Anda di halaman 1dari 28

IMPLEMENTASI PROGRAM KARTU INDONESIA PINTAR

KULIAH MERDEKA DI UNIVERSITAS SULTAN AGENG


TIRTAYASA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Metode Penelitian
Administrasi
Dosen Pembimbing : Dr. Titi Stiawati, S.Sos., M.Si.

Disusun Oleh :
Tubagus Nurul Fahmi
(6661200102)

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. atas segala
RahmatNya yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling
bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya Peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Kuallitatif ini yang diajukan untuk memenuhi
syarat tugas mata kuliah dengan judul “Implementasi Program Kartu Indonesia
Pintar Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa” dengan baik, lancar
dan tepat waktu.
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti
mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan peneliti semoga tugas
penelitian ini bermanfaat khususnya bagi peneliti dan bagi pembaca lain pada
umumnya.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 3
1.3 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 3
1.4.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 5


2.1 Deskripsi Teori...................................................................... 5
2.1.1 Implementasi Kebijakan Publik ................................................ 6
2.1.2 Implementasi Program .............................................................. 8
2.1.3 Program Kartu Indonesia Pintar Merdeka ................................ 11
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................. 13
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................. 14
2.4 Asumsi Dasar ........................................................................ 15

BAB III : METODE PENELITIAN ................................................ 16


3.1 Desain Penelitian .................................................................. 16
3.2 Fokus Penelitian .................................................................... 16
3.3 Lokasi Penelitian................................................................... 16
3.4 Definisi Konsep dan Operasional ......................................... 17
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................. 18
3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................... 19
3.7 Informan Penelitian............................................................... 20

ii
3.8 Teknik Analisis Data ............................................................ 21
3.9 Uji Keabsahan Data .............................................................. 22
3.10 Jadwal Penelitian .................................................................. 24

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................


BAB V : PENUTUP ..........................................................................
DAFTAR PUSAKA...........................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
Permendikbud No. 10 Tahun 2020 Tentang Program Indonesia Pintar,
pemerintahan yang di oleh Presiden Joko Widodo menyatatakan bahwa
Program Indonesia Pintar sebagai salah satu upaya pemerintah untuk
mendukung pelaksanaan pendidikan menengah universal atau rintisan wajib
belajar 12 (dua belas) tahun dan untuk meningkatkan perluasan akses dan
kesempatan belajar di perguruan tinggi, perlu memberikan bantuan pendidikan
dan afirmasi pendidikan tinggi kepada peserta didik dan mahasiswa. Roh dari
program tersebut sejalan dengan Pasal 28C dan Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2)
Undang-Undang Dasar 1945, dimana setiap warga negara berhak untuk
mendapatkan pendidikan serta wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan program bantuan yang
diberikan oleh pemerintah melalui Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupa uang tunai, perluasan akses
dan kesempatan belajar yang diberikan kepada para pelajar dengan latar
belakang keluarga yang miskin atau rentan miskin di seluruh Indonesia untuk
membiayai Pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kartu Indonesia
Pintar (KIP) terbagi menjadi 2 golongan yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP)
yang manfaatnya bisa dirasakan oleh para pelajar tingkat SD/SMP/SMA dan
Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP – Kuliah) yang manfaatnya bisa dirasakan
oleh mahasiswa di seluruh Indonesia yang kurang mampu baik berkuliah di
Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta.
Adapun jumlah besaran beasiswa yang diterima oleh tiap mahasiswa
yakni Rp. 6 juta yang kemudian Rp. 2,4 juta di serahkan kepada pihak kampus
sebagai bayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Rp. 4,2 juta diserahkan
kepada mahasiswa sebagai uang saku mereka guna membeli keperluan

