Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI PROGRAM KARTU INDONESIA PINTAR KULIAH MERDEKA DI

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


Oleh:
Tubagus Nurul Fahmi1), Titi Stiawati2)
6661200102@untirta.ac.id
Program Studi Administrasi Publik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa1)

ABSTRAK
Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka (KIP-Kuliah Merdeka) merupakan salah satu program Indonesia Pintar

di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui Kemendikbudristek berupa bantuan uang tunai,

perluasan akses dan kesempatan belajar yang diberikan kepada para pelajar dengan latar belakang keluarga

yang miskin atau rentan miskin di seluruh Indonesia untuk membiayai Pendidikan. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui Implementasi Program KIP-Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

(UNTIRTA), sebab dalam pelaksanaannya terdapat beberapa isu yang menyatakan program KIP–Kuliah

Merdeka tidak tepat sasaran, jadwal pencairan uang saku dan proses KRS yang terlambat, serta kurangnya

transparansi bagi mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka Pengganti.Guna menjawab isu-isu

tersebut, peneliti menggunakan teori Implementasi Kebijakan dari George C Edward III dengan keempat

indikatornya yaitu Komunikasi, Sumber daya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi dengan menggunakan metode

penelitian Kualitatif Deskriptif. Temuan penelitian dalam riset ini bahwa pelaksanaan program KIP-Kuliah

Merdeka telah terlaksana dengan baik, mulai dari proses penyeleksian yang sangat ketat, mahasiswa yang

menjadi pengganti penerima beasiswa KIP-Kuliah adalah mahasiswa yang sebelumnya mencalonkan diri

namun tidak lolos, Serta yang menjadi hambatan bagi proses pencairan uang saku maupun proses KRS adalah

mahasiswa yang telat mengisi registrasi ulang yang telah dihimbau sebelumnya.

Kata Kunci : KIP-Kuliah Merdeka, Teori Implementasi Kebijakan Edward III

ABSTRACT

The Indonesia Smart Card for Merdeka College (KIP-Kuliah Merdeka) is one of the Smart Indonesia programs

during the administration of President Joko Widodo through the Ministry of Education and Culture in the form

of cash assistance, expanding access and learning opportunities provided to students with poor or vulnerable
family backgrounds in throughout Indonesia to finance education. This research was conducted to find out

the Implementation of the KIP-Independence College Program at Sultan Ageng Tirtayasa University

(UNTIRTA), because in its implementation there were several issues which stated that the KIP-Independence

College program was not on target, the schedule for disbursing pocket money and the KRS process was

delayed, and there was a lack of transparency for students receiving the KIP-Kuliah Merdeka Replacement

scholarship. In order to answer these issues, researchers used the theory of Policy Implementation from

George C Edward III with its four indicators namely Communication, Resources, Disposition, and Bureaucratic

Structure using a Descriptive Qualitative research method. The research findings in this research are that the

implementation of the KIP-Kuliah Merdeka program has been carried out well, starting from a very strict

selection process, students who are substitutes for KIP-Kuliah scholarship recipients are students who

previously nominated themselves but did not pass, as well as those who become obstacles to the process

disbursement of pocket money and the KRS process are students who are late in filling out the re-registration

that has been requested previously.

Key Words : Indonesia Smart Card Free Lecture, Policy Implementation Theory Edward III

PENDAHULUAN pendidikan tinggi kepada peserta didik dan

Berdasarkan (Peraturan Menteri mahasiswa. Roh dari program tersebut sejalan

Pendidikan dan Kebudayaan) Permendikbud No. dengan Pasal 28C dan Pasal 31 ayat (1) dan ayat

10 Tahun 2020 Tentang Program Indonesia Pintar, (2) Undang-Undang Dasar 1945, dimana setiap

pemerintahan yang di oleh Presiden Joko Widodo warga negara berhak untuk

menyatatakan bahwa Program Indonesia Pintar mendapatkan pendidikan serta wajib mengikuti

sebagai salah satu upaya pemerintah untuk pendidikan dasar dan pemerintah wajib

mendukung pelaksanaan pendidikan menengah membiayainya.

