR KAMPUS UTAMA (PSDKU)

Fakultas Hukum
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro selanjutnya disebut dengan FH Undip,
merupakan salah satu fakultas yang membuka program studi S1 di luar kampus utama
Tembalang, Semarang. Pada tahun 2021, dibuka kampus FH Undip yang terletak di Teluk
Awur, Jepara untuk program studi S1. Dalam keberjalanannya, masih terdapat banyak sekali
kendala dikarenakan belum matangnya persiapan baik dari segi sarana prasarana, akademik,
biaya pendidikan, dan transportasi. Mengingat, mahasiswa FH Jepara telah membayarkan
biaya pendidikan yang sama jumlahnya dengan mahasiswa reguler yang berada di Tembalang.
Sehingga, mahasiswa FH Jepara tidak mendapatkan hak-hak yang semestinya.
Pada bulan November lalu, FH Jepara angkatan 2022 telah melaksanakan audiensi
bersama pihak Dekanat FH Undip. Hasil dari audiensi tersebut, menghasilkan pernyataan
bahwasanya FH Jepara angkatan 2021 dan 2022 akan melaksanakan perkuliahan secara luring
di Jepara. Ketidaksiapan kampus Jepara dalam melaksanakan pembelajaran secara luring di
Jepara sangatlah kontradiktif dengan Pakta Integritas oleh Rektor Universitas Diponegoro yang
terdapat pada poin ke-17. Di mana poin tersebut menjelaskan bahwa pihak universitas akan
membenahi dan mengevaluasi PSDKU yang sudah ada sehingga setara dengan program studi
yang lain di Undip.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


● Tinjauan Seputar Akademik

72
1. Perihal mobilitas dosen, terdapat empat dosen saja yang mengajar secara
offline. Alhasil, jadwal perkuliahan tidak jelas dan lama. Dosen yang hadir
secara offline sering terjebak kemacetan dalam perjalanan ke Rembang
sehingga jam perkuliahan menjadi mundur dan lebih lama. Sistem mengajar pun
dirangkap pada waktu perkuliahan minggu depan, membuat satu minggu
kedepan berikutnya tidak ada jam kuliah. Alhasil, mahasiswa merasa kelelahan.
Adapun, mahasiswa lebih senang dengan sistem mengajar offline, karena
tingkat penetrasi materi lebih tinggi.
2. Perihal penyampaian materi, mahasiswa AP PSDKU Rembang lebih menyukai
sistem mengajar offline, karena tingkat penetrasi lebih tinggi dan lebih
interaktif. Sedangkan, untuk sistem pembelajaran online yang hanya
memanfaatkan aplikasi , terdapat dosen yang menerapkan diskusi tanpa
penyampaian materi terlebih dahulu. Lebih lanjut, sistem rapel yang dilakukan
saat offline membuat penyampaian materi menjadi terburu-buru.
3. Perihal sistem rolling, masih dinilai kurang jelas karena dosen seringkali
mengganti jadwal, sementara jadwal belum diperbarui di sistem. Mahasiswa
juga merasakan hal demikian kurang efektif, karena mereka harus mengatur
antara kelas online dan offline. Ditambah dengan jam perkuliahan yang
dirangkap saat offline. Mahasiswa berharap, terdapat pembagian dosen pusat
dan PSDKU untuk membuat keputusan dosen tetap di kampus Rembang.
Keberjalanan sistem rolling yang kurang jelas, cukup memberatkan mahasiswa
rantau karena sudah memutuskan untuk menetap di Rembang namun
perkuliahan offline kurang jelas.
4. Perihal kendala SSO, SSO masih dinilai belum siap. Masih terdapat kendala
saat melakukan scan barcode absen, seringkali error saat hendak
mengumpulkan tugas. Juga dengan sinyal yang masih susah di lingkungan
kampus serta listrik di kampus yang terkadang mati semakin mempersulit
mahasiswa mengakses SSO. Mahasiswa bisa log in SIAP setelah tiga bulan
proses belajar & mengajar. Juga dengan bagian jurnal internasional &
scholarship yang masih sulit diakses.
5. Perihal kuantitas dosen, kuantitas dosen yang mengajar masih dinilai kurang,
apalagi akan terdapat dosen yang pensiun. Butuh sekali tambahan tenaga dosen
yang mengajar tetap di AP PSDKU Rembang. Terdapat wacana, tenaga dosen
akan diganti dengan praktisi pemuda di Rembang atau Para Dinas Rembang.
73
6. Perihal administrasi pelayanan, masih terdapat kendala akibat responsnya yang
lama. Admin cukup tanggap jika ingin mengurus berkas. Seringkali admin
memberi informasi kurang jelas dan kurang koordinasi, bahkan informasi yang
didapatkan di kampus Rembang lebih lama dibandingkan kampus pusat. Dalam
pembayaran UKT, mahasiswa berharap adanya pembayaran secara langsung
karena tidak semua anak kos memiliki rekening bank atau orang tua yang belum
mengerti sistem pembayaran melalui bank.

