Anda di halaman 1dari 11

Setiap manusia merupakan pemimpin bagi dirinya masing-masing.

Jiwa kepemimpinan
telah ada sejak manusia dilahirkan dan merupakan bekal yang ada sejak lahir. Setiap
individu hanya perlu mengembngkannya, dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Karena dalam lingkup yang lebih luas manusia yang satu akan memimpin golongan,
kelompok, atau bahkan jutaan manusia lainnya

Tugas pemimpin sangat fungsional untuk mengakomodir berjalannya proses dalam


kehidupan berkelompok atau bermasyarakat . Pemimpin adalah panutan dan teladan bagi
anggotanya dimana setiap kata-kata, sikap, dan tindak tanduknya akan menentukan
kebijakan-kebijakan apa yang akan diambil dalam menyelesaikan semua permasalahan yang
ada demi perubahan yang lebih baik. Dan dengan pemimpin semua proses pemerintahan
dapat terpusat atau terkoordinir dan terevaluasi . Sehingga apa yang telah menjadi visi dan
misi dalam suatu kelompok atau masyarakat tercapai.

Pemerintahan merupakan hal yang terkait dengan pemimpin dan siapa yang dipimpin.
Pemeritahan mengandung makna proses, fungsi, jabatan, dan kepentingan bersama.
Pemerintah adalah salah satu syarat terbentuknya negara atau kedaulatan disamping adanya
masyarakat dan wilayah kekuasaan sesuai apa yang dimaksud dengan pengakuan de
facto. Dalam pemerintah selain fungsi pemimpin masih ada lagi fungsi-fungsi lain yang akan
menjalankan proses pemerintahan.

Fungsi pemerintahan bagi manusia awam adalah apa yang terjadi dalam suatu Negara yang
merdeka. Pada kenyataannya fungsi-fungsi tersebut telah terpraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari dalam bermasyarakat dalam cakupan yang lebih kecil dan lebih sederhana
tentunya. Dan semua fungsi yang ada memiliki tanggung jawab yang berbeda dengan tujuan
yang sama sesuai kesepakatan bersama.

Kesepakatan yang telah disimpulkan dan diputuskan bersama dalam suatu musyawarah atau
diskusi untuk kepentingan bersama. Kesepakatan yang di dalamnya terdapat fungsi
pemimpin, para pengambil keputusan, dan aspirasi semua anggota masyarakat.

Fungsi-fungsi yang terdapat pemerintahan antara lain adalah eksekutif, legilasi, anggaran dan
pengawasan. Fungsi Eksekutif adalah fungsi atau wewenang yang dimiliki pemimpin sebagai
seorang yang memutuskan menerima ataupun menolak kesepakatan yang ada dengan
mempertimbangkan fungsi para pengambil keputusan. Fungsi Legilasi, Anggaran, dan
Pengawasan adalah fungsi atau wewenang yang ada pada Dewan legislatif atau DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat).

Praktek kepemimpinan ini terjadi di seluruh lapisan masyarakat bahkan salah satunya di
suatu lembaga, instansi, dan salah satunya di perguruan tinggi atau yang sering dikenal
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). BEM suatu badan yang berdiri tanpa ada kaitan dengan
birokrasi kampus. BEM wujud dari pemerintah dalam lingkup kampus terdiri dari
mahasiswa-mahasiswa yang berada di dalamnya. BEM wadah bagi mahasiswa untuk
mengalami kehidupan berpolitik secara langsung dalam lingkup fakultas maupun kampus.
Semua yang dilakukan dalam badan ini dirancang menyerupai bentuk pemerintahan Negara.
Selain BEM terdapat pula BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) yang merupakan badan
mendampingi BEM dalam hal check and Balances, menampung aspirasi mahasiswa,
menyatukan mahasiswa dalam gerakan mahasiswa aktif.

Dalam perannya BLM hampir menyerupai peran DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) seperti
kita ketahui fungsi DPR adalah mentapkan undang-undang, membantu presiden dalam
menetapkan anggaran, dan mengawasi pelaksanaan undang-undang .

BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) pada setiap perguruan tinggi memiliki sebutan tersendiri
seperti MAM (Majelis Aspirasi Mahasiswa) atau DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa).
Badan ini memiliki tugas dan wewenang serta hak tersendiri yang berbeda dengan BEM
(Badan Eksekutif Mahasiswa) namun kinerjanya menunjang kinerja BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa). BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) telah ada di tingkat fakultas dan fungsinya
membantu BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) di tingkat kampus. Tugas dan wewenang
BLM ini diantaranya :

1. Membentuk Undang-undang yang dibahas dengan Presiden Mahasiswa untuk mendapatkan


persetujuan bersama
2. Menampung dan mempertimbangkan segala aspirasi mahasiswa yang disampaikan kepada
DPM
3. Memberikan mandat untuk pelaksaan PEMIRA
4. Mengawasi pelaksanaan hasil-hasil sidang DPM
5. Mengawasi pelaksanaan Program Kerja dan kebijakan Badan Eksekutif Mahasiswa
6. Menyelesaikan masalah yang timbul dalam negara tingkat Universitas
7. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPF yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mengikut sertakannya dalam pembahasan

Pada dasarnya BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) terdiri dari mahasiswa yang merupakan
perwakilan dari setiap partai-partai yang ada dalam kampus. Partai inilah yang mengusung
para calon presiden mahasiswa. Dalam prakteknya tak jauh beda seperti PEMILU (Pemilihan
Umum) yang ada di masyarakat umumnya, hanya saja para pemilih adalah mahasiswa dan
dengan sebutan yang berbeda yaitu PEMIRA (Pemilihan Raya). Hak BLM (Badan Legislatif
Mahasiswa) antara lain:

1. Mempunyai hak angket, budget, inisiatif dan interpelasi


2. Meminta pertanggungjawaban Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa sewaktu-waktu bila
dianggap perlu
3. Menerima, menimbang dan mengesahkan pengajuan pembentukan Badan Otonom di tingkat
universitas
Hak BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) ini tentunya merupakan hak yang digunakan untuk
kepentingan mahasiswa. Karena dalam prosesnya banyak hal maupun penerapan kebijakan
yang tak sesuai. Maka dari itu peran BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) sangat penting.
Setiap anggota BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) memiliki hak dan kewakiban yang harus
mereka laksanakan diantaranya:

Hak Anggota BLM (Badan Legislatif Mahasiswa)

1. Mengajukan usulan Rancangan Undang-undang


2. Mengajukan pertanyaan
3. Menyampaikan usul dan pendapat
4. Memilih dan dipilih; dan
5. Membela diri

Kewajiban Anggota BLM (Badan Legislatif Mahasiswa)

1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi


2. Mentaati Undang-undang Dasar Negara (Peraturan Organisasi)
3. Menjaga stabilitas negara dan kerukunan nasional; dan
4. Melaksanakan peranan sebagai wakil mahasiswa

Dalam pelaksanaan tugas BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) juga mengadopsi teknik-
teknik yang ada di lembaga legislatif negara seperti teknik persidangan. Pembahasannya
mencakup pembuatan konstitusi, pengawasan BEM (Badan Legislatif Mahasiswa), Komisi
Pengawasan Kementrian BEM dan pembahasan lainnya yang berkaitan dengan aspirasi
mahasiswa.

