Anda di halaman 1dari 4

Nama: Muhammad Iqbal

NIM: 190106031
MK: Hukum Dagang

1. Pendirian dan Pembubaran Koperasi


a. Pendirian Koperasi
Dasar Hukum:
 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
 PP No 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan
Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar
 Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1994 tentang Pembubaran
Koperasi oleh Pemerintah
 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2002 tentang Pengesahan Akta
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar serta Pembubaran Koperasi
 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No
104.1/Kep/M.KUKM/X/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembentukan Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran
Dasar Koperasi
 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No.
NPAK.0001/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penetapan Notaris
Pembuat Akta Koperasi
 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No
98/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Notaris sebagai Pembuat Akta
Koperasi
 Kep. Men. Neg. Koperasi dan UKM RI No
123/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan dalam rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan
Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi pada Propinsi dan
Kabupaten / Kota.

Persyaratan / Pelayanan
 Untuk koperasi primer minimal beranggotakan 20 orang untuk
koperasi sekunder minimal beranggotakan 3 badan hukum koperasi
 Usaha yang akan dilaksanakan harus layak secara ekonomi yang nyata
bagi anggota
 Anggota harus orang Indonesia asli
 Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan ekstra
yang akan dilaksanakan oleh koperasi khusus untuk KSP/USP harus
memiliki modal minimal Rp. 15.000.000,-
 Memiliki tenaga terampil dan mampu untuk mengelola koperasi
 Para pendiri koperasi wajib mengadakan rapat pembentukan koperasi.
Adapun yang dibahas dalam rapat pembentukan koperasi tersebut
adalah meliputi penyusunan rancangan akta pendirian yang
didalamnya memuat anggaran dasar koperasi
 Anggaran Dasar Koperasi sekurang-kurangnya memuat : daftar nama
pendiri, nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta bidang
usaha, ketentuan mengenai keanggotaan, ketentuan mengenai
pengelolaan, ketentuan mengenai permodalan, ketentuan mengenai
jangka waktu berdirinya, ketentuan mengenai sisa hasil usaha,
ketentuan mengenai sanksi
 Dalam rapat pembentukan tersebut dibuat daftar hadir, berita acara
keputusan rapat anggota, daftar nama pendiri

Waktu
 3 bulan

b. Pembubaran Koperasi
Dasar Hukum
 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
 Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1994 tentang Pembubaran
Koperasi oleh Pemerintah
 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2002 tentang Pengesahan Akta
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar serta Pembubaran Koperasi
 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No
104.1/Kep/M.KUKM/X/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembentukan Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran
Dasar Koperasi
 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No.
NPAK.0001/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penetapan Notaris
Pembuat Akta Koperasi
 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No
98/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Notaris sebagai Pembuat Akta
Koperasi
 Kep. Men. Neg. Koperasi dan UKM RI No
123/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan dalam rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan
Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi pada Propinsi dan
Kabupaten / Kota

Persyaratan / Pelayanan
 Dibentuk tim penyelesai
 Tim penyelesai bertugas menyelesaikan hak dan kewajiban antara
koperasi dengan anggota dan koperasi dengan pihak ketiga
 Dalam proses penyelesaian oleh tim penyelesai maka koperasi tersebut
disebut dengan koperasi dalam penyelesaian
 Apabila sudah selesai tim penyelesai mengajukan permohonan kepada
pejabat berwenang yang dilampiri dengan hasil penyelesaian oleh tim
penyelesai
 Pejabat meneliti penyelesaian tugas dari tim apabila sudah diselesaikan
hak dan kewajibannya baik dengan anggota maupun non anggota maka
dapat diterbitkan Surat Keputusan Pembubaran Koperasi

2. Pendirian dan Pembubaran UMKM


a. Pendirian UMKM
Apabila ingin mendirikan UMKM, diperlukan Surat Izin Usaha
Perdagangan(SIUP) agar usaha sah dan lebih lancar. Dan dengan SIUP, membuat kita
lebih mudah dan dipercaya saat hendak meminjam sejumlah dana usaha ke bank atau
forum keuangan lainnya. Berikut adalah syarat untuk membuat SIUP :
1) permohonan rekomendasi kepada walikota atau bupati. Pastikan Anda
mengisi formulir surat rekomendasi (lengkapi data pemohon seperti nama,
alamat, dan pekerjaan) dan memberikan informasi lengkap seputar luas tanah
usaha, lokasi, jenis tanah, status, tanah, kondisi fisik, dan sebagainya.
Lengkapi surat tersebut dengan foto kopi KTP, foto kopi NPWP, foto kopi
tanda lunas PBB, akta pendirian perusahaan (jika ada), gambar situasi, bukti
kepemilikan tanah, IMB bangunan, serta surat izin dari tetangga dengan
sepengetahuan lurah dan camat.
2) Apabila Anda belum memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan atau IMB,
buatlah dengan cara mengisi formulir pengajuan IMB nan ditujukan ke bupati
atau walikota setempat. Pastikan formulir tersebut memiliki tembusan ke
kepala dinas pemukiman. Jangan lupa sertai dengan dokumen-dokumen yang
diminta.
3) Membuat pengajuan permohonan izin gangguan.
4) Melengkapi surat pernyataan kesanggupan buat mematuhi ketentuan-
ketentuan teknis.
5) Membuat Tanda Daftar Industri (TDI)

b. Pembubaran UMKM
Pada Pasal 46 UU 25/1992 mengatur bahwa terdapat 2 cara pembubaran koperasi
dengan cara yang sah, yaitu :
1) Rapat Anggota
Koperasi dapat dikatakan telah bubar apabila adanya keputusan rapat
anggota hal ini dikarenakan jangka waktu koperasi telah berakhir. Keputusan ini
akan dianggap sah apabila disetujui oleh 2/3 dari jumlah suara anggota koperasi.
2) Keputusan Pemerintah
Alasan yang menyebabkan terjadinya pembubaran koperasi yang
dilakukan oleh pemerintah terdapat pada Pasal 47 UU 25/1992 yaitu:
 Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan UU 25/1992
 Koperasi melakukan kegiatan yang bertentangan dengan ketertiban umum
dan kesusilaan;
 Kelangsungan koperasi sudah tidak diharapkan.
Pasal 43 Permen Koperasi dan UKM No. 9 tahun 2018 juga telah mengatur
hal-hal yang menyebabkan pembubaran koperasi oleh pemerintah, yaitu:
 Koperasi tidak melaksanakan ketentuan anggaran dasar
 Koperasi dinyatakan pailit
 Tidak diadakan rapat anggota selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;
 Tidak adanya kegiatan usaha yang dilakukan secara nyata selama 2 (dua)
tahun berturut-turut.

Anda mungkin juga menyukai