ANNISA NINTYARIFA
Dengan ini saya menyatakan laporan akhir berjudul Perawatan Sapi Perah
Pasca Operasi Displasia Abomasum di Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Lembang adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Annisa Nintyarifa
NIM J3P113017
ABSTRACT
ANNISA NINTYARIFA
Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Keahlian Paramedik Veteriner
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga laporan akhir ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan sejak bulan Januari – Februari
2016 ini adalah Perawatan Sapi Perah Pasca Operasi Displasia Abomasum di
Koperasi Perternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang.
Penyelesaian laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drh
Fathul Bari dari KPSBU Lembang selaku pembimbing lapang yang telah
memberikan banyak bantuan selama pengumpulan data. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Drh Henny Endah Anggraeni selaku dosen
pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua
Bapak Wahyu Supriotomo dan Ibu Pradiana Padma serta ketiga saudari saya,
Ajeng Aisya Hanum, Damara Grani Arifa dan Ailsa Digna Anjani yang telah
memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk terus menyelesaikan laporan
akhir ini. Terima kasih kepada seluruh petugas IB-Keswan KPSBU Lembang dan
teman – teman Paramedik Veteriner yang memberikan kesan berarti dalam
kehidupan penulis. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan
untuk menambah ilmu pengetahuan. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat
untuk pembaca.
Annisa Nintyarifa
NIM J3P113017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvi
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
2 METODE KAJIAN 2
2.1 Lokasi dan Waktu 2
2.2 Teknik Pengumpulan Data 2
2.3 Teknik Analisis Data 2
2.4 Tinjauan Pustaka 2
2.4.1 Sistem Pencernaan Sapi 2
2.4.2 Definisi Displasia Abomasum 3
2.4.3 Faktor Penyebab Displasia Abomasum 4
2.4.3 Gejala Klinis 5
3 KEADAAN UMUM LOKASI KEGIATAN 5
3.1 SejarahKPSBU Lembang 5
3.2 Letak Geografis 6
3.3 Visi dan Misi 6
3.4 Fungsi dan Tugas Pokok 7
3.5 Sarana Kerja 7
4 PERAWATAN SAPI PERAH PASCA OPERASI DISPLASIA
ABOMASUM DI KOPERASI PERTERNAK SAPI BANDUNG
UTARA (KPSBU) LEMBANG 8
4.1 Kejadian Displasia Abomasum di KPSBU Lembang 8
4.2 Penanganan Laporan Kasus dari Peternak 9
4.2.1 Penanganan Awal 9
4.2.2 Penanganan Lanjut 9
4.2.3 Perawatan Pasca Operasi 9
4.3.1 Observasi Klinis 9
4.3.2 Perawatan Luka Jahitan dan Obat - Obatan 10
4.3.3 Pakan 12
4.3.4 Kandang 13
5 PENUTUP 14
5.1 Simpulan 14
5.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan laporan akhir ini adalah untuk menerangkan perawatan sapi perah
pasca operasi displasia abomasum di KPSBU Lembang.
2
2 METODE KAJIAN
Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anaksuku Bovinae.
Sapi terbagi atas dua tipe yaitu sapi pedaging dan sapi perah. Sapi perah adalah
sapi yang dikembangbiakan secara khusus karena kemampuannya dalam
menghasilkan sapi dalam jumlah besar. Menurut keputusan Menteri Pertanian
No.422/Kpst/05.210/7/2001 sapi perah adalah ternak dan bibit sapi yang
dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu.
Sistem pencernaan pada ternak sapi perah sebagai ternak ruminansia
berbeda dengan ternak non-ruminansia khususnya pada lambung, dimana
lambung pada ternak ruminansia ganda yang terdiri atas bagian-bagian sepeti
rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Pada rumen ternak ruminansia terjadi
proses penghancuran dan fermentasi bahan pakan sehingga pada ternak
ruminansia mampu mencerna bahan pakan yang berserat kasar tinggi. Rumen,
3
bagian yang tonjolannya seperti bulu (handuk). Retikulum, bagian yang berbentuk
seperti sarang laba-laba. Omasum, bagian yang berbentuk seperti lembaran buku.
Abomasum, bagian yang terdiri dari lipatan-lipatan. Perkembangan dan fungsi
keempat komponen lambung ruminansia berlangsung sejalan dengan umur ternak.
Pada ternak ruminansia yang baru lahir hanya abomasum yang sudah berfungsi.
Ransum berupa air susu disalurkan langsung ke abomasum melalui oesophagus.
Sebelum umur satu bulan hanya ransum yang berbentuk cairan yang dapat
dimanfaatkan. Perkembangan dan fungsi komponen lambung ruminansia menjadi
sempurna setelah sapi berumur satu tahun.
Gambar 4 Volvulus
1. Pakan
Kejadian displasia abomasum paling sering dilaporkan pada sapi perah
yang dikandangkan terlalu lama dengan makanan penguat (konsentrat) dan biji-
bijian dalam jumlah berlebihan. Perbandingan antara konsentrat dengan rumput
berhubungan dengan kejadian displasia abomasum, semakin tinggi pemberian
konsentrat maka makin tinggi pula kemungkinan terjadinya displasia abomasum.
Pengalaman dilapangan memang terbukti dari kasus displasia yang ditemui rata-
rata terjadi pada sapi – sapi yang diberi konsentrat berlebih dengan pemberian
rumput yang minimal karena peternak ingin mendapatkan hasil susu yang
maksimal (Subronto 2008).
4. Penyebab lain
Penyebab lain displasia abomasum salah satunya adalah sapi yang ukuran
tubuhnya terlalu besar memiliki resiko kejadian lebih tinggi. Hal ini disebabkan
karena pada sapi – sapi yang berukuran besar ternyata organ – organ dalam
5
Tim manajemen KPSBU tahun 2013 sebanyak 48 orang yang terdiri dari
Manajer, Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian dan Kepala Urusan.
8
A B
Gambar 6 (a) Sapi memamah biak (b) mata terlihat lebih cerah
A B
Gambar 8 (a) Pembukaan jahitan (b) Bekas luka jahitan
yang mengering
4.3.3 Pakan
Pakan yang diberikan kepada sapi pasca operasi adalah hijauan. Hijauan
diberikan selama 3 hari berturut –turut tanpa konsentrat. Konsentrat diberikan
setelah 3 hari pasca operasi. Petugas IB-Keswan juga memberikan edukasi kepada
peternak tentang pemberian konsentrat tidak boleh lebih banyak daripada hijauan
untuk menghindari kejadian LDA terulang kembali. Pemberian pakan
dimaksudkan agar sapi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk
pertumbuhan dan reproduksi. Pemberian pakan hendaknya mencukupi kebutuhan
dan harus efisien, sehingga tidak menimbulkan kerugian (Djarijah 1996).
Hijauan yang diberikan dapat berupa rumput gajah. KPSBU
menyarankan kepada peternak pemberian hijauan dengan dipotong-potong kecil
agar sapi mudah mencerna hijauan yang diberikan. Menurut Aak (2012),
pemberian hijauan sebaiknya dengan cara dilayukan untuk mengurangi kadar air
dalam hijauan, sehingga mengurangi pembentukan gas di dalam rumen. Bahan
kering yang terkandung dalam hijauan yang dilayukan adalah 40% - 50%. Berat
sapi yang dioperasi adalah 400 kg. Hijauan diberikan setelah pemerahan sebanyak
40 kg/ekor/hari.
Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan 10% dari
bobot badan dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari bobot badan.
Pemberian konsentrat diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 1-2
kg/ekor/hari. Selain pakan, sapi harus diberi minum sebanyak 10% dari berat
badan per hari (Anggorodi 2005).
13
4.3.4 Kandang
Kandang sapi pasca operasi harus dalam keadaan bersih. Petugas IB-
Keswan memberikan edukasi kepada peternak bahwa kandang harus selalu bersih
dengan tujuan agar luka jahitan tidak terkena infeksi.Usaha pemeliharaan
kesehatan dilakukan melalui kebersihan kandang, kebersihan ternak, peralatan dan
petugas kandang. Djarijah (1996) menyatakan bahwa kandang untuk
pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab, serta kandang dibersihkan setiap
hari agar sapi bebas dari kotoran.
14
5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2012. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Alexander P., Douglas Bryden. 1995. Post-Graduated Foundation in Veterinary
Science. Sydney : University of Sydney. Page: 302.
Andrews A. H., Blowey R. W., Boyd H., Eddy R. G. 2004. Bovine Medicine and
Husbandary of Cattle 2ndEdition.USA : Blackwell Publishing.
Anggorodi R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum.Yogyakarta (ID) :Gadjah Mada
University Press.
Blowey R. W., A. David Weaver. 2011. Color Atlas of Diseases and Disorders of
Cattle 3rdEdition. UK : Blackwell Science Ltd.
Djarijah A. S. 1996. Usaha Ternak Sapi. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Jackson P., Peter Crockcroft. 2002. Clinical Examination of Farm Animals. USA :
Blackwell Science Ltd.
Katzung B. G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. San
Fransisco : McGraw Hill.
Kudur M. H., Sathish B. Pai, H. Sripathi, Smitha Prabhu. 2009. Sutures and
Suturing Techniques in Skin Closure. Indian J Dermatol Venereol Leprol.
Vol : 75 (4).
Lawhead J, Meece Baker.2005.Introduction to Veterinary Science.USA : W.D.
Hoards & Sons Company.
15
Weaver D, Adrian Steiner and Guy St Jean. 2005. Bovine surgery and Lameness.
Oxford : Blackwell Publishing Ltd.
Winden V., Steven C. L., Rogier Kuiper. 2002.Left Displacement Of
TheAbomasum In Dairy Cattle: Recent Developments In Epidemiological
AndEtiological Aspects. Netherlands : Utrecht University, Faculty of
Veterinary Medicine, Department of FarmAnimal Health.
16
LAMPIRAN
25
Keterangan:
Garis Kerjasama
Garis Operasional
26
14.00 Pulang
Sabtu/30 Januari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 08.30 Ceramah
08.30 – 14.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Nagrak, Pamecelan dan Manoko untuk
pemotongan kuku dan tanduk
14.00 – 14.30 Istirahat
14.30 Pulang
Senin/1 Februari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 12.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibodas dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
12.30 – 13.00 Istirahat
13.00 Pulang
Selasa/2 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 11.00 Membantu administrasi obat-obatan
(pendataan obat dan straw) untuk
petugas IB-Keswan
11.00 – 12.00 Istirahat
12.00 Pulang
Rabu/3 Februari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 12.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cilumber untuk pemotongan kuku dan
tanduk
12.00 – 13.00 Istirahat
13.00 Pulang
Kamis/4 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 12.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibodas dan ikut melakukan
pengobatan sesuai dengan kasus yang
terjadi
12.00 – 14.00 Istirahat
14.00 – 16.30 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Sunten Jaya dan ikut melakukan
pengobatan sesuai denga kasus yang
terjadi
16.30 – 17.00 Istirahat
17.00 Pulang
Jumat/5 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
Februari 2016 08.00 – 11.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Barunagri dan Manoko untuk
pemotongan kuku dan tanduk
11.00 Pulang
Sabtu/6 Februari 07.00 – 08.00 Berangkat ke KPSBU
2016 08.00 – 08.30 Ceramah
08.30 – 12.00 Berangkat ke peternakan warga wilayah
Cibedug dan Genteng untuk
29
RIWAYAT HIDUP