Anda di halaman 1dari 44

PERAWATAN SAPI PERAH PASCA OPERASI DISPLASIA

ABOMASUM DI KOPERASI PETERNAK SAPI


BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG

ANNISA NINTYARIFA

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan laporan akhir berjudul Perawatan Sapi Perah
Pasca Operasi Displasia Abomasum di Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Lembang adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016

Annisa Nintyarifa
NIM J3P113017
ABSTRACT

ANNISA NINTYARIFA. Post-Operative Displaced Abomasum Care of Dairy


Cattle at KPSBU Lembang. Supervised by HENNY ENDAH ANGGRAENI.

Displaced Abomasum (DA) is an abomasum displacement from normal


position. On farm with a high incidence of DA it is likely that there is a problem
with the diet of cows in early lactation and this should be addressed. The final
report purposes is to explain post-operative displaced abomasum care of dairy
cattle at Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang. Field
practice II was conducted in Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)
Lembang located in Panorama market complex Lembang, Bandung from 18
January to 17 February 2016. Data devided into primary and secondary data.
Primary data include observation and interview about post-operative DA care.
Secondary data includes study literature. The method that it use to repair the
displaced abomasum surgically is an abomas opexy. Postoperative care are
systemic antibiotics three day period because area is constantly being
contaminated, feed only grain per day and hay free choice, sanitation cage, and
remove the sutures in fourteen days.

Key words : Care, Displasia Abomasum, Post-operative, System of Metabolism


RINGKASAN

ANNISA NINTYARIFA. Perawatan Sapi Perah Pasca Operasi Displasia


Abomasum di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang.
Dibimbing Oleh HENNY ENDAH ANGGRAENI.

Sistem pencernaan ternak ruminansia berbeda dengan ternak non-


ruminansia khususnya pada lambung. Lambung ruminansia terdiri atas empat
bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Salah satu penyakit
yang menyerang gangguan pencernaan pada sapi adalah displasia abomasum.
Displasia Abomasum (DA) adalah suatu perpindahan abomasum dari lokasi
sebenarnya. Abomasum dapat terdorong ke arah kiri (Left Displacement
Abomasum), ke kanan (Right Displacement Abomasum) dan perputaran
abomasum yang dikenal dengan Torsio Abomasum (volvulus). Pakan sangat
mempengaruhi etiologi dari displasia, terutama pada pemberian konsentrat yang
berlebihan.
Tujuan laporan akhir adalah untuk menerangkan perawatan sapi perah
pasca operasi displasia abomasum di Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Lembang. Praktik Kerja Lapang II dilaksanakan di Koperasi Perternak
Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang yang berlokasi di Komplek Pasar
Panorama Lembang, Bandung Utara, Bandung, Jawa Barat dari tanggal 18 Januari
– 17 Februari 2016. Data yang digunakan dalam praktik kerja lapangan ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari
pengamatan langsung di lapangan yaitu ikut serta dalam perawatan sapi pasca
operasi dan informasi yang diberikan oleh paramedis dan dokter hewan melalui
wawancara. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka seperti
artikel, jurnal dan beberapa literatur.
Displasia Abomasum yang paling sering terjadi di KPSBU Lembang
adalah Left Displasia Abomasum (LDA). Pemicu kejadian LDA yang terjadi
KPSBU Lembang adalah kesalahan manajemen pakan. Penanganan DA yang
dilakukan di KPSBU Lembang yaitu penanganan awal dan penanganan lanjutan
yaitu operasi. Tingkat keberhasilan operasi sangat bergantung dari perawatan
pasca operasi. Perawatan sapi perah pasca operasi DA yang dilakukan di KPSBU
Lembang mencakup observasi klinis selama tiga hari, perawatan luka dengan
Limoxin® spray, menjaga kebersihan kandang dengan cara selalu dibersihkan
setiap hari, mengatur pakan yang diberikan yaitu hijauan tanpa konsentrat serta
pemberian obat antibiotik dan antiinflamasi selama tiga hari. Pembukaan jahitan
dilakukan setelah 14 hari.

Kata kunci : Displasia abomasum, Pasca operasi, Perawatan, Sistem pencernaan.


PERAWATAN SAPI PERAH PASCA OPERASI DISPLASIA
ABOMASUM DI KOPERASI PERTERNAK SAPI
BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG

ANNISA NINTYARIFA

Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Keahlian Paramedik Veteriner

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Laporan Akhir : Perawatan Sapi Perah Pasca Operasi Displasia
Abomasum di Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Lembang
Nama : Annisa Nintyarifa
NIM : J3P113017

Disetujui oleh

Drh Henny Endah Anggraeni, MSc


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bagus P. Purwanto, MAgr Dr drh Gunanti, MS


Direktur Koordinator Program Keahlian

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga laporan akhir ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan sejak bulan Januari – Februari
2016 ini adalah Perawatan Sapi Perah Pasca Operasi Displasia Abomasum di
Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang.
Penyelesaian laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drh
Fathul Bari dari KPSBU Lembang selaku pembimbing lapang yang telah
memberikan banyak bantuan selama pengumpulan data. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Drh Henny Endah Anggraeni selaku dosen
pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua
Bapak Wahyu Supriotomo dan Ibu Pradiana Padma serta ketiga saudari saya,
Ajeng Aisya Hanum, Damara Grani Arifa dan Ailsa Digna Anjani yang telah
memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk terus menyelesaikan laporan
akhir ini. Terima kasih kepada seluruh petugas IB-Keswan KPSBU Lembang dan
teman – teman Paramedik Veteriner yang memberikan kesan berarti dalam
kehidupan penulis. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan
untuk menambah ilmu pengetahuan. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat
untuk pembaca.

Bogor, April 2016

Annisa Nintyarifa
NIM J3P113017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvi
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
2 METODE KAJIAN 2
2.1 Lokasi dan Waktu 2
2.2 Teknik Pengumpulan Data 2
2.3 Teknik Analisis Data 2
2.4 Tinjauan Pustaka 2
2.4.1 Sistem Pencernaan Sapi 2
2.4.2 Definisi Displasia Abomasum 3
2.4.3 Faktor Penyebab Displasia Abomasum 4
2.4.3 Gejala Klinis 5
3 KEADAAN UMUM LOKASI KEGIATAN 5
3.1 SejarahKPSBU Lembang 5
3.2 Letak Geografis 6
3.3 Visi dan Misi 6
3.4 Fungsi dan Tugas Pokok 7
3.5 Sarana Kerja 7
4 PERAWATAN SAPI PERAH PASCA OPERASI DISPLASIA
ABOMASUM DI KOPERASI PERTERNAK SAPI BANDUNG
UTARA (KPSBU) LEMBANG 8
4.1 Kejadian Displasia Abomasum di KPSBU Lembang 8
4.2 Penanganan Laporan Kasus dari Peternak 9
4.2.1 Penanganan Awal 9
4.2.2 Penanganan Lanjut 9
4.2.3 Perawatan Pasca Operasi 9
4.3.1 Observasi Klinis 9
4.3.2 Perawatan Luka Jahitan dan Obat - Obatan 10
4.3.3 Pakan 12
4.3.4 Kandang 13
5 PENUTUP 14
5.1 Simpulan 14
5.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
DAFTAR GAMBAR