● Tinjauan Seputar Sarana & Prasarana


1. Fasilitas ibadah, masih terdapat kekurangan dalam fasilitas ibadah di kampus
Rembang, antara lain tidak ada pembatas antara laki-laki dan perempuan, tidak
ada AC, kipas angin, dan ventilasi. Ruangan yang kurang luas, sehingga tidak
mencakup banyak mahasiswa. Keran untuk wudhu yang jumlahnya masih
kurang banyak dan tidak dipisah antara laki-laki dan perempuan. Peralatan
sholat yang masih kurang lengkap. Belum adanya fasilitas ibadah untuk kaum
non-muslim dan tidak adanya masjid untuk ibadah solat Jumat (Mahasiswa
harus menempuh jarak jauh untuk ke masjid sekitar).
2. Kantin, masih terdapat kekurangan dalam fasilitas kantin di kampus Rembang,
antara lain yaitu kantin kurang luas, terutama wacana akan ada 12 warung
membuat kantin semakin sempit dan masih on progress. Tidak tersedianya kipas
angin, mengingat kampus Rembang sangat panas. Meja dan kursi makan masih
kurang banyak yang belum beroprasi.
3. Perpustakaan, masih terdapat kekurangan dalam fasilitas perpustakaan di
kampus Rembang, antara lain yaitu buku yang tersedia belum lengkap. Belum
adanya penjaga perpustakaan, sehingga sulit untuk meminjam buku. Ruangan
sangat kecil.
4. Fasilitas belajar, masih terdapat kekurangan dalam fasilitas belajar kampus
Rembang, antara lain yaitu Mic dan speaker yang seringkali kurang berfungsi,
juga kurangnya jumlah mic. LCD seringkali tidak menyambung, kurang kabel
HDMI, juga kondisi LCD yang tidak digantung pada langit ruangan membuat
dosen dan mahasiswa kesulitan dalam melakukan persentasi. Tidak ada diesel
untuk mengatasi mati listrik. Jaringan WIFI yang kurang baik dan seringkali
tidak dapat digunakan. Tidak ada kabel roll tambahan yang sangat membantu
mahasiswa.
74
5. Ruang belajar, masih terdapat kekurangan dalam ruang belajar di kampus
Rembang, antara lain yaitu Ruangan kelas kurang banyak, terkadang bentrok
dengan prodi manajemen dan angkatan 2021 serta 2022. Alhasil, mahasiswa
sempat kesulitan untuk mencari ruangan kelas, agar bisa mendapatkan kelas.
Ruangan masih dinilai kurang untuk kegiatan proker dengan banyak
mahasiswa. Jumlah kursi masih belum mencakup jumlah mahasiwa.
Ketersediaan alat tulis yang masih dinilai kurang dan kursi belajar yang perlu
diperbaiki. Terdapat ruangan yang dindingnya sudah retak dan keramik yang
tidak merata. AC kelas sering tidak berfungsi. Terdapat atap ruang kelas yang
bocor sehingga mengganggu keberjalanan perkuliahan.

● Tinjauan Seputar Minat & Bakat.


1. Minat non-akademik, Mahasiswa AP PSDKU Rembang terpantau mempunyai
minat non-akademik sebagai berikut: atletik (badminton, volley, tenis meja,
basket, dan futsal), menari, music, fotografi, videografi, editing, dan gaming.
2. Kendala dalam ikut serta PKM/PMW, terdapat kendala saat mahasiswa AP
PSDKU Rembang ketika ikut serta dalam kegiatan tersebut, antara lain yaitu
kendala waktu akibat informasi yang mendadak. Terdapat miskomunikasi,
dosen yang ditunjuk sebagai dosen pembimbing justru tidak mengetahui bahwa
dirinya telah ditunjuk sebagai pembimbing. Pun, Dosbing sulit dihubungi juga
akibat jarak yang jauh. 3) Kurang pemahaman perihal PKM, akibat kurangnya
mentoring. 4) Saat pembekalan di kampus pusat, tidak ada akomodasi
(transportasi) dari pihak PSDKU
3. Ketersediaan wadah, masih terdapat kekurangan yang dirasakan oleh
mahasiswa Kampus Rembang, antara lain yaitu masih belum terdapat
pengembangan minat dan bakat di kampus Rembang, hanya disalurkan melalui
Bidang Minat dan Bakat himpunan. Pernah ada wacana adanya penggabungan
UKM dengan D3 Manajemen Perusahaan, tapi masih belum terealisasikan.
Untuk sarana basket, sudah tersedia dua ring sebagai pendukung aktivitas
terkait.
4. Informasi pelatihan, masih terdapat kekurangan yang dirasakan oleh mahasiswa
Kampus Rembang, antara lain yaitu informasi kurang tersampaikan dan
seringkali lebih lama tersampaikan dibandingkan kampus Tembalang. Sejauh
ini informasi bisa didapat melalui Instagram dan WhatsApp oleh dosen.
75
Seringkali terjadi keterlambatan penyebaran informasi. Sejauh ini, Himpunan
Mahasiswa Rembang turut membantu, namun dari PSDKU sendiri masih
kurang.

● Tinjauan Seputar UKT


1. Kendala dalam Penyesuaian, terdapat beberapa kendala yang dialami oleh
mahasiswa AP Kampus Rembang dalam penyesuaian UKT, antara lain: 1) Sulit
untuk mendapatkan tanda tangan dari dosen wali. 2) Keterlambatan informasi.
3) Proses yang berbelit-belit dan sistem yang berganti tiap tahunnya. 4)
Terkadang ada miskomunikasi dari pihak FISIP dan PSDKU, sehingga
membuat mahasiswa kebingungan. 5) Terlalu banyak syarat yang harus
diajukan. 6) Waktu pendaftaran pengajuan banding cukup singkat.
2. Kesesuaian golongan UKT, ditemukan terdapat ketidaksesuaian dari golongan
UKT yang diajukan untuk banding dari mahasiswa AP PSDKU Rembang.
Lebih lanjut, terdapat mahasiswa yang sudah mencoba beberapa kali untuk
banding namun tetap ditolak.

PSDKU PEKALONGAN
1. Keterlambatan Informasi yang menjadi permasalahan dari tahun ketahun sehingga
menyebabkan ketertinggalan dalam informasi apapun.
2. Keterbatasan sarana prasarana yang ada guna menunjang yang ada di kampus.
● Musholah yang sempit dan memiliki perbandingan luas dan jumlah mahasiswa
yang jauh
● Kurangnya lahan untuk perpustakaan sebagai tempat pembelajaran sehingga
berbagi tempat dengan ruangan administrasi.
3. Keterlambatan perlengkapan penunjang akademik khususnya untuk prodi akuntansi
sering terlambat mendapatkan buku pembelajaran dari pusat dengan alasan habisnya
ketersediaan stok.

PSDKU BATANG
1. Pelayanan yang kurang perihal peminjaman fasilitas untuk kegiatan mahasiswa baik
akademik maupun non akademik.
2. Keterlambatan informasi mengenai seluruh kegiatan yang melibatkan mahasiswa
Undip secara keseluruhan sehingga menyebabkan kepasifan dari mahasiswa PSDKU.
76
3. Kurangnya sarana pembelajaran seperti buku atau modul yang tidak lengkap sehingga
harus ke kampus utama atau ke kota lain terlebih dahulu.

KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM)

Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Bab
XA tentang Hak Asasi Manusia. Kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial. Kemudian, dalam Pergub Jawa Tengah juga
diregulasikan mengenai kewajiban tempat umum untuk menerapkan KTR, yaitu melalui
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa Rokok serta
lebih jauh, diatur pula dalam Peraturan Daerah Kota Semarang No. 3 Tahun 2013 tentang
Kawasan Tanpa Rokok dan Peraturan Walikota Semarang No. 12 Tahun 2009 tentang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM). Apalagi, Undip
sebagai kampus yang memiliki program Kampus Sehat sudah seharusnya berkomitmen untuk
mewujudkannya dalam bentuk kebijakan penunjang, yaitu Kawasan Tanpa Asap Rokok.
Sampai saat ini, di Undip sendiri baru terdapat satu lokasi yang menerapkan kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok, yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat melalui Keputusan Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat No. 068/UN7.5.9.2/HK Tahun 2022 tentang Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Sebelumnya, padahal
sudah ada tempat lain di lingkungan Undip yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok selain
FKM, yaitu Student Center. Namun sayangnya, penerapan Peraturan Rektor Undip No. 11
Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok Student Center tidak lagi optimal dan ditegakan
kembali mengingat masa transisinya telah berakhir pada 31 Desember 2019 silam. Pada
penerapan KTR di FKM Undip sendiri, sempat terjadi ketidakjelasan penerapan regulasi, tetapi
berkat audiensi lanjutan oleh bidang Sosial dan Politik BEM FKM Undip 2022 kepada pihak
MWA mengenai penerapan KTR di beberapa kawasan di Undip, Keputusan Dekan yang
memperbaharui status Kawasan Tanpa Rokok di FKM pada akhirnya diterbitkan.

77
Pembahasan
Urgensi penerapan Kawasan Tanpa Rokok sendiri sangatlah penting untuk disadari dan
sesegera mungkin diterapkan. Selain telah diregulasikan oleh beberapa landasan hukum terkait,
penerapan kebijakan KTR ini menjadi ranah vital untuk menunjang penerapan Sustainable
Development Goals (SDGs), terkhusus poin 3 yang bertujuan memastikan kehidupan yang
sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia serta akreditasi PTN -BH
sebagai kampus yang ramah lingkungan, yang bahkan telah Undip canangkan dan konkretkan
langkahnya melalui program Kampus Sehat. Selain urgensi tersebut, berikut beberapa urgensi
lainnya:
1. Meningkatkan produktivitas kerja dan pelayanan umum yang optimal di Universitas
Diponegoro;
2. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih di lingkungan Universitas
Diponegoro;
3. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula bagi warga Universitas
Diponegoro;
4. Mewujudkan mahasiswa Universitas Diponegoro menjadi generasi muda yang sehat
dan cerdas;
5. Mengurangi kerugian material dalam hal ini mengurangi risiko bahaya kebakaran di
lingkungan Universitas Diponegoro;
6. Mewujudkan Universitas Diponegoro menjadi kampus sehat (green campus).

78
Tak sampai situ, bahwa ketidakseriusan Undip dalam merealisasikan kebijakan KTR
ini juga telah divalidasi oleh mahasiswanya sendiri. Berdasarkan Survei yang dilakukan bidang
Sosial dan Politik BEM FKM Undip pada akhir 2020 yang diikuti oleh 325 mahasiswa sebagai
responden, menunjukan bahwa sebanyak 82,2% mahasiswa merasa terganggu dengan orang
yang merokok di sekitarnya dan dilanjutkan dengan hasil sebanyak 93,5% mahasiswa merasa
perlu untuk menerapkan KTR di fakultasnya masing- masing.

KTR dan KTM


Kawasan Tanpa Rokok atau KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk melakukan kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan,
dan/atau mempromosikan produk tembakau. Pengendalian asap rokok yang berdampak buruk
bagi tubuh perokok aktif maupun pasif merupakan salah satu solusi terwujudnya menghirup
udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut Kawasan Tanpa Rokok. Penetapan
Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat
proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja,
tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk melindungi masyarakat dari paparan asap
rokok.
Perlu diketahui bahwa upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman
gangguan kesehatan serta lingkungan tercemar asap rokok bukan hanya dilakukan dengan
penetapan Kawasan Tanpa Rokok saja, tetapi juga dengan penetapan Kawasan Terbatas
Merokok atau KTM. Kawasan Terbatas Merokok atau disingkat KTM adalah tempat dimana
kegiatan merokok hanya boleh dilakukan di tempat khusus (smoking area). Berdasarkan
Peraturan Walikota Semarang Nomor 12 Tahun 2009 tentang KTR dan KTM di Kota
Semarang, tempat-tempat yang ditetapkan sebagai KTM yaitu tempat umum dan tempat kerja.

