Anda di halaman 1dari 4

DIBALIK LAYAR UNIVERSITAS: DIMANAKAH TRANSPARANSI

PENETAPAN UKT?
Nayla Magisterani Faatihah
Universitas Negeri Semarang
Kehidupan perkuliahan yang tampaknya menyenangkan, ternyata menyimpan
segudang kebusukan. Salah satu problematika di dunia perkuliahan yang sampai saat
ini meresahkan mahasiswa ialah terkait penetapan sistem Uang Kuliah Tunggal
(UKT). Kita tidak dapat menutup mata dari fakta bahwa masih banyak universitas di
Indonesia yang kurang transparan dalam hal penetapan jumlah UKT bagi
mahasiswanya. Padahal, hakikatnya, sistem UKT hadir untuk meringankan beban
mahasiswa terhadap pembiayaan pendidikan. (Agung et al., 2020). Namun, realitanya
tidak demikian. Beberapa waktu lalu, media sempat dihebohkan dengan ramainya
aksi demo yang dilakukan oleh para mahasiswa mengenai biaya UKT yang melejit
tinggi, tetapi tidak ada transparansi mengenai rincian penentuan sistem UKT. Seperti
yang dilakukan oleh para mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI), Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Nusa Cendana (Undana), dan beberapa
universitas lainnya yang menghadapi kendala serupa.

Perlu diketahui bahwa dasar pemberlakuan UKT berawal dari disahkannya


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2013 tentang Biaya
Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Negeri di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Pasal 1 ayat (3)
dinyatakan bahwa “Uang kuliah tunggal merupakan sebagian biaya kuliah tunggal
yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya.” Merujuk
pada pasal ini, besaran UKT masing-masing mahasiswa didasarkan dan disesuaikan
pada kondisi nyata perekonomian mereka, bukan hanya melihat dari faktor lainnya
yang bersifat subjektif, seperti gaya hidup mahasiswa. Terdapat satu kasus yang
dialami oleh salah seorang mahasiswa baru UI, dimana ia memperoleh besaran UKT
yang tidak sesuai dengan kemampuan ekonominya. Menurutnya, pihak UI kurang
mempertimbangkan aspek penting seperti pengeluaran biaya kebutuhan hidup sehari-
hari, melainkan hanya menentukan dari gaya hidup yang tampak mewahnya saja.
Menanggapi permasalahan ini, Melki Sedek Huang, selaku Ketua Badan Eksekutif
Mahasiswa UI menyatakan bahwa pihak universitasnya tidak pernah berkoordinasi
dengan mahasiswa dalam proses pengkajian penetapan biaya kuliah, mulai dari proses
penyusunan hingga penerbitan secara tiba-tiba Surat Keputusan (SK) Nomor
402/SK/R/UI/2023 tentang Tarif Biaya Pendidikan bagi Mahasiswa Jalur Nasional
pada tanggal 16 April 2023 yang lalu. Ia menceritakan bahwa pihak UI selalu sulit
dimintai penjelasan dan bersembunyi dibalik ketidaktahuan apabila ditanya mengenai
keberadaan SK tersebut. Padahal, seperti yang kita ketahui bersama bahwa
komunikasi menjadi kunci utama dalam menjalin hubungan dengan pimpinan
universitas untuk membahas masalah UKT. Apabila pihak universitas enggan untuk
membangun komunikasi secara terbuka dengan mahasiswa, maka gerbang utama
mahasiswa untuk membela “kaum” yang terpinggirkan dalam permasalahan ini tidak
dapat terbuka lebar.

Problematika mengenai UKT tidak berhenti sampai disitu, melainkan berlanjut


pada tahap penetapan ulang nominal UKT bagi beberapa mahasiswa. Contoh
nyatanya adalah kasus yang terjadi di UNY, dimana pihak kampus gagal dalam
menyampaikan mekanisme penetapan ulang nominal UKT hingga masih banyak
mahasiswa yang kurang memahami prosedurnya. Mungkin terdengar sepele, tetapi
masalah sekecil apapun yang dilakukan oleh pihak kampus terhadap mahasiswanya
dapat menjadi masalah besar, khususnya yang berhubungan langsung dengan UKT.
Mahasiswa menjadi dirugikan akibat tidak informatifnya pihak kampus dalam
menjelaskan mekanisme atau prosedur penetapan ulang UKT. Ditambah lagi, apabila
sistem tersebut tidak melibatkan partisipasi mahasiswa didalamnya, tentu sangat
merepresentasikan tertutupnya pengelolaan UKT di universitas selama ini. Peran
pimpinan universitas memang besar dalam mengawal mekanisme penentuan besaran
UKT. Namun, sangat disayangkan ketika peran tersebut justru menimbulkan krisis
kepercayaan dari mahasiswa melalui mekanisme penetapan UKT yang dilakukan
secara tertutup. Di waktu yang hampir bersamaan, problematika mengenai UKT juga
dialami oleh para mahasiswa di Undana, salah satu perguruan tinggi negeri yang
terletak di Nusa Tenggara Timur. Diawali dengan rencana Ketua Badan Eksekutif
Mahasiswa Undana, Rio Nappu, yang berniat membuka posko pengaduan untuk
mengumpulkan data mahasiswa mengenai penetapan UKT, justru berakhir miris
karena pihak kampus memaksanya untuk menghadap ke rektorat, bahkan sampai
mengintimidasi. Perlakuan pihak kampus yang represif ini seakan-akan menunjukkan
bahwa mereka tidak ingin mahasiswanya ikut campur dalam menetapkan besaran
UKT.

Lantas, dimanakah letak transparansi penetapan UKT bagi mahasiswa? Mengapa


pihak universitas terkesan menyembunyikan rincian sistem penetapan UKT? Apakah
karena mereka merasa “berkuasa” seutuhnya dalam mengurus persoalan UKT ini?
Yang pertama, transparansi dari pihak universitas tidak akan mungkin ditemukan jika
mereka memiliki ego yang tinggi untuk memperoleh pemasukan keuangan dengan
mengabaikan kebutuhan mahasiswanya, terlebih lagi bagi universitas yang
menyandang status berbadan hukum, dimana mereka memiliki kewenangan yang
leluasa untuk mengelola pendapatan biaya perkuliahan. Lalu yang kedua, asumsi
dasar mengapa pihak universitas terksesan menyembunyikan rincian sistem
penetapan UKT, dapat disebabkan oleh adanya keinginan kuat untuk menjaga
kerahasiaan strategi keuangan mereka yang memang tidak ingin dibagikan kepada
pihak lain diluar sana. Kemungkinannya, apabila rincian penetapan UKT ditunjukkan
pada publik, maka dapat memunculkan kekhawatiran bagi universitas tersebut untuk
dimanfaatkan secara tidak bijak oleh institusi lain, serta masih banyak kemungkinan
lain yang menjadi “bayangan gelap” bagi universitas, yang pada akhirnya membuat
mereka memilih untuk tidak transparan dalam hal pengelolaan UKT.

Sebagai mahasiswa, kita memang tidak sepenuhnya bisa memaksakan kehendak


pihak universitas untuk mengatur sistem penetapan UKT. Namun demikian, kita
memiliki hak untuk dapat menyuarakan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, seperti
memperjuangkan hak mahasiswa yang tertindas dalam hal tidak mendapatkan besaran
UKT yang sesuai dengan kemampuan ekonominya. Melihat banyaknya pihak yang
dirugikan, pimpinan universitas semestinya dapat membuka lebar ruang diskusi yang
partisipatif dengan melibatkan mahasiswa dalam mengkaji sistem penetapan UKT,
beserta aspek-aspek apa saja yang menetukan besaran nominalnya. Bagaimana
mungkin transparansi dapat terwujud apabila pihak universitas enggan “merangkul”
mahasiswanya untuk andil memberikan masukan, kritik, maupun saran dalam proses
penetapan UKT? Oleh karena itu, untuk mewujudkan keterbukaan dan meningkatkan
kepercayaan mahasiswa kepada birokrasi universitas, sangat dianjurkan bagi
pimpinan universitas untuk membuka mata lebar-lebar dan menajamkan kepekaan
dalam melihat berbagai keresahan yang dialami mahasiswa. Skema penetapan UKT
yang transparan diharapkan dapat terimplementasikan secara merata di seluruh
universitas di Indonesia, dengan tujuan tidak hanya menguntungkan mahasiswa,
tetapi juga dapat menguntungkan universitas dengan mengangkat reputasi dan citra
yang baik di mata masyarakat luas.

REFERENSI

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2013 tentang Biaya
Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Negeri di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Agung, M., Parenreng, J. M., Wahid, A., Wahid, M. S. N., Putra, S. A., & Bahar, M. M.
(2020). SISTEM PENENTUAN NILAI UANG KULIAH TUNGGAL (UKT)
MAHASISWA BARU UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR. JESSI. 01(May),
9–16.

Azizah, N. (2023, 4 Juli). Kaget dengan Nominal UKT, Camaba UI Sebut tak Ada
Transparansi dari Pihak Kampus Republika News. Diakses dari
https://news.republika.co.id/berita/rx9vtj463/kaget-dengan-nominal-ukt-camaba-
ui-sebut-tak-ada-transparansi-dari-pihak-kampus

Bere, S.M & Krisiandi. (2023, Juli 17). Orangtua dan Mahasiswa Datangi Kampus
Undana Kupang, Protes Besaran Uang Kuliah Tunggal. Kompas.com. Diakses
dari https://regional.kompas.com/read/2023/07/17/213029178/orangtua-dan-
mahasiswa-datangi-kampus-undana-kupang-protes-besaran-uang?page=all

Irianto, K.B (2023, Juli 13). Ada Apa dengan Kenaikan Uang Kuliah Tunggal Perguruan
Tinggi?. CNBC Indonesia. Diakses dari
https://www.cnbcindonesia.com/opini/20230713103205-14-453898/ada-apa-
dengan-kenaikan-uang-kuliah-tunggal-perguruan-tinggi

Nauraniah, S. (2023, Juli 26). Transparansi dan Komunikasi Penetapan UKT. Detik News.
Diakses dari https://news.detik.com/kolom/d-6840766/transparansi-dan-
komunikasi-penetapan-ukt

Anda mungkin juga menyukai