1 Posisi Abomasum Normal 3


2 Left Displacement Abomasum 3
3 Right Displacement Abomasum 4
4 Volvulus 4
5 Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara 6
6 Kondisi fisik sapi pasca operasi 10
7 Jahitan yang diberi Limoxin-25 spray 11
8 Pembukaan jahitan 12

DAFTAR TABEL

1 Keanggotaan KPSBU Per 31 Desember 2013 7


2 Tim Manajemen KPSBU 8
3 Perkembangan Kesehatan Sapi Pasca Operasi 9
4 Formulasi bahan pakan mixing konsentrat KPSBU Lembang 13
5 Kandungan nutrisi komposisi bahan konsentrat KPSBU Lembang 13
6 Obat-obatan yang diberikan Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

1 Struktur Organisasi KPSBU Lembang 25


2 Jurnal Harian PKL 26
3 Jurnal Harian Aktivitas/Kasus PKL 30
4 Laporan Periodik Praktik Kerja Lapang 34
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pencernaan pada ternak sapi perah sebagai ternak ruminansia


berbeda dengan ternak non-ruminansia khususnya pada lambung. Lambung sapi
sangat besar, diperkirakan sekitar tiga perempat dari isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah biak kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses
pembusukan dan fermentasi. Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai
dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.Abomasum pada ruminansia sering disebut
sebagai lambung sejati, karena proses pencernaan didalamnya menyerupai pada
hewan monogastrik setelah diolah sebelumnya pada rumen, retikulum, dan
omasum (Subronto 2008). Letak abomasum secara normal di ventral perut bagian
kanan antara rusuk 7-11.
Salah satu penyakit yang menyerang saluran pencernaan pada sapi adalah
displasia abomasum. Displasia Abomasum (DA) adalah suatu perpindahan
abomasum ke lokasi abnormal. Abomasum dapat terdorong ke arah kiri (Left
Displacement Abomasum, LDA), ke kanan (Right Displacement Abomasum,
RDA) dan perputaran abomasum yang dikenal dengan Torsio Abomasum
(Volvulus) (Subronto 2008). Ketiga kondisi tersebut (LDA, RDA, Volvulus)
haruslah ditangani dengan baik dalam suatu peternakan, terutama peternakan sapi
perah.
Kasus DA merupakan kasus yang harus segera ditangani karena dapat
menyebabkan kematian. Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)
Lembang menangani kasus ini dengan cara operasi. Perawatan sapi perah pasca
operasi di sebuah peternakan menjadi suatu hal yang sangat penting. Perawatan
yang salah akan menggagalkan operasi atau menghambat persembuhan sapi itu
sendiri. Kegagalan tersebut menimbulkan hasil produksi sapi menurun dan
membuat peternak mengalami kerugian. Supaya dapat menghasilkan produksi
yang baik, maka diperlukan penanganan yang tepat dan intensif.

1.2 Tujuan

Tujuan laporan akhir ini adalah untuk menerangkan perawatan sapi perah
pasca operasi displasia abomasum di KPSBU Lembang.
2

2 METODE KAJIAN

2.1 Lokasi dan Waktu

Praktik Kerja Lapang II dilaksanakan di tiga lokasi yang berbeda yaitu


Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, PT Ultra Peternakan
Bandung Selatan (UPBS) Pangalengan dan PT Cisarua Intergrated Farm (CIFA)
Indonesia mulai tanggal 18 Januari – 18 April 2016.
Pengambilan topik laporan akhir dilakukan di Koperasi Perternak Sapi
Bandung Utara (KPSBU) Lembang yang berlokasi di Komplek Pasar Panorama
Lembang, Bandung Utara, Bandung, Jawa Barat dari tanggal 18 Januari – 17
Februari 2016.

2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam praktik kerja lapangan


ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
dari pengamatan langsung di lapangan dan informasi yang diberikan oleh
paramedis dan dokter hewan melalui wawancara. Pengamatan yang dilakukan
dilapangan adalah membantu paramedis dalam merawat pasien. Pengamatan yang
dilakukan dilapangan adalah sebagai sumber data yang akan diperbandingkan
dengan literatur yang ada. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi
pustaka seperti artikel, jurnal dan beberapa literatur yang berhubungan dengan
perawatan sapi perah pasca operasi displasia abomasum.

2.3 Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan dianalisis secara deskriptif dari hasil pengamatan,


diskusi dan studi pustaka.

2.4 Tinjauan Pustaka

2.4.1 Sistem Pencernaan Sapi

Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anaksuku Bovinae.
Sapi terbagi atas dua tipe yaitu sapi pedaging dan sapi perah. Sapi perah adalah
sapi yang dikembangbiakan secara khusus karena kemampuannya dalam
menghasilkan sapi dalam jumlah besar. Menurut keputusan Menteri Pertanian
No.422/Kpst/05.210/7/2001 sapi perah adalah ternak dan bibit sapi yang
dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu.
Sistem pencernaan pada ternak sapi perah sebagai ternak ruminansia
berbeda dengan ternak non-ruminansia khususnya pada lambung, dimana
lambung pada ternak ruminansia ganda yang terdiri atas bagian-bagian sepeti
rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Pada rumen ternak ruminansia terjadi
proses penghancuran dan fermentasi bahan pakan sehingga pada ternak
ruminansia mampu mencerna bahan pakan yang berserat kasar tinggi. Rumen,
3

bagian yang tonjolannya seperti bulu (handuk). Retikulum, bagian yang berbentuk
seperti sarang laba-laba. Omasum, bagian yang berbentuk seperti lembaran buku.
Abomasum, bagian yang terdiri dari lipatan-lipatan. Perkembangan dan fungsi
keempat komponen lambung ruminansia berlangsung sejalan dengan umur ternak.
Pada ternak ruminansia yang baru lahir hanya abomasum yang sudah berfungsi.
Ransum berupa air susu disalurkan langsung ke abomasum melalui oesophagus.
Sebelum umur satu bulan hanya ransum yang berbentuk cairan yang dapat
dimanfaatkan. Perkembangan dan fungsi komponen lambung ruminansia menjadi
sempurna setelah sapi berumur satu tahun.

