Anda di halaman 1dari 5

GRAND DESIGN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2024

- MARS
1. MOTIVATION: Berangkat dari kepekaan sosial yang menyadari bahwa masih
banyak mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya yang belum menyadari fungsi sebenarnya
dari Dewan Perwakilan Mahasiswa FIB sehingga saya memiliki kemauan besar untuk
merubah hal tersebut sehingga mahasiswa FIB dapat merasakan fungsi DPM
sebenarnya. Hal ini selaras dengan motto hidup saya yaitu sebaik-baiknya manusia
ialah yang bermanfaat bagi manusia lain.
2. ABILITY: Selama menjadi mahasiswa di Universitas Brawijaya terutama di Fakultas
Ilmu Budaya saya merasakan berproses di organisasi dan kepanitiaan tingkat fakultas
dan universitas.
3. Role-Perception: Bagi saya sosok anggota dewan adalah sosok yang bisa menjadi
problem solver dan memberikan kebermanfaatan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Budaya.
4. SITUATION: Kondisi status quo dari DPM saat ini masih belum melaksanakn
program sesuai dengan IPP, SDG’S, IKU Perguruan Tinggi dan SIMKATMAWA.
Hal tersebut menjadikan landasan saya untuk memperbaiki hal tersebut dengan
langsung terjun menjadi anggota DPM.
- LATAR BELAKANG
Revolusi Industri 4.0 adalah era penerapan teknologi modern seperti teknologi
fiber dan sistem jaringan terintegrasi yang bekerja disetiap aktivitas ekonomi dari
produksi hingga konsumsi. Konsep Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh
Profesor Klaus Scwab. Scwab adalah seorang ekonom terkenal asal Jerman sekaligus
penggagas World Economic Forum. Konsep ini pertama kali digunakan dipublik salam
pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman pada tahun 2011. Peluang
dari revolusi industri yaitu Memberikan kemudahan akses teknologi informasi
dimanapun Anda berada, bahkan di daerah terpencil sekalipun. Hal ini memungkinkan
siapa pun di berbagai belahan dunia untuk berkomunikasi dan terhubung ke Internet
melalui jejaring sosial.
Contoh penerapan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia bisa kita temui di berbagai
industri seperti tekstil, otomotif, elektronik, hingga makanan dan minuman. Tujuan dari
program revolusi industri 4.0 adalah untuk mendorong ekonomi Indonesia masuk ke 10
besar dunia di tahun 2030 dengan meningkatkan kegiatan dari sektor eskpor. Mahasiwa
menjadi instrumen penting dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
sebagai pendidik, penelitian dan pengembangan. Mahasiswa harus kembali ke jati dirinya
yang mampu menjadi Agent Of Change,Agent Of Analysis, dan Agent of Control agar
memaksimalkan dalam mencapai cita-cita bangsa. Menjadi mahasiswa untuk menghadapi
revolusi industri tidak boleh hanya menyerap ilmu yang ada di kelas tetapi juga
mengembangkan keterampilan diluar kuliah.
Pada tahun 9 Mei 2019 Presiden Joko Widodo merumuskan visi Indonesia Emas
2045, Presiden Joko Widodo merasa optimis bahwa Indoneisa akan menjadi ekonomi
terbesar ke empat atau kelima di dunia. Hal ini di dukung juga dengan perkiraan
peningkatan jumlah penduduk dengan usia produktif, pada tahun 2045 Indonesia akan
mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia
produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak
produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045.
Dampak dari bonus demografi Indonesia Emas 2045 ialah dengan peningkatan
penduduk menjadikan sulitnya mencari lowongan kerja yang ada di Indonesia. Mahasiwa
bisa menjadi pembeda dengan cara membuat lowongan pekerjaan senidiri yang relevan
dengan zaman.
Dalam menunjang Indonesia Emas 2045 mahasiswa harus memiliki Soft Skill dan
Hard Skill yang mumpuni salah satu nya bisa didapatkan di organisasi kampus. Kampus
yang memiliki status PTN-BH menjadikan salah satu tempat untuk mengasah skill kita
yang diperlukan untuk meraih Indonesia Emas 2045. PTN-BH adalah perguruan tinggi
yang memiliki keunggulan tersendiri karena memiliki otonomi penuh untuk mengelola
perguruan tinggi itu sendiri. Dasar muncul nya PTN-BH adalah setelah terbitnya UU
No.12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Kampus yang memiliki status PTN-BH
yang memiliki otonomi penuh dalam mengatur sumber daya manusia dan mengelola
uang. Kampus yang memiliki status PTN-BH sejatinya memiliki otonom yang lebih luas,
yang artinya PTN-BH tersbut bisa mengurusi rumah tangga secara mandiri. Misalnya
PTN yang berstatus PTN-BH bisa membuka Program studi baru atau menutupnya ketika
tidak lagi diperlukan tanpa harus bersangkut paut dengan kemendikbud dan kampus juga
bisa melakukan kolaborasi dengan mitra strategis untuk mencari dana tambahan.
Dampak yang ditimbulkan dari PTN-BH adanya penaikan Uang Kuliah Tunggal
yang membuat seolah PTN-BH tidak lagi berpihak pada masyarakat golongan bawah
yang ingin menempuh pendidikan tinggi. Sebagai lembaga legislatif mahasiswa yang
melek akan isu-isu tentang ini kita harus mengkritisi hal ini akan semua masyarakat bisa
merasakan bagaimana menempuh pendidikan yang tinggi.
Dalam menunjang kebutuhan mahasiswa, kampus harus memiliki sarana dan pra-
sarana yang mumpuni dari segala aspek. Seperti mahasiswa penyandang disabilitas,
warga negara disabilitas memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan pada
berbagai jenis dan jenjang.
Tertuang dalam UUD 1945, Undang-undang nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas,
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Mahasiswa
yang berperan di Lembaga Kedaulatan Mahasiswa harus menjadi jembatan bagi para
mahasiswa penyandang disabilitas untuk mengakomodir kebutuhannya di kampus.
Sistem Ormawa di Fakultas Ilmu Budaya saat ini ialah sistem kelembagaan.
Dalam KBBI kelembagaan didefinisikan sebagai suara sistem badan sosial atau
organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem
kelembagaan mahasiswa merupakan lembaga yang dikelola oleh mahasiswa, dibagian
eksekutif ada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga yang menaungi
seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya. Setiap program studi mempunyai himpunan
mahasiswa (HIMA) yang menaungi seluruh mahasiswa pada lingkup program studi, di
ranah legislatif kita mengenal Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), sama seperti BEM
yang menaungi setiap mahasiswa yang ada di tingkat fakultas. DPM memiliki
kewenangan untuk membuat aturan dan mengawasi lembaga eksekutif yang menjalankan
aturan tersebut. BEM dan DPM masuk kedalam Lembaga Kedaulatan Lembaga (LKM).
Lembaga Kedaulatan Mahasiswa (LKM) FIB UB adalah lembaga yang mewadahi
seluruh organisasi atau kelembagaan mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Brawijaya. LKM yang ada di FIB dibagi menjadi 2 ranah, yaitu Eksekutif dan Legislatif.
LKM yang ada di Fakultas Ilmu Budaya berasaskan pancasila dan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, Prinsip LKM FIB UB menjunjung tinggi nilai intelektual, pemberdayaan
mahasiswa, rekonstruksi lembaga dan otonomi kelembagaan. Ada pula tujuan dan fungsi
dari LKM FIB UB yaitu, terwujudnya kedaulatan rakyat mahasiswa FIB UB dalam arti
seluas-luasnya dan wadah untuk mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi
kepada masyarakat mahasiswa FIB UB.
Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FIB merupakan lembaga legislatif yang
ada di FIB UB. Dalam DPM FIB UB mempunyai 3 peran yang dimainkan yaitu,
advokasi, perundang-undangan, dan pengawasan. Fungsi advokasi juga ada di BEM,
namun yang menjadi pembeda adalah menekankan pada proses penjaringan, seperti
penjaringan aspirasi melalui forum terbuka, kuisioner. DPM juga juga mempunyai
kewenangan untuk membuat undang-undang yang harus di patuhi oleh lembaga eksekutif
yang ada di FIB UB seperti, BEM dan Himpunan Mahasiswa Program Studi. Tidak
hanya membuat undang-undang untuk eksekutif, tetapi juga merancang undang-undang
yang menyangkut kegiatan mahasisawa FIB UB seperti, UU PKKMB, UU PEMILWA,
UU PPKSP. Pengawasan dalam DPM FIB UB memiliki beberapa hak yaitu hak
interpletasi hak untuk meminta keterangan, hak angket hak untuk melakukan
penyelelidikan dan hak budgeting hak untuk mengusulkan anggaran.