Adi Fajar Nugraha


SABTU, 29 JUNI 2013

NAPAK TILAS LEGISLATIF MAHASISWA INDONESIA

Perjuangan suatu bangsa tidak terlepas dari unsur-unsur yang ada di dalamnya. Ketika
suatu bangsa menginginkan terbentuknya suatu negara berbagai macam peran yang dilakoni oleh
unsur-unsur bangsa untuk mewujudkan keinginan dari para pendiri bangsa. Dan aktor perjuangan
dalam mencapai keinginan tersebut salah satunya adalah pemuda. Pemuda menjadi garda
terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan hingga mempertahankan kemerdekaan Republik
ini. Sebut saja mahasiswa yang merupakan sosok pemuda yang memiliki banyak potensi. Suatu
elemen masyarakat yang unik, dengan jumlah yang tidak banyak. Namun sejarah mencatat
bahwa dinamika bangsa ini tak terlepas dari campur tangan mahasiswa. Walaupun zaman terus
bergerak dan berubah, namun ada yang tidak berubah dalam diri mahasiswa, yaitu semangat dan
idealisme.
Mahasiswa adalah agen perubahan di dalam suatu bangsa. Kiprah tidak diragukan lagi
karena mereka selalu membuat gagasan tentang kemajuan suatu bangsa. Sampai saat ini
Indonesia masih tetap berdiri karena mahasiswa. Dan mahasiswalah yang bisa membuat
dinamisasi kehidupan bangsa karena sebagai pengawas dalam pembangunan. Untuk mencetak
generasi yang menjadi pembaharu bangsa, mahasiswa memerlukan wahana yang dapat
menanamkan nilai, karakter, dan pengetahuan dalam rangka mencetak agen-agen perubahan.
Yaitu dengan Organisasi Kemahasiswaan. Salah satunya adalah dengan membentuk Legislatif
mahasiswa.
Legislatif mahasiswa sangat diperlukan karena kampus adalah sebagai miniature negara.
Mahasiswa bisa dilatih menjadi wakil – wakil dari berbagai fakultas sebagai perwujudan dari
wakil rakyat dalam dunia kampus. Adanya BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan), dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) akan efektif jika di
dalam pemerintahan mahasiswa memiliki lembaga legislatif yang memegang fungsi kontrol
sehingga pemerintahan mahasiswa dengan BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) serta BEM,
HMJ, dan UKM dapat bersatu di bawah payung konstitusi bersama. Ibarat sebuah negara,
pemerintahan mahasiswa adalah pemerintahan merdeka yang tak masuk dalam struktur birokrasi
kampus. Sehingga reaksi pembekuan dari birokrasi kampus pun tidak akan berpengaruh
jika student governancenya kuat Dengan adanya legislatif mahasiswa, peran eksekutif kampus
dapat menjalankan kegiatannya dalam alur yang telah ditetapkan dalam konstitusi bersama agar
tidak melenceng dan melanggar.
Apakah Legislatif Mahasiswa Itu?
Menurut kaidah bahasa, badan legislatif adalah badan yang bertugas untuk
menyusun kebijakan untuk dilaksanakan nantinya. Di Indonesia, DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) dan BPM (Badan Legislatif Mahasiswa) memiliki posisi yang
sama dalam teori Trias Politica, yakni Legislatif. Keduanya hampir sama tugasnya,
hanya cakupannya berbeda. DPR mencakup seluruh Indonesia Raya, dan Badan
Legislatif Mahasiswa mencakup satu universitas saja. badan legislatif identik
dengan badan perwakilan. Artinya, badan legislatif sebagai badan pengemban
kedaulatan atau badan yang menjalankan kedaulatan yang bertugas untuk
membentuk kebijakan yang mencerminkan dari keinginan mahasiswa. Jadi,
kebijakan tersebut nantinya bukanlah dari suatu pihak atau golongan semata. Untuk
itu, badan legislatif mahasiswa haruslah mencerminkan representasi dari
mahasiswa – mahasiswa yang ada.
Dalam dunia kampus , legislatif mahasiswa sering disebut dengan istilah DPM
(Dewan Perwakilan Mahasiswa), BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa), DLM
(Dewan Legislatif Mahasiswa), DEMA (Dewan Mahasisw) dan Parlemen
Mahasiswa. Istilah – istilah diatas merupakan bentuk dari badan legislatif
mahasiswa yang ada di universitas – universitas di Indonesia. Badan legislatif
mahasiswa beranggotakan wakil – wakil mahasiswa yang dipilih melalui Pemilu atau
mekanisme tertentu. Wakil mahasiswa tersebut haruslah mewakili dari golongan
tertentu. Seorang wakil mahasiswa mengemban amanat untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa untuk menjadi suatu kebijakan.
Maka dari itu, wakil mahasiswa dituntut untuk dapat sensitif dalam
mendengarkan keluhan mahasiswa serta aktif dalam menuangkan pemikiran untuk
menyusun suatu kebijakan yang akan diberlakukan dalam lingkungan mahasiswa.
Dalam praktiknya, seorang wakil mahasiswa dituntut untuk mampu turun kebawah
untuk menampung aspirasi mahasiswa sebesar – besarnya dan menuangkannya
dalam suatu forum kerja yang berupa rapat – rapat serta Sidang Umum. Sangat
ironis apabila seorang wakil mahasiswa ketika menjalankan tugasnya bersikap pasif
alias diam dan cenderung acuh tak acuh tanpa memberikan suatu kontribusi yang
berarti bagi penyelenggaraan kehidupan kemahasiswaan.
Secara keseluruhan, badan legislatif mahasiswa dituntut harus mampu
menuangkan terobosan – terobosan yang bersifat inovatif dalam hal kebijakan –
kebijakan sehingga fungsi legislatif tersebut benar – benar berjalan secara optimal.
Disamping itu, badan legislatif mahasiswa juga dituntut untuk aktif mengawasi
pelaksanaan dan mengevaluasi dari praktik – praktik penyelenggaraan sistem
tersebut. Praktik – praktik penyelenggaraan dapat berupa kebijakan – kebijakan
atau proses yang terjadi di dalam sistem tersebut. Hal ini bertujuan agar terjadi
kontrol dan keseimbangan ( check and balances ) sehingga menghindarkan
penumpukan kekuasaan yang berdampak pada absolutisme. Untuk itu, disinilah
dituntut peran serta dari seluruh wakil mahasiswa yang duduk di badan legislatif
mahasiswa untuk menjalankan fungsi dari badan tersebut secara menyeluruh.
Sejarah Lembaga Legistatif Mahasiswa
Melihat sejarahnya, gerakan mahasiswa intra kampus memang mengalami
pasang surut. Dari mulai adanya Senat Mahasiswa di era Orde Lama, Badan
Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) di era Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK)
dan Dewan Mahasiswa masa Orde Baru, hingga era reformasi dengan keberadaan
lembaga kemahasiswaan yang lebih fleksibel dan representatif dan demokratis.
Dalam era-era tersebut pun, kesemuanya memiliki tipe maupun fluktuasi gerakan
masing-masing, sebagaimana hukum sejarah bahwa tiap masa membawa kisahnya
masing-masing.
Arif Rahman Hakim, maupun Soe Hok Gie pada zamannya telah menorehkan
tinta emas sebagai aktivis dalam runtuhnya rezim Orde Lama dengan Senat
Mahasiswanya di tahun 1965. Dewan Mahasiswa kembali mengemuka ketika
Hariman Siregar dan para mahasiswa memimpin gerakan radikal yang berujung
pada peristiwa Malari di tahun 1974. Sehingga, pemerintahan Orde Baru
menerapkan Normalisaasi Kehidupan Kampus dengan membentuk Badan
Koordinasi Kemahasiswaan untuk mewadahi aktivitas kemahasiswaan yang
cenderung diperlakukan secara represif. Tak aneh jika pada masa sesudah Malari,
gerakan mahasiswa intra kampus terkesan tiarap bahkan mati suri. Masa dewan
mahasiswa dan juga majelis mahasiswa di Indonesia berakhir pada tahun 1978-an
ketika pemerintah memberangus aksi kritis para mahasiswa dan dewan mahasiswa
dibekukan.
Kegiatan politik di dalam kampus juga secara resmi dilarang. Kebijakan itu
dikenal dengan nama kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan
pengganti lembaga tersebut adalah badan koordinasi kemahasiswaan (BKK).Pada
masa-masa akhir rezim orde baru, Senat Mahasiswa dari berbagai kampus kembali
menggeliat seiring kondisi bangsa yang telah akut, dan pada akhirnya memuncak
titik ekskalasinya pada tahun 1998 dengan menumbangkan rezim Orde Baru.
Sesudahnya, reformasi nasional berimbas pula pada reformasi kelembagaan
kemahasiswaan, dengan konsep student government yang cenderung bebas dari
cengkeraman kekuasaan pemerintah seiring era demokratisasi, dan sepertinya
representatif sekali bagi pembelajaran politik bagi mahasiswa.
Namun lembaga mahasiswa berlabel legislatif mahasiswa di kampus
manapun, diakui atau tidak mempunyai kesan minim fungsi. Bahkan cenderung
hanya dijadikan formalitas pelengkap keberadaan lembaga kemahasiswaan. Nama
lembaga legislatif mahasiswa memang cenderung tenggelam oleh glamour lembaga
eksekutif mahasiswa. Sangat dimaklumi mengingat peran-peran eksekutif
mahasiswa terkesan lebih menyentuh langsung kepada mahasiswa, sedangkan
peran legislatif mahasiswa terkesan menjalankan peran legislasif yang berkutat
hanya pada pembuatan regulasi. Lebih memprihatinkan lagi, ada kesan bahwa
fungsi lembaga legislatif mahasiswa hanya berperan temporal ketika membuat
regulasi ketika Ospek, Pemilu Mahasiswa, dan kongres mahasiswa di akhir
kepengurusan eksekutif mahasiswa.
Hal tersebut ternyata tidak hanya menjangkit di tataran kekampusan, namun
juga terakumulasikan secara nasional bahwa lembaga legislatif mahasiswa miskin
fungsi, dan tak terdengar kiprah dan gaungnya dibandingkan dengan lembaga
eksekutif mahasiswa di tataran nasional seperti BEM seluruh Indonesia (BEM SI),
maupun BEM Nusantara sebagai forum perkumpulan lembaga-lembaga eksekutif
nasional baik dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. Lembaga legislatif
mahasiswa hanya menjadi pelengkap dalam struktur organisasi kemahasiswaan
dan hanya menjalankan kegiatan – kegiatan yang bersifat seremonial belaka. Oleh
karenanya banyak mahasiswa yang tidak tertarik untuk bergabung dengan lembaga
legislatif mahasiswa.
Lembaga Legislatif Mahasiswa Sebagai Wahana Pergerakan Mahasiswa
Secara umum, lembaga legislatif mahasiswa sebenarnya sangatlah tinggi, terutama dalam
menjaga ritme pergerakan mahasiswa, terlebih disaat seperti sekarang yang tengah menggejala
kelesuan gerakan mahasiswa intra kampus. Lembaga legislatif mahasiswa memegang kunci
regulasi tatanan kemahasiswaan, sehingga seharusnya dinamisasi mahasiswa yang nantinya
direpresentasikan dalam gerakan eksekutrif mahasiswa tetap terjaga. Tidak seharusnya kelesuan
dan kemandulan eksekutif mahasiswa dalam memperlihatkan taringnya entah dihadapan birokrat
kampus maupun pemerintahan negara terjadi. Lembaga legislatif seharusnya bisa mencarikan
treatment-nya, yaitu dengan melakukan preasure sebagai representasi aspirasi suara mahasiswa
akar rumput, dan merekomendasikannya kepada eksekutif mahasiswa sebagai eksekutornya.
Lembaga legislatif mahasiswa sebagai watch dog dan sparing partner bagi eksekutif
mahasiswa inilah yang sepertinya jarang dilakukan oleh lembaga legislatif mahasiswa. Hal ini
semakin diperparah dengan minimnya mereka menyerap aspirasi dari konstituen mahasiswa
yang diwakilinya di tataran bawah. Saat ini yang terjadi kebanyakan dari kedua lembaga itu
terkesan sama saja, miskin fungsi. Terlebih ketika dihadapkan pada realitas bahwa kedua
lembaga tersebut tak jarang dikuasai oleh elemen pergerakan mahasiswa yang sama ideologi dan
garis politiknya, maka makin matilah dinamisasi kelembagaan mahasiswa utamanya lembaga
legislatifnya. Karena, ada kecenderungan kepentingan kelompok dalam melakukan fungsi check
and balance. Pada akhirnya memang sangat perlu penjagaan ritme dan dinamisasi pergerakan
mahasiswa, mengingat ruh dan kekuatan mahasiswa yang begitu dinantikan bangsa hanya akan
terlihat ketika ada dinamisasi dan pergerakan. Tanpa itu semua, tentunya mahasiswa hanya akan
berkutat pada wacana tanpa aksi nyata. Dan peran strategis tersebut harus segera dimainkan oleh
setiap lembaga legislatif mahasiswa yang ada.
Lembaga mahasiswa di tingkat legislatif mempunyai tanggung jawab moral untuk
mencetak pengganti mereka minimal yang sesuai dengan posisi masing-masing. Tidak ada
artinya seorang pemimpin besar jika ia tidak bisa mencetak pemimpin besar yang lain. Ada
tanggung jawab bagi setiap mereka yang ada di organisasi mahasiswa untuk memastikan adanya
pengganti orang yang tepat di kepengurusan selanjutnya. Memang sebenarnya regenerasi
lembaga legislatif akan berjalan sendirinya melalui mekanisme Pemira (Pemilihan Raya)
mahasiswa, namun demikian sebagai pengurus lembaga tersebut pada tahun sebelumnya maka
seharusnya menjadi tanggung jawab moral pengurus organisais tersebut untuk memastikan
bahwa organisasi akan dipimpin atau dikelola oleh orang-orang yang tepat. Hal ini tidak tertulis
dalam dalam peraturan apapun didalam UU sistem pemerintahan mahasiswa, tapi hal ini adalah
tanggung jawab moral seluruh pengurus organisasi mahasiswa yang akan lengser dan diganti
dengan pengurus yang baru.
Seorang ketua lembaga mahasiswa harus bisa mengkader atau
mempersiapkan orang yang tepat, secara kualitas dan kapabilitas, sebagai calon
pengganti dirinya. Begitu juga dengan wakil ketua, kepala devisi, dan juga staff ahli
devisi untuk mengkader orang yang tepat sebagai pengganti dirinya dalam
kepengurusan selanjutnya. Memang proses ini akan berjalan sendiri, atau bahkan
nantinya akan ditentukan oleh kebijakan dari pimpinan lembaga terpilih, tapi sebagai
pengurus organisasi yang mempunyai ikatan emosional dan moral terhadap
keberlanjutan organisasi, maka setiap pengurus organisasi harus merasa
mempunyai tanggung jawab tersebut.
Perlu diketahui bahwasannya organisasi mahasiswa adalah organisasi
berbasis kekeluargaan, maka setiap pengurus harus mempunyai ikatan emosional
dan tanggung jawab moral kepada sesama anggota dan juga kepada organisasinya.
Bisa dikatakan bahwa setiap personal, pengurus organisasi adalah pengkader atau
orang yang menurunkan, mendidik, dan mengembangkan nilai, kemampuan, dan
pengetahuan pada bawahannya. Setiap pengurus harus mempersiapkan
bawahannya agar siap mengganti posisi yang akan ditinggalkannya. Ini adalah
tanggung jawab semua pengurus organisasi. Setiap pengurus organisasi adalah
agen kaderisasi yang bertanggung jawab
terhadap improvement dan continuitas organisasi. Setidaknya organisasi secara
keseluruhan harus mempunyai sistem yang mendukung terciptanya atmosfer
kaderisasi yang baik, berkelanjutan, sistematis, dan progresif.

