Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sigit Prayogi

Npm : 1636020015

Prodi : Administrasi Publik

Analisis Kebijakan studi kasus "Masih Gagalnya Kebijakan KJP dan KJP PLUS di DKI
Jakarta"

Kartu Jakarta Pintar

Kartu Jakarta Pintar (KJP) adalah program strategis untuk memberikan akses bagi warga
DKI Jakarta dari kalangan masyarakat tidak mampu untuk mengenyam pendidikan minimal
sampai dengan tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta.
Manfaat dan dampak positif yang diharapkan dari siswa penerima KJP, antara lain :

1. Seluruh warga DKI Jakarta menamatkan pendidikan minimal sampai dengan jenjang
SMA/SMK

2. Mutu pendidikan di Provinsi DKI Jakarta meningkat secara signifikan

3. Peningkatan pencapaian target Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar dan
menengah

Siswa miskin adalah peserta didik pada jenjang satuan pendidikan sekolah dasar sampai
dengan menengah yang secara personal dinyatakan tidak mampu baik secara materi maupun
penghasilan orang tuanya yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar pendidikan.
Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud mencakup : seragam, sepatu, dan tas sekolah, biaya
transportasi, makanan serta biaya ekstrakurikuler. Berdasarkan pengertian tersebut, maka untuk
kepentingan pemenuhan kriteria program pemberian BPSM bagi peserta didik SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA melalui Kartu Jakarta Pintar. Selain kartu
jakarta pintar, Pak Anies menciptakan kartu jakarta pintar plus.
KJP Plus

KJP Plus adalah pembaruan terhadap KJP di bawah kepemimpinan Anies Baswedan dan
Sandiaga Uno. Pembaruan ini menjanjikan penerima yang lebih luas, termasuk peserta Kejar
Paket, madrasah, dan kursus. Untuk keluarga tidak mampu KJP Plus juga bisa diuangkan.
Program ini juga dirancang agar bisa terintegrasi dengan Kartu Indonesia Pintar.

Penyebab gagalnya kebijakan KJP maupun KJP plus

1). Tidak tepat sasaran, jadi di dalam pendistribusian atau pembagian KJP maupun KJP plus
terhadap peserta didik di DKI Jakarta tidak tepat sasaran sampai saat ini. Karena masih banyak
peserta didik di DKI Jakarta yang kurang mampu tidak mendapatkan dan menerima bantuan KJP
maupun KJP plus. Seharusnya KJP atau KJP plus di prioritaskan untuk peserta didik yang kurang
mampu untuk membantu peserta didik dalam mendapatkan pendidikan yang merata dengan
peserta didik yang mampu. Tetapi kenyataannya masih banyak peserta didik yg mampu di DKI
Jakarta mendapatkan dan menerima KJP maupun KJP plus. Seperti orang kaya yang mempunyai
mobil dan motor mendapatkan KJP maupun KJP plus sedangkan yang kurang mampu tidak
mendapatkan KJP maupun KJP plus. Seharusnya pemerintah harus melakukan penelusuran
apakah pendistribusian KJP maupun KJP plus sudah sesuai atau belum jika dana KJP maupun
KJP plus didapatkan oleh peserta didik yang kurang mampu berarti kebijakan tersebut berhasil
tetapi jika yang mendapat dana KJP maupun KJP plus adalah peserta didik yang kaya atau
mampu maka pemerintah DKI Jakarta harus cepat mencabut dana KJP maupun KJP plus.

2). Salah dalam penggunaannya, masih banyak peserta didik yang mendapatkan dan menerima
KJP maupun KJP plus menggunakan dana tersebut bukan untuk keperluan pendidikan tetapi
untuk keperluan yang lain seperti membeli sembako, handphone, DP motor dan sebagainya.
Seharusnya dana tersebut untuk keperluan pendidikan seperti membeli tas, buku , peralatan tulis ,
baju seragam dan sebagainya. Sebaiknya untuk peserta didik yg salah didalam penggunaan KJP
maupun KJP plus harus diberi sanksi yg tegas agar tidak melanggar dan dana tersebut digunakan
hanya untuk digunakan untuk keperluan pendidikan. Jika masih melanggar maka pemerintah
harus tegas untuk mencabut KJP maupun KJP plus milik peserta didik yang masih
melanggarnya.
3). Pembuatan surat SKTM (surat keterangan tidak mampu) yang sangat mudah, yang
dimaksud sangat mudah disini adalah masih banyaknya peserta didik yg kaya atau mampu bisa
lolos dan mendapatkan surat SKTM dengan mudah, dimana surat SKTM ini adalah syarat
Pertaman didalam pembuatan KJP maupun KJP plus. Seharusnya pak RT atau Bu RT harus tegas
didalam pembuatan SKTM sebelum dilanjutkan pembuatan di RW dan juga di Kelurahan , jika
yang membuat SKTM adalah penting tidak mampu maka dilanjutkan jika yg membuat SKTM
adalah orang kaya atau mampu maka jangan diperbolehkan atau jangan dilanjutkan.

Selanjutnya pemerintah harus melakukan evaluasi kebijakan sebagai berikut.

• Melakukan proses pendataan awal dan pengecekan saat survei awal menjadi proses krusial
sehingga perlu diperhatikan dengan seksama agar penerima KJP maupun KJP plus benar-benar
warga yang tidak mampu.

• Menjadikan Sekolah sebagai elemen penting dalam proses penyaluran dana KJP maupun KJP
plus supaya berjalan efektif dan tepat sasaran. Serta posisi kepala sekolah menjadi krusial dalam
penentuan siapa saja yang berhak diajukan untuk mendapat dana KJP maupun KJP plus. Sekolah
menjadi penyaring awal agar dana ini tepat sasaran.

• Kemudian Pemerintah DKI harus memberi kesempatan kepada anak bangsa yang belum
terjaring oleh program pemerintah dan belum masuk bangku sekolah untuk mendapatkan dana
KJP maupun KJP plus. Oleh karena itu, kerjasama dengan Dinas Sosial dan dinas lainnya untuk
menjaring anak-anak usia sekolah dan memberikan bantuan dana menjadi kebutuhan mendesak.
Dana KJP maupun KJP plus harus mampu dioptimalkan untuk membiayai mereka yang tidak
mampu dan kesulitan mengakses bantuan pemerintah, sebab pemerintah berkewajiban
memberikan akses pendidikan bagi setiap anak bangsa.

• Dan yang terakhir melakukan monitoring dan evaluasi penyaluran data KJP maupun KJP plus
harus dilakukan secara periodik dan tidak hanya bersifat administratif. Kontrol yang ketat dari
pemerintah diperlukan agar dana KJP maupun KJP plus tidak terbuang sia-sia dan optimal bagi
peningkatan layanan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai