Anda di halaman 1dari 4

Kampus elite tak selalu baik

pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana
belajar-mengajar agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya
pendidikan maka seseorang dapat memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual,
dan keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

Ketika seorang calon mahasiswa mendafatarkan diri ke sebuah universisitas pastinya mahasiswa tersebut
mwmilih perguruan tinggi 10 besar di Indonesia, pastinya mereka memilih karena keunggulan univesitas
tersebut. Ketika mendaftarkan diri ke sebuah perguruan tinggi kadang kita jarang mencari seluk beluk
ptn tersebut, kita cenderung hanya berfikir memperhatikan bahwa kampus yang kita masuki adalah
kampus elite. Tetapi ketika kita sadar ketika masuk universitas terdapat kesenjangan yang tidak kita duga.

Terkadang dengan masuk ke sebuah perguruan tinggi kita bisa menikmati fasilitas dengan biaya
minimalisir, namun kenyataan dimana fasilitas tersebut, kadang kita sering berfikir bagaimana politik
sebuah perguruan tinggi tersebut. Terlebih lagi jika kampus tersebut tidak berada di satu lingkup atau
berada di beberapa lingkup, disanalah banyak terjadi kesenjangan antara prodi- prodi, seolah seolah
pemerataan fasilitas tidak di lakasanakan, hanya yang beruntung di pusat akademin mereka baru
mendapat fasilitas yang layak.

Berbeda dengan sekolah swasta, harga ukt mereka tidak bisa di bilang murah, akan tetapi mereka berani
menampilkan fasilitas yang luar biasa. Mereka memberikan fasilitas secara merata kepada mhasiswanya.

Akan tetapi ketika sadar bahwa fasilitas sangat penting dalam menunjang pembelajaran, keberhasilan
sebuah pendidikan. Banyak orang yang berubah pikiran setelah mengetahui bahwa di beberapa sekolah
negeri masih belum transparan kenapa terjadi perbedaan fasilitas yang diterima oleh mahasiswa.

Yang perlu di pertanyakan apakah pemerintah tidak pernah mengecek bagaimana kondisi sebuah
perguruan tinggi, harusnya sebagai perguruan tinggi negeri yang di naungi pemerintah langsung harus
mengecek bagaimana kondisi dan situasi di dalam perguruan tinggi negeri tersebut.

Kadang kita berfikir bahwa kampus elite tetapi pelit. Kata tersebut menjabarkan keadaan beberapa
perguruan tinggi di Indonesia yang belum memberikan fasilitas yang merata kepada fakultas maupun
masing- masing prodi. Kadang kita sebagai mahasiswa berfikir kemana uang ukt yang kita bayarkan ke
perguruan tinggi, kenapa kami tidak mendapatkan hak yang sama.

Pihak universitas kadang hanya menggembar gemborkan nama elite univeristas tersebut. Ketika
akreditasi mereka mimilihkan tempat yang sangat layak untuk mendapatkan akreditasi A.

Sebuah universitas kita sebut saja universitas A, universitas tersebut tidak hanya memiliki satu lingkup
kampus tetapi memiliki beberapa kampus yang tersebar. Antara satu dengan yang lainnya tidak
beedekatan. Pada kampus ini terdapat perbedaan pemerolehan fasilitas. Hanya kampus utama saja yang
di lengkapi dengan fasilitas yang sempurna. Tetapi kampus yang berada pada wilayah lain tidak
mendapatkan hak yang semestinya. Dalam kondisi tersebut bisa disebut dengan miniatur sebuah negara
dimana negara tersebut terlihat mewah megah akan tetapi keadaan yang terjadi pada setiap daerah-
daerahnya sangat miris dan bisa di bilang bobrok. Atau dapat kita sebutkan bahwa perguruan tinggi tidak
selamanya bagus.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas tidak sesuai dengan proses pembelajaran di kampus yang
tidak berjalan dengan efektif. Proses pembelajaran di kampus masih jauh bila dkatakan sudah efektif,
maka perlu diciptakan dan disediakan fasilitas yang dapat mendorong proses pembelajaran sehingga
dapat berjalan dengan efektif. Fasilitas yang memadai merupakan salah satu faktor penodrong
keefektifan dalam proses pembelajaran.

Dalam menunjang keefektifan proses pembelajaran di kampus diperlukan fasilitas yang memadai seperti
tersedianya gedung dan ruang kelas yang nyaman, di dalam ruang kelas terdapat kipas angin, meja dan
kursi yang bagus, LCD yang cukup, fasilitas internet yang memadai sehingga dapat membantu siswa
dalam belajar, sumber belajar yang memadai seperti buku dan sumber lainnya.

Namun jika kita bandingkan pernyataan di atas dengan kenyataan di lapangan dapat dikatakan masih
kurang dari apa yang diharapakan. Fasilitas yang disediakan tidak dapat mendorong keefetifan
mahasiswa dalam proses pembelajaran seperti ruang kelas yang panas, penggunaan LCD dengan metode
siapa cepat dia dapat, sinyal wifi yang lelet, kuranya kursi yang disediakan, mushola yang tidak memadai
dan toilet yang tidak bersih. Oleh itu ketersediaan fasilatas yang dapat mendorong keefetifan mahasiswa
dalam proses pembelajaran sangat perlu dilakukan.

Banyaknya kondisi fasilitas kampus yang buruk merupakan suatu bukti bahwa pendidikan tinggi tidak
menjalankan kewajiban sebagai penyedia pelayanan pendidikan yang baik. Yang menjadi pertanyaan
“kemanakah uang kuliah kita?” Realitas yang lebih memperhatinkan lagi adalah mahasiswa yang sudah
membayar UKT tetapi mahasiswa kehilangan haknya untuk mendapatkan fasilitas pendidikan yang baik.

Sebagai pemangku kebijakan, Rektor maupun Dekan harusnya mempertimbangkan biaya kuliah
perguruan tinggi yang relatif mahal dengan fasilitas yang seimbang dan baik tentunya. Mahasiswa tentu
berharap dengan UKT, pembangunan dan perbaikan fasilitas kampus semakin baik. bahwa dengan biaya
kuliah yang relatif mahal, fasilitas yang didapat juga memadai.

UKT adalah besaran biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa pada setiap semester.

Ketika mereka enggan mendaftar ke universitas swasta.

Pendidikan merupakan program dasar yang paling penting untuk setiap negara. Setiap masyarakat di
semua negara memiliki hak untuk merasakan bangku pendidikan baik itu tingkat SD, SMP, SMA maupun
tingkat perkuliahan, dengan tujuan agar negara tersebut bisa maju dengan masyarakat yang ada di
negaranya menjadi masyarakat yang berpendidikan dan bisa menggapai semua cita- cita masyarakat
tersebut.

Di perguruan tinggi pelajar tidak lagi di sebut dengan siswa atau siswi, tapi mereka sudah disebut
mahasiswa, gelar mereka yang tadinya hanya siswa di depannya bertambah gelar maha setelah mereka
merasakan dunia perkuliahan. Yang berarti mahasiswa itu harus mandiri berbeda dengan siswa siswi
yang selalu mendapatkan bantuan oleh guru- gurunya di sekolah.

Di dunia perkuliahan pasti sering mendengar tentang UKT, UKT adalah bentuk sumbangan pembinaan
pendidikan atau sering dikenal dengan SPP yang merupakan kontribusi orang tua mahasiswa atas
penyelenggaraannya pendidikan di universitas tinggi negri atau universitas tinggi swasta lainnya.

Di Perguruan Tinggi Negri UKT ditentukan dengan mempertimbangkan sosial ekonomi mahasiswa yang
bersangkutan dan biaya tunggal setiap program studinya. Di Perguruan Tinggi Negri juga besaran UKT
untuk mahasiswa diperuntukan oleh semua jalur yakni jalur SNMPTN, SBMPTN , dan jalur MANDIRI
lainnya.

Mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi saat ini membuat institusi perguruan tinggi mendapat
kritik dan protes bahkan dari mahasiswanya sendiri, baru-baru ini para mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi negeri di Bali melakukan demo terhadap kebijakan kampus yang memungut biaya
pendidikan yang dianggap terlalu mahal bagi para calon mahasiswanya dan diperparah dengan tidak
adanya transparansi mengenai pengelolaan dana tersebut, setidaknya begitulah apa yang saya ketahui.
Hal tersebut membuat saya teringat dengan kejadian beberapa bulan lalu yang sempat viral, di mana
terdapat berita yang mengabarkan penangkapan terhadap beberapa mahasiswa di salah satu perguruan
tinggi negeri di kota Makasar, para mahasiswa tersebut ditangkap bukan karena melakukan tindakan
kriminal namun karena mengkritik mahalnya biaya pendidikan di kampus dengan sebuah poster yang
bertuliskan “KAMPUS RASA PABRIK”.

Bagi anak-anak zaman now mungkin tidak akan banyak yang paham apa maksud dari poster
tersebut apalagi anak-anak yang kegiatannya hanya membuka instagram dan media sosial lainnya hanya
untuk melihat bagaimana kehidupan orang lain dan tidak mau tahu agenda penindasan apa yang sedang
dilakukan oleh para kapitalis, begitulah setidaknya keadaan di sekililing saya saat ini. Meminjam istilah
Fernand Braudel yang mengatakan “manakala kapitalisme diusir lewat pintu, ia akan masuk kembali
lewat jendela”, artinya si kapital akan selalu berusaha untuk tetap menguasai apa yang seharusnya bisa
mereka kuasai, rasa-rasanya kutipan tersebut cukup mampu menggambarkan apa yang terjadi saat ini
termasuk dilingkungan institusi pendidikan.

Kembali pada pokok bahasan di atas, maksud dari poster tersebut adalah untuk menyindir
kampus mereka yang cenderung semakin kapitalis di mana pihak kampus memungut uang yang terlalu
mahal untuk biaya pendidikan yang semakin tahun semakin mencekik sekaligus mempersempit hak
setiap orang untuk bisa menikmati pendidikan di tingkat universitas dan juga bagaimana tindakan
represif kampus ketika dikritik membuatnya semakin terasa seperti sebuah pabrik yang di mana
kebebasan buruh untuk bersuara dan berserikat sangat terbatas.
Mahalnya biaya pendidikan yang dianggap semakin tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat
menimbulkan aksi-aksi protes nan kritis dikalangan mahasiswa seperti yang terjadi di Makasar dan di
salah satu universitas yang konon katanya terbaik di pulau Bali, hal ini mencerminkan bagaimana institusi
pendidikan semakin hari berjalan sebagai sebuah industri yang mencetak sarjana-sarjana selaku
komoditas belaka.

“KAMPUS RASA PABRIK” bukan tujuan dari pendidikan yang bangsa ini inginkan terutama
perguruan tinggi negeri, meningkatkan standar mutu kelulusan tentu sudah menjadi kewajiban tetapi
meningkatkan mutu untuk menjadi alasan merampok dan mencekik mahasiswa tidak bisa dibiarkan dan
diberikan tempat. Semoga mahasiswa khususnya adik-adik di S1 semakin garang dalam mengkritisi
kebijakan kampus dan jangan sampai “KAMPUS RASA PABRIK” semakin menjamur di Indonesia. LAWAN
KAPITALISASI PENDIDIKAN!!!

Komitmen institusi pada layanan pendukung akademik, perlunya

peningkatan terhadap layanan pendukung akademik melalui perhatian dari pimpinan

terhadap individu mahasiswa, orientasi terhadap kepentingan mahasiswa dengan cara adanya
komunikasi antara mahasiswa dengan pihak universitas, kebijakan dan peraturan

yang berorientasi kepada mahasiswa serta adanya penghargaan kepada mahasiswa yang

berprestasi, layanan pendukung kampus dengan cara kelengkapan buku dan literatur di

perpustakaan serta penerapan teknologi perpustakaan, kelengkapan dan kemuktahiran

laboratorium, layanan pengembangan karir, kemudahan akses penggunaan teknologi

informasi (internet) untuk berbagai keperluan, keselamatan dan keamanan kampus dengan

cara kesigapan personil keamanan kampus untuk menjaga keamanan kampus dan

sekitarnya, area parker yang luas, aman dan tertib, layanan unggulan dengan cara

memberikan layanan istimewa. kemudahan mengenali dosen dan karyawan melalui tanda

pengenal atau atribut lain, fasilitas gedung perkuliahan, ruang seminar dan fasilitas lainya

yang selalu dirawat dengan baik, kenyamanan dan kebersihan kampus.

Anda mungkin juga menyukai