ABSTRAK
Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka (KIP-Kuliah Merdeka) merupakan salah satu program Indonesia Pintar
di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui Kemendikbudristek berupa bantuan uang tunai,
perluasan akses dan kesempatan belajar yang diberikan kepada para pelajar dengan latar belakang keluarga
yang miskin atau rentan miskin di seluruh Indonesia untuk membiayai Pendidikan. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui Implementasi Program KIP-Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(UNTIRTA), sebab dalam pelaksanaannya terdapat beberapa isu yang menyatakan program KIP–Kuliah
Merdeka tidak tepat sasaran, jadwal pencairan uang saku dan proses KRS yang terlambat, serta kurangnya
transparansi bagi mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka Pengganti.Guna menjawab isu-isu
tersebut, peneliti menggunakan teori Implementasi Kebijakan dari George C Edward III dengan keempat
indikatornya yaitu Komunikasi, Sumber daya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi dengan menggunakan metode
penelitian Kualitatif Deskriptif. Temuan penelitian dalam riset ini bahwa pelaksanaan program KIP-Kuliah
Merdeka telah terlaksana dengan baik, mulai dari proses penyeleksian yang sangat ketat, mahasiswa yang
menjadi pengganti penerima beasiswa KIP-Kuliah adalah mahasiswa yang sebelumnya mencalonkan diri
namun tidak lolos, Serta yang menjadi hambatan bagi proses pencairan uang saku maupun proses KRS adalah
mahasiswa yang telat mengisi registrasi ulang yang telah dihimbau sebelumnya.
ABSTRACT
The Indonesia Smart Card for Merdeka College (KIP-Kuliah Merdeka) is one of the Smart Indonesia programs
during the administration of President Joko Widodo through the Ministry of Education and Culture in the form
of cash assistance, expanding access and learning opportunities provided to students with poor or vulnerable
family backgrounds in throughout Indonesia to finance education. This research was conducted to find out
the Implementation of the KIP-Independence College Program at Sultan Ageng Tirtayasa University
(UNTIRTA), because in its implementation there were several issues which stated that the KIP-Independence
College program was not on target, the schedule for disbursing pocket money and the KRS process was
delayed, and there was a lack of transparency for students receiving the KIP-Kuliah Merdeka Replacement
scholarship. In order to answer these issues, researchers used the theory of Policy Implementation from
George C Edward III with its four indicators namely Communication, Resources, Disposition, and Bureaucratic
Structure using a Descriptive Qualitative research method. The research findings in this research are that the
implementation of the KIP-Kuliah Merdeka program has been carried out well, starting from a very strict
selection process, students who are substitutes for KIP-Kuliah scholarship recipients are students who
previously nominated themselves but did not pass, as well as those who become obstacles to the process
disbursement of pocket money and the KRS process are students who are late in filling out the re-registration
Key Words : Indonesia Smart Card Free Lecture, Policy Implementation Theory Edward III
Pendidikan dan Kebudayaan) Permendikbud No. dengan Pasal 28C dan Pasal 31 ayat (1) dan ayat
10 Tahun 2020 Tentang Program Indonesia Pintar, (2) Undang-Undang Dasar 1945, dimana setiap
pemerintahan yang di oleh Presiden Joko Widodo warga negara berhak untuk
menyatatakan bahwa Program Indonesia Pintar mendapatkan pendidikan serta wajib mengikuti
sebagai salah satu upaya pemerintah untuk pendidikan dasar dan pemerintah wajib
universal atau rintisan wajib belajar 12 (dua belas) Program Indonesia Pintar (PIP)
tahun dan untuk meningkatkan perluasan akses merupakan program bantuan yang diberikan oleh
dan kesempatan belajar di perguruan tinggi, perlu pemerintah melalui Kementrian Pendidikan,
perluasan akses dan kesempatan belajar yang mempengaruhi besaran UKT maupun uang saku
diberikan kepada para pelajar dengan latar yang diterima oleh mahasiswa penerima beasiswa
belakang keluarga yang miskin atau rentan miskin KIP – Kuliah Merdeka. Besaran UKT yang diperoleh
di seluruh Indonesia untuk membiayai Pendidikan oleh mahasiswa KIP – Kuliah merdeka disesuaikan
melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kartu dengan akreditasi jurusan yang ia tempuh.