1
perkuliahan. Namun setelah satu tahun program KIP – Kuliah berjalan,
program tersebut digantikan dengan nama lain yakni KIP – Kuliah Merdeka.
Perbedaan dari kedua program tersebut terdapat pada jumlah besaran
anggarannya seperti pada KIP – Kuliah sebesar Rp. 1,3 triliun, sedangkan pada
KIP – Kuliah Merdeka sebanyak Rp. 2,5 triliun. Hal itu juga mempengaruhi
besaran UKT maupun uang saku yang diterima oleh mahasiswa penerima
beasiswa KIP – Kuliah Merdeka. Besaran UKT yang diperoleh oleh mahasiswa
KIP – Kuliah merdeka disesuaikan dengan akreditasi jurusan yang ia tempuh.
semakin tinggi akreditas jurusan pada universitas yang ia tempuh, semakin
besar pula jumlah bayaran UKT nya. Pada uang saku mahasiswa KIP – Kuliah
Merdeka pun bertambah yang tadinya Rp. 4,2 juta menjadi Rp. 5,7 juta.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atau yang biasa disebut dengan
singkatan UNTIRTA merupakan Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Banten
yang menjadi salah satu perguruan tinggi yang menerima mahasiswa beasiswa
KIP – Kuliah Merdeka, baik melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) maupun Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN). Hingga kini ada 1.363 mahasiswa penerima beasiswa KIP
– Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa terhitung dari
Angkatan 2021 sebanyak 763 mahasiswa dan 600 mahasiswa baru Angkatan
2022.
Dalam pelaksanaan program KIP – Kuliah Merdeka di Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) ada beberapa isu yang muncul di
kalangan mahasiswa, seperti pernyataan beberapa mahasiswa yang
mengatakan bahwa program KIP – Kuliah Merdeka ini tidak tepat sasaran,
Kemudian masalah terkait jadwal pencairan dana beasiswa KIP – Kuliah
Merdeka yang terkesan terlambat tiap semesternya, serta masalah prihal KIP –
Kuliah Merdeka lainnya yang terjadi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Karena masalah – masalah tersebut peneliti tertarik untuk meneliti topik ini.

2
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
Permendikbud No. 10 Tahun 2020 Tentang Program Indonesia Pintar. Telah
banyak para peserta didik yang melanjutkan pendidikannya walaupun dalam
keadaan ekonomi yang tidak memungkin, terkhusus lagi para peserta didik
yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dengan beasiswa KIP – Kuliah Merdeka nya. Namun ada beberapa
permasalahan dalam pelaksaan program KIP – Kuliah Merdeka di Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Program KIP – Kuliah Merdeka yang terkesan tidak tetap sasaran target
nya
2. Jadwal waktu Pencairan Dana beasiswa KIP – Kuliah Merdeka yang tidak
terjadwal dan terkesan terlambat tiap semesternya.

1.3 Rumusan Masalah


Setelah melihat identifikasi masalah diatas, peneliti menyimpulkan
terkait rumusan masalah yang di dalami yakni tentang “bagaimana
Implementasi Program KIP – Kuliah Merdeka di Univeristas Sultan Ageng
Tirtayasa ?”

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.4.1 Tujuan Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan pada rumusan masalah bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengimplementasian dari program KIP – Kuliah Merdeka di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3
1.4.2 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang sejauh mana implementasi program KIP – Kuliah Merdeka
di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Secara Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat
berguna, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya yakni :
a. Memberikan pemikiran kepada pihak yang menangani
program KIP – Kuliah Merdeka di Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa untuk lebih memperhatikan Kembali
dalam pengawasan program ini agar program ini
terlaksana dengan baik tanpa adanya hambatan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan bagi pihak pembuat maupun pelaksana
kebijakan sebagai bahan evaluasi kebijakan untuk
kemudian dapat ditindaklanjuti berupa peninjauan
Kembali terhadap pentingnya pengawasan pendataan
daftar calon penerima KIP – Kuliah Merdeka.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori


Menurut Jonathan Turner (dalam babbie,1992) menyatakan bahwa teori
dalam ilmu sosial adalah penjelasan sistematis tentang hukum-hukum dan
kenyataan-kenyataan yang dapat diamati, yang berkaitan dengan aspek khusus
dari kehidupan manusia. Sedangkan Menurut Neuman 2003 (dalam
Sugiyono,2012) teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis melalui
spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena. Selanjutnya pengertian teori menurut
Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumaryati, Teori adalah serangkaian asumsi,
konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial
secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
Deskripsi teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang
diteliti, suatu deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap
variabel-variabel yang diteliti melalui uraian yang mendalam dan lengkap dari
berbagai referensi, Variabel-variabel yang tidak dapat dijelaskan dengan baik,
baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang
diteliti menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks
penelitian. Oleh karena itu, peneliti harus rajin membaca, untuk membaca
dengan secara benar, baik berbentuk buku-buku, teks, kamus, ensiklopedia,
jurnal ilmiah, laporan penelitian, internet dan lain-lain.

5
2.1.1 Impelementasi Kebijakan Publik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan
sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran.
Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 7)
mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-
kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan
kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku
yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari
definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan
apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam
beberapa kegiatan pada suatu masalah.
Menurut Lijan Poltak S (2006:5), istilah publik berasal dari bahas
Inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata public
sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa Indonesia Baku menjadi
Publik yang berarti umum, orang banyak dan ramai. Berdasarkan
pemaparan yang dikemukakan di atas, maka publik dapat didefinisikan
sebagai masyarakat luas atau umum.
Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009: 19)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “ is whatever government
choose to do or not to do” ( apapaun yang dipilih pemerintah untuk
dilakukan atau untuk tidak dilakukan).
Menurut Woll sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003:2)
menyebutkan bahwa kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas
pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara

6
langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
Model Implementasi Kebijakan Publik Menurut George C
Edward III (dalam Subarsono, 2011:90-92) dipengaruhi oleh empat
variable yakni :
1. Komunikasi
diartikan sebagai suatu proses penyampain informasi
kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan
dengan maksud agar mencapai tujuan dan sasaran kebijakan
sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penerapannya kebijakan
komunikasi sangat diperlukan agar para pembuat kebijakan
mauapun implementornya dapat konsisten dalam melaksanakan
kebijakan yang akan diterapkan kepada masyarakat. Terdapat tiga
indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan
variabel komunikasi yaitu : Transformasi, Kejelasan, dan
Konsistensi. Transformasi yaitu cara penyamapaian informasi
yang baik kepada para pelaksana kebijakan sehingga dapat
menghasilkan implementasi yang baik. Kejelasan yaitu dimana
dalam indikator ini informasi yang diterima para pelaksana
kebijakan harus jelas dan tidak membuat bingung sehingga
mereka memahami apa yang menjadi maksud, tujuan, dan sasaran
dari kebijakan tersebut. Dan yang terakhir yaitu konsistensi
dimana informasi yang sudah diberikan kepada pelaksana
kebijakan harus dikerjakan secara konsisten dan jelas.

2. Sumber Daya
Meskipun suatu impelementasi kebijakan sudah
dikomunikasikan dengan jelas dan konsisten, namun apabila
didalam pengimplementasiannya kekurangan sumber daya maka
implementasi tidak bisa berjalan dengan efektif. Indikator-
indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumber daya

7
mempengaruhi suatu implementasi kebijakan terdiri dari Sumber
daya manusia yang professional dan kompeten dalam mengelola
sumber daya yang ada serta fasilitas pendukung seperti sarana dan
prasarana yang memadai.

3. Disposisi
ialah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor seperti kejujuran, komitmen dan demokratis.
Disposisi atau sikap para pelaksana merupakan faktor penting
dalam implementasi kebijakan. Jika implementasi kebijakan ingin
berhasil secara efektif dan efisien, maka para pelaksana kebijakan
tidak hanya mengetahui apa yang harus mereka lakukan namun
juga harus memiliki kemauan untuk melaksanakannya, sehingga
dalam praktiknya tidak terjadi bias.

4. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan
kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah
Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur
organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan
pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi
yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi
tidak fleksibel.

