PASCASARJANA
PROGRAM DOKTOR ILMU SOSIAL
(BIDANG KAJIAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK)
Kaitannya denan hubungan interdepensi antara sistem ekonomi, sistem politik, dan
struktur sosial dengan pelaksanaan otonomi daerah. Dalam penerapan otonomi atau
terkenal dengan desentralisasi perlu memahali gambaran salah satu panduan yang paling
sering menjadi acuan dalam perumusan faktor-faktor lingkungan dan ekologi
administrasi publik dikemukakan oleh Riggs yang dikenal dengan model keseimbangan
(equilibrium model). Model ini memusatkan perhatian pada lima aspek kehidupan yaitu
ekonomi, sosial, simbolik, komunikasi dan politik.
Model ini bisa menjadi gambaran akan hubungan interdepensi antara sistem ekonomi,
sistem politik, dan struktur sosial dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai sebuha
sitem administrasi negara. Model tersebut menjelaskan pengaruh timbal balik antara
lingkungan dengan system administrasi Negara. Faktor-faktor ekologis pada model
tersebut terdiri atas: dasar-dasar ekonomi,
struktur sosial, jaringan komunikasi, pola-
pola ideologi/simbol, dan sistem politik.
Pemerintah daerah dalam satu setengah tahun ini harus bekerja lebih keras dalam
menangani pandemi Covid-19. Kerja-kerja tersebut harus berhadapan dengan
kondisi yang serba terbatas dari segi anggaran, sumber daya manusia, dan
pemenuhan fasilitas kesehatan. Karenanya pemerintah daerah harus melakukan
banyak penyesuaian dengan jalan refocusing program dan realokasi anggaran.
Dampak dari hal tersebut adalah pelayanan publik pemerintah daerah pada sektor
yang lain, selain sektor kesehatan, menjadi tersendat dan perlu penanganan
beradaptasi terhadap pandemi.
Sebagaimana penjelasan Prof. Djo diatas, ada beberapa hal penting untuk
diupayakan lebih lanjut agar birokrasi pemerintah daerah dapat beradaptasi
dengan lebih baik dalam menghadapi kejadian luar biasa seperti pandemi.
Kaitannya dengan pandemi, dengan ditetapkannya pandemi Covid-19 sebagai
bencana nasional, pemerintah pusat akan menjadi panglima tertinggi dalam
penanganannya. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, yang menempatkan Presiden sebagai Chief of Executive dan
memimpin secara penuh upaya negara dalam penanganan pandemi. Upaya
tersebut diwujudkan dengan menetapkan regulasi, membentuk satgas
penanganan, implementasi kebijakan pembatasan, penyediaan kebutuhan dasar,
dan pemenuhan sumber daya kesehatan guna penanganan pandemi. Terkait relasi
dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat juga perlu melakukan koordinasi,
pembinaan, dan pengawasan secara efektif dengan provinsi, kabupaten, dan kota.
Di sisi yang lain, pemerintah daerah juga perlu untuk menyambut koordinasi
pemerintah pusat, dengan menyiapkan regulasi turunan, melakukan realokasi
anggaran untuk penanganan pandemi, dan penyiapan fasilitas kesehatan di
daerah.
Agar penanganan pandemi di daerah dapat berjalan dengan lebih optimal, maka
sistem kontrol dari pemerintah pusat perlu untuk diperbaiki. Perbaikan tersebut
menyangkut regulasi yang tegas, komando yang terpusat dan disiapkan dengan
matang sehingga tidak berubah-ubah, dan pemenuhan sumber daya kesehatan
yang lebih merata seperti vaksin, alat pelindung diri (APD), fasilitas rumah sakit,
tunjangan tenaga kesehatan, dan lainnya. Selain itu, pemerintah pusat juga
dituntut untuk lebih mendengar dan memahami pendapat dari pemerintah daerah,
karena pemerintah daerah yang lebih memahami situasi riil di lapangan.
Kedua, terkait relasi dengan pemerintah pusat, pemerintah pusat memiliki alasan
konkret dan mendesak untuk menata kembali transfer kewenangan yang lebih
sesuai dengan kemampuan daerah. Selain itu, pemerintah pusat dapat
mengevaluasi kembali pola koordinasi, pembinaan dan pengawasan terhadap
pemerintah daerah, sehingga lebih efektif dan memberi porsi serta dorongan agar
pemerintah daerah semakin mandiri
3. Konsep Good Governance fokus pada tiga komponen yaitu Negara, Civil Society,
dan Swasta. Menurut Ali Farazmand (2004) ketiga komponen tersebut
mengabaikan sebuah kekuatan besar, kekuatan paling penting yang
mempengaruhi governance di negara berkembang dan negara kurang maju yaitu
struktur kekuatan global dan elit korporat trans dunia. Untuk mengatasi
pengaruh lingkungan global (globalisasi) maka konsep Good Governance perlu
disempurnakan. Dalam menyempurnakan konsep Good Governance ini muncullah
Sound Governance dengan pandangan yang jauh lebih komprehensif.
a. Uraikan dengan jelas bagaimana konsep Sound Governance tersebut?
Sound governance muncul dengan konsep yang melibatkan aktor
terpenting dalam era globalisasi ini, yakni aktor internasional. Selain juga
mengusung golden triangle (pemerintah, rakyat, swasta) dari konsep good
governance yang sudah ada.
Sound governance terdiri dari beberapa komponen utama atau dimensi. Sebagai
unsur yang dinamis yang berinteraksi satu sama lain, dan membentuk semua
kesatuan unik yang beroperasi dengan keanekaragaman internal, kompleksitas,
dan intensitas, dan tantangan eksternal, kendala, dan peluang. Kedua fitur
dinamis internal dan eksternal berinteraksi terus menerus, menjaga sistem
institusi yang dinamis.