Indonesia Pintar (KIP) terbagi menjadi 2 golongan semakin tinggi akreditas jurusan pada universitas
yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang yang ia tempuh, semakin besar pula jumlah
manfaatnya bisa dirasakan oleh para pelajar bayaran UKT nya. Pada uang saku mahasiswa KIP
tingkat SD/SMP/SMA dan Kartu Indonesia Pintar – Kuliah Merdeka pun bertambah yang tadinya Rp.
Kuliah (KIP – Kuliah) yang manfaatnya bisa 4,2 juta menjadi Rp. 5,7 juta.
dirasakan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atau
yang kurang mampu baik berkuliah di Perguruan yang biasa disebut dengan singkatan UNTIRTA
Adapun jumlah besaran beasiswa yang Banten yang menjadi salah satu perguruan tinggi
diterima oleh tiap mahasiswa yakni Rp. 6 juta yang yang menerima mahasiswa beasiswa KIP – Kuliah
kemudian Rp. 2,4 juta di serahkan kepada pihak Merdeka, baik melalui jalur Seleksi Nasional
kampus sebagai bayaran Uang Kuliah Tunggal Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
(UKT) dan Rp. 4,2 juta diserahkan kepada maupun Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
mahasiswa sebagai uang saku mereka guna Negeri (SBMPTN). Hingga kini ada 1.363
membeli keperluan perkuliahan. Namun setelah mahasiswa penerima beasiswa KIP – Kuliah
satu tahun program KIP – Kuliah berjalan, program Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
tersebut digantikan dengan nama lain yakni KIP – terhitung dari Angkatan 2021 sebanyak 763
Kuliah Merdeka. Perbedaan dari kedua program mahasiswa dan 600 mahasiswa baru Angkatan
tersebut terdapat pada jumlah besaran 2022 yang terbagi di dalam beberapa fakultas
anggarannya seperti pada KIP – Kuliah sebesar Rp. seperti FISIP sebanyak 140 mahasiswa, FAPERTA
1,3 triliun, sedangkan pada KIP – Kuliah Merdeka sebanyak 209 mahasiswa, FKIP sebanyak 615
mahasiswa, FT sebanyak 127 mahasiswa, FH (mengimplementasikan) berati to provide the
sebanyak 115 mahasiswa, FEB sebanyak 151 means for carrying out (menyediakan sarana
beberapa mahasiswa yang mengatakan bahwa (2009: 19) mendefinisikan kebijakan publik
program KIP – Kuliah Merdeka ini tidak tepat sebagai “ is whatever government choose to do or
sasaran, Kemudian masalah terkait jadwal not to do” ( apapun yang dipilih pemerintah untuk
pencairan dana beasiswa KIP – Kuliah Merdeka dilakukan atau untuk tidak dilakukan).
kurangnya transparansi terhadap mahasiswa Menurut George C Edward III (dalam Subarsono,
penerima beasiswa KIP – Kuliah yang digantikan, 2011:90-92) dipengaruhi oleh empat variable
masalah prihal KIP – Kuliah Merdeka lainnya yang penyampain informasi kebijakan dari
Karena masalah – masalah tersebut peneliti kebijakan dengan maksud agar mencapai
tertarik untuk meneliti topik ini. tujuan dan sasaran kebijakan sesuai
berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. dapat konsisten dalam melaksanakan
Dalam kamus besar webster, to implement kebijakan yang akan diterapkan kepada
masyarakat. Terdapat tiga indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana
informasi yang baik kepada para daya yang ada serta fasilitas pendukung
kebijakan harus jelas dan tidak membuat ialah watak dan karakteristik yang
yang menjadi maksud, tujuan, dan sasaran kejujuran, komitmen dan demokratis.