79
Dengan memperhatikan tempat-tempat yang ditetapkan sebagai KTR maupun KTM,
Universitas Diponegoro dalam hal ini sangat mungkin untuk menetapkan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM) untuk lingkup se-Undip. KTM ini memiliki sifat lebih longgar jika
dibandingkan dengan KTR. KTM adalah tempat dimana kegiatan merokok hanya boleh
dilakukan di tempat khusus merokok (smoking area), sedangkan KTR adalah tempat yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, dan/atau penggunaan
rokok.

Relevansi KTM di Undip


Kebijakan Kawasan Terbatas Merokok di Universitas Diponegoro bukan hanya bentuk
pertanggungjawaban akan penegakan hukum tetapi juga manifestasi komitmen dan
memberikan kesempatan kepada para perokok dan yang bukan perokok untuk mendapatkan
haknya masing-masing. Bagi para perokok masih memiliki hak untuk melakukan kegiatan
merokok, akan tetapi tidak pada kawasan yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Sehingga
bagi yang tidak merokok, dapat memperoleh haknya dalam menikmati udara bersih bebas asap
rokok, dan terkhusus mahasiswa Universitas Diponegoro itu sendiri dapat berkegiatan
produktif di Universitas Diponegoro tanpa perlu terancam kesehatan dan terganggu
kenyamanannya karena asap rokok.
Menilik kondisi realitas Undip, penerapan Kawasan Terbatas Merokok merupakan
kebijakan paling relevan untuk diterapkan di Undip. Oleh karena Undip belum pernah
menerapkan kebijakan ini, transisi dengan dibuatnya smoking area di tempat-tempat khusus
menjadi sebuah langkah bijak agar membiasakan mahasiswa Undip terlebih dahulu untuk
mengurangi intensitas dan tempat persebaran merokoknya.
Dalam pengimplementasian KTM di Universitas Diponegoro diperlukan adanya
Peraturan Rektor dan Petunjuk Teknis yang mengatur dan memuat regulasi teknis
penerapannya agar kejelasan mengenai setiap detailnya dapat teregulasi dengan jelas. Peraturan
tersebut haruslah memuat mengenai definisi, subjek-subjek dalam pelaksanaan teknis
peraturan, pembatasan hal-hal yang dapat dan tidak dapat dilakukan, tempat-tempat yang
dijadikan smoking area, tanda-tanda Kawasan Dilarang merokok dan kawasan smoking area,
flowchart penerapan, skema pengevaluasian dan pelaporan, sanksi bagi pelanggar, dan lain
sebagainya yang diperlukan sebagai penunjang kebijakan Kawasan Terbatas Merokok.
Selanjutnya, pada penerapannya secara jangka panjang, seyogyanya didasarkan pada
pelaksanaan yang berkelanjutan dan evaluatif, sebagai bentuk usaha transisi Universitas
Diponegoro menjadi PTN-BH yang seutuhnya ramah lingkungan, dengan mempertimbangkan
80
untuk menerapkan Kawasan Bebas Asap Rokok secara optimal dan menyeluruh sebagai bentuk
komitmen konkret program Kampus Sehat.

Rekomendasi
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh Sospol BEM FKM ditambah dengan
kajian atau analisis-analisis yang mengikutinya, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
KTM di Undip merupakan langkah yang tepat untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan dengan
diterapkannya KTM di Undip melalui peraturan rektor yang mengaturnya, maka Undip dapat
mewujudkan hak asasi manusia kaitannya dengan kesehatan pada diri setiap pihak yang
memutuskan merokok maupun tidak merokok. Berdasarkan penarikan garis besar diatas serta
mempertimbangkan dasar hukum yang mengatur penerapan KTR maupun KTM, maka penulis
dapat memberikan poin-poin rekomendasi berupa:
1. Ditetapkannya Peraturan Rektor yang mengatur tentang Kawasan Terbatas Merokok di
lingkungan Undip
Penerapan Peraturan Rektor ini nantinya akan menjadi landasan sekaligus acuan
dalam implementasi KTM di Undip. Didalamnya terdapat ketentuan-ketentuan hingga
sanksi bagi pelanggar Kawasan Terbatas Merokok. Dengan adanya regulasi yang
mengatur mengenai KTM, maka pelaksanaan KTM dapat terarah dan hasil yang
dikeluarkan pun sesuai dengan harapan.
2. Ditetapkannya Smoking Area di beberapa kawasan tertentu di setiap Fakultas dan
Sekolah Vokasi
Smoking area nantinya akan digunakan untuk kegiatan merokok yang mana
perlu untuk disediakan pula fasilitas-fasilitas pendukung seperti asbak dan tempat
sampah. Akan tetapi, dalam menentukan suatu tempat menjadi smoking area, harus
melihat beberapa syarat dan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Walikota
Semarang Nomor 12 Tahun 2009 tentang KTR dan KTM mengenai persyaratan
smoking area yaitu:
a. Terpisah dari ruangan atau area yang dinyatakan sebagai tempat dilarang
merokok;
b. Dilengkapi dengan alat penghisap udara; dan
c. Memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai.
3. Disediakannya tanda-tanda Kawasan Terbatas Merokok dan Kawasan Pengecualiannya
(Smoking Area)

