Anda di halaman 1dari 9

(

)
KEMENTRIAN AKSI DAN KAJIAN KEBIJAKAN PUBLIK BADAN
EKSEKUTIF MAHASISWA – PEMERINTAHAN MAHASISWA
(BEM-PM) UNDIKNAS DENPASAR
KAJIAN ISU
“KOMPLEKSITAS PERKARA PPKM
(Permasalahan Pendidikan Kian Meningkat)”
LATAR BELAKANG
Berbicara tentang pendidikan maka sudah hal yang dasar dalam suatu
negara. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk sampai saat ini terhitung
kurang lebih sebesar 271 Juta jiwa tidak semua dapat merasakan indahnya
mengeyam pendidikan. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa atau maha dari siswa
yang dimana pendidikan tertingi dalam strata siswa harus senantiasa bersyukur
karena bagaikan sebuah privilege yang tidak semua anak muda mendapatkan
kesempatan itu. Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan
dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap
tidak dapat menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar
dan pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi
juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi.
Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap
individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan.
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam.
Peran guru dalam pendidikan di masa pandemi saat ini dituntut untuk berfikir
kreatif dan inovatif dalam memberikan pembelajaran secara daring, sehingga anak
anak tidak jenuh dalam menerima pembelajaran tersebut, bagaimana tingkat
pemahaman anak atas materi materi yang telah diberikan secara daring, melalui
dialog interaktif antara guru dan anak, menimbulkan tingkat pemahanan anak atas
materi yang baik.
Peran anak dituntut untuk selalu mengikuti daring dan menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan dalam pembelajaran tersebut secara tuntas. Anak harus belajar
secara virtual, di mana dialog interaktif antara guru dan anak tidak semudah kalau
secara tatap muka. Tingkat pemahaman anak atas materi yang diberikan tentulah
berbeda-beda, banyak yang tingkat pemahaman kurang, karena ketidaksungguhan
dalam proses pembelajaran. Ada dan tidak adanya orang tua atau lainnya yang
melakukan pendampingan. Di samping itu fasilitas anak yang dimiliki dari berbeda
beda seperti jenis handphone, jenis laptop, provider yang digunakan dan jumlah
kuota yang dimiliki. Ada beberapa permasalahan pendidikan di masa pandemi ini
yang patut kita ulas bersama seperti kelemahan dalam proses pembelajaran, carut
marut kebijakan UKT, serta akses pendidikan di masa pandemi yang timpang.
DATA DAN FAKTA
I. Adanya kelemahan pembelajaran di pulau Bali pada masa pandemi
Pendidikan khususnya di pulau Bali pada masa pandemi ini adalah
hal yang penting untuk diperhatikan secara serius dan memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan pembelajaran terjadi sebagai akibat dari kurangnya
waktu belajar siswa, gejala stres, perubahan cara berinteraksi siswa serta
kurangnya motivasi belajar siswa. Simpulan diambil dengan menggunakan
kajian literatur dan bukti-bukti data internasional seperti PISA, PIRLS dan
beberapa data lainnya.
Kurangnya waktu belajar ini jelas sebagai akibat dari tidak adanya
pertemuan klasikal/tatap muka nyata dengan guru di sekolah. Untuk
pembelajaran pada satuan pendidikan yang ada di Provinsi Bali,
berdasarkan contoh-contoh yang dibuat oleh guru dalam pelatihan daring
(dalam jaringan), rata-rata sekolah merancang pembelajaran tatap muka
maya hanya 3 jam dalam sehari, meskipun ada yang lebih bahkan ada tidak
sama sekali karena terkendala jaringan. Bagi sekolah yang tidak
mengadakan pertemuan tatap muka maya (synchronous) biasanya paling
sering menggunakan aplikasi Whatsapp Group (WA) secara tidak langsung
(asynchronous).
Kondisi ini jelas akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar
siswa karena banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa waktu
pembelajaran berpengaruh terhadap capaian prestasi belajar. Demikian pula
pada petunjuk teknis (juknis) penyelenggaraan pembelajaran pada tahun
ajaran 2020/2021 di masa pandemi Covid-19 yang dikeluarkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Bali, mengatur bahwa durasi maksimal sekolah buka
adalah 3 jam pelajaran, di mana dalam setiap jam pelajaran 30 menit.
Padahal dalam kondisi normal, siswa belajar di sekolah rata-rata selama 5
jam. Terlebih lagi jika siswa tidak dibekali dengan tugas-tugas mandiri yang
dapat meningkatkan potensinya dikaitkan dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
Penyebab kelemahan pembelajaran kedua adalah gejala stres pada
siswa. Beberapa hasil survey di tingkat nasional tentang pembelajaran jarak
jauh menemukan adanya gejala stres pada siswa, termasuk hasil wawancara
langsung dengan siswa pada saat pelatihan daring bagi pengawas sekolah
yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Bali. Gejala stres diawali dari
kejenuhan siswa mengikuti kelas daring yang tidak lancar, mengingat
koneksi internet yang kurang stabil dan kuota internet yang tidak selalu
tersedia. Selain itu, mereka juga jenuh dengan penugasan yang kurang
bervariasi serta kurangnya umpan balik dari guru atau sekolah.
Dengan memperhatikan beberapa kelemahan dalam pembelajaran di
masa pandemi Covid-19 ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai
langkah antisipasi.
Pertama, adalah dengan menerapkan pembelajaran jarak jauh secara
optimal dan sistematis. Pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan secara
daring, luring maupun kombinasi keduanya. Meskipun pembelajaran secara
daring tidak terlalu efektif karena terkendala infrastruktur jaringan tetapi
paling tidak dapat mengatasi motivasi belajar siswa melalui adanya
interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan teman-temannya
melalui proses sinkron dengan menggunakan berbagai aplikasi seperti zoom
meeting, google meet, forum WAG atau yang lainnya.
Kedua, peran kepala sekolah dan guru adalah melalui peningkatan
layanan infrastruktur serta peningkatan kapasitas guru dalam pembelajaran
daring. Kepala sekolah harus menyediakan penjadwalan dan pemantauan
terhadap proses pembelajaran ini, baik pada proses maupun hasil yang
dilaksanakan oleh guru. Kepala sekolah harus membantu para guru dalam
meningkatkan kompetensi pemanfaatan TIK agar dapat menyelenggarakan
layanan pembelajaran daring secara optimal.
Ketiga, peran orang tua dalam hal ini sangat dibutuhkan demi
keberhasilan pembelajaran daring yaitu dalam memastikan bahwa peserta
didik fokus pada tugas yang diberikan oleh sekolah. Jika kompetensi digital
guru bagus dan sistem yang disiapkan sekolah juga baik maka pembelajaran
daring bagi peserta didik akan memberikan manfaat yang lebih besar dari
pembelajaran konvensional karena peserta didik akan dapat mengambil
kendali atas pembelajaran mereka sendiri. Demikian pula untuk siswa yang
pada kelas awal sekolah dasar, kondisi ini tidak akan maksimal dalam
capaian pembelajaran daring karena anak-anak yang lebih kecil mungkin
tidak terorganisir dengan baik, serta belum memiliki motivasi diri dan
keterampilan manajemen waktu yang baik.
II. Permasalahan kebijakan UKT masing-masing kampus di masa
pandemi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem
Makarim, telah mengeluarkan kebijakan baru terkait keringanan UKT bagi
mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta
(PTS). Nadiem, melalui Permendikbud Nomor 25 Tahun 2020
menyebutkan bahwa Kemendikbud akan memberikan keringanan UKT
bagi mahasiswa yang menghadapi kendala ekonomi selama pandemi Covid-
19. Keringanan tersebut berupa penyesuaian UKT, hilangnya kewajiban
membayar UKT jika sedang cuti kuliah atau tidak mengambil Satuan Kredit
Semester (SKS), dan mahasiswa di akhir kuliah maksimal membayar 50%
dari UKT jika hanya mengambil 6 SKS. Selain itu, disebutkan pula bahwa
pemimpin perguruan tinggi dapat memberikan keringanan UKT dan/atau
memberlakukan UKT baru terhadap mahasiswa.
Baru-baru ini sebanyak 3.167 mahasiswa Universitas Islam Negeri
(UIN) Imam Bonjol (IB) Padang menerima pengurangan Uang Kuliah
Tunggal (UKT) pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Hal tersebut
tercantum dalam Surat Keterangan (SK) Rektor Nomor 819 Tahun 2021
yang dikeluarkan pada Senin (02/08). Pada semester sebelumnya, kampus
juga memberikan pengurangan UKT kepada 4.341 mahasiswa. Alhasil,
terdapat penurunan jumlah penerima keringanan UKT. UIN IB juga
mengumumkan bahwa 446 mahasiswa tidak lulus seleksi administrasi
keringanan UKT. Dengan ini, UIN IB telah tiga kali menerapkan kebijakan
pengurangan UKT guna membantu keluarga mahasiswa yang terdampak
pandemi. Pengurangan tersebut diberikan sebanyak 15 persen dari jumlah
UKT semula.
Selanjutnya, mahasiswa akan diberikan waktu untuk membayar
UKT sampai tanggal 13 Agustus 2021. Mahasiswa bakal berstatus aktif
setelah pembayaran UKT. Kepala Akademik Kemahasiswaan (Akama),
Nur Raherma Syafianti menuturkan kampus mengeluarkan pengumuman
ini setelah proses panjang verifikasi data. “Kita menyeleksi dulu sejumlah
data lantaran ada sejumlah mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria
pengurangan UKT. Jadi kita membutuhkan sedikit waktu,” katanya.
Dari data yang sudah dicari hanya segelintir kampus seperti kampus
Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) yang sudah memenuhi
keinginan mahasiswa. Karena jika kita lihat pada portal-portal berita pun
masih merilis berbagai aksi mahasiswa yang menuntut diberikannya sistem
keringanan UKT yang merata. Persyaratan tidak masuk akal dan informasi
yang simpang siur juga menjadi alasannya. Banyaknya persyaratan yang
diminta oleh pihak kampus membuat mahasiswa merasa terbebani karena
dampak ekonomi yang dirasakan setiap mahasiswa pun berbeda. Beberapa
mahasiswa tak serta merta mengalami kemerosotan ekonomi yang
signifikan, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa jumlah UKT dirasa cukup
memberatkan. Persyaratan yang tidak memihak mahasiswa dengan kondisi
tersebut juga menjadi alasan masih belum diterimanya kebijakan
keringanan UKT yang diberikan.
Keringanan UKT ini bukan hanya untuk meringankan beban para
mahasiswa yang terdampak, melainkan juga berkaitan dengan timbal balik
yang diberikan oleh pihak kampus terhadap mahasiswa. Pemberlakuan
sistem perkuliahan dari rumah menyebabkan fasilitas yang seharusnya
diberikan oleh kampus tidak dapat dinikmati oleh mahasiswa. Bahkan,
mahasiswa juga dibebani oleh biaya-biaya tambahan untuk menunjang
kegiatan perkuliahan dari rumah. Sehingga, dengan adanya keringanan
UKT bagi seluruh mahasiswa diharapkan dapat mengurangi beban ekonomi
mahasiswa selama pandemi ini.
III. Akses pendidikan di masa pandemi yang timpang
Penutupan sekolah dapat memperlebar kesenjangan akses
pendidikan. Namun, perlu disadari bahwa anak-anak Indonesia telah
menghadapi kesulitan akses pendidikan berkualitas bahkan sejak sebelum
pandemi, salah satunya masalah infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur
harus dipenuhi agar para siswa dapat kembali melaksanakan pembelajaran
tatap muka (PTM). Banyak sekolah sudah mencoba PTM terbatas sejak
awal tahun 2021 dengan menerapkan protokol kesehatan. Namun, sarana
dan prasarana pendidikan juga harus turut menjadi perhatian. Karena tak
sedikit infrastruktur dan fasilitas sekolah di berbagai daerah yang masih
kurang memadai. Terlebih, di daerah-daerah terpencil yang bahkan
bangunan sekolah pun masih kurang layak bahkan memprihatinkan. Mulai
dari atap sekolah yang rawan, bangunan gedung yang tak lagi kokoh,
bahkan fasilitas seperti kursi dan meja belajar di kelas yang tak memadai.
Mengutip rilis Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) yang
diterima Tribunnews, Minggu, (2/5/2021), Dewan Pakar P2G Anggi
Afriansyah memaparkan data BPS tahun 2020 yang menyebutkan lebih dari
70 persen ruang kelas pada setiap jenjang pendidikan kondisinya rusak
ringan/sedang maupun rusak berat. Di sisi lain, melansir Kontan, kajian
bertajuk Public Expenditure Review Spending for Better Result
menunjukkan, hanya 25 persen ruang kelas di jenjang pendidikan dasar dan
40 persen ruang kelas SMA yang berada dalam kondisi memadai. Begitu
pun jika berbicara fasilitas kebersihan dan kesehatan di sekolah. Dari
sumber yang sama, tercatat bahwa 20,10 persen sekolah jenjang pendidikan
SD tidak memiliki sumber air layak atau tidak memiliki sumber air.
Memastikan akses pendidikan di masa pandemi adalah kunci untuk
menciptakan peluang tercapainya pendidikan berkualitas. Bagaimanapun,
anak-anak dari segala kelas sosial-ekonomi harus dapat terus belajar dengan
layak. Tak hanya pemerintah, menyediakan akses pendidikan yang layak
juga membutuhkan kolaborasi multipihak, mulai dari para akademisi,
korporasi, komunitas, masyarakat, dan juga para orang tua.
PENDAPAT MAHASISWA
Sebagai seorang mahasiswa ketika berbicara tentang Pendidikan, sudah
sewajarnya kita peduli dan melakukan aksi bukan hanya sekedar narasi. Beberapa
kebijakan dari pemerintah pun terkadang tidak sesuai dengan
pengimplementasiannya di lapangan. Contoh sederhananya soal UKT (Uang
Kuliah Tunggal) yang sudah sepatut nya dikritis bersama karena semua mahasiswa
terdampak. Kawan-kawan mahasiswa dari berbagai universitas pun tak tinggal
diam soal bagaimana seharusnya pemeberlakuan kebijakan UKT saat pandemi.
Advokasi sudah dilakukan dengan berbagai cara seperti menampung data dan fakta
aspirasi dari mahasiswa dengan melakukan survei, lalu membuat posko ukt sebagai
wadah fasilitator serta tak lupa melakukan kajian secara komprehensif untuk
mendukung data dan fakta yang sudah ada. Dan terakhir adalah audiensi dengan
pihak kampus, namun seringkali hasilnya tak sesuai dengan realita, hanya
ditampung namun tak di gubris lebih lanjut. Maka dari itu, diperlukan perhatian
yang lebih serius dari seluruh pihak untuk memastikan terjaminnya proses
pembelajaran yang layak bagi seluruh anak Indonesia.
Kita perlu tahu juga bahwasannya Bali merupakan “surga dunia” yang
bergantung hidup kepada pariwisata. Selain bergantung kepada pariwisata, pulau
bali juga sangat disiplin terhadap tradisi dan budayanya, bahkan berbicara
pendidikan kalau kita lihat data yang ada Provinsi Bali keluar sebagai juara umum
pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2018.
Maka dari itu pemerintah provinsi Bali dan pemerintah kabupaten perlu
memperkuat dunia pendidikan kepariwisataan yang sudah menjamur di berbagai
daerah. Memperkuat dari segi pendanaan, sarana dan prasarana sekolah pariwisata,
memberikan lahan untuk perluasan kampus pariwisata, sehingga sekolah pariwisata
tidak hanya D1 tapi sudah melayani D-3 dan Strata 1 (S1). Sehingga mampu
menarik pelajar dari berbagai provinsi dan regional Asean belajar pariwisata di
Bali. Dengan demikian, Bali akan dikenal sebagai pulaunya pelajar, pelajar
kepariwisataan. Ekonomi Bali akan diperkuat dengan sektor pendidikan karena
mahasiswa dari berbagai daerah akan tinggal di Bali beberapa tahun.
PERNYATAAN SIKAP
Kami sebagai Mahasiswa Indonesia yang mewakili segenap masyarakat
Indonesia menyatakan sikap MENOLAK terhadap segala macam kebijakan yang
dapat merugikan dalam sektor Pendidikan dan tetap terus mengawal Kampus dan
Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam usaha bersama memulihkan
pendidikan dengan meningkatkan proses metode pemebelajaran dan memperbaiki
beberapa kebijakan yang dirasa tidak memberikan dampak signifikan.
TUNTUTAN
1. Mendesak pemerintah untuk segera memulihkan pendidikan di tengah
pandemi Covid-19 yang berlangsung
2. Menuntut pemerintah pusat maupun daerah memberikan stimulus bantuan
kepada pelaku pendidikan Indonesia baik itu tenaga pendidik maupun
mahasiswa yang terdampak pandemi Covid-19
3. Menuntut PTN maupun PTS dapat segera memberikan pengurangan
pembayaran UKT kepada mahasiswa yang terdampak pandemi Covid-19

HIDUP MAHASISWA!!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!!!
HIDUP BANGSA INDONESIA!!!
REFERENSI
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/tantangan-dunia-pendidikan-di-
masa-pandemi/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-tegal/baca-artikel/13469/Pendidikan-di-
Masa-Pandemi.html
https://lpmpbali.kemdikbud.go.id/2021/01/23/pendidikan-di-bali-di-era-pandemi/
https://pers-upn.com/2020/07/30/ukt-mahasiswa-masalah-baru-di-era-pandemi/
https://suarakampus.com/uin-ib-beri-keringanan-ukt-kepada-3-167-mahasiswa/
https://www.tribunnews.com/pendidikan/2021/08/11/akses-pendidikan-di-masa-
pandemi-masih-timpang-apa-langkah-selanjutnya
https://www.antaranews.com/berita/2185274/pandemi-pacu-bali-perkuat-sektor-
pertanian-dan-pendidikan
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/09/provinsi-bali-meraih-puncak-
prestasi-di-o2sn-2018

Anda mungkin juga menyukai