Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan setiap

warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai

dengan minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, status

ekonomi, suku etnis, agama dan gender, hal tersebut tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003. Pemerataan akses dan peningkatan mutu

pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life

skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan seutuhnya serta masyarakat

madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.

Pasal 34 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah

menjamin terselenggaranya wajib belajar pendidikan dasar tanpa memungut

biaya. Penyelenggaraan program wajib belajar merupakan bagian dari kebijakan

pendidikan di Indonesia dalam mencapai pendidikan untuk semua (education for

all). Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh

lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Oleh karena

itu pembangunan pendidikan harus terus dilakukan oleh pemerintah dengan

mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2010-

2014 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-

2025. Dalam Renstra Kemendiknas 2010-2014 terdapat pengelompokkan program

pendidikan menjadi beberapa kelompok program berdasarkan jenjang pendidikan.

1
Salah satu di antaranya Program Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan

Dasar. Demi tercapainya tujuan program tersebut pemerintah meningkatkan

penyediaan, sarana dan prasarana, penerapan sistem pembelajaran SD/SDLB dan

SMP/SMPLB bermutu yang merata di seluruh propinsi, kabupaten, dan kota.

Selain itu juga pemerintah memberikan subsidi untuk meningkatkan

keterjangkauan layanan pendidikan SD/SDLB dan SMP/SMPLB bermutu yang

merata di seluruh propinsi, kabupaten, dan kota (Renstra Kemendiknas 2010-

2014, Bab V 5.4.3 dan 5.4.4). Pencapaian target program Pendidikan TK dan

Dasar dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut, di antaranya penjaminan

kepastian layanan pendidikan SMP, penyediaan subsidi pendidikan SMP/SMPLB

berkualitas dan peningkatan akses dan mutu PK dan PLK TKLB/SDLB/SMPLB.

Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IX Pasal 35 mengenai

Standar Nasional Pendidikan ayat 1 menunjukkan Standar Nasional pendidikan

terdiri atas standar isi, standar proses, tenaga kependidikan, sarana prasarana,

pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara

berencana dan berkala. Berdasarkan Peraturan Pemerintah(PP) RI Nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan menerangkan kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Tetapi di sekolah terpencil, terpencar dan terisolir masih ada sekolah yang

belum memenuhi delapan (8) standar yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan. Berdasarkan penelitian dari Samanan (2009) mengenai SD-SMP

Satu Atap di Kabupaten Jember menunjukkan adanya kendala dalam percepatan

program Wajib Belajar 9 tahun pada beberapa siswa Sekolah Dasar di daerah

2
terpencil, terisolir dan terpencar. Pada penelitian Tabun (2009) mengenai SD-

SMP Satu Atap di Kabupaten Kupang menunjukkan rendahnya mutu pendidikan

di Kabupaten Kupang sebagai akibat kuantitas dari guru yang diangkat oleh

Pemda Kabupaten Kupang kurang, distribusi guru yang tidak merata terutama di

daerah terpencil, terisolir dan terpencar di Kabupaten Kupang. Kewenangan

mengajar guru-guru SD-SMP Satu Atap tersebut 75 % tidak memiliki kualifikasi

S-1/ D IV dan kompetensi profesional guru sangat rendah. Sedangkan Miarsih

(2009) dalam penelitiannya tentang kajian penentuan lokasi gedung SD-SMP

Satu Atap di kabupaten Demak menunjukkan kendala yang dihadapi sehubungan

masalah pendanaan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB). Untuk mengatasi

masalah pendanaan pembangunan USB SMP pemerintah mengeluarkan kebijakan

SD- SMP Satu Atap di mana lokasi gedung SMP menjadi satu dengan SD yang

ditetapkan menjadi SMP Satu Atap.

Oleh karena itu dalam rangka mencerdaskan bangsa dan mencapai

pendidikan untuk semua melalui peningkatan daya tampung, peningkatan mutu

dan pendekatan SMP dengan tempat konsentrasi lulusan SD/MI yang tidak

mampu menjangkau maka pemerintah mendirikan SD-SMP SATU ATAP

(Pendidikan Dasar Terpadu). Sedangkan untuk mewujudkan amanat pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

serta pasal 31 UUD 1945 ayat 1 dan 2 maka pemerintah mencanangkan Program

Wajib Belajar 9 Tahun. Program Wajib Belajar 9 Tahun tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 bertujuan mengupayakan

perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

negara Indonesia. Dalam hal ini pemerintah wajib belajar memberikan pendidikan

3
minimal bagi warga Negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi

dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tetapi pada kenyataannya di daerah terpencil, terpencar, dan terisolir

belum didirikan SMP, atau SMP yang sudah ada berada di luar jangkauan lulusan

SD setempat sehingga ada kesulitan lulusan SD/MI untuk melanjutkan ke jenjang

SMP. Akibatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP masih rendah. Data dari

Renstra Kemendiknas 2010-2014 dapat diketahui bahwa Angka Partisipasi Murni

(APM) untuk tingkat kabupaten pada tahun 2009 adalah sebesar 71,1 % dan pada

tahun 2010 adalah sebesar 74,9 % yang berarti ada peningkatan APM sebesar 3,8

%. Namun data tersebut menunjukkan bahwa masih ada 25,1 % peserta

didik/MI/Pendidikan setara yang berusia 7-12 tahun yang belum terlayani

pendidikan SMP/MTs. Sedangkan lulusan SD tersebut sangat berminat

melanjutkan ke jenjang SMP, maka SD-SMP Satu Atap merupakan solusi yang

tepat untuk meningkatkan APK dan APM peserta didik serta mempercepat

penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun.

Letak geografis Sumbermanjing Wetan yang sebagian besar tanah

perkebunan, hutan dan bagian selatan dikelilingi oleh pantai Tamban dan

Sendangbiru. Kondisi geografis yang jauh dari pusat kecamatan menjadikan SD-

SMP Satu Atap di Sumbermanjing Wetan merupakan solusi yang tepat untuk

melaksanakan Wajib Belajar 9 Tahun dan mempercepat penuntasan program

Wajib Belajar 9 Tahun. SD-SMP SATU ATAP di Tegalrejo Sumbermanjing

merupakan salah satu solusi untuk menampung lulusan SD/MI di sekitarnya dan

mempercepat penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun. Penetapan SDN

4
Tegalrejo 1 sebagai SD-SMP Satu Atap (SMPN 5 Sumbermanjing satu Atap)

berdasarkan SK Bupati Malang Nomor 180/1187/KEP/421.013/2007 yang

kemudian diperbarui dengan Surat keputusan Bupati malang Nomor

180/260/KEP/421.013/2010. Penetapan SD-SMP SATU ATAP juga

meningkatkan mutu pendidikan masyarakat sekitar usia pendidikan dasar dan

perluasan akses pendidikan. Program yang dilaksanakan dalam rangka perluasan

akses salah adalah Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB), pembangunan Ruang

Kelas Baru (RKB), SMP Terbuka, pengembangan SD-SMP SATU ATAP,

pemberian beasiswa, dan penyediaan biaya operasional sekolah.

Penelitian mengenai substansi, implementasi kebijakan SD-SMP Satu

Atap di Sumbermanjing sangat diperlukan. Kendala-kendala dan solusi dari

masalah di SD-SMP Satu Atap diperlukan untuk mengetahui dampak dari

kebijakan SD-SMP Satu Atap di Sumbermanjing. Hasil observasi sementara

belum ada penelitian mengenai Kebijakan SD-SMP Satu Atap di Kabupaten

Malang, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi kepada

stakeholder pendidikan untuk pengembangan SD-SMP Satu Atap. Penelitian ini

difokuskan pada implementasi kebijakan tiga (3) standar dari delapan (8) Standar

Nasional Pendidikan yaitu standar tenaga kependidikan, standar sarana prasarana

dan standar pembiayaan. Berdasarkan data Dapodik Kabupaten Malang terdapat

27 SD-SMP Satu Atap di Kabupaten Malang yang semuanya terletak di daerah

terpencil, terpencar dan terisolir. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan acuan untuk perbaikan pelaksanaan SD-SMP Satu Atap di masa

datang terutama standar tenaga kependidikan , standar sarana prasarana dan

standar pembiayaan/pendanaan. .

5
B. Rumusan Masalah/Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah diungkapkan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah substansi kebijakan SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar

Terpadu) di Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang ?

2. Bagaimanakah implementasi kebijakan SD-SMP Satu Atap (Pendidikan

Dasar Terpadu) di Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang ?

3. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam mengimplementasikan kebijakan

SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu) di Sumbermanjing Wetan

Kabupaten Malang ?

4. Solusi-solusi apa yang digunakan untuk mengatasi kendala-kendala dalam

mengimplementasikan kebijakan SD-SMP Satu Atap (Pendidkan Dasar

Terpadu) di Sumbermanjing Wetan Kabupaten ?

5. Bagaimanakah respons masyarakat (orang tua, komite) terhadap kebijakan

SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu) di Sumbermanjing Wetan

Kabupaten Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan substansi kebijakan SD- SMP Satu Atap (Pendidikan

Dasar Terpadu) di Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.

2. Untuk menguraikan implementasi kebijakan SD-SMP Satu Atap (Pendidikan

Dasar Terpadu) di Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.

6
3. Untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam mengim-

plementasi kebijakan SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu) di

Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.

4. Untuk mendeskripsikan solusi-solusi yang digunakan untuk mengatasi

kendala- kendala yang dihadapi dalam mengimplementasi kebijakan SD-SMP

Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu) di Sumbermanjing Wetan Kabupaten

Malang.

5. Untuk mengidentifikasi respons masyarakat (orang tua, komite) terhadap

kebijakan SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu) di Sumbermanjing

Wetan Kabupaten Malang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah/ Departemen Pendidikan Nasional penelitian ini dapat

memberikan kontribusi akademis dalam mengembangkan konsep atau teori

kebijakan pendidikan, terutama yang berkaitan dengan implementasi kebijakan

SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu). Hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan masukan/kontribusi praktis bagi para perumus dan pengambil

kebijakan di tingkat pusat agar dijadikan landasan dalam penetapan

kebijakan baru melanjutkan kebijakan SD-SMP Satu atap.

2. Bagi sekolah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi kepada

pemerintah dalam pengelolaan SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar

Terpadu) dan memberikan kontribusi praktis atau bahan masukan bagi

perumus dan pengambil kebijakan di tingkat sekolah. Hasil penelitian ini dapat

7
dijadikan bahan evaluasi dan kajian ulang terhadap kebijakan yang telah

dilaksanakan untuk menjadi lebih baik di masa-masa yang akan datang.

3. Bagi peneliti penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pelajaran

tentang kebijakan SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu) di

Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.

E. Penegasan Istilah Penelitian

Agar tidak terjadi persepsi yang yang beragam tentang istilah yang

dijadikan fokus dalam penelitian ini, maka diberi batasan dalam bentuk penegasan

istilah. Istilah-istilah yang dimaksud adalah Analisis kebijakan, Implementasi

Kebijakan, SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu).

1. Analisis Implementasi Kebijakan

Analisis kebijakan (Policy Analysis) adalah disiplin ilmu sosial terapan

yang menggunakan berbagai metode pengkajian multiple dalam konteks

argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan

mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan tentang kebijakan ( Dunn, 2003).

Implementasi kebijakan ( Policy Implementation) adalah pelaksanaan

pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu ( Dunn, 2003).

Dalam implementasi kebijakan dibutuhkan adanya sistem pelaksanaan kebijakan

dimana perangkat khusus didesain dengan maksud untuk mencapai tujuan akhir,

atau implementasi dipandang sebagai proses politik dan administrasi.

Dalam penelitian ini analisis implementasi kebijakan yang dimaksud

adalah sebuah proses yang memungkinkan tujuan- tujuan sesuatu kebijakan

8
diwujudkan sebagai outcome. Studi implementasi disini meliputi kebijakan

manajemen sekolah SD-SMP Satu Atap , implementasi kebijakan manajemen

sekolah SD-SMP Satu Atap, kendala dan solusi kebijakan SD-SMP Satu Atap dan

respons masyarakat terhadap kebijakan SD- SMP Satu Atap di Sumbermanjing

Kabupaten Malang.

2. Implementasi Kebijakan

Implementasi Kebijakan SD-SMP Satu Atap adalah pelaksanaan kebijakan

SD-SMP Satu Atap, yang terdiri dari substansi kebijakan SD-SMP Satu Atap.

3. SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu)

Berdasarkan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Tahun 2005 dari

Kemendiknas, Panduan Pelaksanaan Pengembangan SD-SMP Satu Atap Program

AIBEP Depdiknas dan SK Bupati Malang Nomor: 180/1187/KEP/421.013/2007

dan SK Bupati Malang Nomor: 180/260/KEP/421.013/2010 , SD-SMP Satu Atap

(Pendidikan Dasar Terpadu) adalah penyelenggaraan pendidikan dasar yang

mencakup SD dan SMP yang sederajat secara terpadu mencakup terpadu secara

fisik dan secara pengelolaannya. SD-SMP Satu Atap adalah Sekolah Menengah

Pertama yang menjadi satu dengan Sekolah Dasar input siswa SMP Satu Atap. SD

dan SMP terdapat dalam satu lokasi bangunan sekolah dan satu manajemen

sekolah. Pengelolaan SD-SMP Satu Atap dikelola oleh satu kepala sekolah ,

terdapat wakil kepala SD dan wakil kepala SMP. Pengelolaan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana dan pendanaan juga terpadu. Input siswa SMP

satu Atap sebagian besar dari SD yang ditetapkan menjadi SMP Satu Atap.

Pemerintah tidak membangun Unit sekolah Baru untuk SD-SMP Satu Atap, tetapi

hanya ditambahkan beberapa ruangan baru.

Anda mungkin juga menyukai