81
Dalam penerapannya, disediakannya tanda-tanda yang memadai dan mudah
terlihat, baik di Kawasan Terbatas Merokok maupun di Smoking Area, akan
memudahkan dan mengoptimalkan penerapan kebijakan Kawasan Terbatas Merokok
di lingkungan Undip ini. Tanda-tanda tersebut dapat dibuat dengan bentuk Plang
penanda, stiker, maupun bentuk lainnya yang mudah dipahami dan jelas batasan ruang
lingkupnya.
4. Melakukan penyebaran informasi secara masif terkait tempat-tempat di Undip yang
ditetapkan sebagai Kawasan Terbatas Merokok beserta letak Smoking Area-nya di
lingkungan Undip
Penyebaran informasi mengenai penerapan KTM di Undip ini sangat diperlukan
agar KTM dapat berjalan dengan kondusif, dalam arti meminimalisir oknum yang
menyalahi aturan dengan alasan belum mengetahui bahwa Undip telah menetapkan
KTM. Selain itu, substansi mengenai Peraturan Rektor yang mengatur tentang KTM
pun perlu untuk disebarluaskan agar seluruh warga Undip dapat mengetahui
mekanisme penerapan KTM. Penyebaran informasi mengenai KTM ini dapat dilakukan
salah satunya dengan pembuatan poster yang ditampilkan pada laman awal SSO atau
dengan melakukan sosialisasi perfakultas.

REVITALISASI SEKOLAH VOKASI

Jenjang Akademik Sekolah Vokasi


Jenjang Pendidikan Vokasi terbilang masih merangkak karena baru eksis dan mulai
digalak-kan pelaksanaannya setelah dibentuknya Dirjen Vokasi dibawah Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang dibentuk pada tahun 2019 melalui dasar
hukum Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Permendikbud Nomor 28 tahun 2021. Dimana dengan adanya Dirjen ini
memberikan kepastian dan keseriusan pemerintah dalam masifikasi Pendidikan Vokasi di
Indonesia. Pendidikan Vokasi memiliki tujuan untuk mempersiapkan mahasiswa untuk dapat
bekerja dengan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan strata (diploma) yang diambil.
Perkuliahan vokasi dijalankan dengan porsi lebih banyak praktik. Polemik jenjang pendidikan
vokasi berada pada lanjutan dari Sarjana Terapan yang saat ini masih minim keberadaannya,
salah satunya dapat kita lihat di Universitas Diponegoro (UNDIP) sendiri, pendidikan Sarjana

82
Terapan (D4) telah menjadi fokus program dimana tidak dibukanya kembali program Diploma
3 pada Kampus Utama.
Polemik yang terjadi adalah dengan fokus utama UNDIP yang telah ada pada Sarjana
Terapan tetapi program transfer D3 (ekstensi) sendiri belum sepenuhnya dapat dibuka dengan
leluasa. Dimana UNDIP sendiri belum sanggup untuk membuka ekstensi D3 ke D4 untuk dapat
melanjutkan pendidikan Vokasinya di Universtas. Dimana polemik transformasi pendidikan
vokasi antara D3 kepada D4 atau penyetaraan untuk menjadi seorang Sarjana Terapan (D4)
menjadi fokus karena Diploma 3 lebih mengutamakan skill atau kemampuan mahasiswanya
untuk siap ke industri, sedangkan Diploma 4 akan mempelajari ilmu-ilmu praktik atau ilmu-
ilmu terapan yang mana porsi pendidikan yang dimiliki lebih banyak. Selanjutnya dogma dari
pendidikan D3 pun dianggap tanggung dan memiliki status tidak jauh dari lulusan SMK pun
D1/D2 yang membuat dogma ini menjadi permasalahan jenjang karier lulusannya.

Payung Hukum Sekolah Vokasi


Payung hukum mengenai adanya vokasi tentu akan membantu memperkuat posisi kita
sebagai jenjang pendidikan yang mengedepankan kepada kompetensi praktikal. Namun kita
perlu melihat bahwa selama keberjalanannya vokasi ini belum siap dari aspek landasan atau
perlindungan hukum hingga fakta realisasi di lapangan. Seperti yang kita tahu bahwa vokasi
hadir untuk mencetak generasi yang profesional dan siap kerja dan relevan dengan ideal
kurikulum vokasi menerapkan metode 70% praktik dan 30% teori ini masih dirasa kurang
optimal. Ditambah dengan adanya program pemerintah Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM) yang mana tentunya ini secara tidak langsung menyaingi output yang diharapkan
oleh vokasi. Adanya program Kampus Merdeka menjadikan output lulusan mahasiswa vokasi
akan bisa dicapai pula di jenjang sarjana. Sehingga eksklusivitas lulusan mahasiswa vokasi
tidak lagi terasa, inilah yang harus kita perjuangkan mengenai payung hukum adanya jenjang
pendidikan vokasi.
Sehingga nantinya vokasi tidak lagi dipandang sebelah mata, hak yang saat ini
seharusnya kita dapatkan.
● Permen Kemendikbudristek Nomor 54 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Program
Diploma dalam Sistem Terbuka pada Perguruan Tinggi
● Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
● Permendikbud Nomor 28 tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
83
● Peraturan Presiden Nomor 68 tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan
Pelatihan Vokasi
● Peraturan Rektor Universitas Diponegoro Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Peraturan
Akademik Bidang Pendidikan Program Vokasi Universitas Diponegoro

KESIMPULAN
Universitas Diponegoro merupakan lembaga institusi pendidikan perguruan tinggi
negeri yang unik dan kompleks. Bersifat unik karena memiliki ciri- ciri yang tidak dimiliki
oleh kampus lain. Bersifat kompleks karena organisasi ini memiliki banyak dimensi yang
saling berkaitan dan saling menentukan. Karena sifatnya yang kompleks menyebabkan
organisasi ini harus memiliki tingkat koordinasi yang tinggi. Hal ini diatur berdasarkan
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Negeri (Permenristekdikti) Nomor
19 Tahun 2017 dan Nomor 21 Tahun 2018.
Sedikit mengulik sejarah pemilihan rektor UNDIP 2019 yang dimana saat itu Prof. Dr.
Yos Johan Utama, S.H, M.Hum selaku calon tunggal memaparkan visi misi, program kerja,
prestasi dan capaian yang telah dicapai dengan mengusung tema “UNDIP MENUJU 500
BESAR WORLD UNIVERSITY RANK”. Sesaat mungkin akan terlintas pertanyaan, apakah
UNDIP sudah layak untuk masuk 500 besar universitas dunia? Berdasarkan sudut pandang
pendidikan, salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan kualitas akademik secara masif
ialah sistem pembelajaran yang persuasif dan fasilitas yang layak. Hal ini dapat dikonkretkan
dengan kondisi aktual fakultas dan sekolah yang ada di kampus tercinta ini.
Seperti yang sudah dituangkan dalam kajian ini bahwa masih sangat banyak kegagalan
yang terjadi di kampus tercinta kita. Secara keseluruhan masih banyak aspek yang perlu
dibenahi dari segi akademik maupun non akademik, sarana dan prasarana serta banyak hal
lainnya. Pada saat ini kepercayaan mahasiswa terhadap birokrasi kian hari kian pudar. Hal ini
disebabkan oleh faktor kegagalan selama masa kepemimpinan rektor saat ini. Pada momen
Pemilihan Rektor saat ini tidak menjadi hal yang mustahil jika suara mahasiswa dapat
berpengaruh dan memiliki andil terutama dalam pemilihan rektor sekarang. Besar harapan agar
almamater tercinta menjadi Institusi Pendidikan yang dapat berjalan secara demokratis dan
bersih serta dapat mencetak generasi emas guna mengharumkan nusa dan bangsa.

84

Anda mungkin juga menyukai