Anda di halaman 1dari 9

INFECTIOUS CORYZA

TRISNA PUTRI
2002501010060
PPDH 19 KEL 5

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020
Pendahuluan

Infectious Coryza adalah penyakit menular pada unggas yang menyerang


sistem pernafasan disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini biasanya bersifat akut
sampai subakut dan dalam progresnya biasanya menjadi kronis. Penyakit ini
ditandai dengan radang kataral pada selaput lender alat pernafasan bagian atas
(rongga hidung, sinus frontalis dan trakea bagian atas). Biasanya penyakit ini
merupakan komplikasi dengan penyakit lain, seperti Fowl pox, Mycoplasma
(CRD), New castle disease (ND), Infectious bronchitis (IB), Infectious
laryngotracheitis (ILT) dan lain-lain (Kusumaningsih dan Poernomo, 2000).

Penyakit Coryza ini ditemukan hampir diseluruh dunia terutama didaerah


yang beriklim tropis seperti Indonesia. Penyakit ini berjalan sangat kronik
didalam suatu kelompok ayam. Coryza dapat menimbulkan kerugian ekomoni
yang besar karena bila menyerang ayam petelur maka produksi telur dapat
menurun 10-40% dan jika menyerang ayam pedaging pada stadium grower maka
dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan (Haryo dan Enola., 2012).

Etiologi

Penyakit Coryza disebabkan oleh bakteri Avibacterium paragallinarum


(Haemophillus gallinarum). Bakteri gram negative yang berbentuk batang pendek
atau cocobasil, non motil, tidak membentuk spora dan fakultatif anaerob (Haryo
dan Enola, 2012). Bakteri A.paragallinarum memiliki 3 serogrup (A, B, dan C)
serta memiliki 9 serovars (A-1, A-2, A-3, A-4, B-1, C-1,C-2,C-3 dan C-4)
(Wahyuni et al., 2019).

Cara Penularan

Penularan terjadi melalui kontak langsung maupun tidak langsung.


Penularan melalu kontak tidak langsung dapat terjadi melalui makanan atau
minuman yang tercemar yang menjadi sumber penularan. Ayam yang sembuh
meurpakan pembawa dan menjadi sumber penyakit selanjutnya.
Gejala Klinis

Gejala klinis yang tampak dari infectious coryza adalah menurunnya nafsu
makan, terjadinya oculonasal conjungtivitis, edema pada wajah, kebisingan suara
pernafasan, bengkak pada sinus infraorbital dan eksudat di kantung conjungtivital
(Ali et al., 2013). Lesi yang terkait dengan A. paragallinarum sangat beragam
termasuk airsacculitis, conjunctivitis, pericarditis, perihepatitis and sinusitis
(Blackwall dan Vargas, 2020).

Dari hidung keluar eksudat mula-mula berwarna jernih dan encer namun
lambat laun berubah menjadi kuning kental hingga bernanah dengan bau yang
khas. Suara ngorok terdengar pada saat hewan kesulitan bernafas, diare dan
pertumbuhan ayam menjadi lambat dan kerdil.

Gambaran Makroskopis

Gambar 1. Edema pada palpebrae (mata) dan Sinus infraorbital membengkak


pada ayam jantan dewasa
Gambar 2. Terjadinya conjungtivitis, adanya Nasal discharge dan bernafas
melalui mulut

Gambar 3. Nasal discharge pada sinus infraorbital, edema, hyperemi tracheal


mucous membranes

Gambar 4. Organ trakea mengalami hemoragi


Gambar 5. Caseopurulant pada kantong hawa

Gambaran Mikroskopis

Gambar 6. Histopatologi jaringan palpebrae dengan pewarnaan HE


A. Edema palpebrae (panah kuning) dan hipertropi sel (panah hitam)
B. Adanya blood clot (panah hijau) pada palpebrae
C. Infiltrasi eritrosit pada jaringan sekitar / heoragi (panah biru) pada
palpebrae
Gambar 7. Histopatologi jaringan trakea
A. Erosi epitel trakea (panah kuning) dan infiltrasi eritrosit (panah merah)
B. Infiltrasi sel radang PMN pada jaringan interstisial (panah kuning) dan
perbanyakan sel goblet (panah hijau).

Gambar 8. Histopatologi facial dermal


A. Infiltrasi sel radang dan dominan heterofil (panah biru dan nekrosis
caseosa pada dermis layer (black arrow)
B. Infiltrasi sel radang dan dominan heterofil pada perivascular area.
Gambar 9. Histopatologi sinus infraorbitalis
A. Proliferasi mukosa epitelium, hipertropi glandula mukosa dan infiltrasi sel
radang di submucosa
B. Infifltrasi sel radang pada lumen sinus
C. Perivasculitis di submukosa glandula salivalis
D. Infiltrasi sel radang pada area perivascular

Diagnosa

Diagnosa perlu didasarkan pada anamnesa dan sejarah perjalanan


penyakit, gejala klinis yang muncul dan patologi-anatomi yang terpenting harus
didasarkan atas isolasi dan identifikasi penyakit berdasarkan agen penyebab, uji
serologis dan PCR.
Diagnosa Banding

Infectious coryza harus dibedakan dari penyakit lain seperti Cronic


Respiratory Disease (CRD), Infectious Laringotracheitis (ILT), Infectious
Bronchitis (IB), fowl cholera, fowl pox, ornithobacteriosis, swollen head
syndrome (yang disebabkan oleh turkey rhinotracheitis) dan a-vitaminosis karena
dapat menyebabkan gejala klinis yang sama.

Infeksi akibat Avian paragallinarum sering terjadi pada infeksi campuran,


harus mempertimbangkan kemungkinan bakteri atau virus lain sebagai komplikasi
Infectious coryza, terutama jika mortalitas tinggii dan penyakit berlangsung lama.

Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

Sampel untuk pemeriksaan di laboratorium diambil dari eksudat pada


sinur infraorbitall. Dari trekea atau kantung hawa dapat diambil sebagai bahan
pemeriksaan. Pengiriman sampel untuk pemeriksaan dapat juga dikirim ayam
yang sakit dalam stadium akut. Di lapangan pengiriman sampel berupa bangkai
harus hati-hati karena bangkai bisa menjadi sumber penyebaran penyakit ke
daerah lain.

Pengobatan

Dapat diberikan antibiotik golongan sulfonamide seperti sulfadimethoxine,


sulfaquinoxaline, sulfamethazin semuanya efektis, tetapi sulfadimethoxine
merupakan obat yang paling direkomendasikan. Pengobatan melalui air minuum
dapat memberikan respon yang cepat. Dapat juga digunakan antibiotik lain seperti
tetracycline, erythromycin, spectinomycin dan tylosin.
Referensi :

Blackall, P.J. dan Vargas, E.S. (2020). Infection coryza and relate bacterial
infections. Dalam Swayney, Disease of Poultry. Edisi 14. Blackwell
publicing, lowa :890-906.

Haryo, A. dan Enola, J. (2019). Pemeriksaan histopatologi rutin pada ayam rasa
denngan suspect coryza (stress related disease). Veterinary biomedical and
clinical journal, 1(2) : 8-14.

Kusumaningsih, A. dan Poernomo, S. (2000). Infeksius coryza (snot) pada ayam


di Indonesia. WARTAZOA, 10(2) :72-76.

Wahyuni, A.E.T.H., Ramadhani, D., Prakasita, V.C. dan Widyarini, S. (2019).


Efficacy of tetravalent coryza vaccine against the challenge of Avibacterium
paragallinarum serovars a dan B isolates from Indonesia in chickens.
Journal Veterinary World, 12(7) : 972-977.

Ali, M., Hossain, M.S., Akter, S., Khan,M.A.H.N.A. dan Hossain, M.M. (2013).
Phatogenesis of infectious coryza in chickens (gallus gallus) by
avibacterium paragallinarum isolates of bangladesh. The Agriculture
Journal, 11(1) : 39-46.

Anda mungkin juga menyukai