Anda di halaman 1dari 6

MENGOPTIMALKAN LEMBAGA LEGISLATIF YANG ADAPTIF DALAM ERA

DISRUPSI TEKNOLOGI
Oleh
Candra Adrianando Satrio Priambodo

Negara Indonesia mempunyai suku, golongan, jenis kulit, budaya yang beragam. Hal
ini menjadikan negara kita sebagai negara yang mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga
dalam membina dan mewujudkan tujuan negara harus diperlakukan suatu sistem
pemerintahan yang dapat menyesuaikan sesuai dengan keadaan dan fenomena yang terjadi.
Dengan adanya berbagai latar belakang melahirkan adanya berbagai kepentingan dan tujuan
yang akan dicapai sesuai dengan kebutuhan kelompok masing-masing. Dalam hal ini maka
diperlukan suatu sistem yang dapat membersamai dan mewujudkan berbagai kepentingan
dengan latar belakang yang berbeda untuk mewujudkan tujuan negara. Beranjak dari situlah
dapat kita wujudkan dengan membagi kekuasaan dalam suatu negara, hal tersebut telah
diprakarsai oleh berbagai macam tokoh seperti pembagian kekuasaan oleh John Locke dan
Montesquieu.1 Menurut John Locke pembagian kekuasaan dibagi menjadi ketiga yakni
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan federatif. Pertama, kekuasaan
legislatif merupakan lembaga yang berwenang untuk membuat peraturan perundang-
undangan. Kedua, kekuasaan suatu lembaga yang bertugas untuk menjalankan undang-
undang dan dapat melakukan pengadilan terhadap sengketa yang terjadi. Ketiga, kekuasaan
federatif, kekuasaan tersebut bertugas untuk menjaga keamanan dengan negara lain seperti
adanya pembuatan aliansi. Sedangkan pembagian kekuasaan menurut Montesquieu yakni
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Pertama, kekuasaan
legislatif ini bertugas sebagai lembaga yang membuat suatu peraturan perundang-undangan.
Kedua, kekuasaan eksekutif sebagai penyelenggara undang-undang. Ketiga, kekuasaan
yudikatif sebagai lembaga yang berwenang untuk mengadili atas pelanggaran undang-
undang. Dari pembagian kekuasaan tersebut dapat kita ditarik kesimpulan bahwa menurut
John Locke kekuasaan yudikatif ini digabungkan dalam kekuasaan eksekutif, sedangkan
Kekuasaan yudikatif menurut Montesquieu berdiri sendiri.

Negara Indonesia menggunakan sistem pembagian kekuasaan berdasarkan


Montesquieu, berdasarkan pada pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
1 Pemisahan kekuasaan
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.2 Pembagian kekuasaan tersebut bersifat
secara horizontal, pembagian kekuasaan yang berkedudukan sama rata dan tidak ada yang
lebih tinggi atau rendah dalam suatu lembaga negara. Kekuasaan lembaga legislatif ini
dimiliki oleh lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Anggota tersebut dipilih secara langsung oleh
masyarakat melalui sistem Pemilihan Umum (Pemilu).

Mahasiswa merupakan salah satu tokoh yang mendampingi akan adanya keberjalanan
pemerintah baik dari segi pembuatan, pembahasan, dan penetapan suatu peraturan
perundang-undangan. Terkait hal gtersebut mahasiswa juga mempunyai akan hak persektif
yang luas dan jauh dalam tata kelola dan pembangunan potensimahasiswa yang baik. Untuk
mengawali hal tersebut diperlukan adanya pengertian dan kepekaan dari mahasiswa terhadap
permasalahan permasalahan yang sudah ada sebelumnya, timbul, dan yang aka datang.
Sehingga dalam hal ini dierlukan pembagian struktural. Dalam hal ini dapat kita wujudakan
dalam students goverment (Pemerintahan Mahasiswa). Pemerintahan mahasiswa ini
mempunyai makna bahwa pemerintah dari, untuk dan oleh mahasiswa. Sitstem tersebut
diperlukan dalam keberjalanan suatu mahasiswa karena untuk memberasamai dan mengawasi
keberjalanan akademik dan mahasiswa. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwasanya
pemerintahan mahasiswa ini juga menggunakan sistem yang disesuaikan dengan kebuthhan
dan fenomena yang ada dalam ruang lingkup kampus masing-masing.

Berkaca dari penerapan dan keberjalanan dari sistem yang ada pemerintah yang
dibagi menjadi tiga kekuasaan, dalam suatu pemerintah mahasiswa yang baik juga dibagi
menjadi 3 kekuasaan yakni kekuasaan legislatif, kekuasaan yudikatif, dan kekuasaan
eksekutif. Dalam menjaga kestabilan yang ada diruang lingkup kampus maka diperlukanya
juga suatu peran dari mahasiswa dalam mengawasi kebijakan yang diambil oleh pihak
akademik yakni rektor maupun dekan. Peran mahasiswa tersebut dapat diwujudkan sebagai
lembaga yang berdiri sendiri dan harus mempunyai legimitasi dan terintegritas. Sehingga
permasalahan yang timbul dalam ruang lingkup dan yang dirasakan mahasiswa nantinya

2 https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/edukasi/20230921163918-569-1002067/
sistem-pembagian-kekuasaan-negara-indonesia-dan-penjelasannya/amp
dapat disampaikan kepihak yang berwenang sesuai dengan tugas dan kekuasaan yang
dimiliki.
Pemerintahan Mahasiswa ini jika kita berkaca pada ruang lingkup Universitas
Diponergoro, maka organisasi Senat Mahasiswa sebagai lembaga legislatif, Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif[, dan dalam lembaga yudikatif sejauh ini masih
belum ada. Pada lembaga legislatif dalam ruang lingkup kampus diberikan kepada Senat
Mahasiswa yang mempunyai fungsi diatur dalam Ketetapan Musyawarah Mahasiswa Nomor
002/TAP/MUSWA/V/2023 Tentang PedomanPokok Organisasi Kemahasiswaan Universitas
Diponegoro Perubahan Kedua pada pasal Pasal 21 A yang menyebutkan bahwa terdapaat
empat fungsi yang dimiliki oleh Senat Mahasiswa yakni Advokasi, Legislasi, Pengawasan,
dan Anggaran3. Hal tersebut juga dimiliki oleh fungsi lembaga legislasi yang ada pada raung
lingkup fakultas dan vokasi, jika kita berkaca pada keadaan yang ada pada fakultas hukum
universitas diponegoro maka dapat mengacu pada Pedoman Pokok Mahasiswa dan Garis
Besar Haluan Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas DIponegoro
dalam pasal 8 yang menyebutkan, bahwa:
SM FH Undip mempunyai fungsi: 4
a. Aspirasi, yaitu lembaga ini berfungsi menampung, menyalurkan, dan
memperjuangkan aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa FH Undip;
b. Legislasi, yaitu lembaga ini berfungsi membentuk dan menetapkan peraturan-
peraturan yang mengikat seluruh Lembaga kemahasiswaan FH Undip;
c. Pengawasan, yaitu lembaga ini berfungsi mengawasi semua kegiatan yang
diselenggarakan oleh Lembaga Kemahasiswaan FH Undip dan menindaklanjuti
semua penyelewengan yang dilakukan oleh Lembaga Kemahasiswaan FH Undip;
d. Anggaran, yaitu lembaga ini berfungsi untuk menentukan anggaran Lembaga
Kemahasiswaan FH UNDIP dengan mengevaluasi kinerja dari seluruh Lembaga
Kemahasiswaan FH Undip.
Dalam menjalankan fungsinya tersebut maka diperlukan adanya koordinasi antara Senat
Mahasiswa, Mahasiswa, Mitra Kerja, dan Pihak Akademik. Dari keempat fungsi tersebut
pada saat keberjalanan mempunyai akan ruang lingkupnya masing masing, seperti dalam hal
fungsi aspirasi akan memperhatikan akan keresahan dan permasalah .yang dibutuhkan oleh
mahasiswa untuk diadvokasikan kepada pihak akademik. Fungsi legislasi ini membentuk dan
menetapkan suatu peraturan yang dibutuhkan oleh mahasiswa maupun organisasi. Fungsi

3 PPO UNDIP
4 PPM dan GBHK FH Undip
Pengawasan, hal ini dilaksanakan antara anggota senat mahasiswa dalam mengawasi progam
kerja yang menggunakan anggaran dari pihal fakultas atau universitas. Dan, fungsi anggaran
yang dilakuakn untuk membagi dan menetapkan anggaran yang diberikan dari pihak
dekanaat kepada masig-masing organisasi dan unit kegiatan mahasiswa (UKM-F). Namun
seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi sehingga munculah beberapa
permasalahan dan keresahan yang mulai timbul dan harus diselesaikan oleh senat mahasiswa
fakulta hukum universitas diponegoro seperti contoh tertampungnya aspirasi yang semakin
banyak namun masih diperlukannya proses pengadvokasian yang cukup lama dengan pihak
terkait. Padahal kita ketahui bahwasanya kemajuan teknologi dalam masyarakat sudah sangat
berkembang dan maju, sehingga sudah seharusnya dalam menjalankan dan menyelesaiakan
permasalahan harus ditindaklanjuti secara efesien dan efektif dengan tetap memeperhatikan
peluang dan kesempatan.

Berbicara terkait dengan adanya perkembangan ini adapun fenomena yang cukup sering
dibahas oleh masyarakat seperti era dirupsi teknologi. Era dirupsi teknologi ini merupakan
suatu fenomena perubahan yang secara besar-besaran dan bersifat cepat diberbagai sektor.
Bayaknya sektor yang terpengaruh ini salah satunya iala perubahan yang terjadi dalam bidang
teknologi, dimana perubahan tersebut selain berdampak baik juga berdampak buruk kepada
warga negara termasuk dalam keberjalanan pemerintah yang ada dinegara maupun
keberjalanan pemerintahan yang ada dalam mahasiswa.

Perubahan yang terjadi ini seharusnya dapat dijadikan sebagai peluang, seoerti kita
ketahui bahwasannya dalam fenomena ini mengalami perubahan yang secara cepat tanpa
proses. Dalam hal ini diperlukanya sifat yang reaktif secaraa cepat dan cepat,tidak
menggunakan tahapan sebelumnya yang diselesaikan secara perlahan dengan menggunakan
tahap. Hal tersebut harus didukung dengan sifat yang adaptif dalam menjalankan fungsi
keempatmya, agar nantinya dalam menghadapi permasalahan yang baru timbul dan belum
pernah muncul sebelumnya maka ddapat diselesaikan secara langsung, efesien, dan
efektifitas. Terlepas dari pada itu, maka adapun permasalahan yang ditimbulkan era dirupsi
tekonologi ini seperti tidak adanya kemampuan sumber daya manusia yang tidak
mengumpuni dalam menyesuaikan adanya perkembangan tekonolgi yang ada. Sehingga
dalam hal ini perlu adanya hubungan yang dibangun secara sinergitas antara fungsi dan peran
lembaga legislatif dengan disrupsi teknologi yang sudah berkembang pesat.
Sejatinya fungsi dan peran tersebut tidak akan berjalan hanya dengan
sendirian, perlu adanya suatu penggerak agar terjadi hubungan check and balances yang baik.
Disini lah hadir seorang mahasiswa sebagai penggerak untuk melakukan suatu perubahan dan
pengoptimalisasi terhadap fungsi yang ada. Fungsi yang ada dalam lembaga legislatif hadir
dalam beberapa bentuk diantaranya pertama fungsi anggaran, fungsi ini dalam peran seorang
mahasiswa akan menjadi penjaga check and balances dalam pagu anggaran yang digunakan
oleh organisasi kemahasiswaan. pada hari ini fungsi anggaran sudah berjalan dengan baik
sebagaimana mestinya tapi perlu diketahui terdapat beberapa catatan kekurangan yang masih
harus diperbaiki dan dioptimalkan dalam pelaksanaan fungsi anggaran. Dalam hubungan
dengan era teknologi, pengembangan dan pengoptimalan dari fungsi ini bisa dijadikan suatu
wadah untuk melakukan perbaikan salah satu bentuk konkrit yang ada dalam fungsi anggaran
salah satunya pengecakan dalam proposal, LPJ, dan LPPK yang masih menggunakan sistem
email pada era teknologi dapat mengembangkan beberapa potensi yang bisa dijadikan wadah
dalam penggunaan fungsi anggaran. Kedua, fungsi pengawasan bisa dikatakan fungsi
pengawasan dilakukan dalam bentuk pasca dalam fungsi anggaran tahap awal yaitu Sidang
Umum Pembagian Dana (SUPD) yang dilakukan untuk mengetahui realisasi anggaran dan
pelaksanaan dari program kerja yang sudah dipaparkan pada awal tahun. Era teknologi dapat
menjadi salah satu bentuk untuk melakukan pelaksanaan fungsi ini yang bisa menjadi wadah
pengoptimalan dalam membentuk dan memperbaiki lembaga legislatif yang sudah ada hari
ini.
Ketiga, fungsi legislasi hadir sebagai manifestasi suatu lembaga legislatif yang
mempunyai kewenangan dalam melakukan pembentukan peraturan perundang-undangan
yang dibutuhkan oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Hadirnya fungsi
legislasi ini sudah terjadi secara sistematis sesuai peraturan mahasiswa mengenai pedoman
pembentukan peraturan (P3) Fakultas Hukum Undip tetapi masih beberapa hal yang harus
diperbaiki oleh produk legislasi oleh SM FH Undip. Teknologi menjadikan semua hal
menjadi terasa lebih mudah dan mengakses jangkauan yang lebih luas salah satu bentuknya
produk legislasi dari pengarsipan SM FH sudah dioptimalkan melalui website dari SM FH itu
sendiri. Keempat, fungsi advokasi hadir sebagai manifestasi dari penyerapan aspirasi yang
akan dilakukan pengajuan advokasi dan pengawalan pasca dari advokasi. mahasiswa lebih
khususnya dari calon senator SM FH ini dapat melakukan pengajuan advokasi secara mandiri
sebagai konstituen dari mahasiswa FH dan melakukan pengawalan dari advokasi yang sudah
dilakukan. Selain dari itu, advokasi juga dapat dilakukan oleh komisi terkait yang memiliki
fungsi dalam hubungan dengan birokrasi berkaitan dengan aspirasi yang diterima dari
mahasiswa FH. Sejatinya mahasiswa tidak dapat berjalan dengan sendirinya perlu ada
bantuan dari mahasiswa Fakultas Hukum untuk membantu pelaksanaan dalam pengoptimalan
lembaga legislatif lebih khususnya senat mahasiswa fakultas hukum tahun 2024 yang akan
menjadi dan melakukan perubahan dalam pelaksanaan dengan keempat fungsi dan peran
sebagai konstituen dari mahasiswa FH yang akan melakukan pengoptimalan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai