Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN ANOTASI JURNAL PERBANDINGAN SISTEM

PENDIDIKAN DI INDONESIA, MESIR, TURKI, DAN CHINA

Disusun oleh:

1. AKBAR DITO ERLANGGA


2. NURYANA SITI MARYAM
3. KRYSNA SINAR ALAM

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON, JAWA BARAT
2015/2016

Kata Pengantar

Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji serta syukur atas


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada
saya khususnya, sehingga saya bisa menyelesaikan anotasi
jurnal ini.
Tak lupa sholawat serta salam kita curah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman
revolusi ini.
Tujuan kami mengerjakan anotasi ini supaya mengetahui
tentang Perbandingan sistem pendidikan di indonesia, mesir,
turki, dan china.
Dalam pembuatan anotasi jurnal ini, kami sadar bahwa
anotasi jurnal ini kurang dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan.Maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Penyusun

Cirebon,Oktober 2015

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................... 4
RINGKASAN JURNAL............................................................................ 5
A.

Indonesia................................................................................... 5

B.

Mesir........................................................................................ 14

C. Turki......................................................................................... 22
D. China......................................................................................... 29
BAB II................................................................................................... 34
PENUTUP........................................................................................... 34
Simpulan........................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 36

BAB I

RINGKASAN JURNAL
A.

Indonesia
Di Indonesia ada tiga jenjang pendidikan formal yaitu pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi hal ini sesuai dengan isi undangundang no 20 tahun 2003. Di Indonesia pendidikan dasar di mulai pada usia 7
tahun. Bentuk pendidikan dasar di Indonesia ada SD (sekolah dasar), MI
(Madrasah Ibtidaiyah.Jenjang pendidikan dasar di Indonesia lamanya 6 tahun lalu
setelah itu dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama selama 3
tahun.Tetapi sebelum masuk ke pendidikan dasar di Indonesia baiasanya ada
pendidikan prapendidikan dasar yang disebut pendidikan anak usia dini.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggaraan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal, dalam bentuk Taman Kanak- anak,
Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
(pasal 28, UU SISDIKNas, 2003)Bentuk sekolah menengah pertama ada SMP
(Sekolah Menengah Pertama) dan MTS( Madrasah Tsanawiyah) atau bentuk
sederajat lainnya. Lalu setelah lulus sekolah menengah pertama dilanjutkan ke
sekolah menengah atas selama 3 tahun, bentuknya ada sekolah menengah umum,
sekolah menengah ata (SMA), MA (Madrasah Aliyah), MAK (Madrasah Aliyah
Kejuruan) dan SMK( Sekolah Menengah Kejuruan). Lalu dilanjutkan ke
pendidikan tinggi yaitu program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4 tahun
atau lebih); magister, spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); .
Pengelolaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab
pemerintah pusat melalui Menteri Pendidikan Nasional, pemerintah Daerah
Provinsi, dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.Pelaksanaan desentralisasi
pendidikan nasional di Indonesia memberikan keluasan kepada pemerintah daerah
dan partisipasi masyarakat utuk turut bertanggung jawab atas kualitas pendidikan
di Indonesia.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan


enam kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975,
kurikulum

1984,

kurikulum

2004,

dan

yang

sekarang

berlaku

yaitu

KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan pemerintah


melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang
standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut,
tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan
pengembangan dari kurikulum Berbasis Kompetensi, atau kurikulum 2004.KTSP
lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dari pemerintah
pusat, dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam
pengembangan kurikulum.Oleh karena itu, dalam KTSP bahan belajar siswa
sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan komite
sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
potensi yang ada di lingkungannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan bentuk implimentasi dari UU No 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3)
Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5)
Standar Sarana dan Prasarna, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan,
dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.
Sekolah menegah pertama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Pendidikan Seni, Pendidikan Olahraga, dan lain-lain. Di akhir masa pendidikan di
SD, para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat
melanjutkan pendidikannya ke SMP dengan lama
pendidikan 3 tahun. Pada akhir pendidikan di Sekolah Menengah Pertama juga
diadakan ujian untuk menyelesaikan pendidikan 3 tahun. Di Indonesia, pada
Sekolah Menengah Atas, jurusan yang ada adalah jurusan Ilmu Alam, Ilmu Sosial,
dan Bahasa, sedangkan di Sekolah Menengah Kejuruan banyak jurusannya. Pada

Sekolah Menengah Kejuruan, dilakukan pemisahan sesuai bidangnya. Sekolah


Menengah Kejuruan jurusan Otomotif, Kimia, TeknikKomputer, Elektronika,
Gambar, Bangunan, Listrik, Bengkel, Kayu, Administrasi Perkantoran, Akuntansi,
Manajemen, Tata Boga, Tata Busana, Tata Laksana, Kecantikan, Agribisnis,
Holtikultura, Perikanan, Kesenian, Musik, dan sebagainya.
Pada sekolah dasar untuk dapat melanjutkan sekolah ke sekolah menengah
pertama harus lulus ujian sekolah. Ujian sekolah ini dibuat oleh sekolah masingmasing atau pemerintah daerah bukan pemerintah pusat.Selain aspek nilai ujian
sekolah, factor pendukung yang mendukung kelulusan siswa adalah persentase
kehadirannya dalam mengikuti mata pelajaran juga diperhitungkan.
Sedangkan pada jenjang sekolah menengah pertama sekolah menengah
atas diberlakukan ujian nasional (UN). UN adalah ujian Negara, dimana soal ujian
dibuat oleh pemerintah pusat, jadi semua sekolah di seluruh Indonesia serempak
melakukan ujian nasional dengan soal yang sama dan jumlah yang sama tanpa
terkecuali. Bobot nilai kelulusan tidak hanya diambil dari nilai hasil ujian nasional
karena terbukti ujian nasional sangat memberatkan siswa.Oleh karena itu
kelulusan dibantu oleh pesentase nilai ujian sekolah, nilai rapot dan kehadiran
siswa.Tujuan dari ujian akhir ini sendiri yaitu untuk melanjutkan ke jenajng
pendidikan yang lebih tinggi.Namun hasil ujian ini masih belum tentu dapat
digunakan untuk masuk ke jenjang sekolah menengah atasa atau pendidikan
tinggi, karena biasanya suka diadakan ujian masuk lagi.
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu
maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
Untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.Untuk memenuhi hak warga
negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan
dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan

bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan
alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945
mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sesuai dengan putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, pemerintah harus menyediakan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Anggaran
pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan
melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui
transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang
menjadi tanggung jawab pemerintah. Sedangkan pengalokasian anggaran
pendidikan meliputi alokasi yang melalui beIanja pemerintah pusat dan melalui
transfer ke daerah. Sementara untuk yang melalui anggaran pendidikan melalui
transfer ke daerah adalah DBH Pendidikan, DAK Pendidikan, DAU
Pendidikan, Dana Tambahan DAU, dan Dana otonomi khusus daerah.
Bahasa ibu Negara Indonesia adalah bahasa Indonesia. Di sekolah dasar
sampai sekolah menengah atas setiap semester wajib dipelajari dan diajarkan
mata pelajaran bahasa Indonesia selain itu matapelajaran bahasa Indonesia
dijadikan salah satu matapelajaran yang diujiankan di akhir tahun sekolah
dalam ujian nasional. Semua sekolah di seluruh Indonesia yang pada
hakikatnya memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda, pada kegiatan belajar
mengajar wajib menggunakan bahasa ibu bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar.
Berdasarkan data Education for All GlobalMonitoring Report tahun 2005,
populasi buta huruf di Indonesia masih berkisar 18,4 juta orang yang berarti

merupakan negara yang ke-8 dengan populasi buta huruf terbesar di dunia.
Dengan program dan gerakan yang terencana dan terpadu, Pemerintah bersama
semua unsur masyarakat diharapkan dapat bekerja sama melaksanakan gerakan
pemberantasan buta aksara sehingga tuntas dalam beberapa tahun yang akan
datang. Buta huruf dalam arti buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar
yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, buta aksara danangka, buta akan
informasi kemajuan teknologi, merupakan beban berat untuk mengembangkan
sumberdaya manusia yang berkualitas dalam arti mampu menggali dan
memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya (Umberto Sihombing,
2001), selain itu buta huruf menurut Umberto Sihombing (2001) adalah
merupakan kelompok masyarakat yang tidak mungkin mendapatkan pelayanan
pendidikan sekolah karena sebagian besar mereka telah berusia lanjut,
sedangkan usia sekolah pada umumnya sudah masuk jalur persekolahan,
mereka pada umumnya berasal darikeluarga miskin yang tidak mampu
memikul biaya pendidikan yang diperlukan. Menurut Mukhamat Muhsin
(2006), pemberantasan buta aksara (PAB) merupakan salah satu program
pendidikan pada jalur nonformal yang saat ini sedang dilaksanakan menjadi
bagian integral dari upaya pemerintah untuk mengentaskan masyarakat dari
kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Program ini
bertujuan agar penyandang buta aksara memperoleh keterampilan dasaruntuk
baca,

tulis,

keterampilan-

hitung

serta

keterampilan

mampu

berbahasa

fungsional

Indonesia,

yang

memperoleh

bermakna

bagi

kehidupannya.Masih banyaknya buta huruf ini antara lain disebabkan adanya


pertambahan penduduk buta huruf baru yang belum dicacahsebelumnya,
adanya penduduk yang putus belajar sekolah dasar menjadi buta huruf kembali
karena ketidakadaan bahan bacaan yang memadai dalam arti yang mampu
membangkitkan minat baca masyarakat, luas wilayah pelayanan dan sulitnya
transportasi mengakibatkan banyakwarga masyarakat yang belum terlayani
( Umberto Sihombing, 2001). Selain itu, banyaknya buta huruf disebabkan
antara lain karena warga belajar masih malu dan belum tahu manfaat nyata
mengikuti pembelajaran. Mereka pada umumnya sibuk bekerja mencari

nafkah, sehingga tidak memiliki waktu untuk belajar, (Mokhamat Muhsin,


2006).Penyebab buta aksara yang terjadi di Indonesia adalah karena mereka
tidak pernah bersekolah sama sekali atau putus sekolah yang disebabkan oleh
banyak faktor yang diantaranya adalah faktor budaya, sosial, politik, ekonomi,
dan gender. Faktor kemiskinan adalah factor utama yang membuat seseorang
menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi
untuk mengenyam bangku sekolah, meskipun sekarang sudah yang namanya
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, wilayah yang jauh dengan
layanan pendidikan juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara,
contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah terpencil sangat jauh ke
sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan.
Pendidikan nonformal sebagai salah satu jalur pendidikan di samping
pendidikan

formal(pendidikan

di

sekolah)

dan

pendidikan

in-formal

(pendidikan di keluarga), mempunyai satuan satuan pendidikan yang


beragam.Jalur pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.Fungsi pendidikan nonformal mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan

fungsional

serta

pengembangan

sikap

dan

kepribadian

profesional.Secara substansial pendidikan nonformal meliputi pendidikan


kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain
yang ditunjuk untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (pasal 26 UU
No.20 Th.2003).
Kebutuhan akan pendidikan seperti itu disalurkan melalui programprogram pendidikan nonformal, antara lain: Pengembangan Anak Usia Dini

(PAUD), Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (Play Group),


Keaksaraan Fungsional (KF), Kejar Paket A setara SD, Kejar Paket B setara
SLTP, Kejar Paket C setara SLTA, Kepramukaan, Pendidikan Kepemudaan,
Pendidikan Kewanitaan, Kursus-kursus Keterampilan/Kejuruan, Permagangan,
Kejar Usaha, dan Pemberdayaan Ekonomi Desa. Dengan demikian cakupan
umur warga belajar dalam pendidikan nonformal mulai dari pra sekolah
(sebelum taman kanak-kanak yang dalam UU No.20 Th.2003 menjadi jalur
pendidikan formal), hingga berusia tua.
Dalam upaya pembangunan bidang pendidikan, pemerintah telah
menetapkan kebijakan WAJAR (wajib belajar) 9 tahun, bahkan untuk beberapa
daerah tertentu telah mencanangkan WAJAR 12 tahun.Melalui kebijakan ini,
diharapkan bahwa setiap warga negara Indonesia minimal berpendidikan
sampai tingkat SMP (sekolah menengah pertama) atau sederajat.Selain
program WAJAR 9 tahun, upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan angka
partisipasi pendidikan masyarakat pun terus dikembangkan.Upaya-upaya
tersebut dilakukan dengan pengadaan beasiswa-beasiswa, program bidik misi
di perguruan tinggi, dan lain-lain.Masyarakat pun tidak tinggal diam. Banyak
lembaga-lembaga masyarakat pun turut serta dalam meningkatkan angka
partisipasi pendidikan ini. Lembaga pendidikan swasta seperti UNINDRA
(Universitas Indraprasta PGRI) turut aktif menyelenggagarkan pendidikan
dengan dana yang terjangkau oleh masyarakat. Melalui program-program ini,
maka angka partisipasi pendidikan masyarakat pun menjadi meningkat.
Masyarakat yang mengenyam pendidikan dengan masa pendidikan hingga
tingkat perguruan tinggi pun semakin banyak. Dari sekitar 148,7 juta jiwa
penduduk usia kerja tahun 2002, terdapat 100,8 juta orang atau 67,8% angkatan
kerja, dimana dari angka ini jumlah angkatan kerja yang menganggung atau
tidak tertampung dalam pasar kerja mencapai 9,1 juta orang (9,1%). Di sisi
lain, dari sekitar 91,6 juta orang angkatan kerja yang bekerja, paling tidak 12,0
juta jiwa atau 13,1% digolongkan setengahmenganggur karena mereka bekerja
di bawah waktu normal dan masih mencari-cari kerja. (Departemen Tenaga

Kerja dan Transmigrasi,2007). Pekerja Indonesia masih sangat terkonsentrasi


pada profesi petani dan tenaga kerja produksi.Sedangkan profesi-profesi lain
yang

memiliki

produktivitas

tinggi

seperti

profesional/teknisi

dan

manajerial/administrasi masih sangat rendah proporsinya.Hal ini berlaku bagi


semua lapangan usaha, termasuk industri pengolahan.Lebih dari90% pekerja di
industri pengolahan berprofesi sebagai tenaga kerja produksi.Selain itu, tingkat
pendidikan pekerja Indonesia relatif masih rendah, dimana proporsi pekerja
yang berpendidikan SLTP atau lebih rendah sekitar 70% (Supenti,
2004).Hingga kini, sekitar dua per tiga pekerja bekerja atau berusaha di sektor
informal, suatu sektor yang bercirikan berskala serba kecil dilihat dari modal
maupun tenaga kerja yang seringkali masih memiliki hubungan keluarga, serta
memiliki mobilitas yang tinggi dalam arti mudah berubah bidang kegiatannya.
Dengan ciri semacam itu, maka sektor informal sulit diintervensi. Karena
sifatnya yang mudah dimasuki, maka sector informal menjadi semacam
"penyangga" yang strategis untuk menampung tenaga kerja "berlebih" yang
tidak tertampung di sektor formal (Supenti, 2004). Kenyataan bahwa secara
umum ada kenaikanpekerja di sektor formal, sama sekali tidak mengurangi arti
pentingnya

sektor informal yangmendominasi pasar kerja Indonesia.

Kenyataan ini tidak dapat diabaikan dalam rancangan arus utama kebijakan
makro dan perencanaan tenaga kerja.Walaupun demikian, dalam praktiknya hal
itu tidak mudah diaplikasikan karena dua alasan sederhana.Pertama,
karakteristik pekerja sector informal yang marginal sukar diintervensi secara
langsung, Kedua, kebijakan yang memperhatikan kepentingan pekerja sektor
formal dan pekerja sektor informal sekaligus masih sulit dirumuskan.

