PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan setiap
dengan minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, suku etnis, agama dan gender, hal tersebut tercantum dalam Undang-
pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life
all). Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh
2014 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-
1
Salah satu di antaranya Program Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan
2014, Bab V 5.4.3 dan 5.4.4). Pencapaian target program Pendidikan TK dan
terdiri atas standar isi, standar proses, tenaga kependidikan, sarana prasarana,
Indonesia.
Tetapi di sekolah terpencil, terpencar dan terisolir masih ada sekolah yang
belum memenuhi delapan (8) standar yang ditetapkan dalam Standar Nasional
program Wajib Belajar 9 tahun pada beberapa siswa Sekolah Dasar di daerah
2
terpencil, terisolir dan terpencar. Pada penelitian Tabun (2009) mengenai SD-
di Kabupaten Kupang sebagai akibat kuantitas dari guru yang diangkat oleh
Pemda Kabupaten Kupang kurang, distribusi guru yang tidak merata terutama di
SD- SMP Satu Atap di mana lokasi gedung SMP menjadi satu dengan SD yang
dan pendekatan SMP dengan tempat konsentrasi lulusan SD/MI yang tidak
serta pasal 31 UUD 1945 ayat 1 dan 2 maka pemerintah mencanangkan Program
Wajib Belajar 9 Tahun. Program Wajib Belajar 9 Tahun tertuang dalam Peraturan
negara Indonesia. Dalam hal ini pemerintah wajib belajar memberikan pendidikan
3
minimal bagi warga Negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi
belum didirikan SMP, atau SMP yang sudah ada berada di luar jangkauan lulusan
SMP. Akibatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP masih rendah. Data dari
(APM) untuk tingkat kabupaten pada tahun 2009 adalah sebesar 71,1 % dan pada
tahun 2010 adalah sebesar 74,9 % yang berarti ada peningkatan APM sebesar 3,8
melanjutkan ke jenjang SMP, maka SD-SMP Satu Atap merupakan solusi yang
tepat untuk meningkatkan APK dan APM peserta didik serta mempercepat
perkebunan, hutan dan bagian selatan dikelilingi oleh pantai Tamban dan
Sendangbiru. Kondisi geografis yang jauh dari pusat kecamatan menjadikan SD-
SMP Satu Atap di Sumbermanjing Wetan merupakan solusi yang tepat untuk
merupakan salah satu solusi untuk menampung lulusan SD/MI di sekitarnya dan
4
Tegalrejo 1 sebagai SD-SMP Satu Atap (SMPN 5 Sumbermanjing satu Atap)
akses salah adalah Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB), pembangunan Ruang
difokuskan pada implementasi kebijakan tiga (3) standar dari delapan (8) Standar
terpencil, terpencar dan terisolir. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan acuan untuk perbaikan pelaksanaan SD-SMP Satu Atap di masa
standar pembiayaan/pendanaan. .
5
B. Rumusan Masalah/Fokus Penelitian
Kabupaten Malang ?
Kabupaten Malang?
C. Tujuan Penelitian
6
3. Untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam mengim-
Malang.
D. Manfaat Penelitian
SD-SMP Satu Atap (Pendidikan Dasar Terpadu). Hasil penelitian ini dapat
perumus dan pengambil kebijakan di tingkat sekolah. Hasil penelitian ini dapat
7
dijadikan bahan evaluasi dan kajian ulang terhadap kebijakan yang telah
Agar tidak terjadi persepsi yang yang beragam tentang istilah yang
dijadikan fokus dalam penelitian ini, maka diberi batasan dalam bentuk penegasan
argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan
dimana perangkat khusus didesain dengan maksud untuk mencapai tujuan akhir,
8
diwujudkan sebagai outcome. Studi implementasi disini meliputi kebijakan
sekolah SD-SMP Satu Atap, kendala dan solusi kebijakan SD-SMP Satu Atap dan
Kabupaten Malang.
2. Implementasi Kebijakan
SD-SMP Satu Atap, yang terdiri dari substansi kebijakan SD-SMP Satu Atap.
mencakup SD dan SMP yang sederajat secara terpadu mencakup terpadu secara
fisik dan secara pengelolaannya. SD-SMP Satu Atap adalah Sekolah Menengah
Pertama yang menjadi satu dengan Sekolah Dasar input siswa SMP Satu Atap. SD
dan SMP terdapat dalam satu lokasi bangunan sekolah dan satu manajemen
sekolah. Pengelolaan SD-SMP Satu Atap dikelola oleh satu kepala sekolah ,
kependidikan, sarana dan prasarana dan pendanaan juga terpadu. Input siswa SMP
satu Atap sebagian besar dari SD yang ditetapkan menjadi SMP Satu Atap.
Pemerintah tidak membangun Unit sekolah Baru untuk SD-SMP Satu Atap, tetapi