Anda di halaman 1dari 4

Nama: Muhammad Iqbal

NIM: 190106031
MK: Hukum Acara Mahkmah Konstitusi
1. Jelaskan Kompetensi Wewenang Mahkamah Konstitusi ?
Wewenang MK tersebut secara khusus diatur lagi dalam Pasal 10 Undang-undang
Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi RI dengan rincian sebagai
berikut:
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. Memutus pembubaran partai politik; dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
e. Mahkamah Konstitusi wajib memberi putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/ atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memeenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undnag-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Sebutkan dan jelaskan alat-alat bukti yang digunakan dalam beracara di Mahkamah
Konstitusi sehingga jelas perbedaannya dalam beracara di Peradilan Umum ?
Alat-alat bukti yang digunakan dalam beracara di Mahkamah Konstitusi sehingga
jelas perbedaannya dalam beracara di Peradilan Umum yaitu :

a. Bukti Surat / Tulisan


Adalah bukti yang berupa dokumen tertulis yang digunakan sebagai tanda
bukti yang akan digunakan terhadap orang yang menulis, menandatangani atau
membuat surat. seperti Akta baik itu akta otentik maupun akta di baawah tangan.

b. Keterangan Saksi
Adalah keterangan seseorang mengenai keterangan berupa fakta, peristiwa
hukum, maupun hak, baik yang diketahuinya maupun yang didengar atau di lihatnya
sendiri.

c. Keterangan Ahli
Adalah alat bukti di depan persidangan MK, Keterangan ahli adalah pemdapat
yang diberikan di bawah sumpah di persidangan mengenai hal yang ia ketahui
maupun pengalaman dan pengetahuaanya. Keterangan itu dapat diberikan secara
tertulis maupun lisan yang dikuatkan dengan sumpah.

d. Keterangan para pihak


Adalah alat bukti dari keterangan para pihak, baik pemohon maupun
pemerintah atau DPR dan pihak terkait dapat berupa tanggapan atas bunyi
permohonan yag boleh jadi tidak menyangkal dalil-dalil yang diajukan tetapi lebih
sering menolaknya. Keterangan yang diberikan boleh jadi hanya menyangkut riwayat
pembentukan satu UU, latar belakang, dan dasar pemikiran yang mendorong
kelahirannya.

e. Petunjuk
UU MK dalam penjelasan Pasal 36 ayat 1 huruf e hanya menyebutkan bahwa
petunjuk yang dimaksud dalam ketentuan ini hanya diperoleh dari keterangan saksi,
surat, dan barang bukti.

f. Alat bukti berupa Informasi Elektronik


Adalah suatu alat bukti yang berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan ,
diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau serupa dengan itu .
(Pasal 36 ayat 1 huruf f UU MK ).

3. Sebutkan dan jelaskan minimal 5 (lima) asas-asas Hukum Acara Mahkamah


Konstitusi ?
1) Persidangan Terbuka untuk Umum
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman menyatakan bahwa sidang pengadilan adalah terbuka untuk umum
kecuali undang-undang menentukan lain. Hal ini berlaku secara universal dan
berlaku di semua lingkungan peradilan. Dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UUMK)
menentukan secara khusus bahwa sidang Mahkamah Konstitusi terbuka untuk
umum, kecuali Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH). Keterbukaan sidang ini
merupakan salah satu bentuk social control dan juga bentuk akuntabilitas
Hakim. Transparansi dan akses publik secara luas yang dilakukan MK dengan
membuka, bukan hanya sidang tetapi juga proses persidangan yang dapat
dilihat atau dibaca melalui transkripsi, berita acara dan putusan yang
dipublikasikan lewat dunia maya.
2) Independen dan Imparsial
Pasal 2 UUMK menyatakan bahwa MK merupakan salah satu lembaga
negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Pada
Pasal 33 UU Kekuasaan Kehakiman, menyatakan bahwa dalam menjalankan
tugas dan fungsinya, Hakim wajib menjaga kemandirian peradilan.
Independensi atau kemandirian tersebut sangat berkaitan erat dengan sikap
imparsial atau tidak memihak hakim baik dalam pemeriksaan maupun dalam
pengambilan keputusan.
3) Peradilan Dilaksanakan Secara Cepat, Sederhana dan Murah
Pasal 4 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa
peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Penjelasan atas
ayat (2) tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sederhana adalah
pemeriksaan dan penyelesaian perkara dialakukan dengan acara yang efisien
dan efektif sedangkan biaya murah adalah biaya perkara yang dapat terpikul
oleh rakyat.
4) Hak untuk Didengar Secara Seimbang (Audi et Alteram Partem)
Dalam perkara yang diperiksa dan diadili di persidangan biasa, baik
penggugat maupun tergugat, atau penuntut umum maupun terdakwa
mempunyai hak yang sama untuk didengar keterangannya secara berimbang
dan masing-masing pihak mempunyai kesempatan yang sama mengajukan
pembuktian untuk mendukung dalil masing-masing.
5) Ius Curia Novit
Pasal 16 UU Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa “Pengadilan
tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara
yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”. Dengan kata lain
bahwa Mahkamah dianggap mengetahui hukum yang diperlukan. Mahkamah
tidak dapat menolak memeriksa, mengadili dan memutus setiap perkara yang
diajukan dengan alasan bahwa hukum nya tidak ada atau hukumnya kurang
jelas.

4. Mahkamah konstitusi juga disebut peradilan konstitusional. Jelaskan hal tersebut ?


MK disebut peradilan konstitusional karena MK pada umumnya tidak
berurusan dengan orang per-orangm melainkan dengan kepentingan umum yang lebih
luas. Perkara-perkara yang diadili di MK pada umumnya menyangkut persoalan-
persoalan kelembagaan negara atau konstitusi politik yang menyangkut kepentingan
umum yang luas atau pun berkenaan dengan pengujian terhadap norma-norma hukum
yang bersifat umum dan abstrak bukan urusan orang perorangan atau kasus demi
ketidakadilan secara individual dan kongkrit.
Pada pokoknya MK sebagai organ kekuasaan kehakiman yang menjalankan
fungsi kehakiman, MK harus bersifat independen baik secara struktural maupun
fungsional artinya sejauh berkenaan dengan kewenangan-kewenangan yang diberikan
oleh UUD kepada organ-organ yang disebut dalam UUD, apabila timbul
persengketaan dalam pelaksanaan oleh lembaga-lembaga atau antar lembaga yang
dimaksud oleh UUD itu, maka MK yang dianggap paling tau apa maksud Konstitusi
memberikan kewenangna tersebut kepada lembaga negara mana yang bersengketa.

5. Bagaimana pendapat Anda tentang Putusan Mahkamah Konstitusi yang telah


memungkinkan pendapat tersangka dapat menjadi objek peradilan? Dan bagaimana
hubungan dengan pasal 77 KUHAP ?
Ruang lingkup kompetensi lembaga praperadilan berdasarkan Pasal 77
KUHAP ialah pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang:

a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyelidikan atau


penghentian penuntutan;
b. Ganti kerugian atau rehabilitasi yang berhubungan dengan penghentian
penyidikan atau penghentian penuntutan.
Praperadilan berdasarkan Pasal 78 ayat (1) KUHAP merupakan lembaga
yang melaksanakan wewenang pengadilan negeri sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 77 KUHAP.

Anda mungkin juga menyukai