dari kebijakan tersebut. Dan yang terakhir Disposisi atau sikap para pelaksana
jelas dan konsisten, namun apabila sehingga dalam praktiknya tidak terjadi
pengaruh yang signifikan terhadap Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di
implementasi kebijakan. Aspek dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam proses
fragmentasi. Struktur organisasi yang ialah saya sendiri sebagai peneliti dengan
menimbulkan red-tape, yakni prosedur dengan menggunakan alat bantu berupa buku
birokrasi yang rumit dan kompleks, yang catatan, perekam suara, maupun kamera untuk
kuantitatif dan deskriptif. Whitney (1960) penelitian ini seperti informan kunci yakni pihak
menemukan fakta dan memberinya makna yang pendukung yakni Mahasiswa Penerima Beasiswa
menggambarkan suatu gejala, masalah aktual, Model interaktif yang dikembangkan oleh
atau peristiwa yang sedang berlangsung sekarang Miles dan Huberman dan dipublikasikan dalam
adalah dikenal sebagai penelitian deskriptif. Sugiyono (2002:246), reduksi data, penyajian
mengumpulkan data yang luas dengan maksud merupakan tiga langkah utama dalam analisis
mengacu pada proses pemeriksaan data dari George C. Edwards III berpendapat bahwa
berbagai sumber dalam waktu yang berbeda- agar para aktor dapat secara konsisten
Pembahasan hasil penelitian ini adalah perlu diketahui dengan memahami tujuan dari
data dan fakta-fakta yang peneliti dapatkan secara keputusan-keputusan mengenai kebijakan publik.
langsung dengan melakukan observasi di lapangan Komunikasi adalah hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian ini yang kemudian disesuaikan dengan peraturan dan lain-lain menggunakan sarana
teori yang peneliti gunakan. Teori Implementasi tertentu kepada pihak yang akan menjadi pihak
George C Edward III dipilih dalam penelitian ini pelaksana kebijakan tersebut. Komunikasi
untuk dapat mengetahui bagaimana implementasi merupakan tolak ukur seberapa jauh kebijakan
program Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di dalam bentuk suatu peraturan telah disampaikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh sebab itu, secara jelas dengan interpretasi yang sama dan
agar penelitian ini menjadi lebih baik dalam dapat dilakukan secara konsisten dengan aparat
menurut Edward III yakni Komunikasi, informan, dapat diketahui bahwa komunikasi yang
Sumberdaya, Disposisi, serta Struktur Birokrasi. terjalin sudah baik dalam pengimplementasian
Berikut penjelasan tiap indikator dari teori program KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA, entah
implementasi kebijakan tersebut yang telah proses dari atas kebawah yakni dari puslapdik
proses dari bawah yakni laporan dari mahasiswa berkepentingan dan argumen tersebut telah
penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka kepada disanggah oleh pihak kemahasiswaan itu sendiri.
kepada organisasi yang menaungi mahasiswa menjadi pengganti merupakan mahasiswa yang
penerima beasiswa kipk tersebut yakni IKADIKSI sebelumnya mencalonkan diri namun tidak lolos
UNTIRTA dan dari IKADIKSI dikomunikasikan dalam penyeleksian karena disebabkan jumlah
Kembali kepada pihak kemahasiswaan dan kuota penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka
dengan baik. Hanya saja terkadang pihak Dalam Nugroho (2014), Van Matter dan
kemahasiswaan tidak komunikasi terlebih dahulu Van Horn menyatakan: 628) bahwa dukungan
kepada IKADIKSI UNTIRTA tapi langsung ke sumber daya, baik sumber daya manusia (human
Koordinator KIPK tiap fakultas. Dan kemarin ada resources) maupun sumber daya material
temuan dari irjen bahwa pihak kemahasiswaan (material resources) diperlukan untuk
belum melaksanakan monitoring dan evaluasi. terlaksananya program. Sumber daya manusia
Sedangkan untuk kriteria yang menjadi sasaran merupakan yang paling signifikan sebab selain
untuk menerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka di menjadi subyek implementasi kebijakan juga
