Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS PASUNDAN

PASCASARJANA
PROGRAM DOKTOR ILMU SOSIAL
(BIDANG KAJIAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK)

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


TAHUN AKADEMIK 2021/2022 Ganjil

Mata Kuliah : EKOLOGI ADMINISTRASI


Dosen Penguji : 1. Dr. H. Uyat Suyatna, M.Si.
2. Dr. R. Taqwaty Firdausijah,
M.Si
Nama Mahasiswa : Ani Supiani, ST., M.Si
Hari/tanggal : Jum’at / 24 September 2021
Angkatan/Smt : XXIV / Semester II (dua)
Sifat : Take Home

JAWABAN UAS BAGIAN B

SOAL BAGIAN B (Dr. R. Taqwaty Firdausijah, M.Si)


1. Pandangan klasik yang dikemukakan oleh Pamudji (1995) mengindikasikan
adanya interdependensi Administrasi Publik dengan faktor-faktor ekologis yang
beraspek alamiah (geografis, sumber daya alam, penduduk) dan beraspek
kemasyarakatan (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan militer/hankam).
Pandangan ini dikedepankan pada masa pra-reformasi, tapi pada masa sekarang
juga masih relevan meski memiliki penekanan berbeda. Meskipun argumentasi
ekonomi menjadi landasan, namun pada prakteknya struktur sosial dan sistem
politik menjadi dominan. Hal ini menjadi penting dalam kaitannya dengan
otonomi daerah yang dilaksanakan setelah gerakan reformasi. Coba Saudara
berikan illustrasi / gambaran bagaimana hubungan interdepensi antara sistem
ekonomi, sistem politik, dan struktur sosial dengan pelaksanaan otonomi daerah ?

Otonomi Daerah didefinisikan sebagai kebebasan untuk memelihara dan memajukan


kepentingan khusus sedaerah, dengan keuangan sendiri, menetukan hukum sendiri dan
berpemerintahan sendiri (Abdurrachman, 1987:11). Secara legal, otonomi daerah
diartikan sebagai kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peratuaran perundangundangan (Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan terbaru telah terbit Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah).
Mengenai pemberian otonomi daerah, beberapa prinsip yang digunakannya adalah
sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah.
b. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan
bertanggung jawab.
c. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakan pada Daerah Kabupaten
dan Daerah Kota, sedang Otonomi Daerah Propinsi merupakan otonomi yang
terbatas.
d. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap
terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan Daerah serta antar-Daerah.
e. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah
Otonom, dan karenanya dalam Daerah Kabupaten dan Kota tidak ada lagi Wilayah
Administrasi. Demikian pula di kawasankawasan khusus yang dibina oleh
Pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita, Kawasan pelabuhan, kawasan
perumahan, kawasan perkotaan baru, Kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku
ketentuan peraturan Daerah Otonom.
f. Pelaksanaan Otonom Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif Daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi
anggaran atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
g. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi dalam
kedudukannya sebagai Wilayah Administrasi untuk melaksanakan kewenangan
pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah.
h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari Pemerintah
kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah kepada Desa yang disertai
dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan
kewajiban

Kaitannya denan hubungan interdepensi antara sistem ekonomi, sistem politik, dan
struktur sosial dengan pelaksanaan otonomi daerah. Dalam penerapan otonomi atau
terkenal dengan desentralisasi perlu memahali gambaran salah satu panduan yang paling
sering menjadi acuan dalam perumusan faktor-faktor lingkungan dan ekologi
administrasi publik dikemukakan oleh Riggs yang dikenal dengan model keseimbangan
(equilibrium model). Model ini memusatkan perhatian pada lima aspek kehidupan yaitu
ekonomi, sosial, simbolik, komunikasi dan politik.

Model ini bisa menjadi gambaran akan hubungan interdepensi antara sistem ekonomi,
sistem politik, dan struktur sosial dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai sebuha
sitem administrasi negara. Model tersebut menjelaskan pengaruh timbal balik antara
lingkungan dengan system administrasi Negara. Faktor-faktor ekologis pada model
tersebut terdiri atas: dasar-dasar ekonomi,
struktur sosial, jaringan komunikasi, pola-
pola ideologi/simbol, dan sistem politik.

Faktor-faktor ekologis ini mempengaruhi


secara timbal balik suatu sistem
administrasi Negara, baik di negara-
negara agrarian maupun industri. Faktor-
faktor ekologis tersebut, pada gilirannya
dapat juga dilihat sebagai subsistem yang
secara fungsional saling berhubungan dan
memiliki kemampuan mengatur sendiri
yanmg cenderung memulihkan
keseimbangan jika terdapat
tekanantekanan yang berasal dari luar
sistem.
Selain itu, suatu perubahan dalam setiap subsistemnya, misalnya ekonomi, merupakan
tantangan bagi setiap subsistem yang lain yang cenderung menghasilkan tanggapan yang
mengembalikannya pada respon semula, dan akhirnya terjadi keseimbangan lagi.