universal atau rintisan wajib belajar 12 (dua belas) Program Indonesia Pintar (PIP)

tahun dan untuk meningkatkan perluasan akses merupakan program bantuan yang diberikan oleh

dan kesempatan belajar di perguruan tinggi, perlu pemerintah melalui Kementrian Pendidikan,

memberikan bantuan pendidikan dan afirmasi Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


(Kemendikbudristek) berupa uang tunai, sebanyak Rp. 2,5 triliun. Hal itu juga

perluasan akses dan kesempatan belajar yang mempengaruhi besaran UKT maupun uang saku

diberikan kepada para pelajar dengan latar yang diterima oleh mahasiswa penerima beasiswa

belakang keluarga yang miskin atau rentan miskin KIP – Kuliah Merdeka. Besaran UKT yang diperoleh

di seluruh Indonesia untuk membiayai Pendidikan oleh mahasiswa KIP – Kuliah merdeka disesuaikan

melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kartu dengan akreditasi jurusan yang ia tempuh.

Indonesia Pintar (KIP) terbagi menjadi 2 golongan semakin tinggi akreditas jurusan pada universitas

yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang yang ia tempuh, semakin besar pula jumlah

manfaatnya bisa dirasakan oleh para pelajar bayaran UKT nya. Pada uang saku mahasiswa KIP

tingkat SD/SMP/SMA dan Kartu Indonesia Pintar – Kuliah Merdeka pun bertambah yang tadinya Rp.

Kuliah (KIP – Kuliah) yang manfaatnya bisa 4,2 juta menjadi Rp. 5,7 juta.

dirasakan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atau

yang kurang mampu baik berkuliah di Perguruan yang biasa disebut dengan singkatan UNTIRTA

Tinggi Negeri maupun Swasta. merupakan Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi

Adapun jumlah besaran beasiswa yang Banten yang menjadi salah satu perguruan tinggi

diterima oleh tiap mahasiswa yakni Rp. 6 juta yang yang menerima mahasiswa beasiswa KIP – Kuliah

kemudian Rp. 2,4 juta di serahkan kepada pihak Merdeka, baik melalui jalur Seleksi Nasional

kampus sebagai bayaran Uang Kuliah Tunggal Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

(UKT) dan Rp. 4,2 juta diserahkan kepada maupun Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

mahasiswa sebagai uang saku mereka guna Negeri (SBMPTN). Hingga kini ada 1.363

membeli keperluan perkuliahan. Namun setelah mahasiswa penerima beasiswa KIP – Kuliah

satu tahun program KIP – Kuliah berjalan, program Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

tersebut digantikan dengan nama lain yakni KIP – terhitung dari Angkatan 2021 sebanyak 763

Kuliah Merdeka. Perbedaan dari kedua program mahasiswa dan 600 mahasiswa baru Angkatan

tersebut terdapat pada jumlah besaran 2022 yang terbagi di dalam beberapa fakultas

anggarannya seperti pada KIP – Kuliah sebesar Rp. seperti FISIP sebanyak 140 mahasiswa, FAPERTA

1,3 triliun, sedangkan pada KIP – Kuliah Merdeka sebanyak 209 mahasiswa, FKIP sebanyak 615
mahasiswa, FT sebanyak 127 mahasiswa, FH (mengimplementasikan) berati to provide the

sebanyak 115 mahasiswa, FEB sebanyak 151 means for carrying out (menyediakan sarana

mahasiswa, dan FK sebanyak 6 mahasiswa. untuk melaksanakan sesuatu); dan to give

Dalam pelaksanaan program KIP – Kuliah practical effect to (untuk menimbulkan

Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dampak/akibat terhadap sesuatu)” (Webster

(UNTIRTA) ada beberapa isu yang muncul di dalam Wahab, 2004:64).

kalangan mahasiswa, seperti pernyataan Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy

beberapa mahasiswa yang mengatakan bahwa (2009: 19) mendefinisikan kebijakan publik

program KIP – Kuliah Merdeka ini tidak tepat sebagai “ is whatever government choose to do or

sasaran, Kemudian masalah terkait jadwal not to do” ( apapun yang dipilih pemerintah untuk

pencairan dana beasiswa KIP – Kuliah Merdeka dilakukan atau untuk tidak dilakukan).

yang terkesan terlambat tiap semesternya, Model Implementasi Kebijakan Publik

kurangnya transparansi terhadap mahasiswa Menurut George C Edward III (dalam Subarsono,

penerima beasiswa KIP – Kuliah yang digantikan, 2011:90-92) dipengaruhi oleh empat variable

proses KRS an mahasiswa penerima beasiswa KIP yakni :

– Kuliah Merdeka yang terkesan terlambat 1. Komunikasi

dibandingkan dengan mahasiswa lainnya, serta diartikan sebagai suatu proses

masalah prihal KIP – Kuliah Merdeka lainnya yang penyampain informasi kebijakan dari

terjadi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. pembuat kebijakan kepada pelaksana

Karena masalah – masalah tersebut peneliti kebijakan dengan maksud agar mencapai

tertarik untuk meneliti topik ini. tujuan dan sasaran kebijakan sesuai

dengan yang diharapkan. Dalam

TINJAUAN PUSTAKA penerapannya kebijakan komunikasi

Implementasi Kebijakan Publik sangat diperlukan agar para pembuat

Secara etimologis Konsep implementasi kebijakan mauapun implementornya

berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. dapat konsisten dalam melaksanakan

Dalam kamus besar webster, to implement kebijakan yang akan diterapkan kepada
masyarakat. Terdapat tiga indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana

dapat dipakai untuk mengukur sumber daya mempengaruhi suatu

keberhasilan variabel komunikasi yaitu: implementasi kebijakan terdiri dari

Transformasi, Kejelasan, dan Konsistensi. Sumber daya manusia yang professional

Transformasi yaitu cara penyamapaian dan kompeten dalam mengelola sumber

informasi yang baik kepada para daya yang ada serta fasilitas pendukung

pelaksana kebijakan sehingga dapat seperti sarana dan prasarana yang

menghasilkan implementasi yang baik. memadai.

Kejelasan yaitu dimana dalam indikator ini

informasi yang diterima para pelaksana 3. Disposisi

kebijakan harus jelas dan tidak membuat ialah watak dan karakteristik yang

bingung sehingga mereka memahami apa dimiliki oleh implementor seperti

yang menjadi maksud, tujuan, dan sasaran kejujuran, komitmen dan demokratis.

dari kebijakan tersebut. Dan yang terakhir Disposisi atau sikap para pelaksana

yaitu konsistensi dimana informasi yang merupakan faktor penting dalam

sudah diberikan kepada pelaksana implementasi kebijakan. Jika

kebijakan harus dikerjakan secara implementasi kebijakan ingin berhasil

konsisten dan jelas. secara efektif dan efisien, maka para

pelaksana kebijakan tidak hanya

2. Sumber Daya mengetahui apa yang harus mereka

Meskipun suatu impelementasi lakukan namun juga harus memiliki

kebijakan sudah dikomunikasikan dengan kemauan untuk melaksanakannya,

jelas dan konsisten, namun apabila sehingga dalam praktiknya tidak terjadi

didalam pengimplementasiannya bias.

kekurangan sumber daya maka

implementasi tidak bisa berjalan dengan

efektif. Indikator-indikator yang


4. Struktur Birokrasi memberikan penjelasan yang komprehensif

Struktur organisasi yang bertugas tentang fenomena tersebut.

mengimplementasikan kebijakan memiliki Penelitian ini berfokus pada Implementasi

pengaruh yang signifikan terhadap Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di

implementasi kebijakan. Aspek dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam proses

struktur organisasi adalah Standard penelitian, karena penelitian ini menggunakan

Operating Procedure (SOP) dan pendekatan kualitatif, instrumen penelitiannya

fragmentasi. Struktur organisasi yang ialah saya sendiri sebagai peneliti dengan

terlalu panjang akan cenderung melakukan wawancara kepada pihak pelaksana

melemahkan pengawasan dan kebijakan yaitu pihak kemahasiswaan UNTIRTA

menimbulkan red-tape, yakni prosedur dengan menggunakan alat bantu berupa buku

birokrasi yang rumit dan kompleks, yang catatan, perekam suara, maupun kamera untuk

menjadikan aktivitas organisasi tidak mendokumentasikan. Dalam memperoleh data

fleksibel. pada penelitian ini, maka peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data berupa

METODE PENELITIAN observasi/pengamatan, wawancara, dan studi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan. Terdapat dua informan dalam

kuantitatif dan deskriptif. Whitney (1960) penelitian ini seperti informan kunci yakni pihak

mengatakan bahwa metode deskriptif adalah Kemahasiswaan UNTIRTA dan informan

menemukan fakta dan memberinya makna yang pendukung yakni Mahasiswa Penerima Beasiswa

tepat. Penelitian yang bertujuan untuk KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA.

menggambarkan suatu gejala, masalah aktual, Model interaktif yang dikembangkan oleh

atau peristiwa yang sedang berlangsung sekarang Miles dan Huberman dan dipublikasikan dalam

adalah dikenal sebagai penelitian deskriptif. Sugiyono (2002:246), reduksi data, penyajian

Metode penelitian kualitatif, di sisi lain, data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi

mengumpulkan data yang luas dengan maksud merupakan tiga langkah utama dalam analisis

data. data. Menurut William Wiersma (1986),


istilah “triangulasi” dalam pengujian kredibilitas Komunikasi

mengacu pada proses pemeriksaan data dari George C. Edwards III berpendapat bahwa

berbagai sumber dalam waktu yang berbeda- agar para aktor dapat secara konsisten

beda. (Sugiyono, 2007:273). mempersiapkan dan memutuskan langkah-

langkah alternatif untuk mewujudkan kebijakan

PEMBAHASAN publik tersebut, maka komunikasi kebijakan publik

Pembahasan hasil penelitian ini adalah perlu diketahui dengan memahami tujuan dari

data dan fakta-fakta yang peneliti dapatkan secara keputusan-keputusan mengenai kebijakan publik.

langsung dengan melakukan observasi di lapangan Komunikasi adalah hal-hal yang berkaitan dengan

dan wawancara kepada informan terkait penyampaian informasi, ide, keterlampilan,

penelitian ini yang kemudian disesuaikan dengan peraturan dan lain-lain menggunakan sarana

teori yang peneliti gunakan. Teori Implementasi tertentu kepada pihak yang akan menjadi pihak

George C Edward III dipilih dalam penelitian ini pelaksana kebijakan tersebut. Komunikasi

untuk dapat mengetahui bagaimana implementasi merupakan tolak ukur seberapa jauh kebijakan

program Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di dalam bentuk suatu peraturan telah disampaikan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh sebab itu, secara jelas dengan interpretasi yang sama dan

agar penelitian ini menjadi lebih baik dalam dapat dilakukan secara konsisten dengan aparat

pelaksanaanya maka harus mempengaruhi pelaksana peraturan tersebut.

keempat indikator implementasi kebijakan Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga

menurut Edward III yakni Komunikasi, informan, dapat diketahui bahwa komunikasi yang

Sumberdaya, Disposisi, serta Struktur Birokrasi. terjalin sudah baik dalam pengimplementasian

Berikut penjelasan tiap indikator dari teori program KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA, entah

implementasi kebijakan tersebut yang telah proses dari atas kebawah yakni dari puslapdik

disesuaikan dengan penelitian ini. yang memberikan sosialisasi kepada perguruan

tinggi maupun lldikti hingga proses secara

teknisnya yang dilakukan oleh pihak

kemahasiswaan yang kemudian dipantau dan


dibina oleh Rektor beserta jajarannya, hingga organisasi eksternal maupun orang

proses dari bawah yakni laporan dari mahasiswa berkepentingan dan argumen tersebut telah

penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka kepada disanggah oleh pihak kemahasiswaan itu sendiri.

koordinator tiap fakultasnya lalu di informasikan Ia menjelaskan bahwasanya mahasiswa yang

kepada organisasi yang menaungi mahasiswa menjadi pengganti merupakan mahasiswa yang

penerima beasiswa kipk tersebut yakni IKADIKSI sebelumnya mencalonkan diri namun tidak lolos

UNTIRTA dan dari IKADIKSI dikomunikasikan dalam penyeleksian karena disebabkan jumlah

Kembali kepada pihak kemahasiswaan dan kuota penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka

seterusnya akan diproses oleh pihak yang terbatas di UNTIRTA.

kemahasiswaan dan program KIP-Kuliah Merdeka

ini dapat dikatakan tepat sasaran dan terlaksana Sumber Daya

dengan baik. Hanya saja terkadang pihak Dalam Nugroho (2014), Van Matter dan

kemahasiswaan tidak komunikasi terlebih dahulu Van Horn menyatakan: 628) bahwa dukungan

kepada IKADIKSI UNTIRTA tapi langsung ke sumber daya, baik sumber daya manusia (human