UNTIRTA itu sendiri telah dijelaskan dengan baik merupakan obyek implementasi kebijakan. Dalam
dan berkesan positif dari informan tersebut. proses penegakan kebijakan, faktor sumber daya
Hanya saja ada beberapa mahasiswa yang ini memegang peranan penting. Hal ini
berpendapat terkait KIP-Kuliah Merdeka susulan menjelaskan bahwa betapapun jelasnya peraturan
ini dalam proses seleksinya tidak tepat sasaran perundang-undangan, seberapa akurat
sebab banyak rumor yang mengatakan peserta komunikasi (sosialisasi) ketentuan dan peraturan
KIP-Kuliah Merdeka pengganti ini berasal dari tersebut, bukan tidak mungkin kebijakan dapat
mahasiswa yang mampu hasil dari titipan dilaksanakan secara efektif jika pelaksana yang
bertanggung jawab kurang kompeten dan tidak Merdeka di UNTIRTA, Sumber Daya manusia pada
mampu melakukan tugasnya (Edward III dalam saat Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar
Nugroho, 2014: 636). Jumlah staf, keahlian dari Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng
para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup Tirtayasa bisa dikatakan terbatas dalam segi teknis
pelaksanaan program, adanya kewenangan yang ini secara teknis hanya ada tiga orang saja yaitu bu
menjamin bahwa program dapat diarahkan Gina, pak Nuryadi dan pak Supriyadi. Namun
sebagaimana yang diharapkan, serta adanya dalam proses pelaksanaan program ini, mereka
fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai bertiga mempunya skill atau kemampuan maupun
untuk melakukan kegiatan program merupakan pengalaman yang baik di bidang ini. Hal itu
komponen yang terdapat pada sumber daya. Jika membuat program KIP-Kuliah Merdeka di
sumber daya manusia yang menjadi pihak UNTIRTA berjalan dengan baik pula. Selain itu
pelaksana kebijakan tidak memadai dalam segi ketiga pihak pelaksana tersebut juga dibantu oleh
jumlah maupun kemampuannya, hal itu pihak-pihak lain yang sekiranya terkait dengan
berdampak kepada ketidaksempurnaan proses program ini misalnya akademik, registrasi dan
pelaksanaan kebijakan tersebut, sebab mereka yang lainnya. Selain itu dari pihak Rektor beserta
tidak bisa melaksanakan pengawasan dengan jajarannya selalu melakukan pengawasan prihal
baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan program ini serta IKADIKSI UNTIRTA turut serta
terbatas, maka hal yang harus dilakukan adalah dalam pengoordinasian mahasiswa penerima
meningkatkan skill/ kemampuan para pelaksana beasiswa KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA. Adapun
untuk melaksanakan program. Untuk itu perlu fasilitas pendukung guna melancarkan program ini
adanya manajemen SDM yang baik agar dapat adalah alat percetakan seperti printer maupun
Menurut hasil wawancara dengan ketiga dan juga website kemahasiswaan guna
informan yakni pihak kemahasiswaan dan dua komunikasi dua arah dengan mahasiswa penerima
Edward III mengklaim (dalam Nugroho, tugasnya, seperti dalam melakukan tugasnya tidak
2014: 637), disposisi ini merupakan kemauan, pernah sekali pun melakukan pemungutan liar,
keinginan dan kecenderungan pelaku kebijakan, lalu proses implementasinya juga transparan, dan
serta tekad untuk tekun melaksanakan kebijakan selalu bekerja dengan tekun yang menjadikan
guna mencapai tujuan kebijakan. Disposisi proses implementasi program kipk merdeka di
pelaksana kebijakan meliputi kemauan, keinginan, untirta menjadi cepat, efektif dan efisien. Hal itu
kebijakan diperlukan untuk proses disposisi ini, koordinasi antar lembaga pelaksana (instansi)
yang mengarah pada sikap penerimaan, yang terkait dengan pelaksana kebijakan dapat
ketidakpedulian, dan bahkan penolakan terhadap diartikan sebagai pemahaman tentang struktur
kebijakan tersebut. Kebijakan yang ditolak oleh birokrasi atau organisasi. Struktur birokrasi dalam
merasa dirugikan dengan kebijakan yang ada, penting disamping faktor-faktor komunikasi,
adalah disposisi yang menyebabkan masalah sumber daya, dan perilaku pelak-sana. Salah satu
Sikap atau disposisi dari pihak pelaksana birokrasi ini adalah adanya Standard Operating
dalam proses implementasi Program Kartu Procedure (SOP). SOP memberi arah pada
Indonesia Pintar Kuliah di Universitas Sultan Ageng pelaksana atau implementor dalam hal
Tirtayasa sudah berjalan dengan baik, hal itu pemanfaatan waktu, tindakan-tindakan yang
dilihat dari kejujuran dan komitmen dari para dilakukan termasuk tindakan para pejabat. SOP
juga memberi ruang pada pelaksana dalam suatu transparansinya terkait mahasiswa penerima
organisasi bila terjadi mutasi atau perpindahan beasiswa KIP-Kuliah Merdeka pengganti pun
pegawai ke posisi lain. SOP memberi pijakan yang sudah terjawab langsung oleh bu Gina selaku
jelas pada pegawai agar dalam melaksanakan pihak pelaksana program KIPK merdeka ini,
aktivitas barunya tidak mencari-cari bagaimana dimana proses penyeleksian beasiswa KIP-Kuliah
cara mengerjakan sesuatu, kepada siapa dan apa Merdeka ini sangat ketat, hal itu dilihat dari
isi yang dituntut dalam pekerjaannya. beberapa persyaratan yang diperlukan agar
Menurut ketiga informan dalam mendapat beasiswa ini seperti yang telah
penelitian ini, Pada saat implementasi program dijelaskan sebelumnya, kemudian agar
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa struktur penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka mereka
birokrasi yang ada sudah sesuai dengan SOP yang dipilih dari mahasiswa yang sebelumnya tidak
berlaku, hal itu dilihat dari proses mulai dari atas lolos dalam seleksi akibat jumlah kuota penerima
yakni komunikasi dengan Puslapdik kepada Rektor beasiswa KIP-Kuliah Merdeka yang terbatas. lalu
beserta jajarannya yang kemudian berkoordinasi perihal jadwal waktu pencairan uang saku
kepada pihak pelaksana kebijakan yaitu pihak mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah
kemahasiswaan sudah berjalan dengan baik dan Merdeka terlambat disebabkan oleh adanya
lancar hingga akhirnya yakni komunikasi kepada beberapa mahasiswa yang belum melakukan
mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah registrasi ulang di tiap semesternya, hal itu yang
masalah program KIP-Kuliah Merdeka yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
terkesan tidak tepat sasaran maupun kurang dilaksanakan dan dipaparkan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa proses Implementasi beasiswa KIP-Kuliah Merdeka maupun proses krs
Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di nya, hal itu disebabkan oleh beberapa mahasiswa
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa telah yang belum melakukan registrasi ulang di tiap
terlaksana dengan baik dilihat dari seluruh semesternya yang menyebabkan terhambatnya
variabel yang terdapat pada teori implementasi proses pencairan uang saku maupun proses
kebijakan George C Edward III yang telah mahasiswa KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA.
UNTIRTA. Terkait permasalahan yang terjadi pun Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di
sudah terjawab dengan baik oleh pihak Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Adapun saran
kemahasiswaan seperti KIP-Kuliah Merdeka yang dari peneliti perihal implementasi tersebut adalah
tidak tepat sasaran dan kurangnya transparansi lebih diperbaiki lagi koordinasi antar
penerima beasiswa KIP-Kuliah Merdeka pengganti kemahasiswaan dengan IKADIKSI UNTIRTA selaku
sebenarnya tidak terjadi karena proses organisasi yang menaungi mahasiswa penerima
ketat hal itu dilihat dari beberapa persyaratan kemudian lebih diperbanyak lagi sumber daya
yang diperlukan agar mendapat beasiswa ini manusia yang melaksanakan implementasi
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, program KIP-Kuliah Merdeka di UNTIRTA, serta
kemudian agar mempercepat proses penggantian melakukan pemantauan yang lebih baik lagi agar
Merdeka, oleh sebab itu mereka dipilih dari Merdeka di UNTIRTA tidak terlambat lagi dalam
mahasiwa yang sebelumnya tidak lolos dalam proses pengisian data registrasi ulang tiap