.
Diposting oleh Adi Fajar Nugraha di 07.02
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

PROFIL CATATAN
 ▼ 2013 (25)
o ► April (2)
o ▼ Juni (23)
 ▼ Jun 29(21)
Adi Fajar Nugraha  GELORAKAN
Lihat profil lengkapku PRESTASI
UNTIRTA YANG
PROAKTIF
 MAMPUKAH DPR
BERTAHAN
DALAM DILEMA
INI?
(PERTARUHA...
 MUNGKINKAH
PARTAI POLITIK
PUNAH? (
TANTANGAN
DEMOK...
 NAPAK TILAS
LEGISLATIF
MAHASISWA
INDONESIA
 WUJUDKAN
INDONESIA
BERDIKARI
MELALUI MINYAK
BUMI (...
 SEBUAH KISAH :
ANTARA BERAS
DAN PETANI
(MENUJU KEM...
 SURAT UNTUK
DAHLAN
 SECERCAH
HARAPAN
BERSAMA
KELUARGA
BARUKU “FORUM
I...
 MERAIH
KEEMASAN
DALAM DUNIA
KAMPUS
 PEMUDA SEBAGAI
MOTOR
PEMBANGUNAN
BANGSA
 MEMBANGKITKAN
NASIONALISME
INDONESIA
MELALUI EKONO...
 GOTONG ROYONG
INSPIRASI
NEGERIKU
 MEMBUMIKAN
ENERGI NUKLIR
DALAM
KEHIDUPAN
 NASIONALISME
DAN MARXISME
 TRANSFORMASI
GOTONG ROYONG
DALAM
KERUKUNAN
BANGSA ...
 SPIRIT PEMUDA
MUSLIM DALAM
MENGGONCANGK
AN DUNIA PE...
 PRESTASI UNTUK
ALMAMATERKU
 Menghidupkan
Semangat Persatuan
Indonesia yang Sej...
 Belajar Matematika
Sambil Mendengarkan
Musik
 Air Bersih dan
Sanitasi Untuk
Kesehatan
Lingkungan...
 DARI TRAS UNTUK
INDONESIA
 ► Jun 30 (2)
 ► 2014 (3)

https://www.facebook.com/adi.f.nugraha. Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai