Anda di halaman 1dari 5

Nama : Trisna Putri

NIM : 1602101010132
Kelas : 3
Ruang : Aula

“Hidrothorax”

Paru merupakan organ penting bagi tubuh yang mempunyai fungsi


utama sebagai alat pernafasan (respirasi). Proses pernafasan yaitu
pengembalian oksigen dari udara luar dengan pengeluaran CO2 dari paru-paru. Sistem
pernafasan membawa udara melalui hidung ke dalam alveoli
di rongga hidung udara di bersihkan dari debu ukuran 2-10 u, dipanaskan
dan dilembabkan oleh bulu dan lendir hidung sebelum masuk ke trakea.
Debu yang lolos di tangkap oleh lendir dari sel-sel mukosa di bronkus dan
bronkiali , silia set mukosa bergerk berirama mendorong kotoran keluar
dengan kecepatan 16mm/menit. Proses ventilasi di dukung oleh unsur-unsur
jalan napas, jaringan paru, rongga thorax, otot natas dan saraf napas. Efusi
pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam nyawa
penderita. Hydrothorax yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan
jumlah berlebihan dalam rongga pleura. Hydrothorax dapat di sebabkan
antara lain karena tuberculosis, neoplasma atau karsinoma, gagal jantung,
luka tusuk pneumonia, dan infeksi virus maupun bakteri (Sherwood, 2002)

Hydrothorax merupakan suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan


serusa yang ada di rongga pleura. Paru berada dalam rongga pleura yang tekanan nya
selalu negative selama siklus nafas (tekanan udara di luar dianggap = 0) paru
mengembang sampaai menempel pleura. Bila tekanan rongga pleura yang tekanan
nya selalu negative jadi positif, paru-paru akan collaps.
Hal ini terjadi pada :
a. Pneumothorax karena luka tusuk dari luar.
b. Pneumothorax karena pecah nya blebs, caverne TBC atau pecahnya
bronkus pada trauma
c. Hidro/hemato- thorax, pleura effusion. (Baughaman dan Hackley, 2000).

Cairan pleura berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial


paru, kelenjar getah bening intrathorax, pembuluh darah intrathorax dan rongga
peritoneum. Jumlah cairan pleura di pengaruhi oleh perbedaan tekanan antara
pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai hokum Starling serta
kemampuan eliminasi cairan oleh system penyaliran limfatik pleura parietal. Tekanan
pleura merupakan cermin tekanan di dalam rongga thorax (Baughman dan Hackley,
2000).

Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk
melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada
dan membungkus paru-paru). Bisa terjadi 3 jenis efusi yang berbeda :
1). Efusi Transudat dapat disebabkan oleh biasanya disebabkan oleh suatu kelainan
pada tekanan normal di dalam paru-paru. Seperti kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena
cava superior, tumor, sindromameig.

2). Efusi Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia, tumor, infark paru, radiasi,
penyakit kolagen. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat,
asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa
menyebabkan efusi pleura eksudativa.

3). Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberculosis (Baradero et al, 2005).
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari
empat mekanisme dasar :

 Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik


 Penurunan tekanan osmotic koloid darah
 Peningkatan tekanan negative intrapleural
 Adanya inflamasi atau neoplastik pleura (Guyton dan Hall, 2007)

Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara


produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura
parietalis. Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, hal ini terjadi
bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung). Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila :

1. Tekanan osmotik koloid menurun dalam darah pada penderita hipoalbuminemia


dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau
neoplasma
2. Terjadi peningkatan:
 Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma)
 Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung/ vena pulmonalis
(kegagalan jantung kiri)
 Tekanan negatif intra pleura (atelektasis) (Alsagaff dan Mukty, 2010).

Pengobatan Hidrothorax
Hydrothorax dapat di obati dengan mengobati penyakit yang menyebabkan
terjadi. Jika hydrothorax telah menyebabkan sesak napas maka cairan harus
dikeluarkan dengan menggunakan aspirasi jarum atau selang dada. Adapun
pengobatan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Aspirasi cairan dada
2. Trauma
3. Mediastinal Displacement
4. Water Seal Drainag
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini
dihentikan maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.
5. Penggunaan Obat-obatan
a. Thoracosintesis
Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula dengan
WSD atau dengan suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi untuk
melakukan torasentesis adalah :
1. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi
cairan dalam rongga plera.
2. Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau
gagal.
3. Bila terjadi reakumulasi cairan.
6. Radiasi
Radiasi pada tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh karena
kerusakan aliran limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa publikasi terdapat
laporan berkurangnya cairan setelah radiasi pada tumor mediastinum.
Daftar Pustaka

Alsagaff, H. dan Mukty, H.A. (2010). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya,
Airlangga University Press.

Baughman, D. C. dan Hackley, J. C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku


Dari Brunner & Suddarth (Terjemahan). Jakarta, EGC

Baradero, M., Dayrit, M.W. dan Siswadi, Y. (2005). Prinsip dan Praktek
Keperawatan Perioperatif. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta, EGC.

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta,
EGC.

Sherwood, L.2002.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi II). Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai