Anda di halaman 1dari 6

Tugas Analisis Isu Kontemporer

Nama : Maha Kartika Ratri

NIM : 19108241164

1. Isu pertama : Distribusi bantuan kuota internet untuk peserta didik


Deskripsi : Di era pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini,
pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan adalah pembelajaran
jarak jauh atau PJJ. Pembelajaran jarak jauh di Perguruan Tinggi
dilaksanakan melalui beberapa platform seperti zoom, google meet,
googleclassroom, webex, WhatsApp, dan masih banyak lagi. Karena
selama PJJ berlangsung dibutuhkan paket data yang tidak sedikit, maka
pemerintah memastikan ketersediaan paket data untuk para pendidik dan
peserta didik dengan memberikan bantuan kuota internet. Tujuannya
adalah untuk untuk menunjang pelaksanaan belajar dari rumah pada masa
pandemi Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19).
Pendaftaran nomor ponsel dilakukan oleh pihak srkolah, pesrta didik
diminta mengisi data nomer ponsel yang aktif dan provider yang dipakai.
Pendistribusian kuota baru akan dilakukan apabila peserta didik memenuhi
persyaratan dan dilakukan secara berkala. Menurut Peraturan Sekretaris
Jenderal Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Kuota
Data Internet Tahun 2020 bantuan kuota internet dibagi menjadi dua, yaitu
kuota umum, yaitu kuota yang dapat digunakan untuk mengakses seluruh
laman dan aplikasi dan kuota belajar, yaitu kuota yang hanya dapat
digunakan untuk mengakses laman dan aplikasi pembelajaran, dengan
daftar yang tercantum pada http://kuotabelajar.kemdikbud.go.id/. Bantuan
kuota data internet untuk siswa SD yaitu kuota umum sebesar 47GB,
dengan rincian 5GB untuk kuota umum dan 37GB kuota belajar untuk 4
bulan pemakaian. Terdapat beberapa masalah yang ditemui dalam
pendistribusian bantuan kuota internet, salah satunya adalah sampai saat
ini masih ada peserta didik yang belum pernah mendapatkan bantuan
kuota sejak PJJ berlangsung. Biasanya hal tersebut terjadi karena
kesalahan mahasiswa sendiri yaitu salah menginput nomor saat pendataan
oleh sekolah, disebutkan juga bahwa alokasi bantuan kuota data internet
juga tak merata di 34 provinsi. Sebanyak 16.424.143 dari 26.623.776
peserta didik penerima kuota berada di Pulau Jawa. Dalam kata lain, 61
persen siswa dan siswa yang menerima kuota hanya berasal dari enam
provinsi. Selain itu, banyak guru dan peserta didik yang mengeluhkan
kuota umum hanya dialokasi sebanyak 5GB dari keseluruhan kuota.
Selama PJJ ada beberapa dosen yang menyampaikan materi dan tugas
berupa video yang diupload di YouTube yabg tentu saja menghabiskan
banyak kuota data, sedangkan aplikasi YouTube tidak masuk ke dalam
aplikasi kuota belajar jadi mau tidak mau guru dan peserta didik
menggunakan kuota utama atau kuotanya sendiri untuk mengakses
YouTube. Permasalahan lain adalah kuota belajar yang belum dipakai
sepenuhnya tetapi masa aktifnya sudah habis, sehingga kuota terbuang sia-
sia. Kuota belajar sebesar 42GB sangat jarang habis meskipun sudah
digunakan selama 4 bulan, hal tersebut dikarenakan tidak setiap
pembelajaran menggunakan aplikasi belajar seperti zoom, google meet,
webex, dll yang membutuhkan kuota banyak. Ketika menggunakan
aplikasi belajar seperti googleclasroom pun tidak banyak menyedot kuota
belajar. Dengan melihat permasalahan tersebut, upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya adalah pemerintah lebih bijak dalam
merincikan bantuan kuota internet agar dapat digunakan dengan optimal
dan perlunya dilakukan pemerataan alokasi bantuan kuota agar peserta
disik di seluruh Indonesia mendapat bantuan yang semestinya.

