Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN NEKROPSI TIKUS (Rattus norvegicus)

Rabu, 20 November 2019

Dosen Penanggung Jawab:


Drh. Vetnizah Juniantito, PhD, APVet
Dr. Drh. Sri Estuningsih, MSi, APVet

Disusun oleh:
Fatimatus Sadiyah (B04170162)
Derida Ayu B (B04170163)
Silmy Kamila W (B04170165)
Kharisma Khusnul K (B04170166)

Amelia Pratama Putri (B04170167)


Berlin Berlilian A ( B04170168)
Novia Nur Ema A (B04170170)
Teofilo Reynara (B04170171)
Widya Saski Jukardi P(B04170177)

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Perubahan Patologi Respirasi

Organ Perubahan Diagnosis

1. Paru-paru anjing Radang berdarah, tampak Pneumonia Hemoragika


daerah perdarahan,
berwarna merah - hitam

2. Paru-paru anjing Benjolan-benjolan di paru- Tumor dan pneumonia


paru dan peradangan di alveolari
alveolari paru-paru
3. Paru-paru anjing Eksudat pada alveol,
daerah radang pada paru- Pneumonia alveolaris
paru berwarna belang putih
kehitaman yang berbatas
jelas

4. Paru-paru anjing Benjolan-benjolan pada Tumor paru-paru


paru- paru berukuran kecil
hingga besar. Jaringan
tumor berwarna putih

Pneumnia hemoragik secara jelas dapat ditunjukan dengan tampaknya warna


merah atau hitam pada permukaan karena adanya darah di dalam paru paru. Menurut
Williams (2018) secara umum peradangan di paru-paru adalah respon jaringan atau
sel terhadap cedera, iritasi atau infeksi. Lebih khusus pada sebagaian besar kasus
pneumonia pada anjing disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Bordetella
bronchiseptica, E. coli, Pseudomonas aeruginosa, Pasteurella multicoda, Klebsiella
pneumonia, Streptococcus zooepidemicus dan spesies Mycoplasma. Pada Jaeger
(2013) menunjukan laporan bahwa pneumonia hemoragika dapat terjadi karena
serangan bakteri Streptococcus equi subsp. zooepidemicus yang telah terbukti
memiliki hubungan dengan adanya infeksi pernapasan.
Pneumonia yang diinduksi chitosan menyebabkan stress pada hewan, oleh
karena itu peningkatan aktivitas CK dapat menjadi reaksi terhadap invasi biologis ini.
Dari temuan histopatologis, pneumonia terkait chitosan menampilkan infiltrasi sel
polimorfonuklear dan perdarahan hebat ke ruang interstitial dan alveoli di paru-paru.
Temuan ini sangat mirip dengan sindrom gangguan pernapasan orang dewasa
(ARDS). Pneumonia yang disebabkan oleh injeksi chitosan subkutan dapat diinduksi
oleh reaksi imunologis dan berbagai aktivasi sitokin (Minami 1996).
Infark miokard akut diperparah oleh perikarditis, pneumonitis, dan radang
selaput dada. Pneumonia hemoragik adalah suatu komplikasi yang mendominasi.
Pneumonia hemoragik berkembang dan menyebar dengan cepat, ke kedua paru-paru.
Pneumonia yang berhubungan dengan perikarditis serta radang selaput dada
disebabkan oleh hipersensitif terhadap Prontosil (Dressler 1957).
Wabah pneumonia hemoragik pada anjing penelitian disebabkan oleh S.
zooepidemicus. Hasil dari pengamatan dari kesamaan ukuran protein SzP bahwa
menunjukkan bahwa wabah hemoragik pneumonia dapat disebabkan oleh S.
zooepidemicus dan lingkungan terkontaminasi dengan S.zooepidemicus yang sama
(Pesavento 2008).
Konjugat HSA isosianat bersifat imunogenik dengan berbagai respons imun
isotipik. Penelitian menunjukkan pengaruh antibodi IgO dan IgE terhadap HDI-HSA
dan TDI-HSA. Konjugat protein kimia dan antibodi IgE yang ditujukan terhadapnya
dapat menghasilkan reaktivitas yang dimediasi IgE, yang dikombinasi dengan
pembentukan kompleks imun IgO, dapat menghasilkan respons inflamasi, dalam hal
ini pneumonia hemoragik (Patterson 1990).

Gambar 1 Pneumonia Hemorrhagic


Pada sediaan paru-paru terdapat benjolan sehingga permukaannya tidak rata. Paru-
paru tersebut terindikasi terkena tumor paru-paru. Tumor paru-paru biasanya berjenis
malignant atau tumor ganas. Paru-paru menjadi salah satu organ yang sering
mengalami metastasis dari adanya neoplasia malignant dibanding organ tubuh
lainnya. Sel neoplastik dapat terbawa melalui aliran darah dan terjebak di paru-paru
akibat adanya tekanan darah rendah dan hubungan antara kapiler yang ekstensif.
Penyebaran limfatik secara invasif ataupun lokal dapat terjadi. Diagnosa tumor paru-
paru dapat dilakukan dengan melakukan pengujian secara histologi atau sitologi
dengan melihat keganasan tumor tersebut pada sel paru-paru. Melalui radiografi juga
dapat terlihat adanya massa lessio pada paru-paru (Nelson and Couto 2013)
Gambar 2 Tumor Paru-Paru pada Anjing

Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan asumsi kausa, tipe eksudat, morfologi,


distribusi lesio, atribusi epidemiologis, regio geografik, dan sebagainya (Zachary JF
2012). Pneumonia bakterial sering ditemui pada anjing. Infeksi virus diikuti invasi
bakteri umum ditemui pada anjing muda. Pneumonia aspirasi dan pneumonia benda
asing lebih sering ditemui pada anjing tua (Dear 2014). Beberapa virus yang menjadi
penyebab pneumonia pada anjing adalah Canine Distemper Virus (CDV), Canine
Adenovirus Type II (CAV-2) dan Parainfluenza Virus Type II. Canine Herpes Virus
(CHV) dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas pada anjing dewasa.
Virus-virus tersebut dapat ditularkan melalui inhalasi pernapasan maupun kontak
dengan agen. Selain itu, Canine Herpes Virus (CHV) dapat ditularkan melalui saluran
pernapasan dan saluran reproduksi. Tanda-tanda klinis apabila anjing terinfeksi virus-
virus tersebut tidak menunjukkan gejala yang khusus. Gejala umun yang terlihat
adalah demam ringan, discharge dari oculonasal, batuk dan penurunan berat badan.
Bakteri yang umumnga dikasitkan dengan pneumonia bakteri primer adalah P.
multocida, Escherichia coli, Streptococcal spp., sebagian Kabsiella spp dan
Staphylococcus spp. Anjing yang mengalami pneumonia bakteri biasanya memiliki
riwayat batuk dalam frekuensi yang tinggi. Gejala lain yang ditemukan adalah
anoreksia, demam, dehidrasi, dyspnoea dan adanya discharge dari hidung.
Pemeriksaan auskultasi paru-paru ditemukan adanya suara bronkhial yang meningkat.
(Rubin dan Carr 2007).
Kuman masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernafasan dari atas untuk
mencapai bronkiolus, kemudian alveolus sekitarnya. Kejadian pneumonia dapat
mengakibatkan atelektasis atau emfisema, pembentukan abses atau gangren di dalam
paru (Ressang 1984). Eksudat pada alveol dapat berupa cairan yang mengandung
edema dan neutrofil/ makrofag maupun eksudat padat berupa fibrin yang disebabkan
oleh cedera vaskular parah dengan kebocoran fibrinogen menuju alveoli (Dijk et al.
2007). Dalam dunia kedokteran hewan pneumonia sering menyebabkan infiltrasi
alveol paru-paru (Kellihan et al. 2014).
Pneumonia merupakan suatu keradangan paru yang biasanya diikuti dengan
peradangan bronkus atau pleura (Nelson 1998).Secara patologis radang paru
seringkali ditemukan bersamaan dengan radang bronkus,sehingga terjadi
bronchopneumonia.apabila bronchitisnya tidak berat dalam pemeriksaan klinis gejala
radang broncus tersebut terselubung oleh gejala radang paru paru (Subronto 1995).
Radang paru paru dapat disebablan oleh beberapa agen.faktor lingkungan dan cara
pemeliharaan hewan seperti kandang yang lembab,ventilasi udara yang jelekdan anak
anak yang tidak mendapatkan cukup kolostrum merupakan factor yang mendukung
terjadinya pneumonia (Subronto 1995)

Organisme anaerobic dapat pula berperan dalam infeksi campuran,khususnya pada


hewan yang menderita pneumonia aspirasi dengan pengerasan lobus paru
paru.Micoplasma dapat pula diisolasi dari anjing dan kucing yang menderita
pneumonia tapi patogenesisnya belum diketahui (Nelson 1998)

Gambar 3. Pneumonia alveolaris pada paru-paru anjing


Menurut Tjarta (2002) neoplasma adalah suatu massa jaringan yang
pertumbuhannya abnormal melebihi jaringan yang normal, pertumbuhan ini tidak ada
koordinasi dan berlangsung terus dalam keadaan yang berlebihan walaupun
perangsang yang menimbulkannya telah dihilangkan. Faktor-faktor penyebab
neoplasma sendiri terdiri dari faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Neoplasma
terdiri dari dua kelompok besar, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak
biasanya tidak sampai membunuh, pertumbuhannya lambat, dan tidak menyebar di
berbagai organ lain. Penamaan suatu tumor lazimnya di sesuaikan dengan jaringan
asalnya. Untuk tumor jinak umumnya dibubuhi dengan akhiran ”oma”, sedangkan
untuk tumor ganas umumnya di beri akhiran ”carsinoma” atau ”sarcoma”. Akhiran
carsinoma untuk tumor ganas yang berasal dari jaringan epitel, sedangkan akhiran
sarcoma untuk tumor ganas yang berasal dari jaringan mesenkim (Spector dan
Spector 1993).
Sifat umum dari tumor ganas antara lain pertumbuhan berlebihan umumnya
berbentuk tumor, gangguan diferensiasi dari sel dan jaringan, bersifat invasive dan
mampu tumbuh di jaringan sekitarnya, bersifat metastasis, menyebar ke tempat lain
dan menyebabkan pertumbuhan baru, memiliki herediter bawaan yaitu keturunan sel
kanker dapat menimbulkan kanker. Sel kanker mengganggu tubuh penderita karena
menyebabkan desakan akibat pertumbuhan tumor, penghancuran jaringan tempat
tumor berkembang atau bermetastasis dan gangguan sistemik lain sebagai akibat
sekunder dari pertumbuhan sel kanker (Nafrialdi 1995). Sebagian besar kasus kanker
paru didiagnosa dari gejala yang muncul, dikaitkan dengan kejadian primer,
metastasis atau praneoplastik. Sebagian kanker paru terdapat dalam empat bentuk tipe
histologi yang terdiri dari bentuk squamous cell cancer, adenocarcinoma, large cell
cancer, yang ketiganya digolongkan dalam non small cell lung cancer (NSCLC).
Sedangkan bentuk keempat adalah small cell lung cancer (SCLC) ( Forgacs et al.
2001).

Pada paru-paru anjing yang terindikasi tumor , terlihat adanya nodul besar dan di
kelilingi oleh nodul-nodul kecil yang merupakan hasil dari metastasis salah satu ciri
dari tumor ganas. Bagian nekrosa dari tumor kelihatan putih atau kuning. Konsistensi
dari tumor berubah-ubah menurut macam jaringan dalam neoplasma tersebut
(Rumawas 1989). Tumor paru-paru hewan kebanyakan akibat metastase dari tempat
lain. Metastase ke paru-paru dari tempat lain, bisa secara limfogen, hematogen,
transplantasi dan lain-lain (Adi 2014). Metastasis adalah penyebaran sel-sel yang
ganas dari satu tubuh ke bagian yang lain melalui jalan-jalan lymfe dan pembuluh
darah sebagai embolus. Apabila emboli tumor menyebar ke jaringan atau organ tubuh
yang jauh maka disebut tumor metastase. Sel-sel tumor yang memasuki lumen
pembuluh darah dibawa oleh aliran darah ke organ-organ tubuh yang jauh. Tempat
dimana sel-sel tumor itu akan tertahan tergantung pada diameter pembuluh darah.
Sebagai akibatnya sel-sel tumor akan tertahan pada kapiler-kapiler (Rumawas 1989).

Gambar 4Tumor Paru-Paru pada Anjing

Daftar Pustaka

Abraham E etal. 1992. Effects of granulocyte colony-stimulating factor in modifying


mortality from Pseudomonas aeruginosa pneumonia after hemorrhage. Critical
Care Medicine. 20(8) : 1127-1133.
Adi A.2014.Patologi Veteriner Sistemik : Sistem Pernapasan.Denpasar(ID): UNUD
Press.

Dear JD. 2014. Bacterial pneumonia in dogs and cats. Veterinary Clinics of North
America - Small Animal Practice. 44(1): 143-159.

Dijk JEV, Gruys E, Mouwen JMVM. 2007. Color Atlas of Veterinary Pathology
Second Edition. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.

Dressler W etal. 1957. Hemorrhagic pericarditis, pleurisy, and penumonia


complicating, recent myocardial infarction. American Heart Journal. 5(1) : 42-
49.
Forgacs E, Muller ZS, Olah E, Minna JD. 2001. Molecular genetic abnormalities in
the pathogenesis of human lung cancer. Pathology Oncology Research

Jaeger G, Skogmo HK, Kolbjørnsen Ø, Larsen HJS, Bergsjø B, Sørum H. 2013.


Haemorrhagic pneumonia in sled dogs caused by Streptococcus equi subsp.
zooepidemicus - one fatality and two full recoveries: a case report. Acta Vet
Scand. 55(1): 67.

Kellihan HB, Waller KR, Pinkos A, Steinberg H, Bates ML. 2014. Acute resolution of
pulmonary alveolarin filtrates in 10 dogs with pulmonary hypertension
treated with sildenafil citrate: 2005-2014. Journal of Veterinary Cardiology.
2015 (17): 182-191.

Minami S etal. 1996. Chitosan-inducing hemorrhagic pneumonia in dogs. Elsevier


Journal. 29(1) : 241-246.

Nafrialdi. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi Ke-4. Jakarta (ID): Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Nelson R and Couto CG. 2013. Small Animal Internal Medicine, Fifth Edition. St.
Louis Missouri (USA): Mosby Elsevier.
Patterson R etal. 1990. Immunologic hemorrhagic pneumonia caused by isoeyanates.
The American Review of Respiratory Disease. 141(1) : 226-230.

Pesavento P A etal. 2008. A clonal outbreak of acute fatal hemorrhagic pneumonia in


intensively housed (shelter) dogs caused by streptococcus equi subsp.
Zooepidemicus. Vet Pathol. 45(1) : 51–53.
Ressang AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner Edisi II. Bogor (ID): Fakultas
Kedokteran Hewan IPB.

Rubin SI, Carr AP. 2007. Canine Internal Medicine Secrets. Philadelphia (US):
Elsevier.

Rumawas W. 1989. Patologi Umum. Bogor(ID):IPB Press

Spector WG dan TD Spector. 1993. Pengantar Patologi Umum Edisi Ke-3.


Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Tjarta A. 2002. Patologi 1 Umum Edisi Ke-1. Jakarta (ID): Sagung Seto.

Williams K. 2018. Bacterial pneumonia and bronchopneumonia in dogs [Internet].


[diunduh 2019 Nov 20]. Tersedia pada: https://vcahospitals.com/know-your-
pet/bacterial-pneumonia-and-bronchopneumonia-in-dogs

Zachary JF. 2012. Pathologic Basis of Veterinary Disease, Sixth Edition. Missouri
(US): Elsevier

Anda mungkin juga menyukai