2. Dunia sedang dihebohkan dengan munculnya pandemi Corona Virus Disease


(Covid19) yang membawa dampak signifikan ke perubahan dunia. Khususnya di
Indonesia dampak wabah Covid-19 tidak hanya merugikan sisi kesehatan tapi
juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia.
a. Jelaskan bagaimana dampak pandemi Covid-19 ini terhadap tata kelola
pemerintahan?

Pemerintah daerah dalam satu setengah tahun ini harus bekerja lebih keras dalam
menangani pandemi Covid-19. Kerja-kerja tersebut harus berhadapan dengan
kondisi yang serba terbatas dari segi anggaran, sumber daya manusia, dan
pemenuhan fasilitas kesehatan. Karenanya pemerintah daerah harus melakukan
banyak penyesuaian dengan jalan refocusing program dan realokasi anggaran.
Dampak dari hal tersebut adalah pelayanan publik pemerintah daerah pada sektor
yang lain, selain sektor kesehatan, menjadi tersendat dan perlu penanganan
beradaptasi terhadap pandemi.

Sebagaimana dijelaskan Guru Besar Institut Pemerintahan Dalam Negeri


(IPDN), Prof. Djohermansyah Djohan, dalam Kuliah Umum Mata Kuliah
Desentralisasi dan Otonomi Daerah bertajuk “Tantangan Pelaksanaan Asas
Otonomi Daerah dalam Tata Kelola Pemerintah Daerah di Tengah Pandemi
Covid-19” pada 20 September 2021 menjelaskan bencana non-alam seperti
pandemi ini termasuk dalam isu besar otonomi daerah dan melengkapi isu-isu
lain selama dua dekade pascareformasi seperti tarik-menarik kewenangan,
pemekaran daerah, korupsi kepala daerah, politisasi birokrasi, dan lainnya.

Dampak pandemi terhadap otonomi daerah menurut Prof. Djo di antaranya


adalah regulasi pemerintah daerah yang belum siap dan belum koheren dengan
pemerintah pusat terkait penanganan pandemi. Selain itu, dengan sumber daya
yang terbatas, pemerintah daerah dituntut untuk refocusing program maupun
anggaran pada upaya meminimalisir penyebaran pandemi dan jatuhnya korban.
Ketidaksiapan sumber daya tersebut membuat pemerintah daerah kurang optimal
dalam menangani penyebaran pandemi, juga berdampak pada tersendatnya
pengaturan pada sektor riil yang lain seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat,
hingga infrastruktur. Dengan pandemi yang memaksa pembatasan jumlah orang,
pemerintah daerah juga terkesan gagap dalam beradaptasi, sehingga birokrasi
dinilai mengarah pada situasi “idle”, yang tentu berimbas pada kurang
optimalnya pelayanan publik.

Sebagaimana penjelasan Prof. Djo diatas, ada beberapa hal penting untuk
diupayakan lebih lanjut agar birokrasi pemerintah daerah dapat beradaptasi
dengan lebih baik dalam menghadapi kejadian luar biasa seperti pandemi.
Kaitannya dengan pandemi, dengan ditetapkannya pandemi Covid-19 sebagai
bencana nasional, pemerintah pusat akan menjadi panglima tertinggi dalam
penanganannya. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, yang menempatkan Presiden sebagai Chief of Executive dan
memimpin secara penuh upaya negara dalam penanganan pandemi. Upaya
tersebut diwujudkan dengan menetapkan regulasi, membentuk satgas
penanganan, implementasi kebijakan pembatasan, penyediaan kebutuhan dasar,
dan pemenuhan sumber daya kesehatan guna penanganan pandemi. Terkait relasi
dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat juga perlu melakukan koordinasi,
pembinaan, dan pengawasan secara efektif dengan provinsi, kabupaten, dan kota.
Di sisi yang lain, pemerintah daerah juga perlu untuk menyambut koordinasi
pemerintah pusat, dengan menyiapkan regulasi turunan, melakukan realokasi
anggaran untuk penanganan pandemi, dan penyiapan fasilitas kesehatan di
daerah.

b. Apakah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sudah dapat mengatasi


pandemi ini?

Kebijakan pemerintah pusat dalam mengatasi permasalahan pandemi belum


dirasa belum optimal. Pasalnya kebijakan yang sentralistik berimbas dengan
penyamarataan wilayah-wilayah yang secara riil memiliki kondisi dan mobilitass
yang berbeda.

Agar penanganan pandemi di daerah dapat berjalan dengan lebih optimal, maka
sistem kontrol dari pemerintah pusat perlu untuk diperbaiki. Perbaikan tersebut
menyangkut regulasi yang tegas, komando yang terpusat dan disiapkan dengan
matang sehingga tidak berubah-ubah, dan pemenuhan sumber daya kesehatan
yang lebih merata seperti vaksin, alat pelindung diri (APD), fasilitas rumah sakit,
tunjangan tenaga kesehatan, dan lainnya. Selain itu, pemerintah pusat juga
dituntut untuk lebih mendengar dan memahami pendapat dari pemerintah daerah,
karena pemerintah daerah yang lebih memahami situasi riil di lapangan.

c. Menurut Saudara, bagaimana strategi yang harus dilakukan pemerintah


terkait dengan pandemi Covid-19 ini? Jelaskan berikut contoh!

Dari berbagai permasalahan terkait penanganan pandemi ini, masih terlihat


beberapa hal yang apabila dapat diupayakan dengan lebih baik akan memperkuat
kinerja pemerintah daerah khususnya, dan proses otonomi daerah pada
umumnya.

Pertama, dengan pembatasan pergerakan orang di waktu pandemi, memaksa


pemerintah daerah untuk memaksimalkan fasilitas digital dalam pelayanan
terhadap masyarakat. Apabila digitalisasi birokrasi ini disiapkan dan
diimplementasikan dengan baik, maka pelayanan publik dan pelaksanaan kinerja
birokrasi akan berjalan lebih efektif dan efisien.

Kedua, terkait relasi dengan pemerintah pusat, pemerintah pusat memiliki alasan
konkret dan mendesak untuk menata kembali transfer kewenangan yang lebih
sesuai dengan kemampuan daerah. Selain itu, pemerintah pusat dapat
mengevaluasi kembali pola koordinasi, pembinaan dan pengawasan terhadap
pemerintah daerah, sehingga lebih efektif dan memberi porsi serta dorongan agar
pemerintah daerah semakin mandiri
3. Konsep Good Governance fokus pada tiga komponen yaitu Negara, Civil Society,
dan Swasta. Menurut Ali Farazmand (2004) ketiga komponen tersebut
mengabaikan sebuah kekuatan besar, kekuatan paling penting yang
mempengaruhi governance di negara berkembang dan negara kurang maju yaitu
struktur kekuatan global dan elit korporat trans dunia. Untuk mengatasi
pengaruh lingkungan global (globalisasi) maka konsep Good Governance perlu
disempurnakan. Dalam menyempurnakan konsep Good Governance ini muncullah
Sound Governance dengan pandangan yang jauh lebih komprehensif.
a. Uraikan dengan jelas bagaimana konsep Sound Governance tersebut?
Sound governance muncul dengan konsep yang melibatkan aktor
terpenting dalam era globalisasi ini, yakni aktor internasional. Selain juga
mengusung golden triangle (pemerintah, rakyat, swasta) dari konsep good
governance yang sudah ada.

Hadirnya elemen internasional tersebut merupakan akibat dari era globalisasi


yang tak dapat dihindari oleh negara manapun. Dengan pengakuan elemen
internasional yang diikuti dengan berbagai pertimbangan rasional dan teknis ini,
Ali Farazmand berasumsi dapat mengurangi ketimpangan antara negara maju
dan berkembang sebagai akibat negatif dari penerapan good governance. Elemen
internasional ini juga harus mempertimbangkan nilai-nilai lokal sehingga tercipta
pandangan yang seimbang dalam tatanan institusi.

Sound governance terdiri dari beberapa komponen utama atau dimensi. Sebagai
unsur yang dinamis yang berinteraksi satu sama lain, dan membentuk semua
kesatuan unik yang beroperasi dengan keanekaragaman internal, kompleksitas,
dan intensitas, dan tantangan eksternal, kendala, dan peluang. Kedua fitur
dinamis internal dan eksternal berinteraksi terus menerus, menjaga sistem
institusi yang dinamis.

Sound governance memiliki beberapa dimensi meliputi: proses; struktur; kognisi


dan nilai-nilai; konstitusi; organisasi dan kelembagaan; manajemendan kinerja;
kebijakan; sektor internasional atau kekuatan globalisasi; dan etika,
akuntabilitas, dan transparansi. Masing-masing dimensi bekerja seperti sebuah
orkestra, dengan kepemimpinan yang sehat dan partisipasi dinamis dari unsur-
unsur interaktif atau komponen yang diuraikan di atas, memberikan kualitas
sistem institusi yang terus berkembang. Takterkecuali di dunia pendidikan tinggi.

b. Dalam upaya mengatasi pengaruh lingkungan global, apakah konsep Sound


Governance ini bisa diterapkan pada tata kelola pemerintahan Indonesia?
Jelaskan!

Sound governance merupakan langkah baru dalam menghadapi tantangan global


yang serba tidak jelas karena manajemen dan administrasi masih dipengaruhi
tekanan negara superpower dan korporasi internasional. Maka dari itu
governance yang jelas di negara berkembang membutuhkan dimensi 1) proses 2)
sruktur 3) kognisi dan nilai 4) konstitusi 5) organisasi dan institusi 6) manajemen
dan kinerja 7) kebijakan 8) sektoral 9) kekuatan internasional 10) etika,
akuntabilitas dan transparansi.

Model governance di negara berkembang tidak harus selalu mengikuti


governance internasional terutama bagi kebijakan yang menempatkan
kepentingan lembaga internasional pada urusan pembangunan level lokal,
nasional dan regional. Oleh karena itu sound governance sangat cocok sebagai
kontra-globalisasi untuk diterapkan di negara sedang berkembang seperti
Indonesia, sound governance juga cocok diterapkan pada negara kurang maju
lainnya.

*****Selamat bekerja, semoga berhasil*****

Anda mungkin juga menyukai