2. Isu kedua : Wacana Pendidikan Militer Untuk Mahasiswa


Deskripsi : Beberapa bulan yang lalu media sosial digemparkan dengan
wacana pendidikan militer untuk mahasiswa selama satu semester.
Disebutkan bahwa pendidikan militer untuk mahasiswa termasuk dalam
program bela negara. Nadiem Makarim selaku Menteri Kebudayaan dan
Pendidikan mengeaskan bahwa program pendidikan militer ini bersifat
sukarela, tanpa ada paksaan. Dalam program bela negara melalui
pendidikan militer, dalam satu semester, mahasiswa bisa memilih untuk
ikut magang, masuk program mengajar, dan masuk program pelatihan
militer Kemenhan. Sejumlah mahasiswa tidak setuju dengan program
pelatihan militer karena mereka menganggap bahwa cinta terhadap negara
tidak hanya diwujudkan dalam bentuk kemiliteran, banyak hal lain yang
dapat dilakukan untuk mewujudkan rasa cinta terhadap negara, tidak perlu
dibuktikan dengan gaya militeristik. Meskipun begitu Mendikbud sudah
menegaskan bahwa tidak ada paksaan bagi mahasiswa untuk mengikuti
pendidikan militer

3. Isu ketiga : Pemerataan Pendidikan di Indonesia.


Deskripsi : Di Indonesia ditemukan banyak daerah yang belum mendapatkan
akses pendidikan. Hal ini merupakan salah satu masalah pendidikan di
Indonesia yang perlu ditangani, yaitu kesempatan menempuh pendidikan
yang sama begitu rendah. Ditemukan banyak daerah di pelosok negeri
yang belum terjamah atau kurangnya fasilitas dan kesempatan untuk
menikmati pendidikan. Hal tersebut terjadi karena pemeratan pendidikan
yang dilaksanakan di berbagai daerah Indonesia mempunyai bermacam-
macam kendala dalam melaksanakannya. Permasalahan tersebut
disebabkan oleh daerah pedesaan yang terpencil dan jauh dari perkotaan
dalam mengakses layanan pendidikan yang masih belum terdistribusi
secara merata sedangkan kota-kota besar sarana dan prasarana pendidikan
di sana sudah sangant maju..Hal ini yang membuat masyarakat yang
tinggal di desa-desa masih tertinggal pendidikanya dibandingkan dengan
masyarakat yang ada di kota. Contohnya daerah yang ada di Indonesia
yang kurang kualitas pendidikannya ialah bagian Indonesia timur. Disana
bukan hanya sarana dan prasarana yang kurang, kurangnya tenaga
pengajar juga masih kurang. Sehingga sekolah-sekolah disana masih
membutuhkan guru-guru dari daerah-daerah lain. Secara nasional,
pemerintah telah melakukan beberapa upaya dalam rangka menciptakan
pemerataan pendidikan di Indonesia. Diantaranya dengan mengalokasikan
anggaran pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), membebaskan biaya bagi sekolah dasar (SD), membuat
program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hingga bagi Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU)
mendapatkan bantuan bagi siswa-siswi yang kurang mampu. Pada sisi
lain, harus diakui upaya-upaya pemerintah tersebut belumlah berjalan
secara maksimal. Hal ini ditandai dengan masih tingginya angka putus
sekolah yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya dari SMP menuju
tingkat SMU, dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi angka putus
ekolah dari tingkat SD menuju tingkat SMP. Padahal pemerintah telah
mencanangkan Wajib Belajar Dua Belas Tahun (WAJAR 12 Tahun) yang
sebelumnya adalah Wajib Belajar Sembilan Tahun.

4. Isu keempat : Kesulitan Saat Daring Yang Menyebabkan Guru Datang Ke Rumah
Murid
Deskripsi : Sejak terjadi pandemi COVID-19, pembelajaran daring menjadi
pilihan yang tidak bisa ditawar lagi. Semua tingkat pendidikan mulai dari
pra-sekolah sampai perguruan tinggi diharuskna melakukan pembelajaran
dari rumah. Hal ini telah termaktub dalam Surat Edaran Mendikbud
Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara online atau
daring. Namun di bebrapa tempat di Indonesia, masih banyak yang
kesulitan dalam melakukan pembelajaran daring karena terkendala akses
internet dan juga hal-hal lain. Guru rela mendatangi rumah murid-
muridnya untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Hal tersebut
dilakukan karena pembelajaran daring di daerah tersebut terkendala akses
internet, selain itu banyak dari orang tua yang tidak bisa mengoperasikan
gadget, bahkan ada beberapa orang tua siswa yang tidak memiliki gadget.
Sehingga guru terpaksa mengunjungi rumah siswa untuk melakukan
pembelajaran langsung. Meskipun melakukan pembelajaran tatap muka,
guru tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan memakai masker dan
cuci tangan atau memakai handsanitizer. Upaya yang dapat dilakukan bisa
dengan menstabilkan jaringan internet di daerah setempat dan untuk siswa
yang tidak punya gadget, sekolah dapat menggunakan dana BOS untuk
membeli smartphone, tablet, maupun laptop sehingga busa dipinjamkan ke
anak-anak.

5. Isu kelima : Relevansi Pendidikan di Indonesia


Deskripsi : Masalah yang terdapat dalam relevansi cukup mendasar, yaitu
dibutuhkan output pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat
terutama dalam hubungannya dengan persiapan kerja. Relevansi perlu
ditingatkan agar hadil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
dalam artian proses pendidikan dapat memberikan dampak pemenuhan
kebutuhan peserta didik, baik kebutuhan kerja, kehidupan dimasyarakat,
dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi (Kadir, 2012: 155). Masalah
relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu
yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk
melanjutkan ke satuan pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga
dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu,
yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan
tidak siap untuk bekerja. Yaitu masalah yang berhubungan dengan
relevansi (kesesuaian) pemilikan pengetahuan, keterampilan dan sikap
lulusan suatu sekolah dengan kebutuhan masyarakat (kebutuhan tenaga
kerja). Contoh: adanya kasus perusahaan-perusahaan yang masih harus
mengeluarkan dana untuk pendidikan atau pelatihan bagi calon
karyawannya, karena mereka dinilai belum memiliki ketrampilan kerja
seperti yang diharapkan. Upaya yang dapat dilakukan agar pendidikan di
Indonesia relevan adalah dengan menciptakan lapangan kerja baik untuk
pengangguran maupun lulusan-lulusan baru yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dengan
memberikan pehatian lebih besar pada daerah tertinggal, mengetahui
minat peserta didik, bakat peserta didik, cita-cita agar guru dapat
membimbing untuk mencapainya, menentukan kurikulum berdasarkan
kebutuhan peserta didik ketika akan memasuki dunia kerja, dan
meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Tenaga pendidik yang berkualitas
akan mencetak peserta didik yang berkualitas pula.

Daftar Pustaka :

Yusron, Ahmad (2014). Pengaruh Kepemimpinan Autentik Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah
Terhadap Mutu Sekolah Dasar Di Kota Cilegon. S2 thesis. Universitas Pendidikan Indonesia

Hakim, Lukman. 2016. Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan Amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal EduTech
Vol. 2 No. 1. Hal. 62

Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Kuota
Data Internet Tahun 2020.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/28/140131665/klarifikasi-pendidikan-militer-tidak-
wajb-bagi-mahasiswa?page=all.

https://republika.co.id/berita/qdrtym459/sulit-gelar-belajar-daring-guru-datang-ke-rumah-murid

Idrus, Muhammad. 2012. MUTU PENDIDIKAN DAN PEMERATAAN PENDIDIKAN DI


DAERAH. PSIKOPEDAGOGIA. Vol. 1, No. 2

Anda mungkin juga menyukai