- TUJUAN
Mengoptimalisasikan program kerja yang ada di lembaga DPM dan membedakan kamar
tupoksi antara lembaga Eksekutif dan Legislatif yang ada di Fakultas Ilmu Budaya dan
merestorasi nilai trias politika di Fakultas Ilmu Budaya agar tidak ada salah satu lembaga
yang super power.
- VISI MISI
1. VISI: DPM FIB UB sebagai akselerator demokrasi yang inklusif, progresif, solutif
dalam menjawab kebutuhan mahasiswa.
2. MISI: - Membangun hubungan yang baik dengan seluruh elemen yang ada pada
lingkup Fakultas Ilmu Budaya dan berkolaborasi baik di lingkup internal maupun
eksternal.
- - Menciptakan produk hukum yang sesuai dengan kebutuhan dari mahasiswa
Fakultas Ilmu Budaya.
- Menciptakan pelayanan berbasis digital yang bisa menuntaskan aspirasi
mahasiswa dengan efektif dan efisien.
- Optimalisasi fungsi pengawasan yang masif dan progresif.
- EVALUASI DAN PROYEKSI SOLUTIF
1. Kurang nya pengadvokasian terhadap kebutuhan atau aspirasi mahasiswa Fakultas
Ilmu Budaya, SOLUSI: Membuat SOP advokasi dan berkolaborasi dengan seluruh
Himaprodi guna menyaring aspirasi dengan lebih masive
2. Kurang bekerja nya panitia kerja dalam membuat produk hukum SOLUSI: membuat
panitia kerja dalam membuat produk hukum.
3. Kurang berjalan dengan baiknya penjaringan aspirasi dalam LKM SOLUSI:
Membentuk timeline yang jelas untuk program sambang LKM.
4. Kurang selarasnya produk hukum dengan peraturan dibawahnya.
- INOVASI
1. Menciptakan call center untuk menjaring keluhan dan aspirasi mahasiswa FIB UB
2. Mengoptimalisasikan kinerja dari panitia kerja perundang-undangan
3. Menciptakan produk hukum yang menjawab aspirasi mahasiswa FIB.
4. Konferensi LKM FIB UB
- INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Mendapatkan 50 respoden aspirasi perbulan dan mampu melaksanakan aspirasi dari
50 respoden
2. Terciptanya produk hukum yang mencakup aspirasi mahasiswa FIB dan
terealisasinya produk hukum tersebut.
3. Selarasnya undang-undang LKM FIB UB dengan peraturan tiap HIMAPRODI.
4. Terciptanya kesepakatan antara birokrat dan LKM yang ada di Fakultas Ilmu Budaya.

Anda mungkin juga menyukai