2.1.2 Implementasi Program


Secara etimologis Konsep implementasi berasal dari bahasa
inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement
(mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out
(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give
practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap
sesuatu)” (Webster dalam Wahab, 2004:64).

8
Menurut Oemar hamalik penulis buku yang berjudul Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum (2007:237), bahwa “Implementasi
merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik perubahan
pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap”.
menurut Van Meter dan Van Horn Implementasi adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat
atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan” (Meter dan Horn dalam Wahab, 2004:65).
Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha
yang akan dijalankan. Jones dalam Arif Rohman (2009: 101-102)
menyebutkan program merupakan salah satu komponen dalam suatu
kebijakan. Program merupakan upaya yang berwenang untuk mencapai
tujuan. Menurut Charles O. Jones (Siti Erna Latifi Suryana, 2009: 28)
ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program yaitu :
1. Pengorganisasian, Struktur oganisasi yang jelas diperlukan dalam
mengoperasikan program sehingga tenaga pelaksana dapat
terbentuk dari sumber daya manusia yang kompeten dan
berkualitas.
2. Interpretasi, Para pelaksana harus mampu menjalankan program
sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan
yang diharapkan dapat tercapai.
3. Penerapan atau Aplikasi, Perlu adanya pembuatan prosedur kerja
yang jelas agar program kerja dapat berjalan sesuai dengan jadwal
kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan program lainnya.

Salah satu model implementasi program yakni model yang


diungkapkan oleh David C. Korten. Model ini memakai pendekatan
proses pembelajaran dan lebih dikenal dengan model kesesuaian

9
implementasi program. Model kesesuaian Korten digambarkan sebagai
berikut :

Sumber : Header Akib dan Antonius Tarigan (2000:12)

Gambar 1. Model Kesesuaian Implementasi Program

Korten menggambarkan model ini berintikan tiga elemen yang


ada dalam pelaksanaan program yaitu program itu sendiri, pelaksanaan
program, dan kelompok sasaran program. Korten menyatakan bahwa
suatu program akan berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari
tiga unsur implementasi program. Pertama, kesesuaian antara program
dengan pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh
program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran
(pemanfaat). Kedua, kesesuaian antara program dengan organisasi
pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program
dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara
kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian
antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh
output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok
sasaran program (Haedar Akib dan Antonius Tarigan, 2000: 12).

2.1.3 Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka


Guna meningkatkan pendidikan bagi masyarakat tidak mampu
pemerintah membuat Program Indonesia Pintar sebagaimana tertuang
dalam Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014

10
Tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program
Indonesia Pintar, Dan Program Indonesia Sehat untuk membangun
Keluarga Produktif. Penyelenggaraan Program Indonesia Pintar
merupakan komitmen pemerintah yang sejalan dengan 9 agenda
prioritas nawa cita pemerintahan presiden Jokowi yaitu meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia dan melakukan revolusi karakter
bangsa.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Program Indonesia
Pintar yang selanjutnya disebut PIP adalah bantuan berupa uang tunai
dari pemerintah yang diberikan kepada peserta didik yang orang tuanya
tidak atau kurang mampu dalam membiayai pendidikannya. Peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kartu Indonesia Pintar yang
selanjutnya disebut KIP ialah kartu yang diberikan kepada anak dari
keluarga pemegang KKS sebagai penanda/ identitas untuk mendapat
manafaat PIP.
Program Indonesia Pintar melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) adalah pemberian bantuan tunai pendidikan kepada seluruh
anak usia sekolah 6-21 tahun yang berasal dari keluarga pemegang
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) atau yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya. Program Indonesia Pintar melalui KIP
merupakan kelanjutan dari Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sedangkan pada jenjang Perguruan Tinggi yang sebelumnya pada era
kepresidenan SBY merupakan program Bidikmisi, digantikan dengan
KIP Kuliah.
Kebijakan KIP kuliah yang dikeluarkan oleh pemerintah di
bawah wewenang Kementerian dan Kebudayaan bertujuan untuk

11
menyediakan bantuan terkhusus untuk mahasiswa miskin sehingga
dapat melanjutkan kuliah, dengan demikian sasaran dari kebijakan ini
adalah untuk mencegah mahasiswa putus kuliah (Dimmera &
Purnasari, 2020). Pendidikan tinggi memiliki potensi memberikan
dampak positif dalam membangun sumber daya manusia unggul.
Beasiswa KIP kuliah bertujuan untuk meningkatkan akses pada
pendidikan tinggi sehingga calon mahasiswa kurang mampu dapat
memiliki masa depan yang lebih baik. Dalam kurun 10 tahun terakhir
ini, jumlah mahasiswa penerima Bidikmisi dan beasiswa KIP sudah
meningkat lebih dari 10 kali lipat. Beasiswa Bidikmisi dimulai tahun
2010 yang lalu dan diganti dengan KIP Kuliah, pada tahun 2020.
Beasiswa Bidikmisi telah banyak menghasilkan alumni yang inspiratif
(Putri et al., 2021).
Kementerian pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2021
merubah skema KIP kuliah menjadi KIP Kuliah Merdeka, dengan cara
memberikan biaya pendidikan dan biaya hidup yang lebih tinggi kepada
calon mahasiswa, sehingga calon mahasiswa leluasa memilih
perguruan tinggi favorit. Dengan bantuan biaya pendidikan dan biaya
hidup yang lebih tinggi, KIP kuliah memerdekan calon mahasiswa
untuk meraih mimpinya. Calon mahasiwa tidak ragu untuk memilih
prodi unggulan pada perguruan tinggi terbaik, dimanapun lokasinya di
Indonesia. Orang tua lebih percaya diri untuk mendorong anaknya
kuliah. Perguruan Tinggi memberikan akses seluas-luasnya kepada
calon mahasiswa untuk memilih prodi favorit/unggulan. Sehingga
harapannya sumber daya manusia meningkat, dengan memastikan
calon mahasiswa kurang mampu tapi berpotensi, tetap dapat kuliah di
prodi unggulan pada perguruan tinggi terbaik. Bagi calon mahasiwa
kurang mampu yang memiliki cita-cita tinggi, manfaatkan beasiswa
KIP kuliah merdeka, untuk meraih masa depan (Maulana, 2021).

12
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan
dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk peneltiain selanjutnya
di samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisikan
penelitian serta menujukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagaian ini
peneliti mencamtumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan
penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik
penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan. Berikut
merupakan penelitian terdahulu yang masih terkait dengan tema yang penulis
kaji.

Pertama, Penelitian ini mengambil dari Jurnal Politik dan Sosial


Kemasyarakatan yang ditulis oleh Eva Nur Laily Rohmah dan Zuli
Kasmawanto dari Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan dengan judul
“Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah di Perguruan Tinggi
Swasta”. Alasan peneliti mengangkat judul tersebut dikarenakan ketertarikan
peneliti untuk mengetahui lebih dalam prihal Implementasi Program KIP
Kuliah di Perguruan Tinggi Swasta khususnya di Universitas Islam Darul
‘Ulum Lamongan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan
menganalisis proses pelaksanaan Program KIP-Kuliah Swasta Perguruan
Tinggi dengan studi kasus di Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada sedikit kendala dalam proses komunikasi
dan siswa sumber daya yang tidak mematuhi aturan, terutama dalam
mengumpulkan file sehingga memiliki berdampak pada proses pengembangan
dana.

Pada penelitian sebelumnya ini memiliki keterkaitan dengan penelitian


yang sedang peneliti kerjakan. Hal tersebut dapat mempermudah peneliti
dalam mengerjakan penelitian ini, dikarenakan banyak informasi yang terdapat
pada penelitian sebelumnya tersebut.

Kedua, Penelitian selanjutnya diambil dari Skripsi Program Studi


Pemikiran Politik Islam yang disusun oleh Wina Apriliani Pusea dari

13
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung dengan judul “Implementasi
Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Di Desa Sidosari Kecamatan Natar”.
Alasan peneliti memilih judul tersebut ialah untuk mengetahui penyusunan dan
pengorganisasian program kartu Indonesia pintar serta untuk mengetahui
pelaksanaan program kartu Indonesia pintar di SDN Sidosari Kecamatan Natar.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan pelaksanaan program kartu
Indonesia pntar di SDN Sidosari Kecamatan Natar belum berjalan dengan
maksimal. Belum maksimalnya disebabkan kurangnya komunikasi dan
sosialisasi antara pihak aparatur desa dan pihak sekolah kepada masyarakat
penerima kartu Indonesia pintar. Selain itu, tidak dilakukannya pembaruan dan
pengecekan kembali terkait data penerima kartu Indonesia pintar sehingga pada
saat pendistribusiannya dinilai kurang tepat sasaran.

Informasi dari kedua Penelitian diatas sangat bekaitan dengan


penelitian yang sedang dikerjakan, hal ini dapat mempermudah peneliti dalam
menyelesaikan penelitian dengan menjadikan penelitian tersebut sebagai
referensi.

2.3 Kerangka Berfikir


Menurut Sugiyono (2007:60) Kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Kerangka berfikir
merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai
teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah
dideskripsikan, selanjutnya di analisis secara kritis dan sistematis, sehingga
menghasilkan sintesa tentang hubungan antarvariabel yang diteliti. Kemudian
peneliti menyusun kerangka berfikir guna mengetahui alur penelitian yang
disajikan. Adapun kerangka berfikir pada penelitian ini ialah sebagai berikut :

14
Program Indonesia Pintar

Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar


Merdeka Di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Model Implementasi Program Kartu Indonesia Model Implementasi Program Kartu Indonesia
Pintar Merdeka Menurut Teori Edward III Pintar Merdeka Menurut Teori David C. Korten

Komunikasi Sumber Daya Program


Pelaksana Program
Disposisi StrukturBirokrasi Kelompok Sasaran Program

Hambatan Implementasi Program


KIP Kuliah Merdeka

Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi


Program KIP Kuliah Merdeka

2.4 Asumsi Dasar


Asumsi dasar merupakan sebuah persepsi awal peneliti terhadap objek
yang akan diteliti. Asumsi yang disimpulkan didasarkan pada pengamatan
peneliti di lapangan yang menunjukan bahwa pelaksanaan program KIP Kuliah
Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sudah berjalan dengan cukup
baik namun belum berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sebab masih
terdapat kendala dalam pelaksanaannya.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian, yaitu strategi yang dipilih oleh peneliti untuk
mengintegrasikan secara menyeluruh komponen riset dengan cara logis dan
sistematis untuk membahas dan menganalisis apa yang menjadi fokus
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif, yakni
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan mengenai fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


deskriptif. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interprestasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa
yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.

3.2 Fokus Penelitian


Penelitian ini berfokus pada pengimplementasian program Kartu
Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Karena ditetapkannya fokus penelitian ini bertujuan untuk memberikan
Batasan yang jelas dan hasil Analisa yang mendalam. Dengan demikian, maka
fokus penelitian diharapkan dapat memudahkan peneliti untuk mengkaji secara
tepat masalah-masalah yang hendak di teliti, dan mendeskripsikannya secara
mendalam.

3.3 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan.
Penetapan lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam
penelitian kualitatif, karena ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan
tujuan sudah ditetapkan, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitian. Lokus penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah

16
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang merupakan Perguruan Tinggi Negeri
yang terletak di Provinsi Banten. Alasan terpilihnya lokus penelitian ini
disebabkan karena kampus tersebut merupakan tempat peneliti berkuliah. Hal
itu dapat memudahkan peneliti dalam mencari data yang berkaitan dengan
tema yang peneliti ambil yakni Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar
Kuliah Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.4 Definisi Konsep dan Operasional


3.4.1 Definisi Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti;
pengertian, gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham),
rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan.
Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan
ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya.
Woodruff ( dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai
suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu
pengertian tentang suatu objek, dan produk subjektif yang berasal dari
cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-
benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap
objek/benda).
Soedjadi, mengartikan konsep ke dalam bentuk atau suatu yang
abstrak untuk melakukan penggolongan yang nantinya akan dinyatakan
kedalam suatu istilah tertentu.
Menurut Bahri, konsep adalah suatu perwakilan dari banyak
objek yang memiliki ciri-ciri sama serta memiliki gambaran yang
abstrak.
Singarimbn dan Efendi berpendapat mengenai definisi dari kata
Konsep adalah suatu generalisasi dari beberapa kelompok yang
memiliki fenomena tertentu sehingga dapat digunakan untuk
penggambaran fenomena lain dalam hal yang sama.

17
Menurut Tan (dalam Koentjaraningrat, 1997:32) mengatakan
bahwa konsep atau pengertian adalah unsur pokok di dalam suatu
penelitian, kalau masalah dan kerangka teorinya sudah jelas, biasanya
sudah diketahui pula fakta mengenai hal yang menjadi pokok perhatian
dan suatu konsep yang sebenarnya adalah definisi secara singkat dari
sekelompok fakta atau gejala itu.
Sedangkan menurut Umar (2004:51) konsep adalah sejumlah teori
yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan
menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang
mempunyai ciri-ciri yang sama.

3.4.2 Definisi Operasional


Menurut Sugiyono (2012:31) definisi operasional adalah
penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur.
Operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38)
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang
memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau
dipergunakan untuk mengumpulkan data. Karena penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, instrument penelitiannya ialah saya sendiri sebagai
peneliti. Dalam proses meneliti, saya akan melakukan wawancara
menggunakan alat bantu berupa buku catatan, alat perekam, dan kamera untuk
melakukan dokumentasi. Saya sebagai peneliti akan mengumpulkan data yang
sesuai dengan judul penelitian dengan berbagai macam teknik pengumpulan
data termasuk wawancara kepada mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah
Merdeka di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Selain itu peneliti juga
mengumpulkan data penelitian dari jurnal-jurnal yang valid dan sumber

18
lainnya sebagai bahan pertimbangan yang nyata untuk menjawab semua
pertanyaan dalam penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Dalam memperoleh data pada penelitian ini, maka peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yakni sebagai berikut:
1. Observasi/Pengamatan
Observasi atau pengamatan merupakan tehnik pengumpulan data
dengan mengamati secara langsung sasaran atau obyek penelitian dan
merekam peristiwa dan perilaku secara wajar dan rinci, adapun obyek yang
diamati adalah masyarakat yang menjadi responden dan masyarakat di
sekitar wilayah penelitian secara umum.
2. Wawancara
Wawancara tidak terstruktur kepada responden dan informan kunci
dengan maksud untuk melengkapi dan memperdalam hasil pengamatan
sehingga dapat mengungkap masalah yang akan diteliti.
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
dari berbagai referensi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasi teori
secara sistematis, penemuan pustaka, analis dokumen yang memuat
informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Teknik ini berdasarkan
text books maupun jurnal ilmiah.
4. Studi Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data
yang menurut penulis sangat dibutuhkan untuk mengungkap dan
menampilkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian. studi
dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui
bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi
objek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar,

19
laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik
(rekaman) (Arenawati dan Lystianingsih, 2017:24)

3.7 Informan Penelitian


Dalam sebuah penelitian sosial dengan metode kualitatif, informan
menjadi hal yang sangat penting karena informan merupakan sumber data
kualitatif. Peneliti merupakan instrumen kuncil yang sesuai dengan
karakteristik peneliti kualitatif. Untuk itu peneliti secara individu akan turun ke
tengah – tengah masyarakat guna memperoleh data dari informan. Informan
dalam subyek penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai
fenomena yang diangkat dalam penelitian. Ada tiga informan yaitu informan
kunci, informan utama, dan informan pendukung. Pada dasarnya dalam
penelitian kualitatif tidak mengenal istilah pengambilan sampel dari populasi
karena penelitian ini tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi terhadap
populasi, namun bertujuan menggali informasi secara mendalam sehingga
sampel dalam penelian kualitatif disebut dengan informan.

Pedoman Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan rencana wawancara
secara garis besar yang akan dikembangkan secara lebih mendalam pada saat
wawancara dilakukan terhadap informan sehingga diharapkan perolehan
informasi yang lengkap, aktual dan akurat. Adapun beberapa pedoman
pertanyaan dalam wawancara itu adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses komunikasi dalam implementasi program kartu
Indonesia pintar kuliah merdeka di universitas sultan ageng tirtayasa ?
2. Bagaimana kemampuan sumber daya manusia dalam implementasi
program kartu Indonesia pintar kuliah merdeka di universitas sultan
ageng tirtayasa ?
3. Apa saja fasilitas pendukung dalam implementasi program kartu
Indonesia pintar kuliah merdeka di universitas sultan ageng tirtayasa ?

20
4. Bagaimana proses disposisi atau sikap para pegawai dalam implementasi
program kartu Indonesia pintar kuliah merdeka di universitas sultan
ageng tirtayasa ?
5. Bagaimana kemampuan struktur birokrasi dalam implementasi program
kartu Indonesia pintar kuliah merdeka di universitas sultan ageng
tirtayasa ?
6. Apakah implementasi program kartu Indonesia pintar kuliah merdeka di
universitas sultan ageng tirtayasa sudah terlaksana dengan baik ?
7. Siapa saja yang menjadi pihak pelaksana dalam implementasi program
kartu Indonesia pintar kuliah merdeka di universitas sultan ageng
tirtayasa ?
8. Apa saja kriteria yang menjadi sasaran untuk menerima beasiswa Kartu
Indonesia Pintar Kuliah Merdeka ?

3.8 Teknik Analisis Data


Menurut Qomari (2009:1) Salah satu tahapan paling penting dalam
proses penelitian ialah tahap analisis data. Patton (1990) berpendapat bahwa
tidak ada cara yang paling benar secara absolut untuk mengorganisasi,
menganalisis, dan menginterpretasikan data kualitatif. Karena itu, maka
prosedur analisis data dalam penelitian ini didasarkan kepada sejumlah teori
(Creswell, 1994; Patton, 1990; Bogdan & Taylor, 1984) dan disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Tahap analisis data merupakan tahap yang tidak bisa
dilupakan dalam proses penelitian. Tahap ini mengharuskan data yang
dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data,
kemudian diolah dan disajikan untuk membantu menjawab permasalahan
penelitian yang diteliti.

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis


untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif dari Miles
and Huberman dalam Sugiyono (2002:246), terdapat beberapa aktivitas dalam
melakukan analisis data yakni :

21
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting, dan mencari tema serta polanya.
2. Data Display (Penyajian Data)
Yaitu penyajian data yang telah di reduksi dalam bentuk
table, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya. Menurut Miles
dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 249) menyebutkan bahwa
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing / Verification
Yaitu langkah penarikan kesimpulan dan verifikasi dengan
bukti-bukti dan temuan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah temuan yang sebelumnya belum pernah ada.

3.9 Uji Keabsahan Data


Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan
dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji
data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono,
2007:270).
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dilakukan pada penelitian ini ialah dengan cara
Triangulasi.
Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian
kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

22
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi
teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2007:273).
1. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data
yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check)
dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007:274).
2. Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara,
observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas
data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar
(Sugiyono, 2007:274).
3. Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari
pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid
sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274).

23
3.10 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dari
tanggal 20 September - 24 November 2022. Dengan waktu yang sedemikian
tersebut, peneliti mencoba mendalami fokus permasalahan yang ada dan
kemudian mencoba memberi saran strategi terhadap kualtias
penyelenggaraan program Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

24

Anda mungkin juga menyukai