Koordinator KIPK tiap fakultas. Dan kemarin ada resources) maupun sumber daya material

temuan dari irjen bahwa pihak kemahasiswaan (material resources) diperlukan untuk

belum melaksanakan monitoring dan evaluasi. terlaksananya program. Sumber daya manusia

Sedangkan untuk kriteria yang menjadi sasaran merupakan yang paling signifikan sebab selain

untuk menerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka di menjadi subyek implementasi kebijakan juga

UNTIRTA itu sendiri telah dijelaskan dengan baik merupakan obyek implementasi kebijakan. Dalam

dan berkesan positif dari informan tersebut. proses penegakan kebijakan, faktor sumber daya

Hanya saja ada beberapa mahasiswa yang ini memegang peranan penting. Hal ini

berpendapat terkait KIP-Kuliah Merdeka susulan menjelaskan bahwa betapapun jelasnya peraturan

ini dalam proses seleksinya tidak tepat sasaran perundang-undangan, seberapa akurat

sebab banyak rumor yang mengatakan peserta komunikasi (sosialisasi) ketentuan dan peraturan

KIP-Kuliah Merdeka pengganti ini berasal dari tersebut, bukan tidak mungkin kebijakan dapat

mahasiswa yang mampu hasil dari titipan dilaksanakan secara efektif jika pelaksana yang
bertanggung jawab kurang kompeten dan tidak Merdeka di UNTIRTA, Sumber Daya manusia pada

mampu melakukan tugasnya (Edward III dalam saat Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar

Nugroho, 2014: 636). Jumlah staf, keahlian dari Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng

para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup Tirtayasa bisa dikatakan terbatas dalam segi teknis

untuk mengimplementasikan kebijakan dan pelaksanaannya. Dari pihak kemahasiswaan yang

pemenuhan sumber-sumber terkait dalam mengurusi perihal KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA

pelaksanaan program, adanya kewenangan yang ini secara teknis hanya ada tiga orang saja yaitu bu

menjamin bahwa program dapat diarahkan Gina, pak Nuryadi dan pak Supriyadi. Namun

sebagaimana yang diharapkan, serta adanya dalam proses pelaksanaan program ini, mereka

fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai bertiga mempunya skill atau kemampuan maupun

untuk melakukan kegiatan program merupakan pengalaman yang baik di bidang ini. Hal itu

komponen yang terdapat pada sumber daya. Jika membuat program KIP-Kuliah Merdeka di

sumber daya manusia yang menjadi pihak UNTIRTA berjalan dengan baik pula. Selain itu

pelaksana kebijakan tidak memadai dalam segi ketiga pihak pelaksana tersebut juga dibantu oleh

jumlah maupun kemampuannya, hal itu pihak-pihak lain yang sekiranya terkait dengan

berdampak kepada ketidaksempurnaan proses program ini misalnya akademik, registrasi dan

pelaksanaan kebijakan tersebut, sebab mereka yang lainnya. Selain itu dari pihak Rektor beserta

tidak bisa melaksanakan pengawasan dengan jajarannya selalu melakukan pengawasan prihal

baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan program ini serta IKADIKSI UNTIRTA turut serta

terbatas, maka hal yang harus dilakukan adalah dalam pengoordinasian mahasiswa penerima

meningkatkan skill/ kemampuan para pelaksana beasiswa KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA. Adapun

untuk melaksanakan program. Untuk itu perlu fasilitas pendukung guna melancarkan program ini

adanya manajemen SDM yang baik agar dapat adalah alat percetakan seperti printer maupun

meningkatkan kinerja program. scanner, lalu komputer, kemudian whatsapp grup

Menurut hasil wawancara dengan ketiga dan juga website kemahasiswaan guna

informan yakni pihak kemahasiswaan dan dua komunikasi dua arah dengan mahasiswa penerima

mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah KIP-Kuliah Merdeka serta fasilitas lainnya.


Disposisi pelaksana kebijakan dalam melaksanakan

Edward III mengklaim (dalam Nugroho, tugasnya, seperti dalam melakukan tugasnya tidak

2014: 637), disposisi ini merupakan kemauan, pernah sekali pun melakukan pemungutan liar,

keinginan dan kecenderungan pelaku kebijakan, lalu proses implementasinya juga transparan, dan

serta tekad untuk tekun melaksanakan kebijakan selalu bekerja dengan tekun yang menjadikan

guna mencapai tujuan kebijakan. Disposisi proses implementasi program kipk merdeka di

pelaksana kebijakan meliputi kemauan, keinginan, untirta menjadi cepat, efektif dan efisien. Hal itu

dan kecenderungan mereka untuk dapat diketahui setelah melakukan wawancara

mengimplementasikan kebijakan secara efektif dengan pihak kemahasiswaan maupun mahasiswa

guna mencapai tujuan kebijakan. pelaksana penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka di

kebijakan akan mengembangkan disposisi ketika UNTIRTA.

menguntungkan bagi organisasi dan dirinya secara

pribadi. Pengetahuan, pemahaman, dan Struktur Birokrasi

pemahaman yang lebih mendalam tentang Pola hubungan kewenangan dan

kebijakan diperlukan untuk proses disposisi ini, koordinasi antar lembaga pelaksana (instansi)

yang mengarah pada sikap penerimaan, yang terkait dengan pelaksana kebijakan dapat

ketidakpedulian, dan bahkan penolakan terhadap diartikan sebagai pemahaman tentang struktur

kebijakan tersebut. Kebijakan yang ditolak oleh birokrasi atau organisasi. Struktur birokrasi dalam

pelaksana kebijakan, seperti organisasi yang implementasi kebijakan memegang peranan

merasa dirugikan dengan kebijakan yang ada, penting disamping faktor-faktor komunikasi,

adalah disposisi yang menyebabkan masalah sumber daya, dan perilaku pelak-sana. Salah satu

implementasi kebijakan. aspek yang paling mendasar dalam struktur

Sikap atau disposisi dari pihak pelaksana birokrasi ini adalah adanya Standard Operating

dalam proses implementasi Program Kartu Procedure (SOP). SOP memberi arah pada

Indonesia Pintar Kuliah di Universitas Sultan Ageng pelaksana atau implementor dalam hal

Tirtayasa sudah berjalan dengan baik, hal itu pemanfaatan waktu, tindakan-tindakan yang

dilihat dari kejujuran dan komitmen dari para dilakukan termasuk tindakan para pejabat. SOP
juga memberi ruang pada pelaksana dalam suatu transparansinya terkait mahasiswa penerima

organisasi bila terjadi mutasi atau perpindahan beasiswa KIP-Kuliah Merdeka pengganti pun

pegawai ke posisi lain. SOP memberi pijakan yang sudah terjawab langsung oleh bu Gina selaku

jelas pada pegawai agar dalam melaksanakan pihak pelaksana program KIPK merdeka ini,

aktivitas barunya tidak mencari-cari bagaimana dimana proses penyeleksian beasiswa KIP-Kuliah

cara mengerjakan sesuatu, kepada siapa dan apa Merdeka ini sangat ketat, hal itu dilihat dari

isi yang dituntut dalam pekerjaannya. beberapa persyaratan yang diperlukan agar

Menurut ketiga informan dalam mendapat beasiswa ini seperti yang telah

penelitian ini, Pada saat implementasi program dijelaskan sebelumnya, kemudian agar

kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di mempercepat proses penggantian mahasiswa

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa struktur penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka mereka

birokrasi yang ada sudah sesuai dengan SOP yang dipilih dari mahasiswa yang sebelumnya tidak

berlaku, hal itu dilihat dari proses mulai dari atas lolos dalam seleksi akibat jumlah kuota penerima

yakni komunikasi dengan Puslapdik kepada Rektor beasiswa KIP-Kuliah Merdeka yang terbatas. lalu

beserta jajarannya yang kemudian berkoordinasi perihal jadwal waktu pencairan uang saku

kepada pihak pelaksana kebijakan yaitu pihak mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah

kemahasiswaan sudah berjalan dengan baik dan Merdeka terlambat disebabkan oleh adanya

lancar hingga akhirnya yakni komunikasi kepada beberapa mahasiswa yang belum melakukan

mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah registrasi ulang di tiap semesternya, hal itu yang

Merdeka di UNTIRTA. dapat menghambat proses pencairan uang saku

Dari keempat variabel tersebut maupun proses mahasiswa penerima beasiswa

Impelemtasi Program Kartu Indonesia Pintar KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA.

Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa sudah terpenuhi semuanya dan terkesan SIMPULAN DAN SARAN

positif karena pelaksanaannya yang baik. Untuk Simpulan

masalah program KIP-Kuliah Merdeka yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah

terkesan tidak tepat sasaran maupun kurang dilaksanakan dan dipaparkan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa proses Implementasi beasiswa KIP-Kuliah Merdeka maupun proses krs

Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di nya, hal itu disebabkan oleh beberapa mahasiswa

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa telah yang belum melakukan registrasi ulang di tiap

terlaksana dengan baik dilihat dari seluruh semesternya yang menyebabkan terhambatnya

variabel yang terdapat pada teori implementasi proses pencairan uang saku maupun proses

kebijakan George C Edward III yang telah mahasiswa KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA.

terlaksana dengan baik oleh pihak kemahasiswaan

selaku pihak pelaksana secara teknis dalam proses Saran

implementasi program KIP-Kuliah Merdeka di Jika melihat proses Implementasi Program

UNTIRTA. Terkait permasalahan yang terjadi pun Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di

sudah terjawab dengan baik oleh pihak Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Adapun saran

kemahasiswaan seperti KIP-Kuliah Merdeka yang dari peneliti perihal implementasi tersebut adalah

tidak tepat sasaran dan kurangnya transparansi lebih diperbaiki lagi koordinasi antar

penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka pengganti kemahasiswaan dengan IKADIKSI UNTIRTA selaku

sebenarnya tidak terjadi karena proses organisasi yang menaungi mahasiswa penerima

penyeleksian beasiswa KIP-Kuliah Merdeka sangat beasiswa KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA,

ketat hal itu dilihat dari beberapa persyaratan kemudian lebih diperbanyak lagi sumber daya

yang diperlukan agar mendapat beasiswa ini manusia yang melaksanakan implementasi

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, program KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA, serta

kemudian agar mempercepat proses penggantian melakukan pemantauan yang lebih baik lagi agar

mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah

Merdeka, oleh sebab itu mereka dipilih dari Merdeka di UNTIRTA tidak terlambat lagi dalam

mahasiwa yang sebelumnya tidak lolos dalam proses pengisian data registrasi ulang tiap

seleksi akibat jumlah kuota penerima beasiswa semesternya.

KIP-Kuliah Merdeka yang terbatas, lalu menjawab

dari pertanyaan seringnya terlambat perihal

waktu pencairan uang saku mahasiswa penerima


DAFTAR PUSAKA

ABRAM, A. A. E. P., TULUSAN, F., & LONDA, V.


(2018). Implementasi Program Kartu
Indonesia Pintar di SMK Negeri 1 Kaidipang
Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara. Jurnal Administrasi Publik, 4(58).
Anta, I. G. K. C. B., & Simanungkalit, Y. T. S. (2022).
Implementasi Insentif Pajak Menurut Model
G Edward III. Jurnal Pajak dan Keuangan
Negara (PKN), 3(2), 236-248.
Cahyaningsih, R. I. (2018). Pendistribusian Kartu
Indonesia Pintar (KIP). Didaktik: Jurnal
Ilmiah PGSD STKIP Subang, 4(1), 147-162.
Prasetyono, D. W. (2018). Implementasi Program
Kartu Indonesia Pintar (KIP) Di SMA Negeri
2 Dumoga. MAP (Jurnal Manajemen Dan
Administrasi Publik), 1(01), 15-30.
Rohmah, E. N. L., & Kasmawanto, Z. (2022).
Implementasi Program Kartu Indonesia
Pintar Kuliah di Perguruan Tinggi
Swasta. Madani Jurnal Politik Dan Sosial
Kemasyarakatan, 14(1), 85-104.
Setyawan, D., & Srihardjono, N. B. (2016). Analisis
Implementasi Kebijakan Undang-Undang
Desa Dengan Model Edward III Di Desa
Landungsari Kabupaten
Malang. Reformasi, 6(2).

Anda mungkin juga menyukai