Peningkatan kuantitas peserta dan lamanya mengenyam pendidikan formal


belum diikuti dengan gambaran hasil-hasil pendidikan yang semestinya.
Dengan semakin tingginya masyarakat yang berpendidikan, diharapkan akan
tercipta masyarakat madani dan memiliki tingkat peradaban yang tinggi.
Masyarakat yang berpendidikan seharusnya lebih menekankan pada
penggunaan rasionalisasi atau akal sehat dalam menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat.Namun yang terjadi
saat ini tidak lah demikian. Perilaku korupsi, tawuran, gaya hidup hedonisme,
cepat putus asa, egoisme, kurang percaya diri, penyalahgunaan narkotika dan
kebiasaan menyontek atau plagiarisme di kalangan pelajar merupakan contohcontoh perilaku masyarakat yang tengah merebak dewasa ini. Fenomenafenomena ini merupakan gambaran yang tidak sejalan dengan harapan dari
hasil-hasil pendidikan.Kondisi kualitas sumber daya manusia (SDM) seperti di
atas menyebabkan tingkat daya saing bangsa Indonesia dalam tataran dunia
tergolong rendah. Suhendar (2012) menyampaikan bahwa dalam The Global
Competitiveness Report 2011-2012 (laporan tahunan daya saing global tahun
2011-2012) yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF) menempatkan
Indonesia pada posisi ke 46 dari 142 negara di dunia. Pada kawasan ASEAN
posisi daya saing Indonesia berada posisi keempat di bawah Singapura,
Malaysia, dan Thailand.

B.

Mesir
Mesir mempunyai kurikulum nasional yang disebut kurikulum K12.Kurikulum ini di terapkan di seluruh sekolah yang ada di Mesir
oleh pemerintah dan menteri pendidikan pemerintah Mesir.Kurikulum
K-12 ini bukan berdasarkan budaya ataupun agama pluralistic.
Kurikulum K-12 mesir ini menjunjung tinggi nilai keislamannya
karena agama islam merupakan agama mayoritas yang ada di Mesir.
Bahkan pemerintah Mesir cenderung mengabaikan agama minoritas
lainnya seperti agama Kristen. Jadi, karena dalam kurikulum K-12 ini
berdasarkan agama islam jadi agama-agama minoritas yang diabaikan
secara langsung dibebaskan untuk mengikuti aturan ataupun tidak.
Tetapi terlepas dari itu pemerintah Mesir tidak mempunyai kebijakan
apapun mengenai kurikulum yang diberlakukan.Sering kali karena
masalah kurikulum ini mengundang pertikaian antara siswa minoritas
dan siswa mayoritas dari segi agama. Kurikulum di Mesir benar-benar
terfokus pada sejarah, budaya, tradisi, nilai dan karakter muslim dan
agama islam.
Kurikulum K-12 menetapkan mata pelajaran yang harus dan wajib
dipelajari pada sekolah dasar, yaituBahasaArab, Bahasa Inggris,
Matematika, Musik, Studi Agama dan Ilmu PengetahuanAlam,
Pertanian, Seni, Ekonomi Rumah Tangga, dan Ilmu Sosial. .Tetapi
walaupun kurikulum di Mesir menitikberatkan pada studi islam tetapi
Mesir juga menggunakan kurikulum Amerika, Inggris dan Kanada
yang digunakan dalam sekolah bertaraf Internasional.
Pada jenjang Sekolah menengah pertama mata pelajaran yang yang
dipelajari adalah Bahasa Arab, Pertanian, Seni, Bahasa Inggris,
Pendidikan Industri, Matematika, Musik, Studi Agama dan Ilmu
Sosial Sedangkan pada sekolah menengah atas kurikulumnya berbedabeda karena di Mesir sekolah menengah atas dibagi menjadi tiga

bagian yaitu sekolah menengah atas umum, sekolah menengah atas


pendidikan islam dan sekolah menengah atas teknik. Tetapi walaupun
begitu kurikulum menetapkan bahwa 50% dari mata pelajaran harus
mempelajari pendidikan mata pelajaran umum dan wajib seperti
bahasa Arab dan bahasa Inggris.
Kurikulum Mesir berbeda dengan kurikulum di

Indonesia, di

Indonesia meskipun Negara dengan mayoritas muslim tetap


menjungjung solidaritas agama minoritas. Di Indonesia Semua orang
beragama berhak mendapatkan pendidikan agamanya masingmkasing.
Sama halnya seperti di Indonesia system pendidikan di Mesir juga
menggunakan wajib belajar 9 tahun.6 tahun untuk jenjang sekolah
dasar dan 3 tahun untuk sekolah menengah pertama serta 3 tahun
untuk menengah atas.
Tanggung jawab mengenai system pendidikan di Mesir dibagi
menjadi dua departemen yaitu departemen pendidikan dan departemen
pendidikan tinggi.Prasekolah sampai sekolah menengah atas diawasi
oleh departemen pendidikan sedankan pendidikan tinggi atau
perguruan tinggi diawasi oleh departemen pendidikan tinggi.
Di mesir usia untuk sekolah dasar yaitu 6 tahun sampai 12 tahun.
Materi belajar selama enam tahun pendidikan dasar meliputi: Bahasa
Arab, Bahasa Inggris, Matematika, Musik, Studi Agama dan Ilmu
PengetahuanAlam.Di kelas 4, Pertanian diperkenalkan dan di kelas 5
Seni, Ekonomi Rumah Tangga, dan Ilmu Sosial ditambahkan.Di
sekolah-sekolah

Al-Azhar,

kurikulum

yang

ada

umumnya

menitikberatkan pada studi Islam.Negara ini juga melaksanakan


sekolah internasional yang mengikuti kurikulum Amerika, Inggris atau
Kanada.

Setelah sekolah dasar akan dilanjutkan ke jenjang berikutnya


yaitu jenjang sekolah menengah pertama selama 3 tahun yaitu usia 12
sampai 15 tahun. Mata pelajaran yang dipelajari yaituBahasa Arab,
Pertanian, Seni,Bahasa Inggris, Pendidikan Industri, Matematika,
Musik, Studi Agama dan Ilmu Sosial.Tetapi ada juga beberapa sekolah
yang mempunyai mata pelajaran bahasa Eropa seperti bahasa Spanyol
dan Prancis.
Setelah sekolah menengah pertama dilanjutkan ke sekolah
menengah atas selama tiga tahun juga yaitu anak usia 15 sampai 18
tahun. Namun berbeda dari jenjang sebelumnya, pada tingkat sekolah
menengah atas dibagi ke dalam tiga bagian yaitu ada sekolah
menengah atas pendidikan umum, sekolah menengah atas yang
khusus mempelajari dan mendalami penekanan agama islam dan
sekolah menengah teknik. Sekolah menengah teknik ini dibagi
menjadi 3 yaitu teknik, pertanian atau perindustrian.Berbeda dengan
sekolah menengah atas lainnya sekolah menengah atas teknik ini
jenjang waktunya bisa 3 sampai 5 tahun. Mungkin di Indonesia sama
seperti Sekolah Menengah Kejuran atau biasa disingkat SMK tetapi
perbedaannya SMK sama seperti SMA yaitu sekolah selama 3 tahun
tetapi di Indonesia juga ada SMK yang lama sekolahnya 4 tahun
dimana satu tahun digunakan untuk pembelajaran D1 atau diploma
satu.
Untuk mendapatkan sertifikat sekolah menengah atas umum
atau di Indonesia disebut dengan ijazah para siswa di Mesir harus
mengikuti dan lulus ujian akhir. Selain ujian akhir, siswa juga dinilai
oleh penilaian terus-menerus selama dua tahun terakhir sekolah
menengah.Sedangkan untuk di sekolah menengah teknik ada dua
klasifikasi yang di tentukan dan siswa boleh mengejar salah satunya
yaitu yang pertama sertifikat diploma teknik pendidikan menengah
dan yang kedua yaitu sertifikat teknik lanjutan.Sertifikat teknik
lanjutan untuk siswa yang ingin melanjutkan sekolah ke perguruan

tinggi sedangkan sertifikat diploma pendidikan menengah untuk siswa


yang ingin langsung bekerja.
Pendidikan nonformal di Mesir ada untuk orang dewasa dan ada
untuk anak-anak.Di Mesir terdapat pendidikan nonformal seperti
pendidikan untuk orang dewasa yang buta aksara, pendidikan
keterampilan, pendidikan e-learning, kursus korespondasi universitas
terbuka. Untuk anak-anak usia sekolah yang tidak duduk di bangku
sekolah pendidikan formal disediakan kelas campuran dan kelas
khusus anak perempuan untuk usia anatara 8-14 tahun. Ada juga
sekolah khusus untuk anak jalanan, kelas kecil, pendidikan pusat
pengembangan, pusat pelatihan dan pusat-pusat pengajaran untuk
anak-anak yang bekerja pada kelas malam.Kegiatan pendidikan
noformal ini ditujukkan kepada anak-anak yang tidak bersekolah
untuk

diajarkan

pelajaran

dasar

membaca,

menulis

dan

berhitung.Selain itu ada juga pendidikan untuk orang-orang yang


berada di desa seperti pendidikan masalah gizi, kesehatan, pertanian,
dan lingkungan. Selain kelas-kelas nonformal yang sebelumnya
disebutkan ada juga kelas nonformal yang berfokus pada ilmu agama
islam yang disebut Kuttab. Dalam kuttab diajarkan mengenai
pelajaran agama, mengahfal Quran, membaca dan menulis Quran.
Jumlah sekolah vokasional dan teknik di Mesir dari 134(dengan
siswa 31.800) dalam tahun 1950 menjadi 400 buah(dengan siswa
115.600) dalam tahun 1060.antara 1970 dan 1988 jumlah siswa pada
kedua jenis sekolah ini naik dari 27.300 orang menjadi 978.800.
artinya terjadi kenaikan 19 % dan 40,8 % pada periode tesebut. Pada
tahun 1988, Mesir memiliki 563 buah vokasional dan teknik yang
berarti 48,% dari sekolah menengah yang ada. Pada sekolah
vokasional dan teknik pada tahun 1988 jumlah muris ialah 759.700
orang, sedangkan jumlah murid sekolah umum 564.668 orang. Pada
tahun 1988, terdapat 34 institut teknik dengan jumlah mahasiswa
59.400 ini berdasarkan The National Center for educational

Research.ini sama dengan 7,5 % dari total mahasiswa pendidikan


tinggi Untuk jumlah guru sekolah menengah vokasional dan teknik
naik dari 13.700 orang(14 % wanita) tahun 1970 menjadi 42.800
orang(26 % wanita) tahun 1987.pada level pendidikan tinggi, staf
pengajar pada institute teknik berjumlah 690 orang dalam tahun 1988,
yakni 4,3 % dari seluruh staf pengajar pendidikan tinggi
Bahasa ibu Negara Mesir adalah bahasa Arab.Dari jenjang
Prasekolah sampai jenjang perguruan tinggi kurikulum pendidikan di
Mesir menetapkan wajib pembelajran bahasa Arab dan interaksi
belajar mengajarpun menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
nasioanal. Tak sedikit pelajar-pelajar yang berdatangan dari luarpun
harus belajar bahasa arab untuk mempermudah komunikasi belajar
tetapi ada juga kelas internasional yang menggunakan bahasa inggris
yang merupakan bahasa internasional.
Di Mesir terjadi peningkatan jumlah guru dan sekolah, perbaikan
peralatan dan kenaikan harga (termasuk kenaikan gaji) telah
menyebabkan kenaikan belanja pendidikan. Duapuluh tiga (23) juta
pound mesir (E) sma dengan UU$77 juta yang diselenggarakan pada
tahun 1952 naik menjadi E 126 juta pound (UU$420 juta) tahun 1969.
Pada periode yangb sama investasi masyarakat pada pendidikan
meningkat dari E2,5 juta pound (UU$8,4 juta) menjadi E33,3 juta
found (UU$111,2 juta). Sesuda tahun 1970, alokasi dana untuk
pendidikan mulai meningkat dengan jumlah yang lebih besar
dibandingkan alokasi sebelumnya. Dalam tahun 1984, pengeluaran
masyarakat untuk pendidikan mencapai E1,186,5 juta pound
(UU$1,163 juta). Ini berarti 8,9% dari keseluruhan pengeluaran
pemerintah atau sama dengan 4,1% GNP. Pengeluaran pemerintah
untuk endidikan pormal dalam tahun 1988 adalah 18,55% dari totsl
prngrluaran untuk masyarakat. Gajih mnyerap 80% lebih, sementara
pengeluaran lain 20%. Investasi untuk gedung meningkat pada tahun

1980 an dari 7% menjai 13%. Masih saja tidak cukup gedung-gedung


sekolah dan apabila seluruh permintan dipenuhi, pemerintah harus
menyediakan biaya lebih dari E3 miliar pound (UU$2,94 miliar).
Dalam masa 10 tahun yang akan datang. Dari tahun 1964-1978,
pengeluaran untuk pendidikan prauniversitas meningkat 4 kali lipat,
sementara pengeluaran untuk pendidikan tinggi meningkat lebih dari 5
kali lipat. Pendidikan tinggi dalam tahun 1970 menggunakan 20,4%
dari total pengeluaran pemerintah untuk pendidikan 31,4% tahun
1978. Dari total anggaran kementrian, pendidikan dasar menerima
44% jumlah ini masih perlu ditingkatkan .
Sistem pendidikan saat ini memertimbangkan sekolahpersiapan
wajib belajar 9 tahun (sekolah menengah pertama) sebagai jenjang
akhir untuk wajib belajar. Ini berarti peningkatan biaya. Gaji guruguru pada semua level pendidikan telah naik begitu besar antara tahun
1981 dan 1988 dibandingkan kenaikan sebelumnya.

Sistem ujian di Mesir sangat memengaruhi pemikiran murid,


orang tua serta para pejabat pendidikan karena begitu pentingnya hasil
ujian itu. Ujian naik kelas ditetapkan pada Grade 2, 4, dan5, dan ujian
negara pertama dilaksanakan pada akhir grade 8. Murid yang lulus
mendapat Sertifikasi Pendidikan Dasar, dan dengan itu dapat
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah skor
menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki, dan itu sangat penting
karena umumnya hanya murid-murid yang mendapat skor tinggi saja
yang dapat masuk ke sekolah-sekolah menengah akademik yang
diinginkan menuju universitas. Kalau tidak, mereka masuk kesekolahsekolah teknik atau institut pendidikan lain. Jadi, masa depan anak
muda mesir banyakn tergantung pada nilai yang diperoleh pada ujian

negara. Hal ini menjadi sangat penting sehingga menjadi persaingan


sesama murid sangat ketat.
Sama halnya dengan siswa-siswa yang akan menamatkan
pendidikan menengah, karena jumlah skor yang diperoleh menentukan
fakultas atau universitas mana yang mereka masuki. Ujian yang sangat
kompetitif ini membuat siswa harus belajar keras, dan bahkan
menimbulkan

percontekan

dalam

berbagai

rupa,

dan

juga

mengakibatkan timbul-timbulnya kursus-kursus privat.


Keadaan literasi atau buta huruf di Mesir mulai dikurangi dengan
program-program pemerintah untuk mengurangi buta huruf.Di Mesir
ada sekolah nonformal yang khusus untuk mengajarkan membaca dan
menulis bagi orang-orang buta huruf atau literasi.Jadi selain untuk
menambah keterampilan di Mesir pengadaan sekolah nonformal
merupakan salah satu program untuk mengurangi buta huruf.
Sistem pendidikan Mesir adalah tanggung jawab kementrian
negara.Kementrian

pendidikan

bertanggung

jawab

mulai

dari

pendidikan pra sekolah sampai ke pendidikan tinggi dalam aspek


perencanaan,

kebijakan,

kontrol

kualitas,

koordinasi

dan

pengembangannya.Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat governorat


bertanggung jawab atas pengimplementasianya.Mereka yang memiliki
lokasi, membangun dan melengkapi serta mengawasinya agar berjalan
dengan baik. Mereka juga berusaha mendorong sumbangan dana
partisipasi masyarakat. Ringkasnya mereka bertanggung jawab atas
segala sesuatu untuk menjamin terselenggaranya operasional dengan
efisien.
Menteri bersidang dalam waktu-waktu tertentu dengan dewandewan yang berada di bawah kesertariatan dan sejumlah dewan-dewan
lain. Menteri juga memimpin sidang dewan universitas yang

bertanggung

jawab

atas

perencanaan

dan

pembuatan

kebijakan.Struktur orgamisasi governorat padadasarnya mirip dengan


struktur

organisasi

di

pusat

kementrian

tetapi

hanya

lebih

sederhana.Mesir juga dibagi dalam 140 distrik pendidikan dengan


jaringan supervisior dan administrator.
Pembentukan lapangan kerja di pedesaan yang berkonsentrasi
dalam penyediaan pangan baik pertanian, perkebunan atau pun
peternakan perlu kembali digalakkan. Agar penduduk tidak bertumpuk
di kota akan tetapi membangun desa sehingga persediaan pangan
dapat terjaga dan harga dapat kembali murah. Dengan begini,
perekonomian akan kuat. Selain itu, pemberian afalis perlu
diberlakukan secara nasional terutama bagi kalangan pemuda atau
tenaga kerja baru sehingga tidak menganggur karena jika tidak akan
menjadi beban bagi masyarakat dan juga pemerintah serta bom waktu
bagi stabilitas keamanan dan politik.

C.

Turki
Turki

adalah

sebuah

republik

konstitusional

yang

demokratis, sekuler,bersatu dan wilayahnya terbentang dari


semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di
Eropa tenggara. Ibu kota Turki berada di Ankara namun kota
terbesar berada di Istanbul. Sistem pendidikannya terpusat,
dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Mustafa

Kemal Ataturk setelah berdirinya Republik Turki Modern pada


tahun 1923. Ataturk menjabat sebagai presiden pertama dan
menciptakan

sistem

kenegaraan

yang

sekuler,27

dimana

pendidikan dirancang untukmenghasilkan kelas pekerja terampil,


produktif dan menjadi individu yang kreatif di era yang serba
informatif.28 Sampai saat ini, pendidikan telah menjadi medan
pertempuran politik dan filosofis antara sekularis, yang didukung
oleh aparat militer, dan konservatif agama, yang membentuk
fondasi lewat Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang pada
akhirnya bisa merebut kekuasaan tertinggi. Pada tahun 2012,
AKP mendorong perubahan melalui reformasi undang-undang,
yang

kemudian

demikian,

salah

beberapa
satu

kalangan

langkah

mengkritisinya.

Meski

dicanangkan,

yaitu

yang

memperpanjang wajib belajar selama empat tahun dinilai cukup


baik. Perdebatan para penentu kebijakan di bidang pendidikan
setidaknya dalam 20 tahun terakhir tetap terjadi. Langkah AKP
yang

mencoba

melakukan

perubahan

melalui

reformasi

pendidikan, salah satunya yang paling menonjol adalah dengan


menambahkan empat tahun untuk pendidikan wajib sekolah,
meningkatkan periode wajib belajar yang semula delapan tahun
menjadi 12 tahun.
Di permukaan, ini tampak seperti perubahan positif, namun,
undang-undang baru telah banyak dikritik karena bermotif politik
dan berlawanan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Di bawah
undang-undang baru pemerintah, 12 tahun wajib belajar telah
dibagi menjadi tiga tingkatan empat tahun: dasar, menengah
pertama dan menengah atas. Di Turki, Departemen Pendidikan
Nasional bertanggung jawab untuk melakukan kontrol terhadap
administrasi semua tahapan dan jenis pendidikan pra-sekolah.
Perencanaan dan koordinasi pendidikan berada di bawah lingkup

dari Dewan Pendidikan Tinggi, yang biasa disingkat dengan YOK.


Dewan bertanggung jawab untuk negosiasi anggaran universitas,
secara keseluruhan dan kelembagaan, dan pedoman kurikulum
inti di tingkat sarjana. Setelah dilarang pada awal 1970-an,
lembaga pendidikan tinggi swasta kembali diizinkan beroperasi di
Turki pada tahun akademik 1981-1982, tetapi hanya atas dasar
non-profit. Kurikulum lembaga-lembaga ini harus disetujui oleh
YOK. Di beberapa provinsi, urusan pendidikan diselenggarakan
oleh Direktorat Pendidikan Nasional yang ditunjuk oleh Menteri,
tetapi bekerja di bawah arahan gubernur provinsi.
Secara kualitatif, sekolah di Turki berkinerja kurang baik
jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di negara-negara
OECD lainnya.Menurut hasil dari Program OECD for International
Student Assessment (PISA), rata-rata siswa di Turki sangat
rendah dalam Literasi, Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam
dari rata-rata OECD. Maka, karena bermacam kendala kualitas
sistem pendidikan di Turki, siswa dari Turki memiliki sejarah
panjang dalam memilih belajar ke luar negeri di jenjang
pendidikan tinggi. Menurut angka terbaru dari OECD, lebih dari
65.000 mahasiswa Turki yang belajar di luar negeri pada tahun
2010 dan lima negara tujuan adalah: Jerman (37,8 persen dari
seluruh mahasiswa internasional), Amerika Serikat (15,6 persen),
Britania Raya dan Irlandia Utara (UK) (5,6 persen), Austria (3.7
persen) dan Perancis (2,9 persen). Departemen Pendidikan
Nasional di Turki selain menetapkan kurikulum sekolah dasar,
menyiapkan dan menyetujui buku pelajaran dan alat peraga.
Sebelum reformasi, mata pelajaran antara lain;

seni dan

kerajinan, kewarganegaraan dan hak asasi manusia, bimbingan


karir, bahasa asing (Inggris, Perancis atau Jerman dari kelas
empat), Matematika, Musik, Pendidikan Jasmani, Pendidikan

Agama dan Etika, IPA, IPS, Sejarah Turki, Bahasa dan Sastra Turki,
dan keselamatan lalu lintas dan pertolongan pertama. Sebelum
reformasi pendidikan tahun 1997, siswa melakukan lima tahun
pendidikan dasar dan tiga tahun menengah (mirip dengan yang
struktur baru 4 + 4). Siswa lulus dari pendidikan menengah
dianugerahi Ortaokui Bitirme Diplomasi (Penyelesaian Diploma
SMP). Dalam sistem pendidikan sebelum tahun 2012, siswa bisa
memulai studi lanjutan setelah lulus dari delapan tahun sekolah
dasar pada usia 14. Di bawah struktur baru, siswa masuk sekolah
menengah lanjutan setelah empat tahun sekolah dasar dan
empat tahun sekolah menengah. Di bawah kedua struktur,
sekolah menengah atas berlangsung empat tahun (kelas 9
sampai 12). Dalam era setelah tahun 2012, sekolah menengah
atas adalah wajib. Sebelum tahun akademik 2005-2006, sekolah
menengah atas berjalan selama tiga tahun (kelas 9 sampai 11).
Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, siswa dapat
belajar di sebuah sekolah tinggi umum, teknik atau kejuruan.
Beberapa sekolah tinggi memiliki satu tahun tambahan kelas
persiapan dalam bahasa asing.
Semua kurikulum mengacu pada jam kelas mingguan. Ada
beberapa materi yang ditandai dengan dua angka pada materi
pilihan, diperuntukkan bagi siswa yang tidak berkonsentrasi
dalam bidang tertentu, dan yang kedua bagi siswa dengan
konsentrasi tertentu. Secara keseluruhan, siswa menghabiskan
30 jam seminggu di kelas tanpa konsentrasi yang spesifik.
Mereka diminta untuk menyelesaikan 30 kredit per tahun untuk
lulus.
Bahasa Turki pada mulanya berasal dari Asia Tengah
dimana mereka yang disebut kelompok Oguz berpindah hingga
ke jazirah Anatolia, Asia Kecil. Bahasa cabang Oguz ini lambat

laun berubah. Kelompok Oguz ini menyebar mulai Anatolia


hingga Selat Bosporus. Kelompok yang membawa bahasa ini
adalah kelompok Seljuk pada abad ke-10. Semenjak Islam mulai
dianut masyarakat Turki, bahasa Turki di wilayah Anatolia mulai
menyerap berbagai kosakata dari bahasa Arab dan bahasa
Persia. Bahasa Turki kemudian pada abad 15 mencapai puncak
kejayaannya

pada

masa

Kalifah

Usmaniyah.

Pada

masa

Usmaniyah ini, bahasa Turki ditulis dengan sejenis Huruf Arab.


Akan tetapi, semenjak tahun 1928, Mustafa Kemal Atatrk, yang
dikenal sebagai bapak Turki Sekuler berusaha membaratkan Turki
dan mengganti semua ejaan bahasa Turki ke dalam abjad Latin.
Bahasa Turki merupakan anggota cabang dari Bahasa-bahasa
Turki , yang meliputi bahasa Turki Gagauz dan bahasa Turki
Khorasani. Tergolong subkelompok Turki Selatan, yang tergolong
dalam kelompok bahasa Altai. Bahasa Turki dituturkan di Turki
dan 35 negara lainnya. Bahasa ini dituturkan di Bulgaria
sebanyak 1 juta jiwa, Yunani sebanyak 100 ribu jiwa, Republik
Turki Siprus Utara sebanyak 18% penduduk Siprus, Makedonia
sebanyak

86.591 jiwa,

Rumania di kawasan Dobruja dan

Uzbekistan, bahasa ini juga disebut sebagai Osmanli. Bahasa


Turki menjadi bahasa resmi untuk Turki dan Republik Turki Siprus
Utara. Selain itu, juga diajarkan di sekolah-sekolah komunitas
Turki di Bulgaria, Yunani, Makedonia dan Rumania. Bahasa Turki
terbagi atas beberapa dialek, seperti dialek Danubia yang
dituturkan di wilayah Balkan, Gaziantep, Sanliurfa, Edirne,
Razgrad, Dinler, Rumelia, Karamanli dan Eskisehir. Dimasa
Kalifah Usmaniyah, bahasa Turki ditulis dengan sejenis Huruf
Arab, namun sejak tahun 1928, bahasa Turki ditulis dalam Huruf
Latin yang dimodifikasi.

Sistem ujian di Turki biasa disebut Seviye Belirleme Sinavi ( SBS).


Sistem ujian di Turki pada tingkat primary school dan secondary
school (8 tahun) sebelum diterapkan sistem yang baru yaitu
dengan mengadakan ujian yang dimulai pada 3 jenjang terakhir
yaitu jenjang ke-6, ke-7 dan ke-8.Kemudian dari hasil ujian
tersebut dijumlah untuk diambil rata-ratanya.Nilai hasil komutatif
tersebutlah yang menentukan para siswa untuk melanjutkan
sekolah ( high school) unggulan atau tidak unggulan sesuai
dengan nilai yang didapat.
Untuk jenjang perguruan tinggi, ada kompetisi ketat untuk
masu melalui suatu sistem seleksi. Seleksi ini menenpatkan
mahasiswa untuk menempuh pendidikan selama 4,5, atau 6
tahun tingkat sarjana. Untuk perguruan vokasi sekitar 4 tahun.
Pada tahun 2003, ada kira-kira 1,5 juta siswa yang mengikuti
seleksi, dan pada 2004 hampir mencapat 1,9 juta. Namun, hanya
400 ribu siswa yang diterima. Jumah peminat mencakup 40%
dari jumlah penduduk dan minimal berusia 18 tahun.
Pendidikan non-formal sesuai dengan accordance with Basic Law No.
1739 for National Education. Undang-Undang Dasar Pendidikan Nasional Turki.
Pendidikan non formal mencakup semua kegiatan yang diselenggarakan di dalam
atau di luar sekolah.
Pendidikan pra-sekolah
Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan yang opsional, bertujuan untuk
memberikan kontribusi mental, dan emosional pada perkembangan fisik
anak/siswa untuk membantu mereka memperoleh kebiasaan baik (ahklak), yang
ditekankan pada saat mereka masih di pendidikan dasar. Pendidikan pra-sekolah
diberikan di TK, rumah penitipan anak, pembibitan kelas di sekolah dasar dan
kelas persiapan oleh berbagai departemen dan instansi terkait, dan Departemen
Pendidikan Nasional Turki.

Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar, memberikan pengetahuan dasar pada anak-anak dan
memastikan fisik, perkembangan mental dan moral sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Pada umumnya terdiri dari pendidikan anak-anak dalam
kelompok usia 6-14 tahun. Delapan tahun pendidikan dasar adalah wajib untuk
semua warga negara Turki yang telah mencapai usia enam tahun, ada juga sekolah
swasta akan tetapi masih berada di bawah kontrol negara. Akan tetapi khusus
pelajaran bahasa asing sudah dimulai diberikan sejak 4 tahun dalam pendidikan
dasar.
Pendidikan Sekunder
Pendidikan sekunder diklasifikasikan dalam beberapa kategori lembaga
pendidikan, yaitu sekolah menengah umum dan kejuruan dan sekolah tinggi
teknik (lyces) di mana minimal tiga tahun bersekolah dilaksanakan setelah
pendidikan dasar.
a.

Pendidikan Menengah
Sekolah

Menengah

umum

adalah

lembaga

pendidikan

yang

mempersiapkan siswa untuk institusi pendidikan tinggi. Mereka menerapkan


program tiga tahun lebih dan di atas pendidikan dasar, yang terdiri dari siswa
dalam kelompok umur 15-17 tahun.
b.

Pendidikan Kejuruan
Pendidikan Kejuruan memberikan instruksi khusus dengan tujuan
memberikan pelatihan kemahiran yang berkualitas. Organisasi dan periode
instruksi dari sekolah berbeda. Beberapa dari mereka memiliki program empat
tahun dalam hal ini usia sekolah adalah 15-18 tahun. Tujuan pendidikan
menengah adalah untuk memberikan pengenalan pada siswa dengan budaya
umum pada tingkat minimum dan mempersiapkan mereka dalam mengemban
tanggung jawab bagi masyarakat demokratis, membuat mereka menghormati hak
asasi manusia serta mempersiapkan mereka pada pendidikan yang lebih tinggi
atau bisnis ke arah kepentingan kehidupan yang sejahtera.

Sekolah-sekolah menengah swasta, memiliki kelas persiapan bahasa asing,


sesuai dengan sasaran program pendidikan, dan dalam pendidikan bahasa asing
yang dipadukan dalam kelompok ilmu pengetahuan dan matematika.
c.

Pendidikan Tinggi (Higher education)


Di Turki, pendidikan tinggi meliputi semua institusi pendidikan setelah
pendidikan menengah, yang menyediakan setidaknya dua tahun pendidikan tinggi
dan mendidik siswa untuk melanjutkan ke jenjang, sarjana, master atau gelar
tingkat doktor. Lembaga pendidikan tinggi terdiri dari universitas, fakultas,
institut, sekolah pendidikan tinggi, konservatori, sekolah kejuruan pendidikan
tinggi dan pusat penelitian aplikasi. Di Turki, eskalasi pendidikan yang lebih
tinggi adalah untuk mencapai tingkat kemampuan dalam menghadapi era
globalisasi dunia, baik dari segi kualitas dan kuantitas, telah diadopsi sebagai
tujuan utama. Rencana dan program yang dibuat selalu mencerminkan persepsi
dari rencana itu sendiri. Tujuan pendidikan tinggi adalah untuk melatih tenaga
kerja dalam suatu system, prinsip-prinsip pendidikan dan pelatihan kontemporer
untuk memenuhi kebutuhan Negara. Namun demikian dipendidikan tingggi juga
disediakan beberapa pendidikan khusus di berbagai bidang bagi siswa yang telah
menyelesaikan pendidikan menengah.
Universitas yang terdiri dari beberapa unit yang dibentuk oleh negara dan
oleh hukum sebagai perusahaan publik memiliki otonomi dalam pengajaran dan
penelitian. Selain itu, lembaga-lembaga pendidikan tinggi, di bawah pengawasan
dan kontrol negara, juga dapat dibentuk oleh yayasan swasta sesuai dengan
prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam undang-undang dengan
ketentuan bahwa mereka adalah non-profit di dunia. Universitas adalah lembaga
pendidikan tinggi pokok. Ia memiliki otonomi akademik dan kepribadian hukum
publik. Hal ini bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pendidikan
tingkat tinggi, penelitian ilmiah dan publikasi. Setiap universitas terdiri dari
fakultas dan sekolah empat tahun, menawarkan program yang tingkat sarjana,
yang kedua dengan penekanan kejuruan, dan tahun-dua sekolah kejuruan yang
menawarkan rekan) tingkat (program pra-sarjana dari alam kejuruan ketat.

Tingkat pascasarjana program terdiri dari master dan doktor program,


dikoordinasi oleh lembaga untuk studi pascasarjana.
Program magister ditetapkan sebagai program dengan tesis atau tanpa
tesis. program Dengan tesis gelar master yang menyelesaikan pendidikan
tertentu diikuti dengan pengajuan tesis. Sementara itu program tanpa tesis juga
bagian penyelesaian dari program sarjana namun disini disebut istilah proyek.
Durasi program ini adalah dua tahun setidaknya. Akses ke program doktor
membutuhkan gelar master.
Program Doktor memiliki jangka waktu minimal empat tahun yang terdiri
penyelesaian kursus, lulus ujian kualifikasi doktor, serta menyiapkan dan
mempertahankan tesis doktor. Medis program pelatihan khusus untuk program
setara tingkat doktor, namun dilakukan dalam fakultas kedokteran dan pelatihan
di rumah sakit yang dimiliki Departemen Kesehatan dan Organisasi Negara
Asuransi Sosial.

D. China
Jenjang pendidikan di Cina dengan di Indonesia tidak jauh
berbeda. Dimana ada tingkat sekolah dasar, menengah, dan

perguruan tinggi. Cina mengadakan pendidikan gratis selama 9


tahun inilah yang membuat jangkauan pendidikan di cina tidak
hanya milik warga kelas atas melainkan seluruh warga cina
karena dari kecil sudah ditanamkan pendidikan dalam diri
mereka. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa Cina
tidak melakukan konsep belajar menghafal, cara mengajar yang
kaku yang hanya bertujuan untuk lulus ujian saja. Melainkan
sistem

pendekatan

atau

sistem

pembelajaran

di

Cina

menekankan pada penguasaan materi, konsep, dan penguasaan


keterampilan bagi para siswanya dengan cara siswa diajarkan
dan diarahkan untuk memahami dan mengalami suatu hal yang
sedang dipelajarinya.
Dengan pendekatan pembelajaran seperti ini siswa lebih
dapat dengan mudah mencerna pelajaran dan pemahaman yang
telah didapatnya dapat terinternalisasi sepenuhnya dalam diri.
Selain itu sarana dan pra sarana sekolah di Cina sangat
mendukung

proses

pembelajaran.

Sistem

pembelajaran

ini

sangat baik untuk diterapkan hanya saja di Indonesia sendiri


sarananya kurang mendukung, contohnya dalam laboratorium
saja banyak terdapat mikroskop yang rusak, hal ini sangat
menganggu proses pembelajaran di laboratorium.
Reformasi yang dilakukan Cina di dunia pendidikan secara
langsung menguah kurikulum sekolah dimana ditekankan pada
pengembangan potensi yang dimiliki siswa, kurikulum diarahkan
untuk memfasilitasi potensi yang dimiliki siswa agar berkembang
optimal. di Cina tidak terlalu menekankan kepada hapalan dan
orientasi untuk lulus ujian (kognitif) karena dianggap dapat
membunuh karakter anak, misalnya PR yang terlalu banyak,
pelajaran yang terlalu berat, orientasi hapalan dan drilling, yang
kesemuanya dapat membebani siswa baik secara fisik, mental
maupun kejiwaan. Sistem sekolah di Cina mewajibkan setiap

muridnya untuk berlatih olahraga selama paling tidak satu jam


sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan lain seperti memasak juga
menjadi salah satu bagian penting yang harus dialamai oleh
siswa disamping menekuni bidang seni budaya.
Sistem penilaian di Cina juga berkaitan dengan sistem
ujian. Sekolah Dasar dan Menengah melaksanakan empat
macam ujian, yaitu : ujian semester, ujian tahunan, ujian akhir
sekolah, dan ujian masuk SMP/ SMA. Ujian masuk SMP terbatas
pada mata pelajaran Bahasa Cina dan Matematika, sedangkan
ujian masuk SMA pelaksanaannya digabungkan dengan ujian
akhir SMP. Untuk masuk Perguruan Tinggi, dilakukakn Ujian
Seleksi Nasional dengan pemisahan antara pilihan ilmu science
dan ilmu sosial.
Pendidikan di china menggunakan system kredit dan dapat
melanjutkan ke jenjang selanjutnya apabila telah memenuhi
angka kredit sedangkan di Indonesia, hal tersebut dilaksanakan
pada jenjang perguruan tinggi
Tingkatan Pendidikan di China terdapat Pendidikan khusus.
Sedangkan di Indonesia tidak ada tingkatan pendidikan khusus.
Muatan dari materi kimia yang diajarkan lebih menekankan pada
aplikasi dan lingkungan. Sedangkan di Indonesia aplikasi dan
lingkungan tidak begitu diutamakan.
Perbedaan yang lain terletak pada pemahaman mata
pelajaran dan praktiknya, China lebih menekankan praktiknya.
Sedangkan kita ketahui bersama bahwa pendidikan di Indonesia
lebih menekankan konsep. Di China terdapat beberapa lembaga
atau sistem penjamin mutu program Cina, lembaga tersebut
termasuk lembaga-lembaga besar.
Sistem pendidikan modern di China dimulai ketika bangsa
asing mulai masuk dan menjajah berbagai wilayah di Negara tirai

bambu tersebut. Pendidikan di China mengalami perubahan yang


cukup ekstrim semenjak saat itu. Tetapi, walaupun elemenelemen

budaya

barat

dan

filosofi

pendidikannya

banyak

dimasukkan ke struktural sistematik pendidikan China. Secara


keseluruhan, mental pendidikan dan filosofi pendidikan China
yang kuno masih tetap diadopsi oleh pemerintah sampai
sekarang sebagai salah satu bentuk usahanya dalam menjaga
budaya dan kekayaan peradaban negeri itu yang sudah berusia
sekitar ribuan tahun tersebut.
China

dalam

sepuluh

tahun

terakhir

ini

mengalami

kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang. Diperkirakan


lebih dari 160.000 pelajar dari Asia Tenggara yang menempuh
studi

di

negeri

tirai

bamboo

tersebut

dan

sekitar

6.000

mahasiswa asal Indonesia belajar di sejumlah perguruan tinggi di


China. Selain kemajuan yang diraih China, alasan mahasiswa
asing belajar disana adalah biaya kuliah yang lebih murah
dibandingkan

biaya

kuliah

di

UK,

AS,

Australia

maupun

Singapura. Jurusan yang banyak diambil mahasiswa asing adalah


bahasa Mandarin, ekonomi, manajemen dan Chinese Medical.
Munculnya tren studi ke China tidak lepas dari usaha dan
berbagai

kebijakan

pemerintah

yang

acapkali

memberikan

dukungan baik berupa moril maupun aliran dana yang terusmenerus dialirkan demi memperbaiki kualitas pendidikan di
China dan memberikan imej pendidikan yang baik dalam skala
internasional.
China adalah negara yang memiliki sistem pendidikan
terbesar di dunia. Sebagai salah satu Negara beranut sosialis
komunis, umumnya sistematika dan metode finansial pendidikan
dikendalikan dan diatur oleh pemerintah pusat dalam suatu

konsep pasar ekonomi berencana. Investasi akan pengeluaran


pendidikan sebagian besar berasal dari cadangan devisa Negara.
Dengan

populasi

murid

terbesar

di

dunia

dan

keanekaragaman juga rumitnya kondisi setiap propinsi yang


berbeda-beda, metode finansial pendidikan di China mengalami
banyak dinamika dan revolusi dalam tahap-tahap tertentu.
Pemerintah terus mencari metode finansial terbaik yang cocok
dengan kondisi Negara tersebut. Metode tersebut selain harus
dicocokkan dengan kondisi dan situasi pendidikan negara, juga
tidak boleh bertentangan dengan idelogi sosialis yang dianut
partai komunis di Negara tersebut.
Maka dari itu, ,melihat dari keanekaragaman budaya, adat
istiadat dan kemajuan masing-masing propinsi, terkadang kita
harus memandang Negara China sebagai satu benua dan bukan
satu Negara. Oleh karena itu, Masalah yang dialami oleh metode
finansial pendidikan di China pun berbeda dengan Negara-negara
lain pada umumnya. Revolusi metode finansial pendidikan di
China bisa dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu : Tahap Sentralisasi
Terpusat, tahap Desentralisasi dan tahap Sentralisasi Berencana.
Bahasa Cina membentuk sebahagian keluarga bahasa SinoTibet. Kira-kira satu per lima daripada semua manusia di bumi
bertutur dalam suatu bentuk bahasa Cina sebagai bahasa
ibunda, menjadikannya bahasa yang paling ramai orang di dunia
yang menuturnya sebagai bahasa ibunda.
Perkembangan bahasa Cina yang ditutur sejak zaman
purba hingga masa kini amat rumit. Kebanyakan orang China
utara, di wilayah Sichuan dan di kawasan luas yang meliputi
Manchuria di timur laut hingga wilayah Yunnan di barat daya,

menggunakan berbagai dialek Mandarin sebagai bahasa ibunda.


Meluasnya penggunaan bahasa Mandarin di seluruh China utara
terutamanya kesan daripada keluasan tanah pamah di China
utara. Sebaliknya, gunung-ganang dan sungai-sungai China
selatan mendorong kepada kepelbagaian bahasa. Kemunculan
bahasa Mandarin di Sichuan banyak disebabkan sesuatu wabak
penyakit pada abad ke-12. Wabak ini, yang mungkin mempunyai
kaitan dengan Black Death di Eropa, menyebabkan turunnya
pendudukan di kawasan ini, menyebabkan kedatangan orang
dari

China

utara.Oleh

karena

itu,

pemerintah

lebih

mengutamakan pendidikan bahasa cina sebagai bahasa ibu


dengan mengurangi jadwal pembelajaran bahasa inggris dan
menambahkan jadwal pembelajaran untuk bahasa china.
Alokasi biaya pendidikan di china tersedia pada pemerintah
pusat dan daerah, dengan distribusi, alokasi dari daerah untuk
pendidikan yang dokelola oleh daerah dan dana pusat untuk
lembaga pendidikan yang berada di kementrian-kementrian.
Besar anggaran pendidikan China pada tahun 1990 adalah
sebesar 43,3 miliar RnB ( Reuminbi) guan (13,1% dari anggaran
Negara).
Selain menerapkan pendidikan formal, di China juga
menerapkan pendidikan non formal yang berupa pendidikan
orang dewasa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat yang pada gilirannya diharapan dapat
memberi

sumbangan

dalam

pengembangan

sosio-ekonomi

penduduk.Selain itu di China juga dikembangkan pendidikan


literasi guna pemberantasan buta huruf. Hingga saat ini sudah
tercatat

42,5

membaca.

juta

lebih

rakyat

china

telah

dapat

lancar

Di China, pendidikan vokasional dan pelatihan atau biasa


disebut VET dilakukan dan dikelola oleh Departemen Pendidikan
atau biasa disebut MOE dan Kementerian Sumber Daya Manusia
dan Keamanan Sosial yang biasa disebut MHRSS, dan telah
melakukan peran penting dalam pengembangan domestik dan
petumbuhan ekonomi ( MOE, 2005). Hal ini penting bagi China
untuk mengembangkan pendidikan vokasional, karena tenaga
kerja China terutama menghadapi dengan dua masalah termasuk
kualitas rendah dan kekurangan tenaga kerja terampil. Masalahmasalah ini telah mempengaruhi secara negatif pembangunan
ekonomi dan inovasi di China, sehingga produk-produk yang
dihasilkan berkualitas rendah, tingginya konsumsi energi yang
dibutuhkan serta tingginya tingkat kecelakaan industri ( MOE,
2005).

BAB II
PENUTUP
Simpulan
Indonesia

dan

Mesir

sama-sama

menerapkan

sistem

pendidikan wajib belajar 9 tahun tetapi perbedaannya kurikulum


mesir di tekankan pada pendidikan agama islam, sedangkan
indonesia pada pendidikan yang umum.Mesir dan Indonesia
sama-sama memasukkan bahasa ibu kedalam mata pelajaran
yang harus dipelajari pada semua jenjang.
Manajemen pendidikan di China ialah tersentralisasi, mulai
dari level pusat, propinsi, kotamadya, kabupaten dan termasuk
daerah otonomi setingkat kotamadya. Pendidikan di China terdiri
atas empat sektor yaitu basic education, technical, vocational
education, higher education, dan adult education. Disamping itu
jug terdapat pendidikan prasekolah yang materinya meliputi
permainan, olahraga, kegiatan kelas, observasi, pekerjaan fisik,
serta aktivitas sehari-hari.
Reformasi yang dilakukan China di dunia pendidikan secara
langsung mengubah kurkulum sekolah dimana ditekankan pada
pengembangan potensi yang dimiliki siswa, kurikulum diarahkan
untuk memfasilitasi potensi yang dimiliki siswa agar berkembang
optimal. Di China tidak terlalu menekankan pada penghafalan
dan orientasi untuk lulus ujian (kognitif) karena dianggap dapat
membunuh karakter anak.
Di Turki, dimana negara yang berpenduduk 99% beragama islam
mempunyai sekolah bertaraf internasional yang sudah sangat
maju. Sistem pendidikan di turki secara umum hampir sama
dengan

yang

ada

di

Indonesia.Jenjang

pra-sekolah

(TK)

Pendidikan Dasar (SD), Pendidikan menengah (SMP, SMA), dan

pendidikan tinggi ( PT) , serta pendidikan diluar sekolah.Namun


pendidikan di Turki lebih maju dari pada Indonesia. Untuk
memajukan pendidikannya antara lain dikarenakan tingginya
peran masyarakat dan perusahaan yang peduli terhadap dunia
pendidikan, mereka menyisihkan sebagian pendapatannya untuk
membangun sistem pendidikan mereka.
Mereka sangat peduli dengan pendidikan dikarenakan
bahwa negara mereka di masa depan akan dipimpin oleh anakanak mereka sekarang. Oleh karena itu jika mereka diberi
pendidikan yang baik maka negara mereka akan mereka kelola
dengan baik pula pada waktunya nanti. Mereka juga memberikan
sumbangan kepada sekolah yang mereka niatkan untuk beramal
sesuai

ajaran

agama.Pendidikan

di

Turki

betul-betul

mendapatkan perhatian dari pemerintah disamping kesadaran


dari warga yang berimplikasi pada kemajuan dan kemakmuran
negaranya.

DAFTAR PUSTAKA
Saleh, M.N.I.2015. PerbandinganSistemPendidikan di TigaNegara :Mesir, Iran
danTurki : JurnalPendidikan Islam 4(4): 49-70.
Tola, B. 2014.SistemPendidikanNasionaldanFaktor yang Mempengaruhinya
:JurnalManajemenPendidikan Islam 2(1) :87-91.
Monir Atta-Alla, Ph. D. 2012. Egypt Education System: A Monocultural
Education in a Multicultural Society :Journal of Sociological Research 3(2): 476488.
Osmiati.2014.PendidikandiIndonesia:SejarahKurikulumdanKurikulumSejarahMa
saOrdeBarudanMasaReformasi: AnalisisSejarah 4(2) : 6767-7575.
Wahyudiati,D.2014.PeningkatanHidupmasyarakatDesaSukadamaiKecamatanJer
owaru Lombok TimurMelaluiPengetasanButaAksara :JurnalTransformasi 10 (1):
105-125.
Sunartono.2008.Analisis

Peningkatan

Kesempatan

Kerja

di

Indonesia: Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 10 (1) : 48-53


Mukarom.2015. Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Turki Usmani
1300-1922 M : JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1 2015 (109-126)
Novianti,I. 2006. Sultan Mahmud II dan Pembaruan Pendidikan di
Era Turki Usmani :Jurnal INSANIA Vol. 11 No. 1 Jan-Apr 2006 (06115)
Yu,Xi.2010.A Comparative Review on Chinese Vocational Education and
Training System : Jurnal The Online Journal of New Horizons in Education vol 3,
Issue 2.

Anda mungkin juga menyukai