2.4.2 Definisi Displasia Abomasum

Displasia abomasum (DA) adalah berpindahnya atau bergesernya letak


abomasum ke posisi abnormal. Pergeseran letak abomasum bisa ke bagian perut
sebelah kiri bisa juga bergeser ke sebelah kanan dan/atau disertai dengan
perutaran. Letak abomasum secara normal adalah di bagian ventral rongga perut
sebelah kanan, diantara rusuk ke 7-11 (Lawhead dan Baker 2005). Menurut
Subronto (2008), Displasia Abomasum (DA) adalah suatu perpindahan abomasum
ke lokasi abnormal. Abomasum dapat terdorong ke arah kiri (Left Displacement
Abomasum), ke kanan (Right Displacement Abomasum) dan perputaran
abomasum yang dikenal dengan Torsio Abomasum (Volvusus). Umumnya kasus
DA banyak terjadi pada sapi perah (Friesian Holstein) yang memiliki produksi
susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar
2 minggu sebelum kelahiran dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu
setelah kelahiran.

Gambar 1 Posisi Abomasum Normal

Gambar 2 Left Displacement Abomasum


4

Gambar 3 Right Displacement Abomasum

Gambar 4 Volvulus

2.4.3 Faktor Penyebab Displasia Abomasum

1. Pakan
Kejadian displasia abomasum paling sering dilaporkan pada sapi perah
yang dikandangkan terlalu lama dengan makanan penguat (konsentrat) dan biji-
bijian dalam jumlah berlebihan. Perbandingan antara konsentrat dengan rumput
berhubungan dengan kejadian displasia abomasum, semakin tinggi pemberian
konsentrat maka makin tinggi pula kemungkinan terjadinya displasia abomasum.
Pengalaman dilapangan memang terbukti dari kasus displasia yang ditemui rata-
rata terjadi pada sapi – sapi yang diberi konsentrat berlebih dengan pemberian
rumput yang minimal karena peternak ingin mendapatkan hasil susu yang
maksimal (Subronto 2008).

2. Kelainan pada Masa Perpaturien (Sekitar Melahirkan)


Beberapa kelainan atau gangguan pada masa periparturien yang beresiko
menyebabkan DA meliputi distokia, kelahiran kembar, metritis, ketosis atau milk
fever. Gangguan tersebut kebanyakan menyebabkan kekurangan kadar Ca darah
atau akibat adanya endotoksin sehingga mengakibatkan terjadinya atoni
abomasum & akumulasi gas yang mengakibatkan terjadinya DA (Subronto 2008).

3. Jenis dan Umur


Jenis sapi FH (Frisian Holstein) cenderung lebih mudah mengalami
displasia abomasum. Kejadian displasia abomasum lebih sering terjadi pada sapi
dewasa yang habis lahir dan pada pedet yang mulai disapih (Subronto 2008).

4. Penyebab lain
Penyebab lain displasia abomasum salah satunya adalah sapi yang ukuran
tubuhnya terlalu besar memiliki resiko kejadian lebih tinggi. Hal ini disebabkan
karena pada sapi – sapi yang berukuran besar ternyata organ – organ dalam
5

tubuhnya mudah bergeser. Displasia dapat juga disebabkan karena hipokalsemia,


penyakit-penyakit lain yang bersamaan seperti ketosis dan metritis (Subronto
2008).

2.4.3 Gejala Klinis

Gejala kilinis displasia abomasum adalah nafsu makan sapi akan


berkurang dan hasil produksinya akan menurun karena sistem pencernaannya
terbatasi. Sapi mungkin akan berdiri dengan posisi kifosis. Awalnya akan diare
ringan, kemudian feses akan menjadi berwarna hitam, berbau tidak sedap dan
berbentuk seperti bubur. Suhu tubuh normal kecuali jika terkena infeksi.
Umumnya, sapi terlihat depresi dan dehidrasi. Beberapa gejala menyerupai
ketosis. Gejala klinis lainnya berupa bentukan abdomen kembung asimetris antara
kiri dan kanan bagian samping bawah bila dilakukan inspeksi dari belakang. Saat
dilakukan auskultasi dan perkusi pada daerah yang mengalami displasia terdengar
bunyi seperti logam dipukul (ping sound) yang merupakan gejala klinis yang khas
pada kasus ini. Pemeriksaan auskultasi dan perkusi biasanya dilakukan didaerah
costae ke-11 sampai costae ke-13 pada bagian kiri (Lawhead dan Baker 2005).
Apabila suara “ping” terdengar dengan resonansi yang tinggi, ini
menandakan bahwa gas telah memenuhi sebagian besar daripada ruang di
abomasum sehingga menutupi celah antara rumen dan dinding abdominal. Lokasi
suara ping yang paling jelas pada kasus LDA adalah area antara costae ke-9
sampai costae ke-13 , sampai bagian sepertiga tengah dari abdomen, walaupun hal
ini tidak menjadi sesuatu yang baku karena ping dapat pula terjadi lebih caudal
atau lebih ke ventral (Blowey dan Weaver 2011). Gejala ketosis dalam darah
dapat diamati dalam kasus ini dan ketosis pun harus dibandingkan antara ketosis
sekunder dan ketosis primer, kebanyakan kasus pada LDA pasca kelahiran adalah
adalah ketosis primer (Subronto 2008).
Menurut Andrews et al (2004), gejala klinis yang dapat diamati pada kasus
LDA adalah produksi susu menurun, nafsu makan dan proses ruminansi menurun
drastis, terjadinya acetonemia kronis, pada kasus yang parah, nafsu makan dapat
berkurang, proses ruminansi pun dapat menghilang, konsistensi feses lembek,
dikarenakan kebanyakan diberi pakan konsentrat, temperatur normal namun detak
jantung dapat mencapai 80-100 kali/menit, tonus rumen sangat lemah atau bahkan
menghilang, dikarenakan terhalang oleh abomasum. Kehadiran gas pada
abomasum sangat terasa. Beberapa kasus akut penggelembungan pada bagian
flank kiri sangat terasa.

3 KEADAAN UMUM LOKASI KEGIATAN

3.1 SejarahKPSBU Lembang

KPSBU (Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara) Lembang adalah


koperasi primer tunggal usaha di kecamatan Lembang yang merupakan suatu
wadah bagi para petani peternak sapi perah dengan wilayah kerja KPSBU
6

meliputi wilayah Desa Lembang, Wangunsari, Jayagiri, Cikidang, Cikahuripan,


Pagerwangi, Sukajaya dan Cilumber.
Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) didirikan pada tahun
1971, dan mendapat pengesahan Badan Hukum No.4891/BH/DK-10/20 tanggal 8
Agustus 1971. KPSBU lahir ditengah gejolak para peternak akibat adanya para
kolektor atau pengumpul susu yang sudah banyak menguasai pemasaran dalam
bidang susu di Lembang. Mulai saat itulah suatu pemikiran atau gagasan yang
disertai rasa kebersamaan dan kebulatan tekad untuk mendirikan suatu koperasi,
sehingga KPSBU ini lahir dari kehendak para peternak, oleh peternak dan untuk
peternak yang bertempat di kecamatan Lembang wilayah Bandung Utara. Rasa
kebersamaan dan kekeluargaan para peternak itu diwujudkan dengan timbulnya
respon dari peternak yang saat itu berjumlah 35 orang peternak yang masuk jadi
anggota KPSBU di Lembang sebagai anggota perintis.

Gambar 5 Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara

3.2 Letak Geografis

Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) terletak di Kecamatan


Lembang, 15 km sebelah utara kota Bandung di komplek pasar panorama
Lembang dengan menempati lahan seluas 1.800 m², yang dibagi atas 400 m²
untuk bagian produksi, 600 m² digunakan untuk produk pakan jadi atau makanan
konsentrat, 400 m² digunakan untuk gudang bahan pollard dan dedak, 400 m²
digunakan untuk perkantoran dan gudang kebutuhan pengurus dan anggota.
Daerah Lembang yang berbukit-bukit ini memiliki ketinggian ± 1.200 meter dari
permukaan laut, temperatur antara 17-25 ºC dan curah hujannya sekitar 1.800 -
2.500 mm/tahun.

3.3 Visi dan Misi

Visi KPSBU adalah menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam


menyejahterakan anggota. Misi KPSBU adalah menyejahterakan anggota melalui
layanan prima dalam industri persusuan dengan manajemen yang berkomitmen
dan meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan,
pemberdayaan SDM dan kemitraan strategis.
7

3.4 Fungsi dan Tugas Pokok

KPSBU Lembang merupakan koperasi yang bergerak di bidang usaha


peternakan sapi perah dengan cara menampung susu dari masyarakat untuk
dipasarkan kembali.

3.5 Sarana Kerja

KPSBU (Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara) Lembang berada di


komplek pasar baru Lembang. Fasilitas-fasilitas kantor terdiri dari post penjaga,
koperasi penjualan susu, kantor pemasaran, kantor kesehatan hewan inseminasi
buatan, ruangan dokter, laboratorium susu, gudang pakan, mobil pengangkut
pakan, sepeda motor untuk tenaga kesehatan, mobil untuk kegiatan operasi
dilapangan, dan sumber air dan listrik, juga dilengkapi fasilitas pendukung seperti
masjid, toilet, dan kantin. Wilayah kerja KPSBU Lembang meliputi wilayah Desa
Lembang, Wangunsari, Jayagiri, Cikidang, Cikahuripan, Pagerwangi, Sukajaya
dan Cilumber.

3.6 Kegiatan Lembaga

Keanggotaan yang dimiliki KPSBU Lembang sebanyak 7.105 orang dan


48 tim manajemen KPSBU yang terdiri dari bidang organisasi dan umum, bidang
usaha, bidang keuangan, bidang pelayanan dan bidang pengembangan sumber
daya manusia.

3.7 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)


Lembang terdapat pada Lampiran 1.

3.8 Sumber Daya Manusia

Keanggotan KPSBU tahun 2012 sebanyak 6.930 orang, sedangkan pada


tahun 2013 sebanyak 7.015 orang sehingga ada kenaikan jumlah anggota
sebanyak 85 orang atau naik 1.23% dari tahun lalu.

Tabel 1 Keanggotaan KPSBU Per 31 Desember 2013


Keanggotaan Jumlah
Anggota 5.589 orang
Calon anggota 1.426 orang

Tim manajemen KPSBU tahun 2013 sebanyak 48 orang yang terdiri dari
Manajer, Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian dan Kepala Urusan.
8

Tabel 2 Tim Manajemen KPSBU


Tim Manajemen Jumlah
Manajer 1 orang
Kepala Bagian 11 orang
Kepala Sub Bagian 17 orang
Kepala Urusan 19 orang

4 PERAWATAN SAPI PERAH PASCA OPERASI


DISPLASIA ABOMASUM DI KOPERASI PERTERNAK
SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG

4.1 Kejadian Displasia Abomasum di KPSBU Lembang

Kasus displasia abomasum (DA) yang terjadi di KPSBU Lembang


sebanyak 28 kasus dalam kurun waktu satu bulan. Awalnya peternak melaporkan
kasus ternaknya yang sakit kepada petugas IB-Keswan di daerah tersebut,
biasanya pada kasus DA peternak melaporkan bahwa ternaknya tidak mau makan
rumput, bahkan ada yang tidak mau makan rumput dan konsentrat selama tiga
hari serta kotoran ternak cair, berwarna hitam dan berbau tidak sedap. Menurut
Lawhead dan Baker (2005), gejala sapi yang terkena displasia abomasum adalah
nafsu makan menurun, diare, feses bewarna hitam pekat dan berbau busuk.
Displasia Abomasum yang paling sering terjadi di KPSBU Lembang
adalah Left Displasia Abomasum (LDA). LDA adalah berpindahnya abomasum ke
sebelah kiri abdomen. Saat pemeriksaan secara inspeksi dari belakang bentuk dari
abdomen sapi tidak simetris, bagian kiri abdomen akan terlihat lebih besar. Saat
pemeriksaan secara auskultasi dan perkusi akan terdengar suara “ping” atau ping
sound. Suara tersebut berasal dari abomasum yang terisi oleh gas dan menjadi
gembung. Suara yang dikeluaran seperti suara logam yang dipukul (Lawhead dan
Baker 2005).
Pemicu kejadian LDA yang terjadi KPSBU Lembang adalah kesalahan
dalam manajemen pakan. Pemberian hijauan dari peternak lebih sedikit daripada
konsentrat. Peternak memberikan konsentrat lebih banyak daripada hijauan karena
mengharapkan produksi susunya lebih banyak jika pemberian konsentrat yang
lebih banyak. Menurut Blowey dan Weaver (2011), pakan sangat mempengaruhi
etiologi dari displasia, terutama pada pemberian konsentrat yang berlebihan.
Pemberian konsentrat yang berlebihan akan bertendensi meningkatkan asidosis
dan gas. Dilihat dari kejadian tersebut maka atoni abomasum dan tingginya kadar
gas dalam abomasum merupakan faktor-faktor pathogenesis yang tinggi dari
terjadinya displasia abomasum. Ketika berpindah ke bagian kiri dan organ berada
dalam posisi antara dinding abdominal di sebelah kiri dan rumen di sebelah
kanan, gejala atoni dan hadirnya gas dalam abomasum akan mencegah abomasum
untuk kembali ke posisi semula.
9

4.2 Penanganan Laporan Kasus dari Peternak

4.2.1 Penanganan Awal

Penanganan awal yang dilakukan oleh petugas IB-Keswan di lapangan


adalah suhu tubuh diukur terlebih dahulu, rata-rata suhu tubuh sapi yang terkena
displasia abomasum memiliki suhu tubuh yang normal yaitu sekitar 38.5 – 39.5
o
C. Kisaran suhu tubuh normal pada sapi adalah 37 oC sampai 39 oC dengan suhu
kritis 40 oC (Santosa 2004). Kemudian petugas melakukan pemeriksaan secara
perkusi dan auskultasi di intercostae ke-8 hingga ke-13 untuk mengetahui ada
tidaknya ping sound. Saran diberikan oleh petugas kepada peternak agar sapi
dipuasakan konsentrat selama 3 – 5 hari, serta sapi dipindahkan ke kandang yang
lebih terbuka agar bisa melakukan exercise. Selain itu, sapi diberikan Biosan TP®
(Setiap ml mengandung ATP1,1 mg, Vitamin B 0,50 mg, Mg-aspartat 15 mg, K-
aspartat 10 mg, Sodium selenit 1,0 mg) sebanyak 15 ml untuk meningkatkan
nafsu makan dan melancarkan metabolisme tubuhnya, Papaverin HCL® (Setiap
ml mengandung Papaverin HCl 30 mg, Benzetonium klorida 0,01 %, Aqua p.i ad
5 ml) sebanyak 20 ml serta Sulpidon® (setiap ml mengandung dipyrone 250 mg
dan lidocaine 2%) sebanyak 15 ml sebagai antipasmodik secara Intramuskular
(IM).

4.2.2 Penanganan Lanjut

Penanganan lanjutan dilakukan jika kasus ternak tidak sembuh setelah


diberikan penaganan awal. Penanganan lanjutan yang dilakukan adalah tindakan
operasi. Tingkat keberhasilan operasi sangat bergantung dari perawatan pasca
operasi.

4.3 Perawatan Pasca Operasi

4.3.1 Observasi Klinis

Keadaan sapi yang terkena displasia abomasum setelah operasi semakin


membaik dari hari ke hari. Observasi klinis yang dilakukan di KPSBU Lembang
dilakukan selama tiga hari. Perkembangan kesehatan sapi dapat dilihat pada Tabel
3.

Tabel 3 Perkembangan Kesehatan Sapi Pasca Operasi


Keterangan
Hari ke- Nafsu Luka
Pemeriksaan fisik Defekasi/Urinasi
makan jahitan
Suhu : 38oC Kering,
Mukosa mata : pink Baik, pa- tidak ada Feses normal,
1
Nafas : 20 x/menit kan habis pembengka sapi urinasi
Jantung : 60 x/menit kan
10

Suhu : 38.5oC Kering,


Baik,
Mukosa mata : pink tidak ada Feses normal,
2 pakan
Nafas : 22 x/menit pembengka sapi urinasi
habis
Jantung : 62 x/menit kan
Suhu : 38oC Kering,
Baik,
Mukosa mata : pink tidak ada Feses normal,
3 pakan
Nafas : 20 x/menit pembengka sapi urinasi
habis
Jantung : 65 x/menit kan

Data tabel menunjukkan bahwa pemeriksaan fisik, nafsu makan, luka


jahitan dan defekasi atau urinasi tidak ada kelainan. Suhu sapi menunjukkan suhu
normal yaitu 38 – 38.5 oC. Menurut Santoso (2004), kisaran suhu tubuh normal
pada sapi adalah 37 oC sampai 39 oC dengan suhu kritis 40 oC. Mukosa mata sapi
berwarna pink atau rose. Frekuensi nafas sapi sebanyak 10 – 12 kali per menit,
sedangkan denyut jantung sapi sebanyak 60 – 65 kali per menit. Sapi sehat
memiliki mukosa mata berwarna merah muda atau rose, frekuensi nafas sapi
normal sekitar 15-30 kali per menit dan frekuensi jantung sapi normal adalah 60-
80 kali per menit (Jackson dan Cockcroft 2002).
Keadaan sapi pasca operasi dapat dilihat pada Gambar 7. Sapi terlihat
mulai memamah biak dan mata terlihat lebih cerah.

A B
Gambar 6 (a) Sapi memamah biak (b) mata terlihat lebih cerah

4.3.2 Perawatan Luka Jahitan dan Obat - Obatan

Pemeriksaan luka dilakukan sehari sekali. Perawatan luka menggunakan


Limoxin-25® spray (setiap ml mengandung oxytetracycline hydrochloride 25 mg,
gentin violet 5 mg dan solvents ad 1 mg) yang diberikan satu kali sehari selama
tujuh hari (Gambar 7). Oxytetracycline adalah antibiotika spektrum luas, efektif
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif seperti Staphylococcus,
Streptococcus, Bordetella, Campylobacter, Chlamydia, E. coli, Haemophilus,
Mycoplasma, Pasteurella, Rickettsia dan Salmonella spp. Oxytetracycline bekerja
dengan menghambat proses sintesa protein bakteri. Gentian violet termasuk zat
warna yang sangat efektif sebagai antijamur dan antibakteri terutama terhadap
Staphylococcus spp (Sweetman 2007).
11

Gambar 7 Jahitan yang diberi Limoxin-25 spray

Pemberian obat secara sistemik dilakukan dengan pemberian Dufafur 5%


inj (setiap ml mengandung Ceftiofur 50 mg) sebanyak 15 ml sebagai antibiotik
dan Phenylject (setiap ml mengandung phenylbutazone 200 mg) sebanyak 20 ml
sebagai antiinflamasi. Obat diberikan satu kali sehari selama tiga hari. Menurut
Alexander dan Bryden (1995), standar pemberian antibiotik pada sapi pasca
operasi minimal tiga hari.
Ceftiofur merupakan generasi ketiga dari antibiotik golongan sefalosporin,
spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif seperti
Pseudomonas sp, pneumococci, meningokokus, H. influenzae, dan E. coli.
Antibiotik ini menghambat sintensis dinding sel bakteri sehingga duplikasi bakteri
terhambat (Rahayu 2014). Phenylbutazone adalah obat anti-inflamasi non-steroid
yang bekerja sebagai anti-inflamasi melalui penghambatan enzim siklooksigenase
dan penghambatan terhadap pembentukan mediator inflamasi, seperti
prostaglandin (Katzung 2006). Obat – obatan yang diberikan dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4 Obat Pasca Operasi Displasia Abomasum


No Gambar Nama Obat Fungsi

1 Dufafur 5% Inj® Antibakteri

antipiretik, analgesik dan


2 Phenylject®
anti inflamasi
12

Luka jahitan mulai mengering pada hari ke-7. Pembukaan jahitan


dilakukan dua minggu pasca operasi (Gambar 8). Pada minggu kedua sapi sudah
dipindahkan ke kandangnya. Jahitan harus dilepas pada saat sedini mungkin untuk
mencegah atau meminimalkan reaksi dan tanda jahitan. Jahitan di wajah dan
telinga dilepas dalam 5-7 hari, jahitan di kelopak mata dilepas dalam 3-5 hari.
Jahitan di leher dilepas dalam waktu 7 hari dan jahitan kulit kepala dalam 7-10
hari. Jahitan pada tubuh dan ekstremitas harus dibiarkan selama 10-14 hari (Kudur
et al 2009).

A B
Gambar 8 (a) Pembukaan jahitan (b) Bekas luka jahitan
yang mengering

4.3.3 Pakan

Pakan yang diberikan kepada sapi pasca operasi adalah hijauan. Hijauan
diberikan selama 3 hari berturut –turut tanpa konsentrat. Konsentrat diberikan
setelah 3 hari pasca operasi. Petugas IB-Keswan juga memberikan edukasi kepada
peternak tentang pemberian konsentrat tidak boleh lebih banyak daripada hijauan
untuk menghindari kejadian LDA terulang kembali. Pemberian pakan
dimaksudkan agar sapi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk
pertumbuhan dan reproduksi. Pemberian pakan hendaknya mencukupi kebutuhan
dan harus efisien, sehingga tidak menimbulkan kerugian (Djarijah 1996).
Hijauan yang diberikan dapat berupa rumput gajah. KPSBU
menyarankan kepada peternak pemberian hijauan dengan dipotong-potong kecil
agar sapi mudah mencerna hijauan yang diberikan. Menurut Aak (2012),
pemberian hijauan sebaiknya dengan cara dilayukan untuk mengurangi kadar air
dalam hijauan, sehingga mengurangi pembentukan gas di dalam rumen. Bahan
kering yang terkandung dalam hijauan yang dilayukan adalah 40% - 50%. Berat
sapi yang dioperasi adalah 400 kg. Hijauan diberikan setelah pemerahan sebanyak
40 kg/ekor/hari.
Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan 10% dari
bobot badan dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari bobot badan.
Pemberian konsentrat diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 1-2
kg/ekor/hari. Selain pakan, sapi harus diberi minum sebanyak 10% dari berat
badan per hari (Anggorodi 2005).
13

Konsentrat yang digunakan diKPSBU Lembang adalah hasil olahan dari


pabrik KPSBU. Komposisi bahan pakan yang terkandung dalam konsentrat
olahan KPSBU adalah pollard, bungkil sawit, bungkil kedelai, bungkil kopra dan
kalsium. Pemberian konsentrat sebanyak 1-2% dari bobot badan. Formulasi bahan
pakan mixing konsentrat KPSBU Lembang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Formulasi bahan pakan mixing konsentrat KPSBU Lembang


Bahan Pakan Komposisi (kg)
Pollard 1250
Bungkil sawit 100
Bungkil kopra 50
Bungkil kedelai 50
Kalsium 50
Jumlah 1500

Kandungan nutrisi komposisi bahan pakan yang terkandung dalam


konsentrat olahan KPSBU dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kandungan nutrisi komposisi bahan konsentrat KPSBU Lembang


Kandungan Nutrisi (% /g)
No Komposisi Bahan Lemak Protein Serat
Abu TDN
Kering Kasar Kasar Kasar
1 Pollard 88.4 5.1 17 8.8 24.1 70
2 Bungkil Sawit 88.6 2.5 16.5 15.6 - 70
Bungkil
3 90.5 11.2 27.5 6.8 - 75.3
Kopra
Bungkil
4 89.4 1.0 52.0 25.5 - 40.2
Kedelai
Sumber : Aak 2012

4.3.4 Kandang

Kandang sapi pasca operasi harus dalam keadaan bersih. Petugas IB-
Keswan memberikan edukasi kepada peternak bahwa kandang harus selalu bersih
dengan tujuan agar luka jahitan tidak terkena infeksi.Usaha pemeliharaan
kesehatan dilakukan melalui kebersihan kandang, kebersihan ternak, peralatan dan
petugas kandang. Djarijah (1996) menyatakan bahwa kandang untuk
pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab, serta kandang dibersihkan setiap
hari agar sapi bebas dari kotoran.
14

5 PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan laporan akhir perawatan sapi perah pasca operasi yang


dilakukan di Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang
mencakup observasi klinis selama tiga hari, pembukaan jahitan dilakukan
padahari ke-14, menjaga kebersihan kandang setiap hari, pakan yang diberikan
yaitu hijauan tanpa konsentrat serta pemberian obat antibiotik dan antiinflamasi
selama tiga hari.

5.2 Saran

Saran untuk KPSBU Lembang, edukasi tentang displasia abomasum kepada


peternak harus diberikan secara terus-menerus agar kasus displasia abomasum di
daerah setempat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2012. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Alexander P., Douglas Bryden. 1995. Post-Graduated Foundation in Veterinary
Science. Sydney : University of Sydney. Page: 302.
Andrews A. H., Blowey R. W., Boyd H., Eddy R. G. 2004. Bovine Medicine and
Husbandary of Cattle 2ndEdition.USA : Blackwell Publishing.
Anggorodi R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum.Yogyakarta (ID) :Gadjah Mada
University Press.
Blowey R. W., A. David Weaver. 2011. Color Atlas of Diseases and Disorders of
Cattle 3rdEdition. UK : Blackwell Science Ltd.
Djarijah A. S. 1996. Usaha Ternak Sapi. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Jackson P., Peter Crockcroft. 2002. Clinical Examination of Farm Animals. USA :
Blackwell Science Ltd.
Katzung B. G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. San
Fransisco : McGraw Hill.
Kudur M. H., Sathish B. Pai, H. Sripathi, Smitha Prabhu. 2009. Sutures and
Suturing Techniques in Skin Closure. Indian J Dermatol Venereol Leprol.
Vol : 75 (4).
Lawhead J, Meece Baker.2005.Introduction to Veterinary Science.USA : W.D.
Hoards & Sons Company.
15

Rahayu, I. D. 2014. Identifikasi Penyakit pada Pedet Perah Pra-Sapih di


Peternakan Rakyat dan Perusahaan Peternakan. Malang (ID) : Fakultas
Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Vol : 9 (2). Hal :
43.
Santosa B.A. 2004. BukuPetunjuk Praktikum Produksi Ternak Perah. Semarang
(ID) : Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Subronto.2008.Ilmu Penyakit Ternak I-B. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada
University Press.
Sweetman, S. C. 2007. Martindale The Complete Drug Reference 33rd edition.
London : Pharmaceutical Press.

Weaver D, Adrian Steiner and Guy St Jean. 2005. Bovine surgery and Lameness.
Oxford : Blackwell Publishing Ltd.
Winden V., Steven C. L., Rogier Kuiper. 2002.Left Displacement Of
TheAbomasum In Dairy Cattle: Recent Developments In Epidemiological
AndEtiological Aspects. Netherlands : Utrecht University, Faculty of
Veterinary Medicine, Department of FarmAnimal Health.
16

LAMPIRAN
25

Lampiran 1 Struktur Organisasi KPSBU Lembang

Keterangan:
Garis Kerjasama
Garis Operasional
26

Lampiran 2 Jurnal Harian PKL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende, Jl. Kumbang No.14 Bogor 16151
Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

JURNAL HARIAN PKL*)


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Nama : Annisa Nintyarifa


NIM : J3P113017
Nama Perusahaan/Instansi : KPSBU Lembang
Alamat : KPSBU Jabar Komplek Pasar Panorama,
Lembang, Bandung Utara, Bandung

Hari/Tanggal Waktu (WIB) Kegiatan


Senin/18Januari 07.30 – 08.00 Sosialisasi tentang KPSBU
2016 08.00 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibodas dan ikut melakukan
pengobatan sesuai kasus yang terjadi
11.00 – 13.00 Istirahat
13.00 – 16.00 Mengikuti operasi Left Displasia
Abomasum
16.00 Pulang
Selasa/19 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Januari 2016 08.00 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibodas dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 Pulang
Rabu /20 Januari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 12.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibodas dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
12.00 Pulang
Kamis/21 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Januari 2016 08.00 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibodas dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 Pulang
Jumat/22 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Januari 2016 08.00 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
27

Cikahuripan dan ikut melakukan


pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
11.00 Pulang
Sabtu/23 Januari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 08.30 Mengikuti kegiatan rutin KPSBU setiap
Sabtu : Ceramah
08.30 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Nagrak dan Pasar Kemis kemudian ikut
melakukan pengobatan sesuai dengan
kasus yang terjadi
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 – 14.00 Mengikuti operasi sesar
14.00 Pulang
Senin/25 Januari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Genteng dan Pagerwangi, kemudian
ikut melakukan pengobatan sesuai
dengan kasus yang terjadi
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 Pulang
Selasa/26 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Januari 2016 08.00 – 12.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Gunung Putri dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
12.30 – 13.00 Istirahat
13.00 Pulang
Rabu/27 Januari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 13.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Manoko dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
13.30 – 14.00 Istirahat
14.00 Pulang
Kamis/28 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Januari 2016 08.00 – 12.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Nagrak dan Pasar Kemis kemudian ikut
melakukan pengobatan sesuai dengan
kasus yang terjadi
12.30 – 13.00 Istirahat
13.00 Pulang
Jumat/29 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Januari 2016 08.00 – 13.30 Berangkat ke pternakan warga wilayah
Gunung Putri dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
13.30 – 14.00 Istirahat
28

14.00 Pulang
Sabtu/30 Januari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 08.30 Ceramah
08.30 – 14.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Nagrak, Pamecelan dan Manoko untuk
pemotongan kuku dan tanduk
14.00 – 14.30 Istirahat
14.30 Pulang
Senin/1 Februari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 12.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibodas dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
12.30 – 13.00 Istirahat
13.00 Pulang
Selasa/2 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 11.00 Membantu administrasi obat-obatan
(pendataan obat dan straw) untuk
petugas IB-Keswan
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 Pulang
Rabu/3 Februari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 12.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cilumber untuk pemotongan kuku dan
tanduk
12.00 – 13.00 Istirahat
13.00 Pulang
Kamis/4 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 12.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibodas dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
12.00 – 14.00 Istirahat
14.00 – 16.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Sunten Jaya dan ikut melakukan
pengobatan sesuai denga kasus yang
terjadi
16.30 – 17.00 Istirahat
17.00 Pulang
Jumat/5 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Barunagri dan Manoko untuk
pemotongan kuku dan tanduk
11.00 Pulang
Sabtu/6 Februari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 08.30 Ceramah
08.30 – 12.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibedug dan Genteng untuk
29

pemotongan kuku dan tanduk


12.00 – 13.00 Istirahat
13.00 Pulang
Selasa/9 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Pagerwangi dan Genteng kemudian ikut
melakukan pengobatan sesuai dengan
kasus yang terjadi
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 Pulang
Rabu/10 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 11.00 Berangkat menuju peternakan warga
wilayah Pasar Ipis dan Genteng
kemudian ikut melakukan pengobatan
sesuai dengan kasus yang terjadi
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 Pulang
Kamis/11 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 13.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Pojok dan Pagerwangi untuk
pemotongan kuku dan tanduk
13.00 – 14.00 Istirahat
14.00 Pulang
Jumat/12 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 13.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Ciater untuk pemotongan kuku dan
tanduk
13.30 – 14.00 Istirahat
14.00 Pulang
Sabtu/13 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 08.30 Ceramah
08.30 – 14.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Pagerwangi, Pencut, Cibogo dan
Cilumber untuk pemotongan tanduk
14.30 – 15.00 Istirahat
15.00 Pulang
Senin/15 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 14.30 Membantu administrasi obat-obatan
(pendataan obat dan straw) untuk
petugas IB-Keswan
14.30 – 15.00 Istrahat
15.00 Pulang
07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
08.00 – 11.00 Evaluasi dengan pembimbing lapang
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 Pulang
30

Lampiran 3 Jurnal Harian Aktivitas/Kasus PKL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende, Jl. Kumbang No.14 Bogor 16151
Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

JURNAL HARIAN AKTIVITAS/KASUS PKL*)


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Nama : Annisa Nintyarifa


NIM : J3P113017
Nama Perusahaan/Instansi : KPSBU Lembang
Alamat : KPSBU Jabar Komplek Pasar Panorama,
Lembang, Bandung Utara, Bandung

Hari/Tanggal Kasus/Aktivitas Prosedur Kerja


Senin/18 Januari Mastitis Pemberian obat secara IM :
2016 - Penstrep 10 mL
- Sulpidon 15 mL
Indigesti Pemberian obat secara IM :
- Vit. B-Complex 10 mL
- Sulpidon 15 mL
Operasi LDA - Rambut di bagian flank
(Left Displasia kanan dicukur terlebih
Abomasum) dahulu, 10-15 cm dari daerah
sayatan
- Anastesi lokal menggunakan
Lidocaini HCl sebanyak 60
mL dengan metode L terbalik
- Daerah yang akan disayat
didesinfeksi menggunakan
povidone iodine secara
melingkar dari tengah ke arah
luar
- Operasi menggunakan teknik
Right Flank Omentopexy
- Flushing menggunakan NaCl
500 mL ditambahkan
penstrep 25 mL.
- Diinfus dengan Ringer Laktat
sebanyak 1000 mL
- Setelah operasi selesai
diberikan Phenylject
sebanyak 20 mL, Biosan TP
sebanyak 20 mL dan Dufafur
5% sebanyak 15 mL
31

- Luka jahitan diberikan


Limoxin Spray secara merata
Selasa/19 Pasca operasi Pemberian obat secara IM:
Januari 2016 displasia - Phenylject 20 mL
abomasum - Dufafur 5% 15 mL
Mastitis Pemberian obat secara IM :
- Dufafur 5% 15 mL
- Introvit E-Selen 10 mL
- Glucortine 10 mL
Indigesti Pemberian obat secara IM :
- Sulpidon 15 mL
- Vit. B-Complex 10 mL
Diare pada pedet Pemberian cotrimoxazole secara oral
Post partus Pemberian obat secara IM :
- Biosan TP 20 mL
- Roxine 20 mL
- Calcidex plus 40 mL
Pemberian Secara IM :
hormon - Lutaprost 250 sebanyak 2 mL
dicampur dalam Vitol-140
sebanyak 15 mL
Rabu/20 Januari Pasca operasi Pemberian obat secara IM :
2016 displasia - Phenylject 20 mL
abomasum - Dufafur 5% 15 mL
Helminthiasis Pemberian ivermecrhein sebanyak 4
mL secara subkutan (SC)
Kamis/21 Indigesti Pemberian Biosan TP sebanyal 20
Januari 2016 mL secara IM
Jumat/22 Arthritis Pemberian Fenbuta 200 sebanyak 15
Januari 2016 mL secara IM
Pododermatitis Pemberian Fenbuta 200 sebanyak 15
mL secara IM
Sabtu/23 januari Pasca Operasi Pemberian obat secara IM :
2016 LDA + - Dufafur 5% 15 mL
Hipokalsemia - Multivitamin Inj 15 mL
- Fenbuta 200 15 mL
Pemberian obat secara IV :
- Calsium 500 mL
Foot Root Pemberian obat secara IM :
- Fenbuta 200 15 mL
- Vit. B1 15 mL
Operasi Caesar - Rambut di bagian flank
kanan dicukur terlebih
dahulu, 10-15 cm dari daerah
sayatan
- Anastesi lokal menggunakan
Lidocaini HCl sebanyak 60
mL dengan metode L terbalik
32

- Daerah yang akan disayat


didesinfeksi menggunakan
povidone iodine secara
melingkar dari tengah ke arah
luar
- Operasi menggunakan teknik
Right Flank Omentopexy
- Flushing menggunakan NaCl
500 mL ditambahkan
penstrep 25 mL.
- Diinfus dengan Ringer Laktat
sebanyak 1000 mL
- Setelah pedet
dikeluarkan,saat penjahitan
uterus cotrimoxazole
dimasukkan sebanyak 6
bolus.
- Setelah operasi selesai
diberikan Phenylject
sebanyak 20 mL, Biosan TP
sebanyak 20 mL dan Dufafur
5% sebanyak 15 mL
- Luka jahitan diberikan
Limoxin Spray secara merata
Senin/25 Januari Diare pada induk Pemberian papaverin HCl sebanyak
2016 15 mL secara IM
Selasa/26 Endometritis Pemberian NaCL sebanyak 20 ml
Januari 2016 dicampurkan Penstrep 5 mL secara
IU
Rabu/27 Januari Paresis Pemberian Fenbuta sebanyak 15 mL
2016 secara IM
Kamis/28 Abses Abses dibersihkan terlebih dahulu ,
Januari 2016 setelah itu diberikan cotrimoxazole
sebanyak 5 tablet dimasukkan
kedalam lubang abses, kemudian
disemprotkan limoxin spray dibagian
luar.
Pemberian obat secara IM:
- Penstrep 20 mL
- Vit. B1 20 mL
Retensio Plasenta Vulva dipalpasi, kemudian kotiledon
yang belum terlepas dilepaskan
secara manual satu persatu dengan
perlahan, setelah terlepas semua
pastikan uterus sudah bersih dari
plasenta. Cotrimoxazole sebanyak 5
tablet diberikan secara IU dan diberi
Vit. B12 sebanyak 15 mL secara IM.
33

Jumat/29 Hipokalsemia Pemberian cofacalcium sebanyak


Januari 2016 500 mL dicampur dengan biosan TP
20 mL secara IV
Kamis/4 Gastritis pada Pemberain Vet Oxy-LA sebanyak 7
Februari 2016 pedet mL secara IM
Pneumonia Pemberian Vitol-140 sebanyak 10
mL dan Butasyl sebanyak 20 mL
secara IM
34

Lampiran 4 Laporan Periodik Praktik Kerja Lapang

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN EBUDAYAAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende, Jl. Kumbang No.14 Bogor 16151
Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

LAPORAN PERIODIK PKL


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Periode Laporan : Minggu I- IV


Nama : Annisa Nintyarifa
NIM : J3P113017
Nama Perusahaan/Instansi : KPSBU Lembang
Alamat : KPSBU Jabar Komplek Pasar Panorama,
Lembang, Bandung Utara, Bandung

Hari/Tanggal Informasi yang diperoleh Masalah


18 – 23 Januari  Pengenalan tentang  Kurang memahami
2016 KPSBU bahasa yang
 Mengetahui pembagian digunakan (sunda)
wilayah setiap petugas  Jalan menuju wilayah
IB-Keswan di KPSBU pembagian jauh dan
Lembang membutuhkan
 Cara mengisis Bukti kendaraan
Pelayanan Teknik (BPT)  Ketelitian dalam
 Cara pemberian obat pengisian BPT
secara IM pada sapi  Handling sapi yang
perah agresif sedikit sulit
 Cara pemberian obat saat akan diobati
secara IV pada sapi perah
Catatan khusus: Sapi perah betina tidak dihandlingdengan pram hidung pada saat
pengobatan secara IM ataupun IV agar sapi tidak stres dan
produksi susu tetap baik
Periode Laporan : Minggu I

Hari/Tanggal Informasi yang diperoleh Masalah


25 – 30 Januari  Cara pengisian borang  Saat pemotongan
2016 antibiotik dan kolostrum kuku tertendang
 Mengetahui cara thawing sapi sangat besar
dan memasang IB gun
yang baik dan benar
 Cara pemberian obat
secara subkutan (SC)
 Mengetahui cara
memotong tanduk dan
35

kuku pada sapi

Periode Laporan : Minggu II

Hari/Tanggal Informasi yang diperoleh Masalah


01 – 06 Februari  Mengetahui macam obat
2016 yang dibutuhkan untuk
penanganan kasus
dilapangan
-
 Mengetahui cara
pendataan obat yang
masuk dan keluar

Periode Laporan : Minggu III

Hari/Tanggal Informasi yang diperoleh Masalah


09 – 16 Februari  Cara pengisian formulir
-
2016 berita acara kematian

Periode Laporan : Minggu IV


36

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 9 Maret


1995, penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Putri dari pasangan Bapak Wahyu Supriotomo dan Ibu
Pradiana Padma. Jenjang pendidikan yang dilaluinya dimulai
dari TK Negeri Pembina Palembang masuk tahun 2000 dan
lulus tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan jenjang
pendidikan ke Sekolah Dasar Yayasan Pupuk Kaltim,
Bontang, Kalimantan Timur dan lulus pada tahun 2007.
Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Islam Az-Zahrah 2 Palembang dan lulus pada tahun 2010. Kemudian penulis
melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1
Palembang dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
ke Perguruan Tinggi dan diterima di Program Diploma Institut Pertanian Bogor
Program Keahlian Paramedik Veteriner melalui jalur USMI.

Anda mungkin juga menyukai